Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

A. DEFINISI
Hemoroid adalah pelebaran rasa di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau
penyulit, diperlukan tindakan (Sjamsuhidayat & Jong, 1997). Sedangkan menurut
Mansjoer (2000), hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales.

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI


Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitas.
Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisidogis dan radang. Umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
Hemoroid dibedakan antara hemoroid interna dan eksterna
1. Hemoroid interna : plexus v.hemoroidales superior diatas garis mokokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler dari dalam
jaringan sub mukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada 3
posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang
lebih kecil terdapat aintara ketiga lekuk primer tersebut.
2. Hemoroid eksterna : merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rektum, sebelah
bawah anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke v.hemorodialis superior dan
selanjutnya ke v.porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.illiaka.
Hemoroid interna dikelompokkan dalam 4 derajat, yaitu :
1. Derajat I : Terjadi perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi, sudah
terjadi pelebaran/varises vena tetapi belum ada benjolan/prolaps saat defekasi,
walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Pada pemeriksaan anaskopi terlihat
hemoroid yang membesar menonjol ke dalam lumen.

1
2. Derajat II : Perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama
defekasi berlangsung serta dapat kembali secara spontan.
3. Derajat III : Sama dengan derajat II, hanya saja prolapsus tidak dapat kembali spontan
tetapi harus didorong (reposisi manual).
4. Derajat IV : Prolapsus tidak dapat direduksi/inkarserasi. Benjolan/prolaps dapat
terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, udema dan ulserasi sehingga timbul
rasa sakit.

C. TANDA DAN GEJALA


1. Perdarahan, umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena
kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
3. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
4. Jika hemoroid bertambah besar, dapat terjadi prolaps, awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
5. Keluarnya mukus dan terdapatnya fases pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
yang mengalami prolaps menetap.
6. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus dan ini disebabkan
oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.

2
D. PATHWAY

Kelemahan katup vena pleksus hemoral superior


Faktor obstipasi, defekasi yang keras
mengedan
Peningkatan tekanan intra abdomen

Peningkatan tekanan pleksus hemoral

Sumbatan pada vena

Distensi Perdarahan Prolaps


Nyeri (derajat I)

Gangguan pola eliminasi : defekasi

Terjadi pada waktu defekasi (derajat I)


dapat direduksi secara spontan

Perlu didorong untuk masuk ke anus


reposisi manual (derajat III)

Prolaps menetap, tidak dapat direposisi


manual (derajat IV)

Hemoroidektomi Trombosis, edema, peradangan

Eksisi pada Kurang Cemas Keluarnya mukus


anoderm & kulit pengetahuan
Kelembaban meningkat
Terputusnya Terputusnya
Nyeri
pembuluh darah kontinuitas jaringan Iritasi kulit perianal

Resti Port de entri kuman Kerusakan integritas kulit


Nyeri
perdarahan patogen

Resti cc vol. Resti


cairan infeksi

E. PENATALAKSANAAN
Kebanyakan pasien dengan hemoroid derajat I dan II diobati dengan tindakan
lokal dan anjuran diet. Hilangkan faktor penyebab, misalnya obstipasi, dengan diet rendah
sisa, banyak makanan berserat seperti buah dan sayur, banyak minum dan mengurangi
daging. Pasien dilarang makan makanan yang merangsang. Bila ada infeksi, berikan
antibiotik per-oral. Bila terdapat nyeri yang terus menerus, dapat diberikan
3
supositoria/salep rektal untuk anestesi dan pelembab kulit untuk melancarkan defekasi
saja dapat diberikan cairan parafin atau magnesium sulfat 10%.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara pelahan disusul dengan istirahat baring dan kompres
lokaluntuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mendasarinya, misalnya
penyakit croha, maka terapi medik harus diberikan apabila hemoroid menjadi
simptomatik.

Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mempunyai keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV, juga pada penderita dengan perdarahan berulang
dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Prinsip
yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm
dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfinter anus.
Selama pembedahan, sfinter rektal biaasnya didilatasi secara digital dan hemoroid
diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan
keluarnya flatus dan darah, penempatan belfoam/kasa oxygel dapat diberikan diatas luka
oral.

Penatalaksanaan Keperawatan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan higiene personal
yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan. Bila
tindakan ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati usus dapat
membantu.
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan salep yang
mengandung analgesik dan supositoria dengan air hangat dapat mengurangi nyeri atau
gesekan pada saat berjalan. Istirahat/tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan
pembesaran berkurang.

4
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara
segera mengeluarkan trombus (hemoroidektomi) dengan anestesi lokal. Bila trombus
sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit
dan pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri akan segera hilang dan luka segera
sembuh karena daerah luka terletak pada area yang kaya vaskularisasi.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan. Usaha untuk
melakukan reposisi hemoroid eksterna yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan
karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi.

F. PEMERIKSAAN HEMOROID
1. Inspeksi
- Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
- Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
- Untuk membuat prolaps dengan menyuruh pasien mengejan.
2. Rectal Tauche
- Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah
ada throbus atau febrosis.
- Rectal tauche diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
3. Anoskopi
- Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
- Anoskopi dimasukkan dan diputar sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen.

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
- Akut, dapat menyebabkan syok hiporolumik.
- Kronis, menyebabkan anemia.
2. Prolaps Hemmorhoid Interna dapat menjadi irreponible, trjadi inkarserasi kemudian
infeksi dan sepsis.

5
RENCANA KEPERAWATAN

1. Dx : Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi kulit perianal; trauma jaringan sekunder
akibat pembedahan (post op)
Ditandai dengan : - Klien menyatakan keluhan nyeri (skala (1-10)
- Ekspresi wajah meringis, menyeringai menahan nyeri
- Klien tampak berhati-hati dan melindungi daerah yang nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Klien mengungkapkan adanya penurunan/pengurangan nyeri secara verbal.
2. Skala nyeri (0-2).
3. Ekspresi wajah ceria, berseri dan dapat tersenyum.
4. Klien dapat rileks dan tenang.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
1. Kaji ulang tentang nyeri, 1. Berguna dalam pengawasan,
karakteristik, skala, lokasi membantu membedakan penyebab
nyeri dan info tentang kemajuan/
perbaikan penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan
intervensi
2. Monitor tanda-tanda vital, 2. Respons autonomik meliputi
perhatikan takikardi, perubahan pada TD, nadi dan
hipertensi dan peningkatan pernafasan yang berhubungan
pernafasan dengan keluhan/penghilangan nyeri.
Abnormalitas TTV terus menerus
memerlukan evaluasi lanjut.
3. Motivasi klien untuk makan 3. Memudahkan defekasi, menurunkan/
makanan berserat tinggi. mencegah iritasi kulit perianal lebih
lanjut.
4. Anjurkan untuk istirahat dan 4. Untuk mengurangi nyeri secara
mengambil posisi yang alamiah, klien akan memposisikan
nyaman sehingga dapat dirinya sesuai kenyamanannya.
mengurangi rasa nyeri.
5. Dorong penggunaan teknik 5. Lepaskan tegangan emosional dan

6
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
relaksasi, misal : latihan nafas otot, tingkatkan perasaan kontrol
dalam, bimbingan imajinasi, yang mungkin dapat meningkatkan
distraksi. kemampuan koping.
6. Kolaborasi : berikan analgetik 6. Analgesik iv dapat segera
sesuai petunjuk (analgesik IV, menghilangkan rasa sakit,
ADP) pemberian ini memakan waktu lebih
lama dan tingkat keefektifannya
bergantung kepada tingkat dan
absorbsi sirkulasi.

2. Dx : Ansietas/cemas berhubungan dengan rencana tindakan operasi.


Ditandai dengan : - Klien mengungkapkan adanya kecemasan.
- Ekspresi wajah tegang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak mengalami kecemaan
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Klien tenang, wajah berseri, tersenyum.
2. Klien mengerti tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dengan mengungkapkan
adanya kesiapan mental untuk operasi.
3. Klien mengungkapkan adanya istirahat yang adekuat.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
1. Sediakan waktu kunjungan 1. Dapat menjamin dan meredakan
sebelum pembedahan jika keresahan pasien dan juga
memungkinkan menyediakan informasi untuk
perawatan intra operasi yang
formulatif. Mengetahui bahwa
lingkungan asing dapat menakutkan
dan menghilangkan rasa sakit yang
berhubungan dengan hal tersebut.
2. Identifikasi tingkat rasa takut 2. Rasa takut yang berlebihan dan
terus menerus akan mengakibatkan
reaksi stress yang berlebihan, resiko
potensial dari pembalikan reaksi
terhadap prosedur/zat-zat anastesi.
3. Validasi sumber rasa takut, 3. Dapat membantu pasien

7
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
sediakan informasi yang menghadapi rasa takut yang spesifik
akurat dan faktual secara realistis. Pasien mungkin
mengalai kesalahan interpretasi
tentang info pra operasi mengenai
proses penyakit/pembedahan.
4. Beritahu pasien kemungkinan 4. Mengurangi ansietas/rasa takut
dilakukannya anestesi lokal/ bahwa pasien mungkin melihat
spiral dimana rasa pusing/ prosedur.
mengantuk mungkin saja
terjadi
5. Berikan petunjuk/penjelasan 5. Ketidakseimbangan dari proses
yang sederhana pada pasien pemikiran akan membuat pasien
yang tenang. Tinjau menemui kesulitan untuk
lingkungan sesuai kebutuhan memahami petunjuk-petunjuk yang
panjang dan berbelit-belit.
6. Kontrol stimuli eksternal. 6. Suara gaduh dan keributan akan
meningkatkan ansietas.
7. Kolaborasi : Rujuk pada 7. Konseling profesional mungkin
perawatan oleh rohaniawan/ dibutuhkan pasien untuk mengatasi
spiritual, spesialis klinis rasa takut.
perawat psikiatri, konseling
psikiatri jika diperlukan

3. Dx : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada kulit perianal; interupsi
mekanis pada kulit/jaringan akibat tindakan pembedahan.
Ditandai dengan : - Gangguan pada permukaan/lapisan kulit dan jaringan
- Adanya iritasi pada daerah perianal : kemerahan, laserasi
- Adanya insisi dan jahitan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, integritas jaringan kulit dapat
dipertahankan normal dengan kriteria sebagai berikut :
1. Mempertahankan kulit utuh.
2. Mencapai penyembuhan luka dan bebas tanda infeksi
3. Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk
mencegah komplikasi.

8
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
1. Kaji integritas kulit, catat 1. Kondisi kulit dipengaruhi oleh
perubahan pada turgor, sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
gangguan warna, hangat Jaringan dapat menjadi rapuh dan
lokal, eritema dan eksoriasi. cenderung untuk infeksi dan rusak.
2. Ajarkan permukaan kulit 2. Area lembah, terkontamnasi
kering dan bersih, batasi memberikan media yang sangat
penggunaan sabun. baik untuk pertumbuhan organisme
patogenik. Sabun dapat mengeringkan
kulit secara berlebihan dan
meningkatkan iritasi.
3. Lihat semua insisi. Evaluasi 3. Penyembuhan mulai dengan segera,
proses penyembuhan. Kaji tetapi penyembuhan lengkap
ulang harapan terhadap memerlukan waktu.
penyembuhan dengan pasien.
4. Anjurkan penggunaan celana 4. Menurunkan iritasi garis jahitan dan
dalam dan celana dari bahan tekanan dari baju/celana. Membiarkan
yang halus, tidak ketat, dapat insisi terbuka terhadap udara
menyerap. meningkatkan proses penyembuhan
dan menurunkan faktor resiko infeksi.
5. Beri penguatan pada balutan 5. Lindungi luka dari perlukaan
awal/penggantian sesuai mekanis dan kontaminasi.
indikasi.
6. Secara hati-hati, lepaskan 6. Mengurangi resiko trauma kulit dan
perekat (sesuai arah gangguan pada luka.
pertumbuhan rambut) dan
pembalut pada waktu
mengganti.
7. Periksa luka secara teratur, 7. Pengenalan akan adanya kegagalan
catat karakteristik dan proses penyembuhan luka/berkembang
integritas kulit. komplikasi
8. Ingatkan pasien untuk tidak 8. Mencegah kontaminasi luka.
menyentuh darah luka.

9
4. Dx : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya barier/pertahanan sebagai port
de entry kuman patogen; prosedur invasif, insisi bedah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tanda-tanda resiko infeksi dapat
dihilangkan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar.
2. Bebas tanda infeksi/inflamasi, drainase pumen, eritema dan demam.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
1. Awasi tanda vital, perhatikan 1. Dugaan adanya infeksi/terjadinya
demam, menggigil, berkeringat, sepsis, abses.
perubahan mental, meningkatnya
nyeri abdomen.
2. Lakukan pencucian tangan 2. Menurunkan resiko penyebaran
yang baik dan perawatan luka infeksi.
aseptik, berikan perawatan
paripurna.
3. Lihat insisi dan balutan. Catat 3. Memberikan deteksi dini terjadinya
karakteristik drainase luka, proses infeksi dan pengawasan
adanya eritema. penyembuhan.
4. Tetap pada fasilitas kontrol 4. Tetapkan mekanisme yang
infeksi, sterilisasi dan dirancang untuk mencegah infeksi.
prosedur/kebijakan aseptik.
5. Lakukan irigasi luka dengan 5. Dapat digunakan untuk mengurangi
salin, antibiotik atau jumlah bakteri pada lokasi dan
antiseptik. pembersihan luka debris.
6. Kolaborasi : berikan antibiotik 6. Dapat dilakukan secara profilaksis
sesuai petunjuk. bila dicurigai terjadinya infeksi/
kontaminasi

5. Dx : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya mengingat/informasi, salah interpretasi informasi.
Ditandai dengan : - Pernyataan masalah/perhatian, kesalahan konsep.
- Permintaan informasi
- Tingkah laku yang berlebihan/tidak pantas (agitasi, apatis,
hermusuhan)

10
- Tidak tepat mengikuti instruksi/perkembangan komplikasi yang
tidak dapat dicegah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pengetahuan klien meningkat dengan
kriteria sebagai berikut :
1. Mengutarakan pemahaman proses penyembuhan/proses praoperasi.
2. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
3. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONALISASI
1. Kaji tingkat pemahaman 1. Berikan fasilitas perencanaan
pasien. program pengajaran pascaoperasi
2. Tinjau ulang patologi khusus 2. Sediakan pengetahuan berdasarkan
dan antiapasi prosedur hal dimana pasien dapat membuat
pembedahan. pilihan terapi berdasarkan informasi
dan setuju untuk mengikuti
prosedur dan adanya kesempatan
untuk menjelaskan kesalahan
konsep.
3. Gunakan sumber-sumber 3. Bahan yang dibuat secara khussu
bahan pengajaran, audiovisual akan dapat memenuhi kebutuhan
sesuai keadaan. pasien untuk belajar.
4. Melaksanakan program 4. Meningkatkan pemahaman/kontrol
pengajaran pra operasi pasien dan memungkinkan
individual : pembatasan dan partisipasi dalam perawatan pasca
prosedur pra operasi/pasca operasi.
operasi, misal : perubahan
urinarius dan usus,
pertimbangan diet, tingkat
perubahan aktivitas, kontrol
rasa sakit.

ASUHAN KEPERAWATAN
NY. S DENGAN MASALAH SISTEM
GASTROINTESTINAL (HEMOROID)

11
DI RUANG INAYAH PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Tgl. Masuk : 29 Oktober 2016 Dx. Medis : Hemorroid Grade III


Jam : 11.00 WIB
No. CM : 00-32-06-62
Identitas :
Pasien Penanggung jawab pasien
Nama : Ny. S Ny. S (anak)
Umur : 10-10-1961 35
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : Petani IRT
Status Pernikahan : Menikah Kawin
Alamat : Glontor 3/2 Karanggayam

PENGKAJIAN
Tgl. : 31 November 2016
Jam : 13.30 WIB

Alasan utama datang ke RS :


Ada benjolan di anus sebesar telor puyuh.

Riwayat penyakit sebelumnya :


Klien mengeluhkan nyeri di daerah anus, terasa panas dan ada benjolan di anus. Benjolan
sebesar telor puyuh, benjolan tidak dapat masuk sendiri. Klien menderita hemoroid sejak
kelahiran anak ketiganya sekitar 20 tahun yang lalu. Selama ini klien hanya berobat ke
puskesmas dan hanya mendapat obat-obatan oral tapi klien tidak tahu apa saja obat yang
diberikan. Sekitar empat hari yang lalu pasien mengatakan benjolan di anus dirasakan sangat
menggangu sehingga klien datang ke poli bedah RS PKU Muhammadiyah Gombong dan
disarankan untuk operasi.

Keluhan Utama :
Nyeri saat BAB (skala nyeri : 7).

Riwayat kesehatan lalu :


Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit yang parah.

Riwayat kesehatan keluarga :


Dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit menular dan tidak ada yang pernah
dirawat di RS.

Riwayat pengobatan alergi :


Tidak ada riwayat alergi.

Pengkajiaan saat ini


1. Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan

12
Klien merasa keadaanya saat ini sangat mengganggu aktifitas sehingga klien
memutuskan untuk melakukan operasi
2. Pola nutrisi / metabolic
Sebelum sakit klien sangat menyukai makanan pedas dan sambal, kurang
mengkonsumsi buah dan sayur
Program di rumah sakit diit bubur kecap
Intake makanan selama sakit dirumah sakit selalu habis.
Intake cairan, minum air putih kira-kira 8-10 gelas setiap hari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar : Pola 1 kali sehari, selama di rumah sakit satu hari sekali
b. Buang air kecil : kencing 4 – 6 kali sehari, jernih, jumlah antara 800 – 1000 cc
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien bekerja sebagai petani sehingga terbiasa mengangkat hasil bumi yang berat-
berat. Selama di RS klien hanya tiduran saja di tempat tidur.
Oksigenasi ; bernafas secara spontan tanpa bantuan
5. Pola tidur dan istirahat
( lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur )
Selama sakit di rumah sakit tidak bisa tidur karena merasakan nyeri di daerah anus
6. Pola Peceptual
( penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi )
Penglihatan dan pendengaran masih baik ( normal ). Masih bisa merasakan manis,
pahit, asam dan merasakan sensasi panas atau nyeri. Nyeri di daerah anus terutama
dirasakan setelah BAB. Skala nyeri 7 dengan durasi beberapa menit setelah BAB.
7. Pola Persepsi diri
( pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri )
Klien mengatakan sudah siap untuk dilakukan operasi hemoroidektomi
8. Pola peran dan hubungan
( komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan )
Hubungan dan komunikasi dengan keluarga maupun tim kesehatan juga baik, hal ini
tampak bahwa pasien selalu kooperatif ketika diajak komunikasi.
9. Pola Managemen koping stress
( perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini )
Klien menyadari penyakitnya dan berharap penyakitnya bisa sembuh dengan segera.
Tidak ada perubahan besar dalam kehidupannya hanya saja setelah sakit.
13
10. Sistem nilai dan kepercayaan
( pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan , dll )
Klien dirumah tidak begitu aktif dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian dan
menjalankan ibadah sholat lima waktu. Selama di rumah sakit belum pernah
melakukan ibadah ( di rumah sakit ).

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Sakit/nyeri : Sangat Mengganggu
Status gizi : Normal
Sikap : Gelisah, klien tampak menahan nyeri, berfokus pada diri sendiri, sangat
berhati-hati, wajah pucat, tegang, meringis sulit berkonsentrasi
Personal hygiene : Bersih
Lain-lain : Nyeri pada saat BAB (skala 7)
2. Data sistematik
a. Sistem persepsi sensor
Pendengaran : Normal,
Penglihatan : Normal, konjungtiva : tidak anemis, palpebra cekung
Sklera : Tidak ikterik
Pengecap/pengidu : Normal
Peraba : Normal
b. Sitem pernafasan
Frekwensi : 20 x/menit
Suara nafas : Bersih
c. Sistem cardio vaskuler
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Denyut nadi : 82 x/menit, irama : teratur
Kekuatan : Kuat, akral : hangat
Pengisian kapiler : < 3 detik, edema tidak ada
Lain-lain : Hb
d. Sistem saraf pusat
Kesadaran : CM, GCS : 4 5 6
Bicara : Normal
Pupil : Isochor
Orientasi waktu : Baik
Orientasi tempat : Baik
Orientasi orang : Baik
e. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : Normal
Mulut & tenggorok : Normal, konjungtiva : tidak anemis
Kemampuan mengunyah : Tidak ikterik
Kemampuan menelan : Normal
Perut : Normal
Colon dan rektum : BAB 1x
Lain-lain : Keluar benjolan sebesar telur puyuh pada saat mengejan.
BAB 1x sehari, lunak.
f. Sistem musculosceletal
Rentang gerak : Penuh
14
Keseimbangan dan cara jalan : Tegap
Kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari : Mandiri
Genggaman tangan : Sama kuat
Otot kaki : Sama kuat
g. Sistem integumen
Warna kulit : Normal
Turgor : Baik, luka tidak ada
Memar : Tidak ada, kemerahan ada di daerah perianal
Lain-lain : Daerah perianal tampak kemerahan, klien menyatakan
perih dan panas di sekitar anus
h. Sistem reproduksi
Infertil : Tidak ada
Masalah menstruasi : Tidak ada
i. Sistem perkemihan
Vesica urinaria : BAK 3-4 x/hari, jumlah 1500-2000 cc/hari, warna kuning
jernih
3. Data penunjang
Hasil pemeriksaan labolatorium tanggal 29 – 10 – 2016
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Lekosit 7.62 10^3/uI 4.80 – 10.80
Eritrosit 4.54 10^6/uL 4.70 – 6.10
Haemoglobin 12.8 g/dL 14.0 – 18.0
Hematokrit 37 % 40 – 54
MCV 81.9 fL 79.0 – 99.0
MCH 28.2 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 34.4 g/dL 33.0 – 37.0
Trombosit 320 10^3uI 150 – 450
Hitung jenis
Basofil 0.4 % 0.0 – 1.0
Eosinofil 1.0 % 2.0 – 4.0
Netrofil 67.7 % 50.0 – 70.0
Limposit 25.1 % 25.0 – 40.0
Monosit 5.8 % 2.0 – 8.0
CT 6 Menit 2 -6
BT 2 Menit 1–6
HBsAg Negatif Negatif

Terapi tanggal 29 – 10 – 2016


1. Dulkolac tab 1 x 1 selama 2 hari
2. Diit bubur kecap
Terapi tanggal 31- 10-2016
a) Infus: RL 10 tpm
b) Injeksi :
Ceftri 1 gr /8 jam
Ketorolac 30 mg / 8 jam
Lodia tab 1 x 1
Faktu 6 x sehari

15
LEMBAR ANALISIS DATA

No Data Masalah Etiologi


1 31 Oktober 2016, j. 13.30 Nyeri Akut Iritasi pada kulit
DS : - Klien merasa nyeri & panas perianal; trombosis,
setelah BAB edema dan peradangan
P : BAB
Q : Panas & nyeri seperti kena
api
R : di anus
S :7
T : Setelah BAB sampai
beberapa menit
- Klien mengatakan hari ini BAB
1 x (pagi) dan keluar benjolan
DO : - Kulit di sekitar anus (perianal)
tampak kemerahan
- Tampak benjolan di anus
sebesar  telur puyuh
- Klien tampak menahan nyeri
dan berhati-hati
3 1 November 2016, j. 13.30 Nyeri Akut Post operasi
DS : - Klien mengeluhkan panas dan hemoroidektomi :
nyeri sekali pada anus setelah terputusnya continuitas
dioperasi. Skala 8. jaringan di anus dan
P : Setelah operasi hemoroi- sekitarnya
dektomi
Q : Panas & nyeri senut-senut
R : di anus dan sekitarnya
S :8
T : Terus menerus
DO : - Klien tampak menahan nyeri
- Berfokus pada diri sendiri
- Sangat berhati-hati
- Wajah pucat, tegang, meringis
- Sulit berkonsentrasi
4 1 November 2016, j. 13.30 Gangguan pola Nyeri pada anus
DS : - Klien mengeluhkan semalam istirahat : tidur
tidak bisa tidur sama sekali
- Klien mengeluhkan nyeri sekali
(skala 8), panas
DO : - Wajah klien tampak pucat
- Klien gelisah menahan nyeri
- Klien tegang, sangat berhati-hati
pada daerah yang sakit
- Mata cekung
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada kulit perianal; trombosit, edema dan
peradangan.

16
2. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya continuitas jaringan di anus dan sekitarnya
(post operasi hemoroidektomi).
3. Gangguan pola istirahat/tidur berhubungan dengan nyeri di sekitar anus dan anus.

17
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. S No. Register : 00-32-06-62


Tanggal lahir : 10-10-1961 Diagnosa Medis : Hemoroid Grade III
Ruang dirawat : Inayah Alamat : Glontor 3/2 Kr. Gayam

RENCANA Tanda
Tgl.
Diagnosa Tangan dan
Jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nama
31/10 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang tentang 1. Berguna dalam pengawasan,
2016 dengan iritasi pada kulit tindakan keperawatan 2 karakteristik nyeri, lokasi memberi info kemajuan/perbaikan
14.30 perianal; trombosit, edema x 24 jam, nyeri dapat dan skala penyembuhan
dan peradangan. diatasi dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda 2. Abnormalitas TTV terus menerus
sebagai berikut : vital, perhatikan takikardi, memerlukan evaluasi lanjut
1. Klien tampak rileks hipertensi dan peningkatan
2. Klien tidak menun- pernafasan
jukkan tanda-tanda 3. Motivasi klien untuk 3. Memudahkan defekasi, mengurangi
nyeri baik verbal/ makan makanan berserat iritasi kulit perianal lebih lanjut.
non verbal tinggi
3. Skala nyeri 4 - 6 4. Anjurkan untuk istirahat 4. Untuk mengurangi nyeri secara non
dan memantau posisi farmakologik
yang nyaman sehingga
dapat mengurangi rasa
nyeri
5. Dorong penggunaan 5. Melepaskan tegangan emosional
teknik relaksasi, misal : dan otot, mengurangi perasaan
latihan nafas dalam, kontrol yang mungkin dapat
distraksi meningkatkan kmempuan koping.
6. Berikan analgesik sesuai 6. Mengurangi nyeri secara
kebutuhan farmakologik dengan langsung
mengurangi reseptor nyeri.

18
Tgl. RENCANA Tanda
Diagnosa
Jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Tangan dan
1/11 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang tentang 1. Berguna dalam pengawasan, Nama
2016 dengan terputusnya continuitas tindakan keperawatan 3 karakteristik nyeri, lokasi memberi info kemajuan/perbaikan
14.00 jaringan di anus dan x 24 jam, nyeri dapat dan skala penyembuhan
sekitarnya (post operasi dihilangkan/berkurang 2. Monitor TTV, perhatikan 2. Abnormalitas TTV terus menerus
hemoroidektomi). dengan kriteria sebagai takikardi, hipertensi, memerlukan evaluasi lanjut
berikut : penambahan pernafasan
1. Klien mengungkapkan 3. Catat indikator non 3. Memudahkan defekasi, mengurangi
adanya pengurangan verbal & respon iritasi kulit perianal lebih lanjut.
nyeri. automatik terhadap nyeri,
2. Skala nyeri (4-6) evaluasi efek analgesik.
3. Wajah klien ceria, 4. Ajurkan untuk istirahat 4. Untuk mengurangi nyeri secara non
tersenyum dan dan mengambil posisi farmakologik
berseri yang nyaman sehingga
4. Wajah tampak rileks dapat menurunkan rasa
nyeri
5. Mendorong penggunaan
5. Melepaskan tegangan emosional
teknik relaksasi, misal :
dan otot, mengurangi perasaan
latihan nafas dalam,
kontrol yang mungkin dapat
distraksi meningkatkan kmempuan koping.
6. Memberikan analgesik
6. Mengurangi nyeri secara
sesuai kebutuhan farmakologik dengan langsung
mengurangi reseptor nyeri.
1/11/ Gangguan pola istirahat/tidur Setelah dilakukan 1. Kaji ulang tentang pola 1. Mengetahui tingkat istirahat dan
2016 berhubungan dengan nyeri di tindakan keperawatan 2 dan pemenuhan istirahat tidur klien pola kebiasaan tidur
14.00 sekitar anus dan anus. x 24 jam, gangguan tidur. klien
pola istirahat tidur 2. Atur posisi klien 2. Memberikan kenyamanan, mengurangi
dapat diatasi dengan senyaman mungkin. ketegangan, emosi, meningkatkan
kriteria sebagai berikut: koping terhadap nyeri dan

19
Tgl. RENCANA Tanda
Diagnosa
Jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Tangan dan
1. Klien mengungkapkan memudahkan istirahat. Nama
adanya pemenuhan 3. Ciptakan suasana yang 3. Memudahkan klien mencapai
dalam istirahat/tidur nyaman dan tenang tingkat kenyamanan yang diinginkan.
2. Klien tidur  8 dengan membatasi Pembahasan pengunjung, dapat
jam/hari pengunjung meningkatkan privacy dan harga
3. Wajah klien segar, diri klien dan mendukung istirahat,
mata cerah tidur.
4. Kesadaran compos 4. Mendorong penggunaan 4. Mengurangi ketegangan, meningkatkan
mentis teknik pengurang nyeri koping terhadap nyeri.
secara non farmakologik
nafas dalam, distraksi.
5. Mendorong penggunaan 5. Menciptakan kebiasaan seperti di
media-media tertentu rumah dapat membuat klien merasa
seperti membaca buku, tidak bidang dirawat sehingga dapat
mendengarkan musik dll memudahkan aktivitas istirahat/
sebelum tidur sesuai tidur.
kebiasaan
6. Kolaborasi : berikan 6. Memberikan efek farmakologik,
analgesic sesuai advice mengurangi reseptor nyeri dan
atau sederhana memudahkan tidur.

CATATAN PERKEMBANGAN

20
Nama Klien : Ny. S No. Register : 00-32-06-62 Alamat : Glontor 3/2 Kr. Gayam
Tanggal lahir : 10-10-1961 Ruang dirawat : Inayah

Nama
Tgl.
Diagnosa dan Implementasi Keperawatan Evaluasi &
Jam
TTD
31/10/ Dx I
2016 Implementasi : S : - Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang.
14.30 1. Mengkaji karakteristik nyeri, lokasi dan skala nyeri (1-10) Skala 4 karena tidak setelah BAB
15.00 2. Memonitor TTV O : - Klien tampak tenang, klien terlihat berbincang-
15.15 3. Membantu klien memberikan posisi yang nyaman. bincang dengan teman atau kamar dan penunggu
15.30 4. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat. T = 130/80 RR = 18
16.00 5. Mengajarkan teknik relaksasi : nafas dalam untuk N = 80 S = 36,2C
mengurangi nyeri. - Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas
16.30 6. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi dalam
untuk mengurangi nyeri. A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi 4,5,6
1/11/ Dx II
2016 Implementasi : S : - Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang.
13.30 1. Mengkaji karakteristik nyeri, lokasi dan skala nyeri (1-10) Skala 7
15.00 2. Memonitor TTV
15.30 3. Membantu klien memberikan posisi yang nyaman. O : - Klien sudah dilakukan hemoroidektomi
16.00 4. Mengajarkan teknik relaksasi : nafas dalam untuk T = 140/70 RR = 18
mengurangi nyeri. N = 80 S = 35,7C
16.50 5. Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi A : Tujuan tercapai sebagian
untuk mengurangi nyeri. P : Pertahankan intervensi 3, 4 dan 5
1/11/ Dx III
2016 Implementasi : S : - Klien mengatakan semalam masih sering
14.00 1. Mengkaji aktivitas istirahat/tidur klien semalam terbangun dari tidur karena nyeri
2. Memberikan reinforcement atas keberhasilan klien - Klien menyatakan sudah berkurang nyerinya
memenuhi kebutuhan istirahat/tidur (skala 7)
3. Mendukung dan mendorong lingkungan tetap nyaman O : - Klien sudah tampak ceria

21
Nama
Tgl.
Diagnosa dan Implementasi Keperawatan Evaluasi &
Jam
TTD
(mengurangi kegaduhan, membatasi jumlah pengunjung - Mata masih agak cekung
yang masuk) A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi 3
2/11/ Dx II
2016 Implementasi : S :- Klien menyatakan nyeri sudah mulai berkurang
14.00 1. Mengkaji tingkat nyeri (skala 5) rasa panas seperti terbakar sudah
14.30 2. Mencatat indikator verbal dan non verbal berkurang dan klien merasa semakin sehat
3. Mendorong penggunaan teknik relaksasi nafas dalam O : - Klien tampak tenang, rileks
- Klien dapat tersenyum dan berbincang-bincang
dengan teman 1 kamar
- Klien dapat berkonsentrasi
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-3
2/11/ Dx III
2016 Implementasi : S : - Klien mengatakan semalam sudah dapat tidur
14.00 1. Mengkaji aktivitas istirahat/tidur klien semalam lebih nyenyak
2. Reinforcement atas keberhasilan klien memenuhi kebutuhan - Klien menyatakan sudah berkurang nyerinya
istirahat/tidur (skala 5)
3. Mendukung dan mendorong lingkungan tetap nyaman O : - Klien sudah tampak ceria
(mengurangi kegaduhan, membatasi jumlah pengunjung - Mata masih tidak merah, tidak cekung
yang masuk) A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi

22
23
REFERENSI

1. Carpenito, L.J. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, ed. 8, Jakarta :


EGC.
2. Dongoes, M.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed. 3. Jakarta : EGC.
3. Mansyoer, A, et.al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
4. _________. (2005-2006). Pedoman Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-
2006. Definisi Klasifikasi, editor : Budi Santosa. Prima Medika.
5. Price & Wilson. (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses : Penyakit.
Jakarta : EGC.
6. Sjamsuhidayat & Wong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Revisi. Jakarta :
EGC.
7. Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, ed. 8, Jakarta : EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai