Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN HERNIA


A. PENGERTIAN
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan
disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de
Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke
rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi
suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang
lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material
abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat
B. ETIOLOGI
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
1. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan
mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
2. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
3. Kelemahan otot dinding perut.
4. Anulus internus yang cukup lebar.
C. Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan
keluar ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa
hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateral kongenital.
D. KLASIFIKASI
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya. Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
4. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang
memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,
asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

Menurut sifat atau tingkatannya :


a. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi
usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan
ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap
dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan
hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
E. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya
akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia.
Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna, tidak akan di temukan
dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung
jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis.

Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut
membentuk dinding medial hernia.
F. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif
dan pembedahan.
a) Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi
konservatif dapat pula di berikan obat

anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.

b) Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit
kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,
kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan
untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

HERNIA INGUINAL
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal dan waktu MRS. Penyakit ini
dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada

Anak

anak

penyakit

ini

disebabkan

karena

kurang

sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan


turunnya testis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien
mengejar,

menangis, berdiri,

mual-mual,

muntah. Bila

ada

komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita


HIL (Hernia Inguinal)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit

kronis

sebelumnya. Misalnya adanya batuk kronis, gangguan proses


kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra
abdominal.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di
selangkangan / di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila
penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi atau
miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa
nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya
gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal.

d. Riwayat kesehatam keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau
penyakit menular lainnya. Pemeriksaan fisik Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb Pemeriksaan laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb
faal

hemostasis,

dan

jumlah

lekosit.

Analisah

urin

untuk

mengetahui adanya infeksi saluran kencing.


3. Pola-Pola Fungsi Kesehatan (Sumber ( Syamsuhidayat, 2000 )
a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan

persepsi,

pemeliharaan

dan

penanganan

kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan


kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang
praktek kesehatan.
b. Pola NurtisiMetabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, mual / muntah.
c. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih

dan

kulit.

Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi


(oliguri, disuri, dll), penggunaan kateter, Karakteristik urin dan
feses, pola input cairan dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan
sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain.
e. Pola kognitif perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,

pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola


kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat pasien
terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi
dan kemampuan orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan
nama

(orang,

atau

benda

yang

lain).

Tingkat

pendidikan,

pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh


atau fungsinya, tingkat kesadaran, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
f. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, mengeluh letih.
g. Pola Konsep Diri
Persepsi Diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan
persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara
lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.
Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian
manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping
sebagai system terbuka, manusia juga sebagai mahkluk bio-psikososio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistik.
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri.,
dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal,
ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau rileks.
h. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran pasien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal pasien.
i. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas,
riwayat haid, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan
genital.
j. Pola mekanisme koping

Menggambarkan
penggunaan

kemampuan

system

untuk

pendukung.

menangani
Penggunaan

stress
obat

dan
untuk

menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis,


metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap
tingkat stress.
k. Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.

Menerangkan

sikap

dan

keyakinan

pasien

dalam

melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama,


kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi dengan orang lain, bukti
melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual
dan pantangan dalam agama selama sakit Perry & Potter, ( 2005).
4. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan Umum : Kesadaran Composmentis atau Somnolen, GCS
2) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi
3) Sistem persyarafan
Tingkat

kesadaran,

kepala

ukuran,

kesimetrisan,

benjolan,

ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek


kornea, reflek pupil, nervus I s.d. XII, kaku kuduk, dll.
4) Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin,
warna

mukosa,

perdarahan,

nyeri

sinus,

bentuk

dada,

kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan,


bunyi nafas, dll.
5) Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi
jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6) Sistem Pencernaan

Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah,


kemampuan

menelan,

mengunyah,

bentuk

perut,

distensi

abdomen, dll
7) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid,
tremor ekstremitas, dll.
8) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
9) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.
10) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
11) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas,
kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll
5. Pemeriksaan Penunjang
Laparoskopi

: Untuk menentukan adanya hernia inguinal


lateralis apakah
ada

sisi

yang

mengevaluasi terjadi

berlawanan

atau

untuk

hernia berulang atau tidak.


Pemeriksaan DL

: Lebih spesifik leukosit 10000-18000/ul

EKG

: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri

USG abdomen

: untuk menentukan isi hernia

Radiografi

: Terdapat banyangan udara pada thoraks

Scan CT

: Dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil,


adanya
proteksi diskus intervetrebralis.

Ronsend Spinal

: Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif


pada tulang
belakang kecurigaan

II.

Diagnosa Keperawatan menurut Doengos,(2000) : 18


1. Gangguan rasa aman nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleksi spasme sekunder akibat operasi.
Kriteria hasil : Klien akan melaporkan penurunan progresif dari
nyeri dan
peningkatan dalam aktifitas.
: Nyeri dapat berkurang atau hilang.

Tujuan
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital,intensitas atau skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan
tindakan
keperawatan.
b. Anjurkan klie n istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasinal : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam

Rasional : Relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat


perasaan lebih
nyaman.
e. Kolaborasi
Rasional : Analgetik

berguna

untuk

mengurangi

nyeri

sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.
2. Resiko

terhadap

infeksi

berhubungan

dengan

peningkatan

kerentanan terhadap luka.


Tujuan

: Tidak terjadi infeksi

Kriteria Hasil :
-

Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.

Luka bersih dan tidak kotor.

Tanda-tanda vital normal

Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Jika ada tanda-tanda vital, besar kemungkinan
adanya infeksi
karena

tubuh

berusaha

untuk

melawan

mikroorganisme asing yang


masuk, maka terjadi peningkatan tanda vital.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.
Rasional : Perawatan dengan teknik aseptic mencegah resiko
infeksi.
c. Lakukan perawatan-perawatan dengan prosedur infasif seperti
infus, kateter, dan drainase luka dan lain-lain.
Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi nosocomial.
d. Jika ditemukan infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah
seperti haemoglobin dan leukosit.
Rasional : Penurunan haemoglobin dan peningakatan leukosit
dari normal membuktikan adanya tanda-tanda infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemeriksaan antibiotik.

Rasional

Antinbiotik

mencegah

perkembangan

mikroorganisme pathogen.
3. Ketidak

seimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan penurunan masukan oral,mual.


Tujuan
: Kebutuhan atau asupan nutrisi dapat terpenuhi
secara
adekuat.
: Mempertahankan BB yang tepat, mnelaporkan

Kriteria Hasil
mual, muntah,

menunjukkan tingkat energy biasa.


Intervensi :
a. Auskultasi

bising

usus,

catat

adanya

penurunan

atau

hilangnya suara yang hiperaktif.


Rasional : Identifikasi pemberian obat.
b. Timbang berat badan secara teratur.
Rasional : identifikasi pemberian obat.
c. Awasi masukan diet atau jumlah kalori, berikan makanan
sedikit tapi sering dan tawarkan makan pagi paling banyak.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan.
d. Obsevasi dan catat kejadian mual dan muntah.
Rasional : Identifikasi haluaran.
e. Berikan bantuan hygiene mulut yang baik.
Rasional : Mulut bersih meningkatkan nafsu makan
f. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antiemetic.
Rasional : Antiemetik mengurangi mual, antisida menetralkan
dari asam
lambung.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan
: Klien dapat melakuakan aktifitas secara mandiri.
Kriterial Hasil : Klien akan meningkatkan toleransi aktifitas
dibuktikan oleh
ambulasi,

progresif

kemampuan

untuk

melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Dorong kemajuan tingkat kemampuan klien.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat atau kebutuhan tingkat
intervensi yang
dibutuhkan.
b. Rencanakan aktifitas atau kunjungan dengan priode istirahat
c.

edekuat sesuai kebutuhan.


Lengkapi partisipasi dalam perawatan diri dan aktifitas
rekreasi.

Rasional : meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri


mungkin
meningkatkan keinginan untuk berpartisipasi.
d. Catat respon emosional atau tigkah laku untuk mengubah
kemampuan.
Rasional : Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian sering
kali
menciptakan persaan murah, frustasi, dan depresi
yang dapat
menimbulkan keengganan untuk berpartisipasi dalam
berkreataifitas.
e. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
aktifitas.
Rasional : Untuk mengetahui kondisi atau keadaan klien.
5. Resiko

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

pendarahan pembatasan pemasukan cairan secara oral.


Tujuan
: Input dan output dapat seimbang 22
Kriteria Hasil :
Mempertahankan
keseimbangan

dengan

cairan

dibuktikan oleh tidak


adanya perdarahan, tanda-tanda vital stabil,
turgor kulit baik,
membran mukosa lembut.
Intervensi :
a. Monitor pengeluaran dan pemasukan cairan.
Rasional : Indikasi dari hidrasi organ dan pedoman untuk
pergantian cairan.
b. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk menngetahui keadaan umum atau kondisi
pasien.
c. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
Rasional : Indikator keadaan sirkulasi perifer.
d. Berikan cairan parenteral sesuai kondisi.
Rasional : Menggantikan cairan yang keluar.
e. Cek pemeriksaan Hb dan Ht
Rasional : Indikator hidrasi sirkulasi.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, diagnosis dan kebutuhan
pengobatan
infeksi.

berhubungan

dengan

tidak

mengenal

sumber

Tujuan

Menambah

pengetahuan

atau

pemahaman

tentang penyakit.
Kriteria Hasil : Wajah pasien tampak tenang, rilek.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien.
Rasional : Mengetahui keadaan atau kondisi umum, tingkat
kecemasan
pasien.
b. Berikan support atau dukungan yang dalami.
Rasional : Mengetahui rasa kecemsan yamng dialami.
c. Diskusikan apa yang menjadi masalah klien.
Rasional : Mengetahui keadaan yang sedang pasien rasakan.
d. Sediakan waktu untuk berbagi perasaan.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tanpa menimbulkan
rasa cemas.
III.

Implementasi
Pengolahan dan

perwujudan

dari

rencana

keperawatan

meliputi tindakan tindakan yang telah di rencanakan, melakukan


anjuran anjuran dokter dan menjalankan ketentuan rumah sakit.
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah
di terapkan dengan harapan mengatasi masalah yang di hadapi
klien . catatan yang di buat dalam implementasi merupakan
sumber yang di tujukan untuk evaluasi keberhasilan tindakan
perawat yang telah di rencanakan sebelumnya.(hidayat,2009)
IV.

Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan . evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah di
rencanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang di
amati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap
perencanaan . evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data
tercatat yang menyatakan stastus kesehatan dan pernyataan
konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang di berikan
pada klien (hidayat,2009)
Dalam evaluasi proses perkembangan klien di nilai selama 24
jam terus menerus yang di tulis dalam bentuk catatan atau

laporan keperawatan yang di tulis oleh perawat jaga sebelum


mengakhiri jam dinasnya (hidayat,2009)
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagi pola piker yaitu sebagai berikut :
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi yang di lakukan
O : Respon objektif klien terhadap interfensi yang di lakukan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau masih ada masalah baru
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon

Anda mungkin juga menyukai