b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
6. Komplikasi
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcera
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
7. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar kangenital karena
penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau penonjolan peritoneum yang
disebabkan oleh penurunan testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui knalis tersegut. Bila prosseus terbuka
terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan
lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang peranan
untuk timbulnya dan membesarnya hernia. (Price dan Lorraine, M, 2004).
WOC
Hernia inguinal
Distensi inguinal
Hemiotomi
Tindakan pembedahan
Menekan sistem
syaraf Lingkungan Resti
Diskontravitas
perdarahan
jaringan aseptik
Penurunan reflek
gastrointestinal Penurunan Hb
Munculnya zat
patogen
Nyeri kontaminasi
Penurunan O2
peningkatan
dalam tubuh
HCL
Resti infeksi
Nutrisi kurang dari Gangguan
kebutuhan tubuh perfusi
jaringan
B. Landasan Teoritis Auhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Pengumpulan data
Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal
: adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis,
ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya
tekanan intra abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan /
di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama,
menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb,
sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di
dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal
5) Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.
6) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
7) Pemeriksaan laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
8) Pemeriksaan penunjang
foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru. Pemeriksaan
ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.
2. Pengkajian fungsional gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga
yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu
ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di
selangkangan
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko
ndisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.
No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan
1. Nyeri akut NOC a. Lakukan a. Menentukan skala
berhubungan a.Pain level pengkajian nyeri pasien
dengan b.Pain control nyeri secara
diskontinuitas c.Comfort level komprehensif
jaringan akibat Kriteria Hasil (lokasi,
tindakan operasi a. mampu karakteristik,
mengontrol durasi,frekue b. Mengetahui
nyeri (tahu nsi) tingkat nyeri
penyebab nyeri, b. Observasi pasien dari reaksi
mampu reaksi nonverbal
menggunakan nonverbal
teknik dari c. Menjalin
nonfarmakologis ketidaknyama hubungan saling
dalam nan percaya dengan
mengurangi c. Gunakan pasien dan
nyeri) teknik menggali tingkat
b. melaporkan komunikasi nyeri pasien
bahwa terapeutik
nyeriberkurang untuk d. Mengurangi faktor
dengan mengetahui penyebab nyeri
menggunakan nyeri pasien
manajemen d. Kontrol
nyeri lingkungan
c. Mampu yang dapat
mengenali nyeri mempengaru e. Mengontrol dan
(skala,intensitas, hi nyeri menurunkan nyeri
frekuensi seperti suhu pasien
dantanda nyeri) ruangan,
d. menyatakan pencahayaan
rasa nyaman dan f. Memberikan
setelah nyeri kebisingan pengetahuan
berkurang e. Lakukan kepada keluarga
penanganan g. Menurunkan
nyeri non tngkat nyeri pasien
farmakologis: secara cepat dan
relaksasi tepat
nafas dalam
dan massage
f. Ajarkan
keluarga
teknik
relaksasi
nafas dalam
g. Kolaborasika
n dengan
dokter
pemberian
penanganan
nyeri
farmakologis
analgesic
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistic. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI
Smeltzer & Bare, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8.Jakarta:
EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK PROFESI
Oleh :
WIDYNANDA SEPTRYA
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017