Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSHIP

Infeksi Saluran Kemih

Disusun Oleh :

Nama : dr. Mohamad Ilham Sandhika

Wahana : RSUD Kota Salatiga

Dokter Pendamping :

dr. Jamaludin Malik

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2021

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 3

BAB II STATUS PASIEN


2.1 STATUS PASIEN ......................................................................... 4
2.2 RESUME ....................................................................................... 6
2.3 DIAGNOSA .................................................................................. 6
2.4 PENATALAKSANAAN HOLISTIK ........................................... 6
2.5 PROGNOSIS ................................................................................. 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1. DEFINISI....................................................................................... 8
3.2. ETIOLOGI ............................................................................................ 8
3.3. KLASIFIKASI............................................................................... 9
3.4. PATOGENESIS ............................................................................ 9
3.5. GAMBARAN KLINIS .................................................................. 10
3.6. KRITERIA DIAGNOSIS .............................................................. 11
3.7. DIAGNOSIS BANDING .............................................................. 11
3.8. PENATALAKSANAAN............................................................... 12
3.9. PENCEGAHAN ............................................................................ 13
3.10. KOMPLIKASI............................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan

perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim ginjal sampai

kandung kemih dengan jumlah bakteri urin tertentu. Pasien dapat didiagnosis infeksi saluran

kemih apabila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml, sedangkan dalam keadaan

normal urin juga mengandung mikroorganisme sekitar 102 sampai 104 bakteri/ml urin. Data

penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami

infeksi saluran kemih (ISK), umumnya empat sampai lima kali lebih mudah terinfeksi ISK

dibandingkan pria karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan pria.

Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dalam pengobatan

infeksi saluran kemih, dinegara berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit

mendapat antibiotik. Bakteri penyebab utama infeksi saluran kemih adalah bakteri Escherichia

coli yaitu sebesar 30,56%, bakteri Pseudomonas aeruginosa sebesar 23,33%, dan proteus

mirabilis sebanyak 29%. Pemilihan antibiotik harus berdasarkan indikasi yang tepat, karena

penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi, reaksi alergi,

toksisitas, dan perubahan fisiologi, sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik

yang rasional yaitu sesuai dengan indikasi penyakit, penggunaan obat yang efektif sesuai

dengan kondisi pasien dan pemberian dosis yang tepat.

3
BAB II

STATUS PASIEN
2.1 Status Pasien

Data Pasien: Nama: Tn. AR (28


tahun)
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Seorang laki-laki, 28 tahun datang dengan nyeri perut tengah bawah sejak 2 hari yang
lalu, nyeri saat BAK(+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK warna merah
disangkal, BAK keluar batu disangkal, BAB tidak ada keluhan.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal
Riwayat kencing batu disangkal
Riwayat minum jamu jangka lama disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal
3. Riwayat Keluarga
Riwayat kencing batu disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
4. Riwayat pekerjaan dan pendidikan
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Pendidikan terakhir pasien adalah D3.
Biaya pengobatan ditanggung oleh diri sendiri (umum).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: sakit sedang
b. Kesadaran: compos mentis
c. Tanda vital:
• Tekanan darah: 100/80 mmHg
• Nadi: 92 x/menit
• Respirasi: 20x/menit
• Suhu : 36,20C
d. Kepala: Mesosefal

4
e. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
f. Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
g. Paru: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
h. Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
i. Abdomen: Datar, bising usus (+) dalam batas normal, supel, nyeri tekan
suprapubik (+), hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri ketok CVA (-/-)
j. Ekstremitas: Edema (-), akral hangat, capillary refill <2”
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Darah rutin :
Leukosit : 11.790 (N: 4500-11.000)
Eritrosit : 4,62x106 (N: 4,2-5,4x106)
Hemoglobin : 12,4 (N: 12-16)
Hematokrit : 32,3 (N: 38-47)
Trombosit : 216.000 (N: 150.000-440.000)
Urin rutin :
Warna : kuning
Kekeruhan : agak keruh (N: jernih)
pH : 6,5 (N: 4,8-7,4)
BJ : 1,030 (N: 1,016-1,022)
Protein : - (N: negatif)
Reduksi : - (N: negatif)
Bilirubin : - (N: negatif)
Keton : - (N: negatif)
Nitrit : - (N: negatif)
Urobilinogen : - (N: negatif)
Leukosit : 2-5/lpb (N: 1-3)
Eritrosit : 2-3/ lpb (N: 0-1)
Epitel : 2-5/ lpb (N: 1-4)
Silinder : - (N: negatif)
Kristal : - (N: negatif)

5
2.2 Resume
Anamnesis
Seorang laki-laki, 28 tahun datang dengan nyeri perut tengah bawah sejak 2 hari yang
lalu, nyeri saat BAK(+), demam (-), mual (-), muntah (-), BAK warna merah disangkal,
BAK keluar batu disangkal, BAB tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik
keadaan umum : sakit sedang
Tekanan darah: 100/80 mmHg Respirasi: 20x/menit
Nadi: 92 x/menit Suhu : 36,20C
Abdomen : nyeri tekan suprapubik (+), nyeri ketok CVA (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin
Leukosit : 11.790
Urinalisa
Leukosit : 2-5/lpb (N: 1-3)
Eritrosit : 2-3/ lpb (N: 0-1)

2.3 Diagnosis
Working diagnostic : infeksi saluran kemih

Differential diagnostic : Batu saluran kemih dan glomerulonephritis

2.4 Penatalaksanaan

Non Farmakoterapi:

o Selalu membersihkan kemaluan dari depan ke belakang

o Jangan menggunakan celana dalam selama berhari-hari

o Semprotan kebersihan area wanita harus dihindari karna hanya akan mengiritasi

mukosa

o Tidak menahan kencing

Farmakoterapi:

• Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

6
• Obat penurun panas diberikan pada penderita dengan suhu tinggi.

• Antibiotika (golongan quinolone, trimethoprim/sulfamethoxazole, sefalosporin generasi I,

penicillin)

- Ivd Nacl 0,9% 20 tpm


- Inj. Ranitidine 1amp
- Inj. Norages 1 amp

Obat pulang:
- Ciprofloxacin 2x500 mg selama 7 hari
- Paracetamol 3x500 mg (k/p)
- Kontrol ke poli penyakit dalam jika keluhan tidak berkurang
2.5 Prognosis

- Quo ad Vitam : dubia ad bonam

- Quo ad Functionam : dubia ad bonam

- Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

7
BAB III
Tinjauan Pustaka

3.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih atau ISK merupakan istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin. Adanya bakteri dalam urin disebut bakteriuria.
Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria) : bakteriuria bermakna menunjukkan
pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari sama dengan 105 colony forming units pada
biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria).1
3.2 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman
gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik
maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 %
dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan
), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab.
Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus
epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan
kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada
ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan
Pseudomonas.2
Tabel 1. Famili, genus dan spesies mikroorganisme yang paling sering sebagai
penyebab ISK1

8
3.3 Klasifikasi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.1
Pada perempuan, terdapat dua jenis ISK bawah pada perempuan yaitu :1
- Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.
- Sindrom Uretra Akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini SUA
disebabkan mikroorganisme anaerob.
Pada pria, presentasi klinis ISK bawah mungkin sistitis, prostatitis, epidimidis, dan
uretritis.1
2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas1
a. Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan
refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak
pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

3.4 Pathogenesis
Pathogenesis bakteriuria asimtomatik dengan presentasi klinis ISK tergantung dari
patogenitas dan status pasien sendiri (host).1
a. Peran patogenisitas bakteri. Sejumlah flora saluran cerna termasuk Escherichia coli
diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenisitaas E.coli terkait dengan bagian
permukaan sel polisakarida dari lipopolisakarin (LPS). Hanya IG serotype dari 170
serotipe O/ E.coli yang berhasil diisolasi rutin dari pasien ISK klinis, diduga strain E.coli
ini mempunyai patogenisitas khusus.1
b. Peran bacterial attachment of mucosa. Penelitian membuktikan bahwa fimbriae
merupakan satu pelengkap patogenesis yang mempunyai kemampuan untuk melekat
pada permukaan mukosa saluran kemih. Pada umumnya fimbriae akan terikat pada
blood group antigen yang terdpat pada sel epitel saluran kemih atas dan bawah.1

9
c. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenisitas lain dari E.coli berhubungan
dengan toksin. Dikenal beberapa toksin seperti α-hemolisin, cytotoxic necrotizing
factor-1(CNF-1), dan iron reuptake system (aerobactin dan enterobactin). Hampir 95%
α-hemolisin terikat pada kromosom dan berhubungan degan pathogenicity island (PAIS)
dan hanya 5% terikat pada gen plasmio. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan
untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar. Konsep variasi
fase MO ini menunjukan ini menunjukkan peranan beberapa penentu virulensi bervariasi
di antara individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup bakteri
berbeda dalam kandung kemih dan ginjal. 1
d. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)
- Faktor Predisposisi Pencetus ISK. Penelitian epidemiologi klinik mendukung
hipotensi peranan status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi
faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk
kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bacteria sering mengalami kambuh
(eksasebasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi
saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi. Endotoksin (lipid A)
dapat menghambat peristaltik ureter. Refluks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila mendapat terapi antibiotika. Proses pembentukan jaringan parenkim
ginjal sangat berat bila refluks visikoureter terjadi sejak anak-anak. Pada usia dewasa
muda tidak jarang dijumpai di klinik gagal ginjal terminal (GGT) tipe kering, artinya
tanpa edema dengan/tanpa hipertensi.1
- Status Imunologi Pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa
golongan darah dan status sekretor mempunyai konstribusi untuk kepekaan terhadap
ISK. Prevalensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI
(antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah Lewis.1

3.5 Gambaran Klinis


a. Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5 °C),
disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK
bawah (sistitis).1
b. ISK bawah (sistitis). Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia,
disuria, dan stanguria.1

10
c. Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakan dengan sistitis. SUA
sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun. Presentasi klinis SUA sangat
5
minimal (hanya disuri dan sering kencing) disertai cfu/ml urin <10 ; sering disebut sistitis
abakterialis.1
d. ISK rekuren. ISK rekuren terdiri 2 kelompok; yaitu:1
a). Re-infeksi (re-infections). Pada umumnya episode infeksi dengan interval >6 minggu
mikroorganisme (MO) yang berlainan.
b). Relapsing infection. Setiap kali infeksi disebabkan MO yang sama, disebabkan sumber
infeksi tidak mendapat terapi yang adekuat.

3.6 Diagnosis
Pemeriksaan yang paling ideal untuk deteksi adanya ISK adalah kultur urin. Untuk
menegakkan diagnosis ISK bergejala (sistitis akut dan pielonefritis), nilai ambang batas
yang digunakan adalah 103 colony forming units/ml (cfu/mL). Untuk ISK tak bergejala
(bakteriuria asimtomatik), nilai ambang batas yang digunakan adalah 105 cfu/mL. Dalam
diagnosis bakteriuria asimtomatik pada perempuan, termasuk ibu hamil, harus digunakan
sampel yang berasal dari urin pancar tengah yang diambil secara bersih (midstream, clean-
catch urine sample). Masalah yang ada di negara yang sedang berkembang umumnya
adalah layanan kesehatan dengan fasilitas yang terbatas. Pada layanan tersebut, umumnya
fasilitas untuk kultur urin tidak ada. Masalah lain dalam penggunaan kultur urin sebagai
teknik skrining bakteriuria asimtomatik adalah biaya yang cukup tinggi dan waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan hasil. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan metode
tidak langsung untuk deteksi bakteri atau hasil reaksi inflamasi. Metode yang sering dipakai
adalah tes celup urin, yang dapat digunakan untuk deteksi nitrit, esterase leukosit, protein,
dan darah di dalam urin.3
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Renal
imaging procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK, antara lain : ultrasonogram
(USG), radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop
scanning.1

3.7 Diagnosis Banding


• Acute pyelonephritis

11
• Bladder cancer
• Chlamydial genitourinary infections
• Cystitis
• Herpes simplex
• Interstitial cystitis
• Pelvic inflammatory disease
• Urethritis
• Vaginitis

3.8 Penatalaksanaan
Infeksi saluran kemih bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotika yang
adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisasi urin:1
• Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200mg.
• Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari.
• Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa lekositoria.

Infeksi saluran kemih atas


Pielonefritis akut. Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap
untuk memlihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
Indikasi rawat inap pielonefritis akut adalah seperti berikut: 1
- Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral.
- Pasien sakit berat atau debilitasi.
- Terapi antibiotika oral selama rawat jalan mengalami kegagalan.
- Diperlukan invesstigasi lanjutan.
- Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi.
- Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus, usia lanjut.
The Infection Disease of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi
antibiotik IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui MO sebagai

12
penyebabnya yaitu fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.1

3.9 Pencegahan
Beberapa pencegahan infeksi saluran kemih dan mencegah terulang kembali, yaitu:
6

1. Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air seni merupakan sebab
terbesar dari infeksi saluran kemih.
2. Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air seni, bersihkanlah dari
depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin
dari rektum.
3. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti, bakteri akan
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
4. Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat memperlancar
sirkulasi udara.
5. Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan dapat
mendorong perkembangbiakan bakteri.
6. Minum air yang banyak.

3.10 Komplikasi
- Gagal ginjal akut
- Urosepsis
- Terbentuknya batu ginjal
- Supurasi atau pembentukan abses
- Nekrosis papilla ginjal

13
Daftar Pustaka:
1. Sukandar E. Infeksi saluran kemih pada pasien dewasa dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2007.
2. Lumbanbatu, S.M., 2003; Bakteriuria Asimptomatik pada Anak Sekolah Dasar Usia
9-12 tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara; 1-17.
3. Schmiemann G, Kniehl E, Gebhardt K, Matejczyk MM, Hummers-Pradier E. The
diagnosis of urinary tract infection: a systematic review. Dtsch Arztebl Int.
2015;107(21):361-7.
4. Grabe M, Bjerklund-Johansen TE, Botto H, Wullt B, Cek M, Naber KG, et al.
Guidelines on urological infections. EAU Guidelines. Arnhem. The Netherlands:
European Association of Urology (EAU); 2018.
5. Noor, Nur Narsy, 2016. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : Rineka
Cipta; 39-40,82-83.
6. Schoenstadt, Arthur, 2018. Urinary Tract Infection Prevention. Available from :
http://www.honafrica.org.

14

Anda mungkin juga menyukai