Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa
hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya
yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateral kongenital.
D. KLASIFIKASI
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya. Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
1. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
3. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
4. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang
memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,
asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut
membentuk dinding medial hernia.
F. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulata pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut
kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih
hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif
dan pembedahan.
a) Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi
konservatif dapat pula di berikan obat
b) Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit
kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,
kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan
untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh
mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
HERNIA INGUINAL
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal dan waktu MRS. Penyakit ini
dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada
Anak
anak
penyakit
ini
disebabkan
karena
kurang
menangis, berdiri,
mual-mual,
muntah. Bila
ada
kronis
hemostasis,
dan
jumlah
lekosit.
Analisah
urin
untuk
persepsi,
pemeliharaan
dan
penanganan
dan
kulit.
(orang,
atau
benda
yang
lain).
Tingkat
pendidikan,
Menggambarkan
penggunaan
kemampuan
system
untuk
pendukung.
menangani
Penggunaan
stress
obat
dan
untuk
Menerangkan
sikap
dan
keyakinan
pasien
dalam
kesadaran,
kepala
ukuran,
kesimetrisan,
benjolan,
mukosa,
perdarahan,
nyeri
sinus,
bentuk
dada,
menelan,
mengunyah,
bentuk
perut,
distensi
abdomen, dll
7) Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh,
ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid,
tremor ekstremitas, dll.
8) Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
9) Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri
pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.
10) Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya,
integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut
(kebersihan, warna, dll.)
11) Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan
otot, deformitas,
kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll
5. Pemeriksaan Penunjang
Laparoskopi
sisi
yang
mengevaluasi terjadi
berlawanan
atau
untuk
EKG
USG abdomen
Radiografi
Scan CT
Ronsend Spinal
II.
Tujuan
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital,intensitas atau skala nyeri.
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan
tindakan
keperawatan.
b. Anjurkan klie n istirahat ditempat tidur.
Rasional : Istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
Rasinal : Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan
mencegah ketegangan
otot serta mengurangi nyeri.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam
berguna
untuk
mengurangi
nyeri
sehingga pasien
menjadi lebih nyaman.
2. Resiko
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
peningkatan
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Jika ada tanda-tanda vital, besar kemungkinan
adanya infeksi
karena
tubuh
berusaha
untuk
melawan
Rasional
Antinbiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme pathogen.
3. Ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Kriteria Hasil
mual, muntah,
bising
usus,
catat
adanya
penurunan
atau
progresif
kemampuan
untuk
melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Dorong kemajuan tingkat kemampuan klien.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat atau kebutuhan tingkat
intervensi yang
dibutuhkan.
b. Rencanakan aktifitas atau kunjungan dengan priode istirahat
c.
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
cairan
berhubungan
dengan
tidak
mengenal
sumber
Tujuan
Menambah
pengetahuan
atau
pemahaman
tentang penyakit.
Kriteria Hasil : Wajah pasien tampak tenang, rilek.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien.
Rasional : Mengetahui keadaan atau kondisi umum, tingkat
kecemasan
pasien.
b. Berikan support atau dukungan yang dalami.
Rasional : Mengetahui rasa kecemsan yamng dialami.
c. Diskusikan apa yang menjadi masalah klien.
Rasional : Mengetahui keadaan yang sedang pasien rasakan.
d. Sediakan waktu untuk berbagi perasaan.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tanpa menimbulkan
rasa cemas.
III.
Implementasi
Pengolahan dan
perwujudan
dari
rencana
keperawatan
Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan . evaluasi menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah di
rencanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang di
amati dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap
perencanaan . evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu data
tercatat yang menyatakan stastus kesehatan dan pernyataan
konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang di berikan
pada klien (hidayat,2009)
Dalam evaluasi proses perkembangan klien di nilai selama 24
jam terus menerus yang di tulis dalam bentuk catatan atau