Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA

1. Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa
dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat &
Wim de Jong : 2011)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer  :
2010).
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih
melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung
berisikan material  abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.

2. Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
a.       Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;
kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada
saat defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
b.      Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
c.       Kelemahan otot dinding perut.
d.      Anulus  internus yang cukup lebar.
3.  Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis
dan keluar ke rongga perut malalui anulus  inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut 
akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam
beberapa hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan  normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateral kongenital.

4. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adalah :
a.   Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada
bayi & anak kecil
b.  Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c.   Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding
pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar
secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke
dalam kantung.
d.  Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan
yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien
yang memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan,
obesitas, asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca
operasi seperti infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e.   Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
a.    Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi
usus.
b.   Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c.   Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis
obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa.
Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi
gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d.    Hernia strangulata 
     Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada  anulus inguinalis eksterna
yang  mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia jarang sekali   menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis 
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis  interna di tekan bila pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai
skrotum, maka hanya akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan
dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila
pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan
mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada
pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut
membentuk  dinding medial hernia.

   6. Komplikasi
a.       Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut
hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia
dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih
sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b.   Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
inguinalis strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus,
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang
timbul akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan
pasien menjadi gelisah.
 
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif
dan pembedahan.
a)            Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b)            Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka,
isi hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah
dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh
mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat
benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu. 
KONSEP ASKEP

1. Pengkajian
Identitas/Biodata
a.       Identitas Pasien
b.      Identitas Penanggung Jawab

2.      Riwayat kesehatan


a.       Keluhan utama
Pasien mengatakan di lipat paha sebelah kanan ada benjolan dan terasa nyeri.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan terdapat benjolan di lipat paha kanan kurang lebih 5
bulan yang lalu dan teras nyeri kaki kanan 1 minggu yang lalu.
c.       Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit yang
serius dan belum pernah menjalani operasi.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menular. Tidak
ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien.
e.       Genogram

3.      Pola fungsi kesehatan menurut Gordon


a.       Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya merokok dalam
sehari kurang lebih 5 batang, pasien tidak alergi terhadap jenis obat-obatan
dan makanan ataupun minuman. Pasien memeriksakan ke Puskesmas
terdekat jika salah satu anggota keluarganya ada yang sakit.
Selama sakit : Pasien tidak merokok.
b.      Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya ia mampu
melaksanakan perawatan diri sehari-hari (ADLs) seperti mandi,
berpakaian, makan dan minum, eliminasi, mobilisasi, pindah, dengan
mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Dalam melaksanakan aktivitas atau perawatan diri (ADLs)
pasien tidak ada masalah (mampu sendiri).
c.       Pola istirahat – tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur setiap hari dengan frekuensi 8 jam setiap
harinya, tidak mengalami gangguan tidur seperti insomnia, terkadang tidur
siang.
Selama sakit : Pola tidur dan istirahat selama sakit tidak ada masalah.
d.      Pola nutrisi – metabolik
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari dengan menu makanan nasi, lauk
pauk, sayur, dan buah. Minum 6-8 gelas per hari. Tidak alergi terhadap
jenis makanan atau minuman tertentu.
Selama sakit : Nafsu makan pasien tidak ada masalah
e.       Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak dan warna
kuning, BAK dengan frekuensi 4 – 5 x sehari warna jernih.
Selama sakit : BAB dan BAK lancer, tidak mengalami masalah.
f.       Pola kognitif – perceptual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya pasien mudah
bergaul dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa jawa,
tidak mengalami gangguan pendengaran maupun penglihatan.
Selama sakit : Selama proses anamnesis pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dengan bahasa indonesia, konjungtiva tidak
anemis, mukosa bibir kering, tidak ikterik, , pasien dapat
mengidentifikasikan bau dengan baik.
g.      Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik.
Selama sakit : Selama menjalani rawat inap pasien tidak dapat
menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal.
h.      Pola koping
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa ia dapat menerima kenyataan ini,
pasien sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman karena harus tinggal di
Rumah Sakit.
i.        Pola seksual – reproduksi
Sebelum sakit : Pasien berjenis kelamin laki-laki.
Selama sakit : Selama sakit frekuensi berhubungan seksual berkurang.
j.        Pola peran berhubungan
Sebelum sakit : Pasien berperan dalam keluarganya sebagai kepala rumah
tangga yang baik.
Selama sakit : Pasien terpaksa tidak dapat menjalankan perannya
dikarenakan sedang sakit.
k.      Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama Kristen dan pergi ke gereja setiap hari
minggu.
Selama sakit : Pasien dan keluarganya menganut agama kristen dan
menganggap bahwa penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhan. Intensitas
ke gereja untuk beribadah berkurang

4.      Pemeriksaan fisik (head to toe)


a.       Data Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Sedang
Tanda-tanda Vital :
  Tekanan Darah : 140/80mmHg
  Tekanan Nadi 88 x/menit
  Respirasi : 20 x/menit
b.      Pemeriksaan head to toe
1)      Kepala
Inspeksi : Mesocephal, rambut hitam, lurus, bersih
  Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
  Telinga : Simetris, bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik.
  Hidung : Simetris, penciuman baik
  Mulut : Bibir kering, lidah agak kotor,
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah kepala
2)      Leher
Inspeksi : Pembesaran kelenjar tiroidtidak ada, keterbatasan gerak
tidak ada
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah leher.
3)      Toraks/Dada
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dadatidak ada, penggunaan alat
bantu pernafasan tidak ada
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor.
4)      Abdomen
Inspeksi : Pembesaran abdomen (-), tidak ada luka/bekas luka.
Auskultasi : -.
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada pembesaran organ-organ intra abdomen, tidak
ada nyeri tekan.
5)      Ekstremitas atas/bawah
Atas : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada
keterbatasan gerak
Bawah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, tidak ada
keterbatasan gerak
6)      Genitalia
Genitala normal, tidak ada masalah.

5.      Data fokus


Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah
kanan dan terdapat benjolan, pasien mengatakan
sangat gugup dan selalu menanyakan bagaimana
rasanya dioperasi sakit atau tidak?
Data Obyektif :
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Ekstremitas atas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang dan gelisah, sering bangun dan tidur lagi.
Tanda-tanda Vital : TD = 140/90 mmHg
S = 36 ˚C
N = 88 x/menit
R = 20 x/menit
Berat badan 65 kg

6. Diagnosa keperawatan

1. Pre Operasi

a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi


b.      Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (prosedur
pembedahan)
2. Intra Operasi

a.       Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan perdarahan


b.     Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (prosedur
pembedahan)

3. Post Operasi

a.       Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)


b.      Kerusakan integritas kulit akibat pembedahan berhubungan dengan
prosedur pembedahan
7. Intervensi
Pre Operasi
No. NOC NIC Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a.   Lakukan pengkajian nyeri
menit diharapkan mampu secara komprehensif
mengurangi nyeri, dengan termasuk lokasi, karakter,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas
  Menggunakan skala dan faktor presipitasi
nyeri untuk b.   Observasi reaksi nonverbal
mengidentifikasi tingkat c.  Gunakan tehnikkomunikasi
nyeri terapeutik untuk
  Melaporkan bahwa mengetahui pengalaman
nyeri berkurang nyeri pasien
  Melaporkan kebutuhan d.  Evaluasi pengalaman nyeri
tidur dan istirahat cukup masa lampau
  Mampu menggunakan e.   Beri informasi yang akurat
metode non farmakologi untuk mengurangi rasa
untuk mengurangi nyeri. nyeri
f.    Ajarkan tehnik distraksi
relaksasi
g.   Cek riwayat alergi
h.   Evaluasi efek, tanda dan
gejala aktivitas analgesic

2 Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Cemas:


keperawatan selama 1x30 a. Gunakan pendekatan
menit diharapkan pasien yang menenangkan
mampu mengontrol tingkat b. Jelaskan semua
kecemasan dengan kriteria prosedur dan apa yang
hasil: dirasakan selama
 Menunjukkan tehnik prosedur
untuk mengontrol c. Berikan informasi yang
cemas faktual tentang
 TTV dalam batas diagnosis dan tindakan
normal prognosis
 Ekspresi wajah d. Dengarkan dengan
tenang penuh perhatian
e. Identifikasi tingkat
kecemasan
f. Beri posisi yang
nyaman
g. Motivasi klien
h. Monitor TTV
i. Instruksikan pasien
untuk menggunakan
tehnik relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Intra Operasi
No. NOC NIC Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan :
keperawatan selama 1x60 a. Pertahankan catatan
menit diharapkan mampu output dan intake yang
mengurangi/menghindari akurat
resiko terjadinya perdarahan b. Pasang urin kateter
dan kekurangan volume c. Monitor status hidrasi
cairan dengan kriteria hasil: d. Monitor hasil
 Tidak terjadi laboratorium yang
perdarahan sesuai dengan retensi
 Tidak terjadi hipoksia urin
e. Monitor status
hemodinamik
f. Monitor vital sign
g. Lakukan terapi IV
h. Monitor status nutrisi
i. Monitor respon klien
terhadap terapi
elektrolit
j. Kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan
memburuk

2 Setelah dilakukan tindakan Perlindungan terhadap infeksi:


keperawatan selama 1x60 a. Monitor tanda dan
menit diharapkan pasien gejala infeksi
mampu mencegah terjadinya b. Monitor kerentanan
infeksi dengan kriteria hasil: terhadap infeksi
 Bebas dari tanda-tanda c. Pertahankan tehnik
dan gejala infeksi asepsis pada pasien
yang beresiko
d. Cuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan
e. Gunakan gaun steril
dan sarung tangan steril
f. Siapkan alat dan
instrument:
g. Set operasi herniotomi
h. Mesin anestesi
i. Elektrosurgikel
j. Lampu dinding dan
operasi
k. Bed side monitor
l. Alat tenun
m. Alat dari karet
n. Alat habis pakai
o. Pindahkan pasien ke
meja operasi
p. Posisikan supinasi dan
desinfeksi area operasi
q. Tutup sekitar area
operasi dengan linen
steril
r. Lakukan pembedahan
s. Ekspose insisi
t. Hentikan perdarahan
u. Monitor TTV
v. Desinfeksi area
pembedahan
w. Balut area pembedahan
x. p.   Pindahkan ke RR

Post Operasi
No. NOC NIC Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan selama 1x30 a. Monitor TTV
menit diharapkan pasien b. Monitor kesadaran
mampu mengontrol nyeri dan c. Lakukan penilaian
meningkatkan kenyamanan aldrate skor
dengan kriteria hasil: d. Hitung tetesan infuse
 Melaporkan frekuensi e. Lakukan pengkajian
dan lamanya nyeri nyeri secara
 Mengenal faktor komprehensif termasuk
penyebab lokasi, karakter, durasi,
   Nyeri terkontrol frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
f. Observasi reaksi
nonverbal
g. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
h. Beri informasi yang
akurat untuk
mengurangi rasa nyeri
i. Ajarkan tehnik
distraksi relaksasi
j. Cek riwayat alergi
k. Evaluasi efek, tanda
dan gejala aktivitas
analgesic

2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen daerah penekanan:


keperawatan selama 1x30 a. Anjurkan pasien untuk
menit diharapkan integritas menggunakan pakaian
kulit normal dengan kriteria longgar
hasil: b. Hindari kerutan pada
 Integritas yang baik tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
 Melaporkan nyeri pada agar tetap bersih dan
area kulit yang sakit kering
 Mencegah terjadinya d. Mobilisasi pasien
cidera setiap 2 jam
 Mempertahankan e. Monitor kulit akan
kelembaban kulit adanya kemerahan
f. Oleskan lotion pada
daerah yang tertekan
g. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi.

8.    Implementasi
Pre Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1  Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan masih
nyeri secara merasakan nyeri pada lipat
komprehensif termasuk paha sebelah kanan sifat
lokasi, karakter, durasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk
frekuensi, kualitas dan dan kualitas nyeri sedang
faktor presipitasi O : Terlihat adanya benjolan
 Mengobservasi reaksi Pasien terlihat meringis
nonverbal kesakitan
 Menggunakan tehnik A : Masalah belum teratasi
komunikasi terapeutik P : Lanjutkan intervensi di
untuk mengetahui ruang operasi
pengalaman nyeri
pasien
 Mengevaluasi
pengalaman nyeri masa
lampau
 Memerikan informasi
yang akurat untuk
mengurangi rasa nyeri
 Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
 Mengecek riwayat
alergi
 Mengevaluasi efek,
tanda dan gejala
aktivitas analgesic

2  Menggunakan S : Pasien mengatakan siap


pendekatan yang menjalani operasi namun
menenangkan masih gelisah
 Menjelaskan semua O : Pasien tampak gelisah
prosedur dan apa yang A : Masalah belum teratasi
dirasakan selama P : Lanjutkan intervensi di
prosedur ruang operasi untuk
 Memberikan informasi pemberian anestesi
yang factual tentang
diagnosis dan tindakan
prognosis
 Mendengarkan dengan
penuh perhatian
 Mengidentifikasi
tingkat kecemasan
 Memberikan posisi
yang nyaman
 Memotivasi klien
 Memonitor TTV
 Menginstruksikan
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
 Memberikan obat untuk
mengurangi kecemasan

Intra Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1  Mempertahankan S:-
catatan output dan O : Terlihat terpasang infuse,
intake yang akurat kateter
 Memasang urin A : Masalah teratasi sebagian
kateter P : Lanjutkan intervensi di
 Memonitor status ruang pemulihan
hidrasi (Recovery Room)
 Memonitor hasil
laboratorium yang
sesuai dengan retensi
urin
 Memonitor status
hemodinamik
 Memonitor vital sign
 Melakukan terapi IV
 Memonitor status
nutrisi
 Memonitor respon
klien terhadap terapi
elektrolit
 Kolaborasi dengan
dokter jika tanda
cairan memburuk

2  Memonitor tanda dan S:-


gejala infeksi O : Terlihat insisi
 Memonitor kerentanan pembedahan.area luka on
terhadap infeksi steril dengan panjang
 Mempertahankan luka ± 4 cm dan
tehnik asepsis pada kedalaman 4 lapis (kutis,
pasien yang beresiko subkutis, fasia dan
 Mencuci tangan muskulus)
sebelum dan sesudah A : Masalah teratasi sebagian
tindakan P : Lanjutkan intervensi di
 Menggunakan gaun ruang pemulihan
steril dan sarung (Recovery Room)
tangan steril
 Menyiapkan alat dan
instrument:
 Set operasi
mastektomi
 Mesin anestesi
 Elektrosurbikel
 Lampu dinding damn
operasi
 Bed side monitor
 Alat tenun
 Alat dari karet
 Alat habis pakai
 Memindahkan pasien
ke meja operasi
 Memposisikan
supinasitoilet dan
desinfeksi area operasi
 Menutup sekitar area
operasi dengan linen
steril
 Melakukan
pembedahan
 Mengekspose insisi
 Menghentikan
perdarahan
 Memonitor TTV
 Mendesinfeksi area
pembedahan
 Membalut area
pembedahan
 Memindahkan ke RR

Post Operasi
No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf
1  Memonitor TTV S : Pasien mengatakan luka
 Memonitor kesadaran operasinya masih terasa
 Melakukan penilaian nyeri dan kakinya susah di
aldrate skor angkat/kesemutan.
 Menghitung tetesan O : General anestesi
infuse Kesadaran = CM
 Melakukan pengkajian KU = lemah
nyeri secara Tampak balutan diarea
komprehensif operasi
termasuk lokasi, A : Masalah teratasi sebagian
karakter, durasi, P : Lanjutkan intervensi
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
 Mengobservasi reaksi
nonverbal
 Mengevaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
 Memberi informasi
yang akurat untuk
mengurangi rasa nyeri
 Mengajarkan tehnik
distraksi relaksasi
 Mengecek riwayat
alergi
 Mengevaluasi efek,
tanda dan gejala
aktivitas analgesic

2.  Menganjurkan pasien S : Pasien mengatakan luka


untuk menggunakan operasinya masih terasa
pakaian longgar nyeri dan kakinya susah di
 Menghindari kerutan angkat/kesemutan.
pada tempat tidur O : - Adanya luka operasi
 Menjaga kebersihan -Tampak balutan diarea
kulir agar tetap bersih operasi dan heacting pada
dan kering area operasi
 Memonitor kulit akan A : Masalah teratasi sebagian
adanya kemerahan P : Lanjutkan intervensi
 Memonitor aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual, 2000. “Diagnosa Keperawatan”. EGC : Jakarta

Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC

Doenges, E. Marilynn et.al, 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. ”. Edisi 3, Katalog
Dalam Terbitan (KTD). EGC : Jakarta

Jhonsen Marrion, (2010). Nursing Outcomes Classification, Philadelpia.

Karlina, Ina, 2014. “Hand Out Medical Bedah”. SSG : Yogyakarta


Manjoer Arif, 2010. “Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi ketiga, jilid I. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.

Mc Closkey, Joanne C, (2011). Nursing Intervention Classification, Second Edition,


Philadelpia

Santoso, Budi, 2009. “Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda”. Prima Medika

Smeltzer C, Suzanne et.al, 2012. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner
& Suddart” Vol 1, Edisi 8. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai