Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian penting bagi hidup kita, dimana dengan

hidup sehat kita bisa menjalankan semua aktifitas dengan baik, pada zaman

seperti sekarang ini diamana tantangan hidup semakin besar dan kebutuhan

hidup jaga semakin banyak sehingga manusia dituntut untuk bekerja keras

agar kebutuhanya terpenuhi semuanya sampai mengesampingkan kesehatan,

padahal semakin berat pekerjaan semakin banyak penyakakit yang

ditimbulkan, seperti hernia penyakit ini bisa timbul karna pekerjaan yang

keras seperti mengangkat benda-benda berat.

Hernia inguinalis lateralis merupakan penyakit yang sering ditemukan

dimasyarakat. Penyakit ini ditandai dengan adanya penonjolan isi perut

melalui bagian dinding perut yang lemah, kelainan ini terutama ditemukan di

daerah lipat paha. Hernia inguinalis lateralis bisa terjadi disemua umur, juga

banyak pada usia produkif, sehingga mempunyai dampak sosial ekonomi yang

cukup signifikan, oleh karena itu penanganan penyakit hernia yang efektif dan

efisien sangat diperlukan (Virzara, 2007).

Insidens hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak antara 1 dan 2

% kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 % sisi kiri 20-25 % dan

bilateral 15 % insidens hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa kira-kira

2 % umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional .

1
2

usia lanjut tidak merupakan kontra indikasi operasi efektif (Suriadi & Yuliani

2008).

Di Indonesia pasien hernia inguinalis lateralis sering kali datang dalam

keadaan terlambat, karena banyak orang tidak mengetahui, mungkin juga

biayanya mahal.Padahal itu merupakan yang abnormal saja.Abnormal bukan

karena suatu organic disease tetapi suatu kelainan anatomi, bukan organ yang

abnormal, tetapi anatomi ada lobang yang besar, sehingga dia menonjol. Oleh

karena adanya perubahan anatomi ditubuh maka salah satunya jalan harus

dilakukan pengobatan dengan bedah (Pahria, 2008).

Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap

tahunnya meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun

2010 penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%)

dengan penyebaran yang paling banyak adalah daerah Negara-negara

berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia,

selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah penderita

hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011

Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di

Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243

yang mengalami gangguan hernia, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%)

terjadi pada anak-anak.

Sedangkan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB sepanjang periode

Januari 2010 sampai dengan Januari 2011 dari keseluruhan pasien rawat inap

dengan penyakit bedah didapatkan data 430 pasien adalah pasien dengan

herniotomy.
3

Berdasarkan data penyakit hernia dari medical record Rumah sakit

Umum Provinsi NTB Kabupaten Lombik Barat didapatkan data pasien hernia

pada tahun 2008 sebanyak 49 (55,22%), tahun 2009 sebanyak 17 (15%),

sedangkan pada tahun 2010 jumlah pasien yang mengalami hernia adalah

sebanyak 56 (56,56%).

Sedangkan berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data

khususnya diruangan bedah, hernia menduduki urutan keenam dari sepuluh

penyakit terbesar diruangan bedah. Pada bulan Januari sebanyak 6 orang

(10,18%), pasien yang meenjalani operasi di bulan februari sebanyak 7 orang

(12,44%), Maret 13 orang (13,8%, April 7 orang (14%) dan pada bulan Mei

tercatat 6 (13,3%) orang menderita hernia.

Berdasarkan data statistik di atas penulis tertarik untuk melakukan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan (Hernia Inguinalis Lateralis) pre dan

post operasi hernia inguinalis lateralsi ,dan penulis mencoba memaparkan

tentang segala permasalahan tentang hernia inguinalis lateralis yang ada.

karena penulis merasa penting untuk memberikan asuhan keperawatan pada

pasien hernia inguinalis lateralis secara komperhensif.

Maka perlu pengetahuan penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada

kasus pre dan post operasi hernia inguinalis lateralis yang harus dimiliki oleh

perawat untuk penanggulangan atau perawatan penderita pre dan post operasi

hernia inguinalis lateralis sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan

Studi Kasus tentang pre dan post operasi hernia inguinalis lateralis untuk

menambah pemahaman tentang Asuahan Keperawatan pada kasus tersebut.


4

Dari hal tersebut,penulis mencoba mengangkat judul “Asuhan

keperawatan pada Pasien Gangguan Sistem Pencernaan Pada Kasus Pre

dan Post Operasi Hernia Inguinalis Lateralis”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis mengambil

rumusan masalah “Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang Baik

dan Benar pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan pada kasus pre

operasi dan post operasi pasien Hernia Inguinalis Lateralis”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan

gangguan sistem pencernaan pada kasus pre dan post operasi hernia

inguinalis lateralis secara benar, tepat dan sesuai dengan standar

keperawatan secara profesional.

1.3.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan

kasus Hernia Inguinalis Lateralis di harapkan penulis mampu :

1. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan tepat dan

benar.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan

tepat dan benar.


5

3. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan tepat dan

benar.

4. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan

tepat dan benar.

5. Melakukan evaluasi pada klien dengan kasus gangguan sistem

pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan tepat dan

benar.

6. Melakukan dokumentasi pada klien dengan gangguan sistem

pencernaan pada kasus Hernia Inguinalis Lateralis dengan baik dan

benar.

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

1.4.1. Bagi pemerintah dan dinas kesehatan

1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penanggulangan

dan pencegahan terjadinya komplikasi hernia inguinalis pada

masyarakat sebagai wujud kepedulian dalam mengurangi angka

morbiditas dan mortalitas.

2. Memberikan informasi tambahan serta sebagai perbandingan

terhadap laporan cakupan hernia inguinalis.

3. Menyediakan informasi untuk langkah-langkah strategis bagi

penatalaksanaan hernia inguinalis.


6

1.4.2. Bagi masyarakat

1. Sebagai pengetahuan dan masukan tentang hernia inguinalis.

2. Dapat mencegah komplikasi hernia inguinalis sedini mungkin.

1.4.3. Bagi peneliti

1. Dapat mengaplikasikan ilmu dan metode penelitian tentang

kesehatan.

2. Menambah pengetahuan peneliti mengenai hernia inguinalis

1.5 Metode Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

1.5.1 Wawancara

Mengadakan pembicaraan secara langsung dengan pasien

mengenai riwayat penyakit/mengajukan pertanyaan ke arah masalah

yang bertujuan memperoleh informasi. Selain itu wawancara juga

dilakukan dengan pasien, dengan keluarga pasien dan perawat ruangan

mengenai permasalahan pasien. Permasalahan pasien lebih dititik

beratkan pada kasus pre dan post operasi hernia inguinalis lateralis.

Wawancara pada pasien pre dan post operasi hernia inguinalis lateralis

ini ditujukan pada informasi mengenai keluhan utama, riwayat

perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga, riwayat psikososial, serta riwayat biopsikososial.

1.5.2 Observasi

Suatu tindakan dengan menggunakan semua indra untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pada saat


7

pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, rencana tindakan

keperawatan serta evaluasi hal yang diharapkan. Dalam pelaksanakan

observasi melibatkan kerjasama pasien, keluarga dan perawat ruangan

untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pasien.

1.5.3 Dokumentasi

Mengumpulkan data yang diperoleh dari dokumentasi status

atau catatan yang terdapat pada pasien dan laporan ruangan mengenai

pasien pre dan post operasi hernia inguinalis lateralis.

1.5.4 Studi kepustakaan

Penulis menyalin dan mengutip dari literatur atau buku yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan pada kasus pre dan post

operasi hernia inguinalis lateralis sebagai dasar teoritis terhadap

masalah yang ditemukan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistimatika yang penulis gunakan dalam penyusunan proposal KTI

terdiri dari BAB 1 sampai BAB 2 yang diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1.3.2 Tujuan Khusus


8

1.4 Manfaat penulisan

1.4.1 Bagi Pemerintah Dan Dinas Kesehatan

1.4.2 Bagi Masyarakat

1.4.3 Bagi Peneliti

1.5 Metode pengumpulan data

1.5.1 Wawancara

1.5.2 Obsevasi

1.5.3 Dokumentasi

1.5.4 Studi Kepustakaan

1.6 Sistematika penulisan

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar penyakit hernia inguinalis lateralis

2.1.1 Pengertian Hernia

2.1.2 Anatomi Fisiologi

2.1.3 Etiologi

2.1.4 Klasifikasi

2.1.5 Patofisiologi

2.1.6 Pathway

2.1.7 Tanda Dan Gejala

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

2.1.9 Penatalaksanaan
9

2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan klien dengan gangguan

sistem pencernaan pada kasus pre dan post operasi hernia

inguinalis lateralis

1 Pengkajian

2 Diagnosa Keperawatan

3 Perencanaan

4 Pelaksanaan

5 Evaluasi
10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia

2.1.1 Pengertian Hernia

1. Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan

yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding

pada rongga dimana ia terisi secara normal (Virzara, A. 2007).

2. Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang

normal melalui suatu defek fasia dan muskuloaponeuritik dinding

perut baik secara konginetal maupun didapat (Mansjoer, A. 2008).

3. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus

inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika

inferior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut

melalui annulus inguinalis eksternus (Smeltzer, S C& brendra, G.

2008).

4. Hernia inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan

tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup

(Tarwoto, W. 2007)

Jadi, Hernia merupakan suatu penonjolan yang abnormal atau

tidak normal karena usus keluar dari dinding perut yang memiliki

rongga , dan dalam keadaan normalnya menutup atau tidak ada rongga.

10
11

2.1.2 Anatomi Fisiologi

1. AnatomiHernia

Gambar 2. Canalis Inguinalis(http://www.idionline.org/artikel).

2. Fisiologi Sistem pencernaan

Sistem pencernaan adalah sistem yang memproses mengubah

makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi

yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah

molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana

dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh.

Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem

pencernaan hewan lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan

mengeluarkan kotorannya melewati anus. Proses pencernaan pada

manusia terbagi atas 5 macam yaitu:


12

a. Injesti

Adalah proses menaruh atau memasukkan makanan di mulut.

Biasanya menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu

seperti sendok, garpu, sumpit, dan lain sebagainya

(Sjamsuhidajat. R & Wim De Jong, 2008).

b. Pencernaan Mekanik

Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan

menjadi kecil dan lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh

gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil pada burung merpati.

Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah

proses pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar

atau sesuai dengan keinginan kita.

c. Pencernaan Kimiawi

Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul-

molekul zat makanan yang kompleks menjadi molekul-molekul

yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Pencernaan

kimiawi dilakukan oleh enzim, asam, ‘bile’, dan air. Proses ini

dilakukan secara tidak sadar karena yang mengaturnya adalah

enzim.

d. Penyerapan

Penyerapan adalah gerakan nutrisi dari sistem pencernaan ke

sistem sirkulator dan ‘lymphatic capallaries’ melalui osmosis,

transport aktif, dan difusi.


13

e. Penyingkiran

Yaitu penyingkiran/pembuangan material yang tidak dicerna

dari ‘tract’ pencernaan melalui defekasi.

2.1.3 Etiologi

1. Konginetal atau primer

2. Sekunder akibat peningkatan tekanan intra abdomen, misal

disebabkan karena batuk kronis, konstipasi, kehamilan, asites,

penyumbatan jalan keluar kandung kemih, masa abdomen yang

terlalu besar, gerak yang terlalu aktif.

2.1.4 Klasifikasi

Menurut jenisnya hernia dibagi menjadi :

1. Henia indirekta

Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum

yanmg berisi bagian dari saluran pencernaan atau omentum. Hal ini

sering menjadi besar dan turun ke skrotum. Diakibatkan dari

gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah testis turun ke

dalam skrotum.

2. Hernia direkta

Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial

terhadap vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi oleh

segitiga hasselbach.

3. Hernia femoralis

Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin

umbilicus yang gagal menutup.


14

4. Hernia incisional

Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan

sering terjadi pada luka bedah terinfeksi.

Menurut keadaannya hernia dibagi menjadi :

a. Hernia reponiblis : isi hernia bisa dimasukkan kembali

b. Hernia irreponibilis : isi hernia tidak bisa dimasukkan kemali

c. Hernia incaserata : hernia irreponibilis yang tedapat gangguan

pada jalannya isi usus.

d. Hernia strangulasi : hernia incaserata yang terdapat gangguan

sirkulasi darah.

2.1.5 Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami

pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu

yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin

dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang

berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan

suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis

atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada

sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,

pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi

kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi

hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan

yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
15

terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat

parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam

perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu

maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena

sebab yang didapat.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya

umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra

abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.Dalam

keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus

internus turut kendur.Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak

tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.Bila otot dinding

perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke

dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah

tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering

menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan

intra abdomen.

Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan

perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria

kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika

vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau

hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan

terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis


16

disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis

dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis

lateralis proseccus vaginalisnya menutup. (Virzara. A, 2007).


17

2.1.6 Pathway

Prosesus inguinalis Batuk kronis, konstipasi,

(duktus spermatikus) Kehamilan, ascites,

Membesar Retensi urin, masa abdomen

Janin 8 bulan testis Peningkatan Tekanan

turun ke skrotum Intra Abdomen

Tidak dapat menutup Sirkulasi darah terhambat

sempurna

Isi usus keluar Usus dan isinya, omentum terjepit skrotum

Bendungan dari pembuluh darah usus

mual, muntah Perdarahan Nekrose Nyeri

Penonjolan
peritoneum
Gangguan pemenuhan Perforasi (menekan
Kebutuhan nutrisi peironeum)

Resiko tinggi infeksi

Gangguan body image Intoleransi aktifitas

Widiarti, D. Diagnosis NANDA, 2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan,


Penerbi Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
18

2.1.7 Tanda dan Gejala

1. Hernia inguinalis lateralis / indirekta

a. Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan

b. Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil

c. Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat

benda berat

d. Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah

bila terjadi komplikasi

e. Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan

kadang perut kembung

2. Hernia inguinalis medialis / direkta

a. Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis

eksterna yang mudah mengecil bila tiduran

b. Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan

c. Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial

hernia

d. Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum

2.1.8 Pemeriksaan penunjang

1. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema

barium menunjukan tingkat obstruksi

2. Laboratorium

a. Hb dan Ht meningkat karena hemokonsentrasi


19

b. Sel darah putih meningkat pada hernia strangulasi (<10.000

sel/mm)

c. Defisiensi elektrolit, pasien akan kehilangan kalium, hydrogen,

klorida, yang akan mengakibatkan alkalis metabolic

2.1.9 Penatalaksanaan

Pada kasus hernia tindakan bedah adalah tindakan satu-satunya

untuk pengobatan, pembedahan ini disebut herniotomy dan herniografi.

Pada hernia inguinalis lateralis reponbilis maka dilakukan bedah afektif

karena terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis diusahakan agar

penderita istirahat baring dan dipuasakan/ mendapat diet halus.

Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan missal dengan bantl

pasir., baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi

pembengkakan lakukan berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk

kemudian dilakukan pembedahan.

1. Konservatif

a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia

ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya

gunakan alat penyokong.

b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan

kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c. Celana penyangga

d. Istirahat baring
20

e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat

pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,

kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk

mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi

kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat

memperburuk gejala-gejala.

2. Pembedahan (Operatif) :

a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang.

b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,

kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,

kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu

dipotong.

c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam

abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit

pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus

abdominus ke ligamen inguinal.


21

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan praktek

keperawatan yang langsung diberikan pada klien dengan tatanan pelayanan

kesehatan pada standar keperawatan yang melandasi etik dan etiket

keperawatan dalam lingkup/wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Dengan kata lain bahwa asuhan keperawatan merupakan pelajaran

keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat dengan pendekatan proses

keperawatan.

Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung

perawat dan klien secara bersama-sama menentukan masalah keperawatan

sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan

implementasi serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Penggunaan

proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan keluarga. Kegiatan ini

mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam keperawatan

dengan melibatkan mereka ke dalam 5 langkah proses yaitu: pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses

keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah

kepada tindakan keperawatan. Tujuan pengkajian keperawatan adalah

mengumpulkan data, mengelompokkan data dalam menganalisa data

sehingga ditemukan diagnosa atau permasalahan keperawatan.


22

Tahap pengkajian terdiri dari dua kegiatan, yaitu pengumpulan

data, pengelompokkan data.

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang

status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis,

sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status

ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.

Berdasarkan type data, data dibedakan atas data obyektif dan

subyektif. Data subyektif adalah data yang merupakan persepsi

klien tentang masalah kesehatan yang dihadapinya, sedangkan data

obyektif adalah data yang merupakan hasil observasi/pengukuran

yang dibuat oleh pengumpul data. Adapun data-data yang dapat

dikaji pada asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis hernia

inguinalis lateralis yaitu:

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor

register, diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Adanya benjolan di inguinalis, masuk bila klien tidur,

menangis, mual-mual, muntah. Bila ada komplikasi

menciptakan gejala yang khas pada penderita HIL.


23

c. Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya penderita mengeluh merasa adanya

benjolan di selangkangan / daerah lipatan. Benjolan timbul

apabila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu

defekasi atau miksi, menganngkat benda berat, dan sebagainya,

sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu

juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual muntah akibat

dari adanya peningkatan tekanan intra abdominal.

d. Riwayat penyakit dahulu

Dikaji apakah pasien pernah mengalami penyakit yang

sama / HIL sebelumnya atau tidak pernah.

e. Riwayat penyakit keluarga

Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.

f. Riwayat psikososial

Dikaji bagaimana perasaan pasien menghadapi penyakit

yang diderita dan bagaiman hubungan pasien dengan keluarga

dalam kehidupan sosial.

g. Pola-pola fungsi kesehatan (Bio-Psiko-Sosial-Spiritual)

anatara lain :

a) Pola respirasi

Tak efektif pola nafas berhubungan dengan ekpansi paru


24

b) Pola nutrisi

Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien

sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.Dikaji mengenai

riwayat diet klien.Bagaimana kebiasaan makan dalam sehari,

jenis makan. Apakah dijumpai perubahan pada makan akibat

penyakit, setelah itu dikaji tentang kebiasaan minum ( jenis,

jumlah dalam sehari ) dan kebiasaan minum-minuman

beralkohol.

c) Pola Eliminasi

Pada awalnya feses dapat keluar, fase lanjut terjadi

konstipasi, obstipasi, terjadi inkontinensia uri, kebiasaan

mengejan pada waktu BAB.

d) Pola aktivitas

Aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen

seperti bersin, mengangkat benda berat, batuk mengejan.

e) Pola istirahat tidur

Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada

gangguan sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan

kebutuhan istirahat tidur.

f) Pola nyaman nyeri

Nyeri pada selangkangan dan daerah sekitarnya


25

g) Pola personal hygiene

Klien tidak mampu melakukan perawatan diri berhusbungan

dengan keterbatasan aktifitas akibat nyeri

h) Integritas ego

Ansietas, takut, emosi (kesal), pertasaan tidak berdaya

i) Pola hubungan dan peran (bekomunikasi)

Klien umumnya dapat berinteraksi baik dengan orang lain

dan tim medis/  perawat.

Doengoes, Marlynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi

3.Jakarta, 2000).

h. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Kesadaran, GCS, Tanda-tanda vital, BB dan TB

b) Pemeriksaan Head to toe

1) Kepala : Dikaji tentang bentuk kepala, kesimetrisan,


keadaan kulit kepala.
2) Wajah : Struktur wajah, warna kulit, ekspresi
3) Mata : Bentuk bola mata, adanya kelainan gerakan
pada bola mata
4) Hidung : Dikaji tentang bentuk hidung, kesimetrisan,
adanya pernapasan menggunakan cuping
hidung, rhinitis alergi dan fungsi alfaktori.
5) Mulut dan laring ; Dikaji adanya perdarahan pada gusi,
gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan
sakit pada tenggorokan  serta sesak atau
perubahn suara.
26

6) Leher : Dikaji tentang bentuk leher, adanya nyeri


leher, kaku pada pergerakan, pembesaran
kelenjar tiroid serta penggunaan otot-otot
pernapasan.
7) Dada : Dikaji tentang bentuk dada, kesimetrisan,
pergerakan dinding dada, adanya benjolan,
serta penggunaan otot bantu pernafasan.
8) Abdomen : Dikaji tentang bentuk abdomen,
kesimetrisan, luka pada abdomen serta
adanya pembesaran hati dan limpa,
9) Ekstremitas : Dikaji tentang bentuk ekstremitasa atas
dan bawah, kesimetrisan, fraktur,
perubahan bentuk tulang, serta kekakuan
otot.
c) Pemeriksaan fisik

(1) Thumb test yaitu dengan menekan anulus internus dan

klien mengejar,

(2) Finger test yaitu test invaginasi jari lewat skrotum ke

dalam inguinalis penderita mengejar dan hasilnya akan

terasa benjolan pada jari.

(3) Tangan kanan jari 2 menekan anulus internus kanan, jari 3

menekan anulus eksternus kanan, jari 4 menekan fasa

ovaliskanan, penderita mengnejar dan terdapat hasil akan

adanya dorongan pada jari 2.


27

d) Pemeriksaan penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

(a) Analisa darah untuk mengetahui jumlah

haemoglobin, faal hemostasis dan jumlah lekosit.

(b) Analisa urin untuk mengetahui adanya infeksi

saluran kencing.

(2) Pemeriksaan penunjang

(a) Foto rontegen, untuk mengetahu keadaan dari

jantung dan paru

(b) Pemeriksaan EKG.

i. Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang meliputi

kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan,

mengkaitkan data dan akhirnya menarik kesimpulan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola). Dari individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah.

Gordon mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah

maslah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan

dan pengalamnnya, dia mampu dan mempunyai kewenangan untuk


28

memberikan tindakan keperawatan. Kewenangan tersebut didasarkan

pada standar praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di

Indonesia.

Berdasarkan data pengkajian klien dengan Hernia, maka secara

kemungkinan diagnosa yang diambil adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka

post-op.

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual

dan muntah ditandai dengan

5. Gangguan Body image berhubungan dengan adanya penonjolan

peritoneum ditandai dengan

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya perdarahan dan

ferforasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi bersaing untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan, tahap ini dimulai setelah

mementukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi.

Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan

dan mencegah masalah klien melalui penentuan prioritas masalah


29

(penyakit klien), penentuan sasaran (goal) dan tujuan (objective),

penentapan kriteria evaluasi dan meluruskan intervensi keperawatan.

1. Pre operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Setelah di lakukan - Mengkaji tanda-tanda nyeri
berhubungan tindakan keperawatan di pasien.
dengan harapkan nyeri dapat - Mengajarkan tehnik relaksasi.
trauma berkurang - Memberi posisi semi fowler.
jaringan (usus yeri berkurang - Memberi informasi yang
terjepit) (1-2 hari) dengan akurat untuk mengurangi
Kriteria Hasil: Pasien rasa sakit.
tampak rileks dan keluhan - Mengkolaborasi dalam
nyeri (-) pemberian terapi.

2. Nyeri Setelah dilakukan - Mengkaji pengalaman nyeri


berhubungan tindakan keperawatan pasien
dengan diharapkan nyeri - Tentukan tingkat nyeri yang
trauma berkurang (1- 5 hari) dialami.
jaringan Dengan kriteria Hasil: - Memantau keluhan nyeri.
(insisi bedah) Keluhan nyeri berkurang, - Mengjarkan tehnik relaksasi.
pasien rileks, dan skala - Menganjurkan mobilisasi dini.
nyeri 0. - Kolaborasi dalam pemberian
terapi.

3. Intoleransi Setelah dilakukan - Menjelaskan batasan aktifitas


aktifitas tindakan aktifitas dapat pasien sesuai kondisi
berhubungan maksimal dengan - Meningkatkan aktifitas secara
dengan Kriteria Hasil: bertahap.
respon tubuh Memperlihatkan - Merencanakan waktu istirahat
akibat luka kemajuan aktifitas sesuai jadwal.
post-op. mandiri dan ada respon - Memotivasi peningkatan dan
positif terhadap aktifitas. beri penghargaan pada
kemajuan yang telah dicapai.
30

2. Post operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Setelah dilakukan - Kaji nyeri,catat lokasi,skala nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (skala 1-10)
dengan diharapkan nyeri dapat R/ : berguna dalam pengawasan
trauma dikurangi keefektifan obat,kemajuan
jaringan (usus - Pasien mengatakan penyembuhan
terjepit) nyeri hilang/ - Dorong ambulasi dini
berkurang R/ : meningkatkan normalisasi
- Wajah relax fungsi organ seperti merangsang
- TTV dalam batas periltastik dan kelancaran flatus
normal : TD : 120/80 - Ajarkan teknik relaksasi
mmHg, N : 80 x/mn R/ : mengalihkan perhatian dan
mengurangi ketegangan
- Berikan analgetik sesuai indikasi
R/ : menghilangkan nyeri
- Kaji derajat mobilisasi yang di
hasilkan
R/ : pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan dini

2. Nyeri Setelah dilakukan - Menjelaskan batasan aktifitas pasien


berhubungan tindakan keperawatan sesuai kondisi
dengan diharapkan nyeri - Meningkatkan aktifitas secara
trauma berkurang (1- 5 hari) bertahap.
jaringan Dengan kriteria Hasil: - Merencanakan waktu istirahat sesuai
(insisi bedah) Keluhan nyeri jadwal.
berkurang, pasien rileks, - Memotivasi peningkatan dan beri
dan skala nyeri 0. penghargaan pada kemajuan yang
telah dicapai.

3. Intoleransi Tujuan: Aktifitas dapat - Menjelaskan batasan aktifitas pasien


aktifitas maksimal terjadi. sesuai kondisi
berhubungan Kriteria Hasil: - Meningkatkan aktifitas secara
dengan Memperlihatkan bertahap.
respon tubuh kemajuan aktifitas s.d - Merencanakan waktu istirahat sesuai
akibat luka mandiri dan ada respon jadwal.
post-op. positif terhadap - Memotivasi peningkatan dan beri
aktifitas. penghargaan pada kemajuan yang
telah dicapai.
31

2.2.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dan rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien dengan tujuan untuk

membantu klien dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan

kesehatan dan memfasilitasi koping.

Ada 3 (tiga) fase implementasi keperawatan yaitu : Pertama, fase

persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,

pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana. Kedua,

fase persiapan klien. Ketiga, fase persiapan lingkungan.

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah tindakan

dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara professional sesuai standar praktik

keperawatan yaitu, tindakan independent (hak/wewenang mutlak

perawat) tindakan dependen (limpahan) dan interdependen (kerjasama

dengan team kesehatan lainnya).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor "kealpaan" yang


32

terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan

tindakan.

Tolak ukur yang digunakan untuk penilaian pencapain tujuan

pada tahap ini madalah kriteria yang telah dibuat pada tahap

perencanaan, sehingga pada akhimya dapat disimpulkan apakah

masalah sudah teratasi seluruhnya / sebagian, belum sama sekali selesai

dan bahkan timbul masalah baru. Selanjutnya perkembangan respon

klien dituangkan kedalam catatan perkembangan klien yang diuraikan

berdasarkan SOAP / SOAPIER.

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

1. Dokumentasi Proses Keperawatan

Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang

tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem

solving dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan

mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perncanaan, tindakan.

perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien

terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan

informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya (Nursalam,

2010)

2. Tujuan Dokumentasi

Menurut Nursalam (2010) tujuan utama dari

pendokumentasian adalah untuk :


33

a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dlam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keprawatan, dan mengevaluasi tindakan.

b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.

Anda mungkin juga menyukai