DOKTER INTERNSHIP
PNEUMONIA
DISUSUN OLEH :
DOKTER PEMBIMBING
2022
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................... 1
BAB II STATUS PASIEN
2.1 STATUS PASIEN......................................................................... 3
2.2 RESUME....................................................................................... 9
2.3 DIAGNOSA................................................................................... 10
2.4 PENATALAKSANAAN HOLISTIK........................................... 10
2.5 PROGNOSIS...................................................................................... 10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI.......................................................................................... 11
3.2. ETIOLOGI .................................................................................... . 12
3.3. FAKTOR RESIKO........................................................................... 14
3.4. FAKTOR PREDISPOSISI.................................................................. 15
3.5. GEJALA KLINIS............................................................................... 16
3.6 KLASIFIKASI JENIS SELULITIS MENURUT LETAK...................17
3.7. PATOGENESIS ..................................................................................23
3.8. DIAGNOSIS........................................................................................24
3.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................26
3.10. PENCEGAHAN..................................................................................31
3.11. KOMPLIKASI.....................................................................................31
3.12. PROGNOSIS........................................................................................32
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
3
nosokomial biasanya terjadi saat menjalani perawatan di rumah sakit karenasistem
pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi sering terganggu. Pneumonia
nosokomial lebih sering disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus (Somantri,
2012).Menurut jurnal Gross et al.(2014) dari 521 pasien sebanyak 50,5%
mengalami pneumonia komunitas dan 49,4% mengalami pneumonia nosokomial.
Proses peradangan pada pneumonia mengakibatkan produksi sekret
meningkat dan menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul
bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten (PPNI, 2017)
4
BAB 2
STATUS PASIEN
2. Riwayat Pengobatan
Komsumsi OAT +/- 10 tahun yang lalu
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat tb paru 10 tahun yang lalu dan sudah dinyataka sembuh oleh
dokter bagian paru
- dm tipe 2 (-)
- hipertensi (-)
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga atau tetangga sekitar disangkal.
5
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: sakit sedang
b. Kesadaran: compos mentis
c. Tanda vital:
• Tekanan darah: 130/84 mmHg
• Nadi: 113 x/menit (kuat angkat)
• Respirasi: 30 x/menit
• Suhu : 38,10C
d. Kepala: Mesosefal
e. Mata: Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
f. Mulut : mukosa bibir basah
g. Leher: Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar
h. Paru:
• Inspeksi :simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
• Palpasi : fremitus taktil sama kiri dan kanan
• Perkusi : sonor (+/+)
• Asukultasi :vesikular (-/-), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
i. Jantung:
• Inspeksi :iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat Perkusi : tidak
diperiksa
• Asukultasi : BJ s1-s2 reguler, bising (-)
j. Abdomen:
• Inspeksi : distensi (-)
• Asukultasi : BU + normal.
• Palpasi : nyeri tekan (+), Hepar teraba ½ - ¼ permukaan
rata, tepi tajam, Lien tidak teraba
• Perkusi : timpani
k. Ekstremitas: akral hangat
6
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
Darah rutin :
Hemoglobin : 13,8 (N: 12-16)
Leukosit : 12.732 (N: 4500-11.000)
Hematokrit : 41,2 (N: 38-47)
Trombosit : 169.000 (N: 150.000-440.000)
Elektrolit :
Natrium : 137 (N: 135 - 148)
Kalium : 4,2 (N: 3,5 - 5,3)
Clorida : 101 (N: 98 - 107)
Kimia klinik :
GDS : 99 (N: 120-140)
Ureum : 69
Kreatinin: 1,9
b. foto thorax :
7
2.2 Resume
Anamnesis
keluhan nafas terasa sesak, keluhan sudah dialami os sejak +/- 4 hari ini dan
memberat 1 hari ini, sesak tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh, aktifitas dan
cuaca. pasien juga mengeluhkan batuk berdahak lebih dari satu bulan dengan
dahak warna hijau, batuk berdarah (-) pilek/flu (-) demam (+) demam naik turun
lebih kurang 3 hari ini, demam tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat
malam hari, BB turun (-). Os mengatakan kepala terasa pusing, lidah terasa pahit,
nyeri ulu hati mual tetapi tidak disertai dengan muntah. Lemas (+), os merupakan
perokok aktif sejak usia 20 tahun hingga sekarang dengan frekuensi 3 sampai 4
batang sehari. Bab dan bak dalam batas normal
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sakit sedang
Tekanan darah: 130/84 mmHg
Nadi: 113 x/menit (kuat angkat)
Respirasi: 30x/menit
Suhu : 38,10C
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit : 12.723
2.3 Diagnosis
Working diagnostic : pneumonia
2.4 Penatalaksanaan
Farmakoterapi:
- ivfd nacl 0,9% 20 tpm
- inj. Omeprazole 40mg
- inj. Ondansentrone 1 amp
- inj. Flumucil 1 amp
8
Konsul kebagian paru (dr. anggraini, sp.p)
- ivfd nacl 0,9% 20tpm
- nebulizer bricasma dan flumicort / 8 jam
- O2 2l/i
- inj. Anbacim / 8 jam
- inj. Fartison / 8 jam
- inj. Omeprazole / 12 jam
- codein 3x10mg
- toesal 2x1
- curcuma 2x1
- domperidone 3x1
- rencana usg thorax
2.5 Prognosis
- Quo ad Vitam : bonam
- Quo ad Functionam : bonam
- Quo ad Sanationam : bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
3.1.1 ANATOMI
10
mengikuti lengkung diphragma di kaudal. Pembuluh darah paru, bronkus,
saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian hilus.
3.1.2 EPIDEMIOLOGI
11
merupakan seperempat penyebab kematian pada anak dibawah 5 tahun dan
80% terjadi di negara berkembang. Pneumonia yang disebabkan oleh
infeksi RSV didapatkan sebanyak 40%. Di negara dengan 4 musim,
banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, dinegara
tropis pada musim hujan.
3.2 ETIOLOGI
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu:
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia
merupakan bakteri anaerob facultatif. 7 Bakteri patogen ini di temukan
pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada
pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus
bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan obat secara
intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini menyebar
secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini
memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses.
Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam
pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik.
- Enterococcus (E.faecalis, E. faecium)
Organisme streptococcus group D yang merupakan flora normal usus.
- Pseudomonas aeruginosae
12
Bakteri anaerob, yang berbentuk batang dan memiliki bau yang
khas.Sering menjadi komplikasi penyakit yang disebabkan oleh virus dan
merupakan infeksi pada pasien pemakai obat intravena, infeksi oleh
mikroorganisme ini mengakibatkan abses dan empiema.(9)
- Klebsiella pneumonia
Bakteri anaerob fakultatif, yang berbentuk batang dan tidak
berkapsul, merupakan penyebab paling umum pneumonia gram-negatif,
infeksi ini mengenai orang-orang yang keadaan umumnya buruk khususnya
pecandu alkohol kronik.(9)
- Haemophillus influenza
Bakteri anaerob yang berbentuk batang dengan berkapsul atau tidak
berkapsul. Mikroorganisme ini penyebab infeksi saluran nafas bawah dan
meningitis yang bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dan
penyebab umum pneumonia pada orang dewasa terutama pada pasien yang
menderita COPD.
- Virus Penyebab Pneumonia
Virus yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Cytomegaloνirus,
Herpes simplex νirus, Varicella zoster νirus,virus ini dapat menular melalui
droplet.
- Jamur Penyebab Pneumonia
Infeksi pneumonia yang di akibatkan oleh jamur biasanya jamur
oportunistik, dimana spora dari jamur masuk ke dalam tubuh melalui udara
yang di hirup. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah candida
sp, Aspergillus sp, Crytococcus neoformans.
Menurut pedoman diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia
komunitas di Indonesia, setelah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dengan
pengambilan bahan dan metode yang berbeda – beda di beberapa pusat
pelayanan kesehatan paru, seperti di Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan
Makassar, ditemukan bahwa bakteri golongan gram positif terbanyak
yang menjadi penyebab pneumonia komunitas adalah Streptococcus
13
pneumonia (14,04%) dan dari golongan gram negatif yaitu Klebsiella
pneumonia (45,18%).(11)
3.3 PATOFISIOLOGI
3. Hepatisasi Abu Abu: Paru paru terlihat menjadi kering, abu abu
dan padat karena sel darah merah mengalami lisis.
15
3.5 GEJALA KLINIS
16
Sebab, riwayat penyakit sulit didapat dan seringkali sulit dipercaya
akibat adanya sensory loss, gangguan kognisi dan isolasi sosial. Adanya
komorbiditas merancukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda utama
pneumonia seringkali tidak muncul, seperti demam, batuk produktif, dan
tanda-tanda konsolidasi paru. Selain itu, parameter laboratorium seperti
tidak adanya peningkatan leukosit, serta gambaran radiologis yang sulit
diinterpretasi membuat penegakkan diagnosis pneumonia pada usia lanjut
masih menjadi tantangan para klinisi. Pada pasien usia lanjut, gejala
pneumonia pada infeksi awal tidak memperlihatkan gejala klinis,
kebanyakan gejala klinis timbul pada saat pneumonia yang dideritanya
sudah kronis.(16)
3.8 DIAGNOSIS
17
3.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
yang muncul, misal batuk, demam, produksi sputum dan nyeri dada pleuritis,
disertai pemeriksaan imejing paru, biasanya dengan radiografi dada. Temuan pada
pemeriksaan radiografi dada dapat berkisar dari suatu bercak infiltrat kecil di area
udara sebagai konsolidasi lobar dengan bronkogram udara hingga infiltrat alveolar
difus atau infiltrat interstisial. Efusi pleura dan kavitasi juga dapat ditemukan.
Hasil radiografi dada juga dapat digunakan untuk menentukan derajat keparahan
18
3. Pemeriksaan mikrobiologi
19
3.11PENGOBATAN
Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien dengan pneumonia adalah
sebagai berikut.11
21
1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-
96% berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang
kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila
terdapat bronkospasme.
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk
batuk, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam. Bila perlu
dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan ekspirasi dan
pengeluaran CO2. posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan
pernafasan
22
Gagal napas yang ditandai oleh peningkatan CO2 didapat
b.
3.13 KOMPLIKASI
terjadi pada sekitar 438 kasus, terutama pada infeksi bakterial akut
berupa efusi parapneumonik gram negative sebesar 608, Staphylococcus
aureus 308. S. pneumoniae 40-608, kuman anaerob. Sedangkan pada
Mycoplasmapneumoniae sebesar 208. +airannya transudat dan steril.
terkadang pada infeksi bakterial terjadi empiema dengan cairan eksudat.
2. Komplikasi sistemik.
4. Abses Paru
terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi
infeksi oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative.
5.Pneumonia kronik
23
dapat terjadi bila pneumonia berlangsung lebih dari 4-6
minggu akibat kuman anaerob S. aureus, dan kuman Aram )-) seperti
Pseudomonas aeruginosa.
6.Bronkiektasis.
Biasanya terjadi karena pneunomia pada masa anak-anak tetapi
dapat juga oleh infeksi berulang di lokasi bronkus distal pada cystic
fibrosis atau hipogamaglobulinemia, tuberkulosis, atau pneumonia
nekrotikans. 10
3.14 PROGNOSIS
infeksi secara hematogen atau limfogen biasanya terjadi karena pengobatan yang
terlambat.3
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Dahlan Z. Pneumonia. In Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setyohadi B, Syam AF (Eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014. p1608-19.
2. Andayani N. Tingkat mortalitas dan prognosis pasien pneumonia komunitas
dengan sistem skoring CURB-65 di ruang rawat inap paru RSUD Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2014; 14(1).
3. Elena Prina, Otavio T Ranzani, Antoni Torres. Community-acquired
pneumonia. The Lancet. 2015 August; 386(9998).
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar. Jakarta:,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
5. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil kesehatan tahun 2013. Padang:, Dinas
Kesehatan Kota Padang; 2014.
6. Djojodibroto D. Penyakit parenkim paru. In Perdan TI, Sujanto D (Eds).
Respirologi. Jakarta: EGC; 2014. p153-83.
7. A. Torres, C. Cillóni. Clinical Management of Bacterial Pneumonia
Switzerland: Springer International Publishing; 2015.
25