1
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Masalah Medis
1. Pengertian Hematuria ………………………………………………...3
2. Etiologi ……………………………………………………………….3
3. Manifestasi …………………………………………………………...4
4. Patofisiologi ………………………………………………………….4
B. Konsep Dasar Masalah Medis
1. Pengertian Nyeri ……………………………………………………...4
2. Teori Pengontrolan Nyeri …………………………………………….4
3. Jenis Nyeri…………………………………………………………… 5
4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri …………………………………..6
5. Gejala dan Tanda Mayor atau Minor ………………………………...7
6. Kondisi Klinis Terkait ………………………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian ……………………………………………………………….9
1. Data Subyektif ………………………………………………………..9
2. Data Obyektif ……………………………………………………….12
B. Analisa data …………………………………………………………….17
C. Diagnosa Keperawatan.………………………………………………...19
D. Intervensi Keperawatan ………………………………………………...20
E. Implementasi Keperawatan …………………………………………….22
F. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………….24
BAB III PEMBAHASAN
A. Inovasi Keperawatan menurut Analisis Jurnal …………………………33
B. Kesimpulan …………………………………………………………….34
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
3
C. Manifestasi Klinis
Warna urin pada hematuria biasanya dapat menggambarkan
lokasi perdarahannya. Warna yang agak merah jambu biasanya
menggambarkan jumlah darah merah yang jauh lebih kecil, dan jarang
disebabkan oleh kelainan glomerulus. Pada kelainan glomerulus, biasanya
urin akan berwarna seperti ‘teh’ atau ‘coca cola’, atau coklat kehitaman
atau merah kecoklatan dan tanpa bekuan darah. Penderita dengan warna
urin yang merah cerah atau merah terang, biasanya menggambarkan
kelainan pada pembuluh darah atau pada saluran kemih bagian bawah.
Warna urin yang muncul pada saat awal atau akhir berkemih juga bisa
menunjukkan lokasi lesi. Penderita yang melaporkan urin yang berdarah
pada saat awal berkemih menunjukkan adanya lesi pada uretra (urtetritis)
dan penderita yang melaporkan adanya urin yang berdarah pada saat akhir
berkemih biasanya menunjukkan adanya lesi pada kandung kemih
(sistitis).
Kelainan ginjal dan kelainan sistemik yang menyebabkan gross
hematuria pada anak. Pada glomerulonefritis akut setelah infeksi
streptokokkus (glomerulonephritis acute post streptococcus/GNAPS),
kejadian hematuria makroskopis mencapain frekwensi 31% sampai 93%.5
Penelitian potong lintang di Indonesia terhadap 509 anak dengan usia rata-
rata 8.5 tahun menyebutkan bahwa kejadian hematuria makroskopis pada
GNAPS merupakan tanda pada 53.6% penderita (Gattinei.,J. et al. 2012).
D. Patofisiologi
Apabila Sawar Filtrasi Glomerulus (SFG) mengalami kerusakan,
misalnya pada glomerulonefritis, protein dan darah akan tampak dalam
urine. Apabila sawar melemah tetapi masih intak, sel darah merah akan
terlihat dalam urine tanpa protein dan laju filtrasi glomerulus normal. Hal
ini disebut sebagai hematuria mikroskopik asimtomatik atau yang dikenal
dengan istilah isolated microscopic hematuria. Sel darah merah akan
terjepit dan terperas saat melintasi fenestra sel endotel sebelum masuk ke
ruang Bowman. Pada saat masuk ke dalam tubulus, sel darah merah
tersebut terbenam dalam uromodulin (protein TammHorsfall) yang akan
4
tampak dalam urine sebagai toraks sel darah merah. Sel darah merah akan
mengalami kerusakan ketika terjepit dalam barier filtrasi glomerulus
sehingga dalam urine akan terlihat dismorfik. Secara kebetulan proses
melintasnya sel darah merah melalui sawar filtrasi glomerulus terlihat saat
dilakukan pemeriksaan mikroskop elektron dari sampel biopsi seorang
pasien (Soemyarso, N. et al, 2018).
E. Konsep Dasar Masalah Keperawatan
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi tidak menyenangkan bersifat subjektif.
Keluhan nyeri setiap individu berbeda tergantung nilai skala maupun
tingkatanya sehingga ketika nyeri muncul hanya individu itu saja yang bisa
menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Imaniah, 2019).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori emosional tidak menyenangkan
dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang
menyerang secara tiba-tiba ataupun lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan evaluasi akhir yang dapat diantisipasi/ diprediksi langsunng
dengan jangka waktu <6 bulan (NANDA, 2018).
Pasien dengan keluhan nyeri akut akan menunjukkan peningkatan
gejala persipirasi, denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor
(Keadaan kulit pucat) (Potter& Perry, 2005 dalam Supriyadi, 2016).
B. Teori Pengontrolan Nyeri
Nyeri diatur ataupun dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang system saraf pusat menurut teori gate control dari Melzacik., et
al (1965). Impuls nyeri dihantarkan saat pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya penutupan atau teori
menghilangkan nyeri, neuron delta A dan C akan melepaskan substansi C
dan menghambat substansi P kemudian menstranmisi impuls melalui
mekanisme pertahanan.
Penutupan mekanisme pertahanan terjadi jika mekanoreseptor
neuron beta A. Impuls yang dihantarkan ke otak memodifikasi nyeri oleh
pusat korteks yang lebih tinggi di otak. Saraf desenden akan melepaskan
opiate endogen seperti endorphine dan dinorfin yang merupakan suatu
5
penyebab nyeri alami yang berasal dari tubuh. Teknik konseling, relaksasi,
atau pemberian placebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin
(Potter& Perry, 2005 dalam Supriyadi, 2016).
C. Jenis Nyeri
Menurut Delaune & Ladner (2011) menyatakan bahwa nyeri
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu;
(1) Nyeri berdasarkan penyebab atau asal
(a) Nyeri Kutaneous (Disebabkan oleh stimulus ujung saraf kutaneus
di kulit dan menghasilkan sensasi terbakar dan menusuk yang
terakolasi dengan baik).
(b) Nyeri Somatik (Bersifat nonlokalisasi, berasal dari struktur
pendukung seperti tendon, ligament, dan saraf yang
memungkinkan nyeri dalam, sela lutut/jari).
(c) Nyeri Viseral (Ketidaknyamanan oragan dalam yang tidak
terlokalisir dan lebih lambat, dalam penilaian skala lebih sulit
karena lokasinya tidak terkait langsung dengan penyebabnya.
(2) Nyeri berdasarkan deskripsi atau sifatnya
(a) Nyeri Akut (Serangan mendadak dan durasi relative singkat.
Intensitas nyeri ringan-berat dengan onset lambat. Bersifat
berulang dan dapat kambuh dalam jangka waktu lama sepanjang
hidup pasien).
(b) Nyeri Kronik (Nyeri berulang dan menghasilkan perubahan
signifikan dengan jangka waktu lama berlangsung 6 bulan/lebih
setelah patogis teratasi).
D. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri,
sebagai berikut;
1) Usia
Bertambahnya usia maka bertambhanya pengalaman masalah
yang berakibat dari tindakan dan memiliki usahan dalam
mengatasinya. Umur lansia atau umur tua lebih siap menerima
dampak/efek meupun komplikasi nyeri (Retnopurwandri, 2018 dalam
6
Sari, 2017). Usia anak dikaitkan kedalam kategori yang masih takut
dengan pengalaman rasa sakit, karena anak tidak mengerti rasa sakit
yang muncul berasal darimana (Delaune & Ladner, 2011).
2) Pengalaman Terhadap Rasa Sakit
Pengalaman terhadap rasa sakit yang sebelumnya dirasakan
sangat berpengaruh terhadap reaksi penerimaan terhadap nyeri.
Mekanisme penanganan sebelumnya akan mempengaruhi kehidupan
dan tindakan yang dapat digunakan dalam mengatasi nyerinya dengan
melakukan metode pengelolaan nyeri sehingga ketakutan klien akan
menghilang karena manajemen rasa sakit yang sudah berhasil Delaune
& Ladner, 2011).
3) Norma Budaya dan Sikap
Lingkungan sosial budaya akan memberikan peluang harapan
berbeda pada individu, anggota keluarga menjadi tempat bergantung
pada saat mengalami nyeri untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan
perlindungan (Potter & Perry, 2006 dalam Sari, 2017).
4) Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap respon terhadap
nyeri, namun pria lebih siap untuk menerima efek dan komplikasi
nyeri, sedangkan perempuan lebih suka mengeluhkan dan
mengutarakan rasa sakitnya dengan menangis (Adha, 2014 dalam Sari
2017).
5) Makna Nyeri, Keletihan, Ansietas dan Perhatian
Respon individu terhadap nyeri dengan putus asa, cemas,
depresi, dan kurang perhatian maka mereka tidak dapat menerima
makna positif maupun tujuan nyeri (Kozier, 2010).
E. Gejala dan Tanda Mayor atau Minor
Menurut SDKI (2016) gejala dan tanda mayor dan minur dari nyeri
akut adalah;
1) Tanda Mayor
Subjektif :
Mengeluh nyeri.
7
Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (Mis; waspada, posisi menghindari
nyeri).
c) Gelisah.
d) Frekuensi nadi meningkat.
e) Sulit tidur.
2) Tanda Minor
Subjektif:
(Tidak tersedia).
Objektif :
a) Tekanan darah meningkat.
b) Pola napas berubah.
c) Nafsu makan berubah.
d) Proses berpikir terganggu.
e) Menarik diri.
f) Berfokus pada diri sendiri.
g) Diaforesis.
F. Kondisi Klinis Terkait
Pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti;
1) FLACC Behavioral Pain Scale (Untuk usia ≤ 3 tahun).
2) Baker-Wong-Faces scale (Untuk usia 3-7 tahun).
Adapun kondisi klinis terkait nyeri akut menurut SDKI (2016),
terdiri dari;
1) Kondisi pembedahan.
2) Cedera traumatis.
3) Infeksi.
4) Sindrom koroner akut.
5) Glaukoma.
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk RS : Senin, 22 Maret 2021, Pukul 19.30 WIB
Tanggal Pengkajian : Selasa, 23 Maret 2021, Pukul 09.00 WIB
Ruang : Bangsal Barokah
Pengkaji : Puspa Dewi Sumiasih
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S (420913)
Umur : 77 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun, Kebumen
Dx Medis : Hematuria Susp Ca Buli
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Umur :39 Th
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
c. Keluhan Utama (yang paling dirasakan)
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan dan menyebar kebagian
bawah serta pinggang bagian belakang.
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
diantar keluarga pada tanggal 22 Maret 2021 jam 18.00 WIB dengan
keluhan BAK berwarna merah. Klien mengatakan nyeri di pinggang
sebelah kanan hilang timbul dengan skala nyeri 4 sejak 3 hari sebelum
9
masuk RS. Hasil dari pemeriksaan saat di IGD TD 155/80 mmHg, N
102 x/menit, S 36.90C, RR 20 x/menit, kesadaran Composmentis GCS
E4M6V5. Klien terpasang infus Rl 20 tpm, sudah diberikan terapi
injeksi kalnek 500 mg dan tidak terpasang DC kateter. Pasien dipindah
ke ruang barokah 8B pada tanggal 22 Maret 2021 jam 19.30 WIB untuk
mendapatkan terapi dan perawatan lanjutan. Saat dikaji di ruang
barokah TD 140/90 mmHg, N 84 x/menit, S 36.40C, RR 28 x/menit,
kesadaran Composmentis GCS E4M6V5. Pasien mengeluh nyeri
dibagian pinggang sebelah kanan hilang timbul dengan skala 4 dan
mengeluarkan BAK berwarna merah. Klien terpasang infus Rl 20 tpm
serta dilakukan tindakan pemasangan DC kateter nomor 16.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
terkontrol 2 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak memiliki penyakit
yang sifatnya dapat diturunkan.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti klien.
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
10
jernih dengan bau urine merah tercampur
khas. darah (hematuria), bau
khas dan terjadi penurunan
jumlah urin dengan volume
urine 300cc/4 jam. Keluhan
sakit pinggang,
pemeriksaan fisikk ginjal
adanya nyeri ketok pada
bagian ginjal kanan.
4 Aktifitas Klien mengatakan Klien mengatakan
aktifitas biasa, dalam mengalami keterbatasan
melakukaan kegiatan aktifitas dan hanya
sehari-hari tanpa berbaring ditempat tidur,
adanya keluhan saat di rawat klien
mengatakan semua aktifitas
dibantu keluarga dan
petugas kesehatan.
5 Pola Istirahat Klien mengatakan Klien mengatakan istirahat
Tidur istirahat cukup, tidur tidur sedikit terganggu saat
6-7 jam dalam sehari nyeri tiba-tiba terasa.
6 Berpakaian Klien mengatakan Klien mengatakan
menggunakan menggunakan pakaian di
pakaian secara bantu keluarga dan 1x hari
mandiri 2x ganti sekali ganti.
dalam sehari
7 Menjaga Suhu Klien mengatakan Suhu tubuh klien 36.40C
Tubuh akan memakai
pakaian tebal jika
udara dingin dan
sebaliknya akan
memakai pakaian
tipis jika udara panas
8 Personal Hygiene Klien mengatakan Klien hanya diseka
mandi 2x sehari, keluarganya 2x dalam
sikat gigi 2x sehari sehari
secara teratur
9 Rasa Aman dan Klien mengatakan Klien mengatakan lebih
Nyaman merasa aman dan sering dengan posisi kaki
nyaman dengan lebih atas dari kepala untuk
kehidupannya mengurangi nyeri perut
sebelah kanan bawah
10 Komunikasi Klien mengatakan Klien mengatakan
dalam kesehariannya berkomunikasi normal
menggunakan bahasa
indonesia dan
berkomunikasi
dengan keluarga baik
11
12 Rekreasi Klien mengatakan Klien hanya tiduran di
pergi rekreasi 1 tempat tidur ditemani
tahun sekali saat anaknya
lebaran
13 Bekerja Klien mengatakan Klien istirahat di ruang
menjalani aktifitas Barokah PKU
sebagai ibu rumah Muhammadiyah Gombong.
tangga tanpa adanya
hambatan
14 Belajar Klien mengatakan Klien mengatakan
klien dan keluarga mendapat informasi
mendapat informasi tentang peyakitnya dari
dari tetangganya perawat dan dokter.
tentang penyakit
yang dialami saat ini.
15 Psikologis - 1. Ketegangan meningkat
2. Kurang pengetahuan
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis (CM) E4M6V5
3. Tekanan Darah : 140/80 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Suhu : 36.4 0C
6. RR : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
12
8 Jantung I (Iktus cordis tidak tampak pada ICS V)
P (Iktus cordis teraba di ICS V midclavikula sinistra)
P (Bunyi pekak)
A (S1 S2 reguler)
9 Abdomen I (Tidak ada lesi, simetris)
A (Bising usus 10x/menit)
P (Ada nyeri tekan perut bagian bawah kanan)
P (Tympani)
10 Genetalia Terpasang FC kateter no 16.
13
Pemeriksaan tgl 22 Maret 2021 Jam 22.29 WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Metode
Rujukan
Kimia
Faal Hati
SGOT 16.30 0-35 UfL IFCC
SGPT 9.20 0-35 u/l IFCC
Urino Serologi
Anti HIV NON NON Reaktif Rapid
Reaktif
HBs Ag Negative Negative Rapid Test
14
d. Rongent
Tanggal Pemeriksaan Letak Pemeriksaan Kesan
23 Ro-Thorax 1. Apeks Kedua Pulmo bersih. Corakan pulmo
Maret 2. Tampak corakan retikuler di sesuai gambaran
2021 paracardial dekstra usual interstitial
honeycombing (+). pneumonia
3. Sinus CF lancip, Diagragma dekstra, Bebas
licin. COR normal
4. CTR < 0,5, Tampak dengan
klasifikasi di arcus aorta. aortosklerosis.
23 Ro-Abdomen 1. Pre peritoneal fat line tegas. Tak tampak batu
Maret 2. Distribusi udara usus normal. opak di proyeksi
2021 3. Renal outline dan Psoas line tractus urinarius
simetris. mengarah ke
4. Tak tampak lesi semiopak di gambaran
proyeksi tractus urinarius. spondiloarthrosis
5. Tak tampak distensi lumbales distribusi
interstinalis. udara usus
6. Tampak sklerotik pada corpus normal.
V L 5.
e. Program Terapi
Tanggal Nama Dosis Rute Interval Kegunaan
pemberian obat
obat
15
pendarahan pada penderita
angio-edema turunan.
Tramset 70 mg Oral 2x70 Obat yang digunakan
mg sebagai terapi jangka pendek
untuk meredakan nyeri
sedang sampai berat.
Tramset mengandung
kombinasi tramadol, obat
yang termasuk analgetik
opioid, dengan paracetamol,
obat yang mempunyai
aktivitas sebagai analgetic
sekaligus antipiretik.
Nutriflam 1 Oral 2x1 Obat yang biasa digunakan
Tablet untuk meredakan
peradangan pada infeksi
ataupun setelah prosedur
pembedahan (operasi).
Mengandung 3 bahan aktif
berupa serratiopeptidase,
pankreatin, dan lechitin
sehingga ampuh
mempercepat penyembuhan
radang, mengencerkan
dahak saluran napas, hingga
melancarkan pencernaan.
24 Maret PRC 1 Kolf Infus 1-4 jam Modalitas terapi yang umum
2021 (350ml) digunakan untuk mengobati
(30tpm) pasien anemia yang hanya
membutuhkan komponen sel
darah merah saja
16
B. ANALISA DATA
1. Klien tampak
menahan nyeri
2. Klien meringis
kesakitan saat
disuruh miring
kanan dan kiri
3. Adanya nyeri
tekan perut bagian
bawah kanan pada
pemeriksaan
abdomen
4. Hasil TTV
didapatkan TD
140/80 mmHg, N
88x/menit, S
36.40C, RR
24x/menit
17
2 DS: Hipovolemia Kehilangan cairan Hipovolemia
Klien mengatakan (D.0023) aktif (D.0023) b.d
jarang minum air Kehilangan cairan
putih, saat BAK aktif yang
urine yang keluar ditandai dengan
sedikit dan volume urine
tercampur darah. menurun dan
DO; perdarahan.
1. Klien terpasang
DC kateter no 16,
Warna urine merah
tercampur darah,
Volume urine
300ml/4jam, Tidak
ada endapan darah.
2. Pemeriksaan
laboratorium tgl 22
Maret 2021 jam
22.30 WIB;
a. Hemoglobin (9,7
gr/dl)
b. Hematokrit 31,3
%.
c. Massa perdarahan
2 menit.
d. Massa
pembekuan 10
menit.
3 DS: Gangguan Penurunan Gangguan
1. Klien mengatakan eliminasi kemampuan eliminasi Urine
saat akan BAK Urine menyadari tanda- b.d Penurunan
terasa nyeri (D.0040) tanda gangguan kemampuan
dibagian perut kandung kemih menyadari tanda-
bawah dan tanda gangguan
menjalar ke kandung kemih
pinggang bagian yang ditandai
belakang. dengan Volume
2. Klien mengatakan residu urin
saat BAK urine meningkat
yang keluar sedikit
dan berwarna
merah.
DO;
1. Klien terpasang FC
kateter no 16,
Warna urine merah
tercampur darah,
Volume urine
300ml/4jam, Tidak
18
ada endapan darah.
2. Pemeriksaan
laboratorium tgl 22
Maret 2021 jam
22.30 WIB;
a. Ureum 50mg/dl
(H)
b. Creatinin 1.54
mg/dl (H)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077) b.d Agen pencedera biologis (Infeksi saluran
kemih/Hematuria) yang ditandai dengan infeksi
2. Hipovolemia (D.0023) b.d Kehilangan cairan aktif yang ditandai dengan
volume urine menurun dan perdarahan.
3. Gangguan eliminasi Urine (D.0040) b.d Penurunan kemampuan menyadari
tanda-tanda gangguan kandung kemih yang ditandai dengan Volume
residu urin meningkat.
19
D. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa SLKI SIKI Rasionaliasasi
Keperawatan
20
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen cairan Modalitas terapi yang
(D.0023) b.d intervensi selama 3x24 jam, (I.03098) umum digunakan untuk
Kehilangan diharapkan hypovolemia Observasi mengobati pasien anemia
cairan aktif dapat teratasi dengan 1.Monitor status hidrasi yang hanya membutuhkan
yang ditandai kriteria hasil sebagai (frekuensi nadi, akral, komponen sel darah merah
dengan berikut; kelembapan mukosa, saja
volume urine Status cairan (L.03028) turgor kulit, dan tekanan
menurun dan Label Saat Target darah).
perdarahan. ini 2.Monitor pemeriksaan
Frekuen 4 5 Laboratorium.
si nadi Terapeutik
Membra 4 5 1.Berikan asupan cairan
n sesuai kebutuhan.
mukosa 2.Berikan cairan intravena
Intake Transfusi darah (I.02090)
cairan 3 5 Observasi:
Kadar 3 5 1. Identifikasi rencana
HB transfusi.
Kadar 3 5 2. Monitor TTV sebelum,
Ht selama, dan setelah
Keterangan: transfusi.
1. Meningkat 3. Monitor reaksi transfusi.
2. Cukup meningkat Terapeutik:
3. Sedang 1. Lakukan pengecekan
4. Cukup menurun ganda pada label darah.
5. Menurun 2. Pasang akses intravena
sebelum memasang.
3. Berikan NaCl 0,9% 50-
100ml sebelum transfusi.
4. Atur kecepatan transfusi
selama batas waktu
maksimal 4 jam.
5. Hentikan transfusi jika
terdapat reaksi saat
transfusi.
Edukasi;
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur transfusi.
21
2. Jelaskan tanda dan gejala
transfusi.
22
pengetahuan dan tentang nyeri
keyakinan O: klien berlatih relaksasi nafas dalam
tentang nyeri
7. Anjurkan S: -
menggunakan O: pemberian analgetik untuk
analgetik secara mengurangi nyeri
tepat
2. Gangguan 10.00 1. Anjurkan S: Klien mengatakan mengalami
eliminasi – minum yang perubahan pada eliminasi urine
Urine 14.00 cukup, jika O: warna urine merah tercampur darah,
(D.0040) b.d WIB tidak ada
Penurunan kontraindikasi
kemampuan 2. Ajarkan S: Klien mengatakan sering
menyadari mengukur mengkonsumsi teh dan jarang meminum
tanda-tanda asupan cairan air putih
gangguan dan keluaran O: urine output 350cc
kandung urine S: Klien mengatakan akan menambah
kemih yang jumlah minum air putih
ditandai O: Klien kooperatif
dengan
Volume
residu urin
meningkat.
23
2. EVALUASI
Senin, 22 Maret 2021 Jam 14.00 WIB
24
3. Catat waktu-waktu dan kaluaran berkemih
4. Ajarkan mengukur asupan cairan dan keluaran urine
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Implementasi
Selasa, 23 Maret 2021 Jam 08.00-14.00 WIB
7. Anjurkan S: -
O: Pemberian analgetik untuk
menggunakan
mengurangi nyeri
analgetik secara tepat
2 Gangguan 08.00 1. Anjurkan minum yang S: Klien mengatakan
eliminasi - cukup, jika tidak ada mengalami perubahan pada
Urine 14.00 kontraindikasi eliminasi urine
(D.0040) b.d WIB O: warna urine merah
Penurunan tercampur darah,
25
kemampuan 2. Ajarkan mengukur S: Klien mengatakan sering
menyadari asupan cairan dan mengkonsumsi teh dan jarang
tanda-tanda keluaran urine meminum air putih
gangguan O: urine output 400cc
kandung S: Klien mengatakan akan
kemih yang menambah jumlah minum air
ditandai putih
dengan O: Klien kooperatif
Volume
residu urin
meningkat.
26
EVALUASI
Selasa, 23 Maret 2021 Jam 14.00 WIB
27
gangguan teratasi Sebagian.
kandung kemih
yang ditandai P: Lanjutkan intervensi
dengan Volume Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
residu urin 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
meningkat. inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi,
konsistensi, aroma, warna dan volume)
3. Catat waktu-waktu dan kaluaran berkemih
4. Ajarkan mengukur asupan cairan dan keluaran
urine
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
3 Hipovolemia S:
(D.0023) b.d 1. Klien mengatakan mukosa bibir terasa kering
Kehilangan 2. Klien mengatakan mengalami perubahan pola
cairan aktif eliminasi dan penurunan jumlah output
yang ditandai O:
dengan volume 1. Mukosa bibir kering
urine menurun 2. Turgor kulit kering
dan 3. Nadi 84x/menit
perdarahan. 4. S: 36,9ºC
5. TD:110/80 MmHg
6. Hasil pemeriksaan lab:
a. Hb : 9,7 g/dl
b. Ht : 31,3 %
A: Hipovolemia (D.0023) b.d Kehilangan cairan aktif
yang ditandai dengan volume urine menurun dan
perdarahan teratasi Sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
Manajemen cairan (I.03098)
1.Monitor status hidrasi (frekuensi nadi, akral,
kelembapan mukosa, turgor kulit, dan tekanan
darah).
2. Monitor pemeriksaan Laboratorium.
3. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan.
4. Berikan cairan intravena
Transfusi darah (I.02090)
1. Identifikasi rencana transfusi.
2. Monitor TTV sebelum, selama, dan setelah
transfusi.
3. Monitor reaksi transfusi.
4. Lakukan pengecekan ganda pada label darah.
5. Pasang akses intravena sebelum memasang.
6. Berikan NaCl 0,9% 50-100ml sebelum transfusi.
7. Atur kecepatan transfusi selama batas waktu
maksimal 4 jam.
8. Hentikan transfusi jika terdapat reaksi saat
transfusi.
9. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi.
10.Jelaskan tanda dan gejala transfusi.
28
Implementasi
Rabu, 24 Maret 2021 Jam 14.00-20.00 WIB
6.Anjurkan S: -
menggunakan O: pemberian analgetik untuk
analgetik secara mengurangi nyeri
tepat
2. Hipovolemia 14.00 1.Anjurkan minum S: Klien mengatakan mukosa bibir
(D.0023) b.d – yang cukup, jika terasa kering
Kehilangan 20.00 tidak ada O:
cairan aktif WIB kontraindikasi 1. Mukosa bibir kering
yang 2. Turgor kulit kering
ditandai 2.Ajarkan 3. Nadi 84x/menit
dengan mengukur asupan 4. S: 36,9ºC
volume cairan dan 5. TD:110/80 MmHg
urine keluaran urine 6. Hasil pemeriksaan lab 22 Maret
menurun 2021 jam 21.30 WIB:
dan a. Hb : 9,7 g/dl
perdarahan. b. Ht : 31,3 %
3. Memberikan
program terapi S: -
transfusi darah O:
29
Sebelum Transfusi
Pemeriksaan TTV jam 14.00 WIB
1.TD: 110/80 MmHg
2.N: 88x/Menit
3.RR: 21x/menit
4.S:36,8ºC
Tidak ada keluhan alergi.
Golongan darah A
Saat Transfusi
Pemeriksaan TTV jam 14.30 WIB
1.TD: 120/80 MmHg
2.N: 84x/Menit
3.RR: 19x/menit
4.S:36,84ºC
Tidak ada keluhan alergi.
Golongan darah A
Transfusi PRC 350 cc
Setelah Transfusi
Pemeriksaan TTV jam 19.30 WIB
1. TD: 120/80 MmHg
2. N: 84x/Menit
3. RR: 19x/menit
4. S:36,4ºC
Tidak ada keluhan alergi.
30
EVALUASI
Rabu, 24 Maret 2021 Jam 21.00 WIB
31
Tidak ada keluhan alergi.
Golongan darah A
Saat Transfusi
Pemeriksaan TTV jam 14.30 WIB
1.TD: 120/80 MmHg
2.N: 84x/Menit
3.RR: 19x/menit
4.S:36,84ºC
Tidak ada keluhan alergi.
Golongan darah A
Transfusi PRC 350 cc
Setelah Transfusi
Pemeriksaan TTV jam 19.30 WIB
1.TD: 120/80 MmHg
2.N: 84x/Menit
3.RR: 19x/menit
4.S:36,4ºC
Tidak ada keluhan alergi.
P: Lanjutkan Intervensi
Manajemen cairan (I.03098)
1.Monitor status hidrasi (frekuensi nadi, akral,
kelembapan mukosa, turgor kulit, dan tekanan
darah).
2. Monitor pemeriksaan Laboratorium.
3. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan.
4. Berikan cairan intravena
Transfusi darah (I.02090) (Lakukan transfusi
sampai hasil Hb normal)
1. Identifikasi rencana transfusi.
2. Monitor TTV sebelum, selama, dan setelah
transfusi.
3. Monitor reaksi transfusi.
4. Lakukan pengecekan ganda pada label darah.
5. Pasang akses intravena sebelum memasang.
6. Berikan NaCl 0,9% 50-100ml sebelum transfusi.
7. Atur kecepatan transfusi selama batas waktu
maksimal 4 jam.
8. Hentikan transfusi jika terdapat reaksi saat
transfusi.
9. Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi.
10.Jelaskan tanda dan gejala transfusi.
32
BAB III
PEMBAHASAN
Studi Kasus : Infeksi Pengkajian, Masalah nyeri 1. Hasil pengkajian didapatkan diagn
Manajemen Saluran Kemih penegakan akut teratasi keperawatan pada Tn.M yaitu n
Nyeri Pada (ISK) adalah diagnosa sebagian akut berhubungan dengan agen in
Klien Infeksi suatu keadaan keperawatan, sehingga biologis.
Saluran yang perencanaan, membutuhkan 2. Intervensi keperawatan nyeri a
Kemih Di disebabkan implementasi, perawatan berhubungan dengan agen in
Ruang karena adanya dan evaluasi lebih lanjut (biologis)yang sesuai dengan NICN
Anggrek invasi keperawatan. dan kerjasama adalah sebagai berikut NOC I : Kon
Rumah Sakit bakteri pada Tindakan antara petugas Nyeri, Kriteria Hasil : Mengeta
Umum saluran kemih. keperawatan medis, klien faktor penyebab nyeri; Mengeta
Negara Infeksi saluran 2x24 jam yang dan keluarga permulaan terjadinya ny
kemih dilakukan pada agar asuhan Menggunakan tindakan pencegah
sebagian besar klien dengan keperawatan Melaporkan gejala; Melapor
disebabkan infeksi saluran dapat berhasil kontrol nyeri. NOC II : Tingkat Ny
oleh kemih secara Kriteria Hasil : Melaporkan n
bakteri,virus adalah maksimal berkurang atau hilang; Frekuensi n
dan jamur mengajarkan berkurang; Lamanya n
tetapi bakteri teknik non- berlangsung; Ekspresi wajah
yang sering farmakologi nyeri; Posisi tubuh melindungi.
menjadi untuk 3. Impelementasi yang dilakukan ada
penyebabnya. menurunkan mengajarkan teknik relaksasi na
umumnya nyeri yaitu dalam dan teknik distraksi da
mempunyai menganjurkan merileksasikan otot, dan memb
gejala nyeri klien untuk transmisi impuls nyeri s
pinggang, relaksasi nafas memberikan injeksi analgesik y
disuria, sering dalam, dan ketorolac 30 mg yang berfun
atau terburu- mengajarkan menurunkan nyeri akut derajat sed
buru buang air klien teknik hingga berat segera setelah nyeri y
kecil, nyeri distraksi. diindikasikan untuk penatalaksan
suprapubik. jangka pendek maksimal 2 hari,
paracetamol infus 1000 mg yang y
berfungsi sebagai pengobatan un
nyeri akut
4. Evaluasi dari diagnosa keperawa
nyeri akut berhubungan dengan a
injuri (biologis) masalah tera
sebagian.
Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Singaraja,
Indonesia
B. Kesimpulan
33
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dilakukan secara
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgetik.
Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan
memberikan terapi relaksasi (Syamsiah &Muslihat, 2015).
Perawat sebagai komponen tim kesehatan berperan penting untuk
mengatasi nyeri pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika melakukan
intervensi untuk mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat dan berperan
sebagai advocate pasien ketika intervensi untuk mengatasi nyeri menjadi tidak
efektif atau ketika pasien tidak dapat berfungsi secara adekuat (Black & Hawk,
2005). Petugas Kesehatan juga mengemukakan bahwa mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengkaji intensitas nyeri dan distress, merencanakan
perawatan, memberikan edukasi tentang nyeri, meningkatkan penggunaan
teknik nyeri non-farmakologi dan mengevaluasi hasil yang dicapai adalah
tanggung jawab Perawat.
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri
atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin
yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain
modifiers), non farmakologikal dan psikologikal. managemen nyeri non
farmakologikal merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri
dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut
antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain sebagainya
(Syamsiah &Muslihat, 2015).
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Soemyarso, N. et al. (2018). Hematuria. Cetakan Pertama. AIRLANGGA
UNIVERSITY PRESS (AUP).
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik
Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain di IGD
RSUD Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. III, No. 1.
ISSN: 2338-7246.
Welch TR. (2012). An Approach to the Child With Acute Glomerulonephritis.
International Journal of Pediatrics.; 1-3.
36