DOKTER INTERNSHIP
Disusun Oleh :
Dokter Pendamping :
2021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim ginjal sampai
kandung kemih dengan jumlah bakteri urin tertentu. Pasien dapat didiagnosis infeksi saluran
kemih apabila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan
normal urin juga mengandung mikroorganisme sekitar 102 sampai 104 bakteri/ml urin. Data
infeksi saluran kemih (ISK), umumnya empat sampai lima kali lebih mudah terinfeksi ISK
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dalam pengobatan
infeksi saluran kemih, dinegara berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit
mendapat antibiotik. Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia
coli yaitu sebesar 30,56%, bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 23,33%, dan proteus
mirabilis sebanyak 29%. Pemilihan antibiotik harus berdasarkan indikasi yang tepat, karena
penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi, reaksi alergi,
toksisitas, dan perubahan fisiologi, sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik
yang rasional yaitu sesuai dengan indikasi penyakit, penggunaan obat yang efektif sesuai
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 Status Pasien
4
e. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
f. Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
g. Paru: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
h. Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
i. Abdomen: Datar, bising usus (+) dalam batas normal, supel, nyeri tekan
suprapubik (+), hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri ketok CVA (-/-)
j. Ekstremitas: Edema (-), akral hangat, capillary refill <2”
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Darah rutin :
Leukosit : 11.790 (N: 4500-11.000)
Eritrosit : 4,62x106 (N: 4,2-5,4x106)
Hemoglobin : 12,4 (N: 12-16)
Hematokrit : 32,3 (N: 38-47)
Trombosit : 216.000 (N: 150.000-440.000)
Urin rutin :
Warna : kuning
Kekeruhan : agak keruh (N: jernih)
pH : 6,5 (N: 4,8-7,4)
BJ : 1,030 (N: 1,016-1,022)
Protein : - (N: negatif)
Reduksi : - (N: negatif)
Bilirubin : - (N: negatif)
Keton : - (N: negatif)
Nitrit : - (N: negatif)
Urobilinogen : - (N: negatif)
Leukosit : 2-5/lpb (N: 1-3)
Eritrosit : 2-3/ lpb (N: 0-1)
Epitel : 2-5/ lpb (N: 1-4)
Silinder : - (N: negatif)
Kristal : - (N: negatif)
5
2.2 Resume
Anamnesis
Seorang laki-laki, 28 tahun datang dengan nyeri perut tengah bawah sejak 2 hari yang
lalu, nyeri saat BAK(+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK warna merah disangkal,
BAK keluar batu disangkal, BAB tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik
keadaan umum : sakit sedang
Tekanan darah: 100/80 mmHg Respirasi: 20x/menit
Nadi: 92 x/menit Suhu : 36,20C
Abdomen : nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok CVA (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin
Leukosit : 11.790
Urinalisa
Leukosit : 2-5/lpb (N: 1-3)
Eritrosit : 2-3/ lpb (N: 0-1)
2.3 Diagnosis
Working diagnostic : infeksi saluran kemih
2.4 Penatalaksanaan
Non Farmakoterapi:
o Semprotan kebersihan area wanita harus dihindari karna hanya akan mengiritasi
mukosa
Farmakoterapi:
6
• Obat penurun panas diberikan pada penderita dengan suhu tinggi.
penicillin)
Obat pulang:
- Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari
- Paracetamol 3x500 mg (k/p)
- Kontrol ke poli penyakit dalam jika keluhan tidak berkurang
2.5 Prognosis
7
BAB III
Tinjauan Pustaka
8
3.3 Klasifikasi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.1
Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu :1
- Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
- Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA
disebabkan mikroorganisme anaerob.
Pada pria, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.1
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas1
a. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak
pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.
3.4 Pathogenesis
Pathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari
patogenitas dan status pasien sendiri (host).1
a. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli
diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian
permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170
serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli
ini mempunyai patogenisitas khusus.1
b. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae
merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat
pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya fimbriae akan terikat pada
blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah.1
9
c. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan
dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin, cytotoxic necrotizing
factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95%
α-hemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS)
dan hanya 5% terikat pada gen plasmio. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan
untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi
fase MO ini menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi
di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri
berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. 1
d. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
- Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi
faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk
kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh
(eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi
saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A)
dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim
ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa
muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya
tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.1
- Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa
golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap
ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI
(antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis.1
10
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA
sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun. Presentasi klinis SUA sangat
5
minimal (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin <10 ; sering disebut sistitis
abakterialis.1
d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu:1
a). Re-infeksi (re-infections). Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu
mikroorganisme (MO) yang berlainan.
b). Relapsing infection. Setiap kali infeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber
infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.
3.6 Diagnosis
Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai ambang batas
yang digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/mL). Untuk ISK tak bergejala
(bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah 105 cfu/mL. Dalam
diagnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan
sampel yang berasal dari urin pancar tengah yang diambil secara bersih (midstream, clean-
catch urine sample). Masalah yang ada di negara yang sedang berkembang umumnya
adalah layanan kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya
fasilitas untuk kultur urin tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai
teknik skrining bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode
tidak langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai
adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein,
dan darah di dalam urin.3
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal
imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK, antara lain : ultrasonogram
(USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop
scanning.1
11
• Bladder cancer
• Chlamydial genitourinary infections
• Cystitis
• Herpes simplex
• Interstitial cystitis
• Pelvic inflammatory disease
• Urethritis
• Vaginitis
3.8 Penatalaksanaan
Infeksi saluran kemih bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang
adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:1
• Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg.
• Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari.
• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekositoria.
12
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.1
3.9 Pencegahan
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
6
1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari
depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin
dari rektum.
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.
3.10 Komplikasi
- Gagal ginjal akut
- Urosepsis
- Terbentuknya batu ginjal
- Supurasi atau pembentukan abses
- Nekrosis papilla ginjal
13
Daftar Pustaka:
1. Sukandar E. Infeksi saluran kemih pada pasien dewasa dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007.
2. Lumbanbatu, S.M., 2003; Bakteriuria Asimptomatik pada Anak Sekolah Dasar Usia
9-12 tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara; 1-17.
3. Schmiemann G, Kniehl E, Gebhardt K, Matejczyk MM, Hummers-Pradier E. The
diagnosis of urinary tract infection: a systematic review. Dtsch Arztebl Int.
2015;107(21):361-7.
4. Grabe M, Bjerklund-Johansen TE, Botto H, Wullt B, Cek M, Naber KG, et al.
Guidelines on urological infections. EAU Guidelines. Arnhem. The Netherlands:
European Association of Urology (EAU); 2018.
5. Noor, Nur Narsy, 2016. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka
Cipta; 39-40,82-83.
6. Schoenstadt, Arthur, 2018. Urinary Tract Infection Prevention. Available from :
http://www.honafrica.org.
14