Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DIAGNOSIS HOLISTIK

DEMAM CHIKUNGUNYA

Disusun Oleh

Atiya Fasya
018.06.0009

Pembimbing
dr. Kartika Aprilia

Dalam Rangka Menjalani Kepaniteraan Klinik Madya


Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Cakranegara
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya laporan ini dapat penulis selesaikan dengan
sabagaimana mestinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan
ini, penulis mohon maaf jika dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang
berhubungan dengan materi pada laporan ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
membantu penulis untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.

Mataram, 14 Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
BAB I GAMBARAN KONDISI KELUARGA..................................5
1.1 Laporan Kasus..............................................................................5
1.1.1 Identitas Pasien.............................................................................5
1.1.2 Anamnesis....................................................................................5
1.1.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................6
1.1.4 Pemeriksaan Penunjang................................................................7
1.1.5 Diagnosa Banding........................................................................7
1.1.6 Diagnosis Kerja............................................................................7
1.1.7 Penatalaksanaan...........................................................................7
1.1.8 Genogram.....................................................................................8
1.1.9 Prognosis......................................................................................8
1.2 Diagnosis Holistik..............................................................................8
1.2.1. Aspek Personal............................................................................9
1.2.2 Aspek Klinis.................................................................................9
1.2.3 Aspek Risiko Internal...................................................................9
1.2.4 Aspek Risiko Eksternal..............................................................10
1.2.5 Aspek Fungsional.......................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................12
2.1 Demam Chikungunya....................................................................12
2.1.1 Etiologi.......................................................................................12
2.2.2 Epidemiologi..............................................................................12
2.1.3 Manifestasi Klinis......................................................................13
BAB III PEMBAHASAN.....................................................................15
3.1 Hubungan Aspek Personal dengan Penyakit yang dialami Pasien...15
3.2 Hubungan Aspek Klinis dengan Penyakit yang dialami Pasien.......16
3.3 Hubungan Aspek Resiko Internal dengan Penyakit yang Dialami
Pasien......................................................................................................16

3
3.4 Hubungan Aspek Resiko Eksternal dengan Penyakit yang dialami
Pasien......................................................................................................17
3.5 Hubungan Aspek Fungsional dengan Penyakit yang dialami Pasien
.................................................................................................................17
BAB IV PENUTUP..............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................19

4
BAB I
GAMBARAN KONDISI KELUARGA
1.1 Laporan Kasus

1.1.1 Identitas Pasien


Nama : : Nn. AN
Tempat/Tanggal Lahir : : Bima/18-06-2017
Usia : : 5,5 Tahun
Jenis Kelamin : : Perempuan
Alamat : : Bertais
Tanggal Pemeriksaan : : 8 Februari 2023

1.1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Lutut Lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Cakranegera pada hari Senin diantar
oleh ibunya dengan keluhan demam tinggi yang tiba tiba sejak hari
minggu sore disertai sakit kepala.demam yang dialami disertai menggigil.
Pada malam hari lutut pasien mulai merasa nyeri dan lemas yang semakin
terasa memberat. Saat keesokan paginya pasien merasakan mual dan
muntah sebanyak 2 kali. Keluhan batul, pilek, diare disangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Keluhan yang sama : (-)
 Riwayat Penyakit Asma : (-)
 Riwayat Penyakit Jantung : (-)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Keluhan yang sama : (-)
 Riwayat Penyakit Jantung : (-)
 Riwayat Penyakit Asma : (-)
 Riwayat Hipertensi : (Ada)

5
e. Riwayat Sosial dan Pribadi
 Riwayat imunisasi : (Lengkap)
 Alergi makanan atau obat-obatan : (-)
 Kebiasaan makan harian : Porsi dikit

1.1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Tanda Vital
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 GCS : Komposmentis (E4V5M6)
 Nadi : 102 x/mnt
 Laju Pernapasan : 21 x/mnt
 Suhu : 38ºC
 Berat Badan : 13,5 kg
 Panjang badan : 93

b. Status Generalis

Kepala : Normocephali
Mata : Pada Pemeriksaan Oftalmologi
THT : Dalam Batas Normal
Leher : Pembesaran tiroid (-), KGB (-),
Nyeri tekan (-)

Thorax : Normochest & Simetris


Pulmo Inspeksi : Gerakan simteris dan dinamis
Palpasi : Nyeri tekan (-), taktil fremitus
pada kedua lapang pari

Perkusi : Sonor diseluruh lapang paruu


Auskultasi : Vesikuler diseluruh lapang paru
Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

6
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, mur-mur
(-)

Abdomen Inspeksi : Dalam batas normal, sikatrik (-)


Auskultasi : Bising usus (+), peristaltic usus
12 x/mnt

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen


Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstermitas : Akral hangat, edema (-)

1.1.4 Diagnosa Banding


 Demam chikungunya
 Demam Berdarah

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang diakukan pada pasien yaitu pemeriksaan
darah lengkap dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 6 Februari


2023 pukul 11.28 WITA

PEMERIKSAAN HASIL NILAI


NORMAL

Hematologi
Hemoglobine 12.7 12-16 g/dL
Eritrosit 5.13 4.0-5.0/mm3
Hematokrit 41.5 37.0-47.0 %
Trombosit 433.000 150000-40000/mm3
Leukosit 10.000 5000-10000/mm3

1.1.6 Diagnosis Kerja


 Susp demam chikungunya

7
1.1.7 Penatalaksanaan
 Non medikamentosa
 Pemberian edukasi terkait penyakit yang sedang dialami, penyebab,
komplikasi, dan pencegahan.
 edukasi terkait pencegahan meliputi; rajin menguras bak mandi
minimal sekali seminggu, jangan biarkan ada genangan air disekitar
rumah, mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion, tidak
membiasakan mnggantung pakaian didalam lemari, memanfaatkan
atau mendaur ulang barang bekas.

 Medikamntosa
 IUFD RL mikro 47tetes/menit
 Pct, Vit b6, Dexamethasone 3x1 pulv
 Amoxicilin 3x1 cth

1.1.8 Genogram

Keterangan: : Pria meninggal


: Wanita meninggal
: Pria

: Wanita
: Pasien
Pasien tinggal dirumah dengan jumlah orang yang tinggal sejumlah 4 orang.
Pasien merupakan imigran dari Bima yang tinggal di Bertais dengan menyewa

8
kontrakan. Kontrakan pasien terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi
dengan toilet berbentuk kloset jongkok. Kamar pertama ditempati oleh ayah dan
anak pertama. Sedangkan kamar kedua ditempati oleh ibu dan pasien. Sumber air
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga berupa air PDAM. Sedangkan
untuk kebutuhan minum yang digunakan berupa air isi ulang. Selama dirumah
pasien selalu menggunakan obat nyamuk sebelum tidur. Bak mandi yang
digunakan pada rumah pasien berupa ember yang selalu dikuras setiap hari.
Ventilasi pada rumah pasien terbilang cukup. Penilaian kebersihan rumah pasien
cukup baik.

1.2 Diagnosis Holistik

1.2.1. Aspek Personal


1. Alasan kedatangan pasien
Pasien datang diantar oleh ibunya karena kekhawatirannya akan kondisi
anaknya yang mengeluh kaki lemas tidak bisa berjalan yang disertai
demam. Ibu pasien khawatir anaknya terkena penyakit demam berdarah
sehingga ibu pasien segera membawa pasien ke puskesmas.
2. Identifikasi harapan pasien
Karena pasien masih dibawah umur, sehingga penggalian informasi
dilakukan pada orang tua pasien. Harapan ibu pasien terkait pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat menyembuhkan anaknya dan tidak timbul
keluhan lagi serta tidak terjadi komplikasi
3. Identifikasi kekhawatiran pasien
Ibu pasien khawatir kondisi anaknya semakin parah karena tidak bisa
berjalan. Sedangkan untuk pengobatan semua diserahkan kepada dokter,
yang terpenting adalah kesembuhan dari anaknya.
4. Identifikasi persepsi pasien terhadap penyakit
Keluhan yang dialami oleh pasien dikhawatirkan oleh ibu pasien
disebabkan karena demam berdarah.

9
1.2.2 Aspek Klinis
 Susp demam chikungunya

1.2.3 Aspek Risiko Internal


 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur: 5,5 tahun
 Penyakit keturunan: tidak ada
 Gaya hidup : pasien selalu diajarkan untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan menggunakan sabun. Setiap kali waktu makan, pasien
hanya mau konsumi hanya 2-3 kali suap saja. Selama di Bertais, pasien
tidak pernah mengikuti kegiatan posyandu dikarenakan tidak mengetahui
letak pelaksanaanya. Setiap hari pasien mengikuti ibunya ke pasar untuk
berjualan dengan lebih sering berjalan kaki daripada menggunakan
kendaraan.

1.2.4 Aspek Risiko Eksternal


 Orang tua pasien yang datang ke pelayanan kesehatan hanya saat kondisi
kesehatan yang buruk.
 Bentuk dan komposisi keluarga
Berdasarkan jenis perkawinan pada keluarga pasien termasuk monogami
yaitu dalam keluarga pasien terdapat seorang suami dengan seorang istri.
Tempat tinggal pasien saat ini di Bertais yang merupakan pendatang hanya
untuk bekerja sehingga termasuk ke golongan Neolokal. Pasien mulai
tinggal di Bertais sejak 2 tahun yang lalu. Dalam satu rumah pasien terdiri
dari suami, istri dan 2 anak. Anak pertama berusia 10 tahun yang sedang
menempuh Sekolah Dasar, sedangkan anak kedua masih belum sekolah.
Berdasarkan komposisi keluaga pasien, ia tergolong kedalam keluarga inti.
Berdasarkan kekuasaan termasuk golongan equalitarium, yaitu keluarga
yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu.
 Fungsi keluarga (biologi, psikologi, ekonomi, sosial)
-Fungsi keagamaan
-Fungsi budaya

10
-Fungsi reproduksi
 Siklus keluarga
Pada pasien ini siklus keluarga mencapai tahap ekspansi yang merupakan
tahap disaat anggota keluarga bertambah (ekspansi) karena lahirnya anak –
anak. Adapun anak anak pada keluarga ini terdiri dari 1 anak pra sekolah
dan 1 anak sekolah.
 Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Pada keluarga pasien tergolong keluarga sejahtera tahap II, yaitu dapat
memenuhi kebutuhan dasar dan social psikologis, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembangan.
 APGAR keluarga
Hubungan emosional antar anggota keluarga yang tinggal serumah cukup
dekat, berdasarkan skor APGAR fungsi keluarga didapatkan hasil 9 dan
berarti masih tergolong baik (8-10).
 Kondisi lingkungan
Pasien tinggal di permukiman yang padat. Pasien merupakan imigran dari
Bima yang tinggal di Bertais dengan menyewa kontrakan. Kontrakan
pasien terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar mandi dengan toilet
berbentuk kloset jongkok. Kamar pertama ditempati oleh ayah dan anak
pertama. Sedangkan kamar kedua ditempati oleh ibu dan pasien. Sumber
air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga berupa air PDAM.
Sedangkan untuk kebutuhan minum yang digunakan berupa air isi ulang.
Selama dirumah pasien selalu menggunakan obat nyamuk sebelum tidur.
Bak mandi yang digunakan pada rumah pasien berupa ember yang selalu
dikuras setiap hari. Ventilasi pada rumah pasien terbilang cukup. Penilaian
kebersihan rumah pasien cukup baik.
Karena saat ini sedang berada di musim hujan, sehingga terdapat beberapa
genangan air disekitar rumah pasien. Tingkat kebersihan di sekitar rumah
pasien, masih terdapat beberapa sampah berserakan. Selain itu, terdapat
beberapa jemuran bergantungan yang dekat dengan rumah pasien sehingga
dapat mengundang banyak nyamuk. Ketika dilakukan kegiatan

11
penyelidikan epidemiologi, ditemukan jentik positif.

1.2.5 Aspek Fungsional


Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari baik
secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan saat mengalami
keluhan/gejala yang dikeluhkan yaitu skala 3 yang merupakan kesulitan
fisik bertambah banyak (50 % butuh bantuan orang lain).

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Chikungunya

2.1.1 Etiologi
Chikungunya adalah penyakit akibat virus yang dapat sembuh sendiri dan
telah dikaitkan dengan wabah yang sering terjadi di negara-negara tropis Afrika
dan Asia Tenggara (Natesan, 2022).
Chikungunya adalah penyakit akibat infeksi virus yang ditransmisikan
melalui nyamuk. Infeksi virus Chikungunya adalah “Arthropode borne disease”,
yang ditransmisikan oleh beberapa spesies nyamuk, di Asia terbanyak
diperkirakan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk
tersebut dapat ditemukan menggigit sepanjang siang hari, meskipun mungkin
terdapat puncak aktivitas saat fajar dan senja. Kedua spesies tersebut ditemukan
menggigit di luar ruangan, tetapi Ae. aegypti juga akan mudah makan di dalam
ruangan.
Virus Chikungunya dimasukkan ke dalam genus Alphavirus, yang
mempunyai beberapa kompleks antigen. Sangat mirip satu sama lain dengan virus
dalam serogroup yang sama (Group A Arbovirus) dan akan bereaksi silang
dengan golongan Alphavirus yang heterolog.
Nama penyakit ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde yang
berarti melengkung, merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala nyeri
sendi yang parah (arthralgia).

2.1.2 Epidemiologi
Chikungunya pertama kali ditemukan saat terjadi kejadian luar biasa di
Tanzania tahun 1953. Penyebaran virus ini dari Afrika ke Asia terjadi sejak tahun
1954 dan telah menyebabkan timbulnya KLB di Filipina, Thailand, Indonesia,
India, Sri Lanka, Vietnam, Kamboja dan Myanmar.
Wabah besar penyakit ini kembali terjadi di kepulauan Samudra Hindia di
tahun 2005. Tak berselang lama, wabah ini kembali terjadi di India pada 2006 dan
2007. Beberapa negara lain di Asia Tenggara pun terkena dampaknya. Sejak

13
2005, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar dan Thailand telah melaporkan lebih
dari 1.9 juta kasus. Penyakit ini kemudian pertama kalinya terjadi di Eropa pada
tahun 2007.
Pusat Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sepanjang 2019 telah
terjadi demam chikungunya sebanyak 5042 kasus. Dari kasus tersebut, sebanyak
1.044 kasus terjadi di Provinsi Jawa Barat, disusul Lampung dengan 829 kasus,
dan Gorontalo dengan 534 kasus. Namun, hingga saat ini belum ada laporan
kematian akibat chikungunya. Sedangkan data dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO), sepanjang 2019 penyakit ini telah terjadi lebih dari 1,9 juta kasus di Asia.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Gejala klinis demam Chik mempunyai spektrum yang luas mulai dari
demam ringan sampai demam disertai artralgia dan atau perdarahan. Demam
tinggi biasanya berlangsung 1 – 3 hari. Penelitian menunjukkan gejala demam
Chik telah menyebabkan epidemi dari penyakit yang menyerupai Dengue (Den-
like diseases) di India, Kamboja, Thailand dan Singapura. Hal ini menunjukkan
gejala klinis saja tidak cukup untuk mendukung bukti infeksi Chik. Pada manusia
virus Chik menyebabkan sakit setelah 48 jam digigit nyamuk. Masa inkubasi virus
Chik antara 2-3 hari (1-12 hr). Pada anak dimulai dengan demam yang terjadi
secara akut diikuti dengan nyeri kepala, mialgia dan artralgia, yang melibatkan
beberapa sendi sendi kecil pada jari-jari tangan, pergelangan tangan dan kaki
meningkat dengan aktivitas dan berkurang/menghilang saat istirahat. Artralgia
biasanya sembuh dalam 1 minggu setelah dimulai, namun dapat menetap sampai
beberapa minggu. Saat muncul ruam makulopapular biasanya diikuti dengan
limfadenopati. Nyeri kepala, nyeri retro orbital, anoreksia, mual dan muntah,
nyeri perut dan gejala umum lain yang muncul pada infeksi virus mungkin terjadi
namun tidak dalam bentuk yang berat. Ruam yang terjadi seringkali sulit
dibedakan dengan ruam pada infeksi Dengue. Tetapi pada Chikungunya tidak
pernah dilaporkan kejadian hematemesis melena dan syok.
Pemeriksaan darah pada demam Chik tidak khas. Penelitian yang ada
menunjukkan bahwa jumlah leukosit dan trombosit dalam batas normal.

14
Leukopenia dengan limfositosis relatif dapat terjadi pada hari ke 3-6 sejak
demam. Kenaikan Hct terjadi namun secara statistik tidak bermakna. Diagnosis
serologi seperti ELISA, uji inhibisi aglutinasi, uji fiksasi komplemen serta PCR
dapat dipakai sebagai pemeriksaan untuk penunjang diagnosis. Kematian jarang
terjadi pada infeksi Chikungunya.
Terapi medikamentosa diberikan untuk tujuan simtomatik dan suportif
meliputi tirah baring, analgetik mungkin diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri.

15
BAB III
PEMBAHASAN
Secara epidemiologi, transmisi penyakit menular chikungunya di pengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu host (manusia), vector (agent) dan lingkungan
(environment). Ketiga faktor ini saling berinteraksi sehingga bila salah satu
mengalami perubahan akan mempengaruhi yang lainnya.
1) Faktor agent Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur baik yang
hidup atau mati yang kehadirannya dan atau ketidakhadirannya, apabila
diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan
yang memungkinkan akam menjadi stimuli dan memudahkan terjadinya
suatu proses penyakit. Agent diklasifikasikan sebagai agent biologis,
kimia, nutrisi, mekanik dan fisik.
2) Faktor Host (Manusia) Manusia secara bersamaan tergantung pada dan
diancam oleh mikroorganisme yang mengelilingi mereka. Faktor host
yang berpengaruh yaitu umur, jenis kelamin, suku, keturunan, physiology,
diet dan nutrisi.
3) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan diklasifikasi menjadi empat
komponen yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan
sosial ekonomi.
3.1 Hubungan Aspek personal dengan penyakit yang dalami pasien
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada
dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
Persepsi terhadap suatu penyakit dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien,
jika persepsi yang baik diyakini akan meningkatkan motivasi, kepatuhan dalam
pengobatan, serta perubahan gaya hidup yang lebih baik agar tercapainya
peningkatan kualitas hidup.
Meskipun penyakit ini bersifat self limiting disease dan tidak menimbulkan
kematian, serangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dapat
menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat karena penderita seolah-olah
menjadi lumpuh dan sakit ketika bergerak. Selain itu, deteksi dini sangat penting

16
untuk dilakukan karena sifatnya yang menular sehingga dapat menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB).
Adanya kekhawatiran pihak pasien akan penyakit membuat pasien mencari
pertolongan medis. Dengan mencari pertolongan medis akan mempercepat deteksi
dini, sehingga mencegah untuk terjadinya penyebaran penyakit yang lebih luas.
3.2 Hubungan Aspek klinis dengan penyakit yang dialami pasien
Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan adanya
kematian, sehingga pengobatan bersifat simptomatis. Dalam literatur ilmiah
belum pernah dilaporkan kematian, kasus neuroinvasif, atau kasus perdarahan
yang berhubungan dengan infeksi virus Chikungunya. Pada kasus anak
komplikasi dapat terjadi dalam bentuk kolaps pembuluh darah, renjatan,
miokarditis, ensefalopati dsb, tapi jarang ditemukan (Depkes RI, 2004). Penderita
sebaiknya diisolasi dari gigitan nyamuk, sehingga dapat mencegah penularan ke
orang lain. Semakin cepat pasien mencari pertolongan medis sehingga
kemungkinan terjadi komplikasi akan semakin sedikit dan pasien akan lebih cepat
pulih.
Demam Chikungunya belum ditemukan obat, tetapi dapat sembuh sendiri
sehingga pengobatan bersifat simptomatis dengan pemberian obat penurun panas
dan mengurangi nyeri, dan beristirahat selama fase akut serta pada umumnya
tidak memerlukan perawatan di Rumah Sakit.
3.3 Hubungan Aspek resiko internal dengan penyakit yang dialami pasien
Berdasarkan penelitian oleh Rumatora (2011), tidak ada hubungan antara
usia, jeneis kelamin, pendidikan dengan kejadian demam chikungunya. Penyakit
ini dapat menyerang semua jenis umur dan jenis kelamin. Asupan makanan pasien
tiap harinya biasanya dengan porsi yang sedikit. Asupan makanan yang sedikit
berpengaruh terhadap status gizi pasien. Status gizi adalah keadaan yang
diakibatkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan
(intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requied) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas atau produktivitas, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain.
Keadaan kurang gizi merupakan salah satu faktor penyebab mudahnya

17
seseorang terkena penyakit menular. Sehingga kemungkinan dapat berperan
dalam kejadian sakit yang dialami pasien.
3.4 Hubungan Aspek resiko eksternal dengan penyakit yang dialami pasien
Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah
lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah
sebelah menyebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna
dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah tersebut
disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit menular
membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak- desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya
menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis
10⁰C. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35⁰C juga mengalami perubahan dalam
arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25⁰C-27⁰C. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti
sama sekali bila suhu kurang 10⁰C atau lebih dari 40⁰C.
Kelembaban udara adalah banyak uap air yang terkandung dalam udara
yang dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan keadaan rumah menjadi basah dan lembab yang memungkinkan
berkembangbiaknya kuman atau bakteri penyebab penyakit. Kelembaban yang
baik berkisar antara 40%-70%. Pada keadaan ini nyamuk tidak dapat bertahan
hidup akibatnya umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga nyamuk tersebut
tidak bisa menjadi vektor karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari
lambung ke kelenjar ludahnya.
3.5 Hubungan Aspek fungsional dengan penyakit yang dalami pasien
Gejala nyeri pada lutut yang dialami oleh pasien membuat paien tidak
mampu untuk berjalan sehingga aktivitas secara fisik pasien menjadi terbatas.

18
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Chikungunya adalah penyakit akibat infeksi virus yang ditransmisikan
melalui nyamuk. Chikungunya ditularkan melalui nyamuk yang berasal dari
genus aedes, utamanya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejala chikungunya
ditandai dengan demam tinggi yang mendadak dan poliartralgia, yang biasanya
menyerang pergelangan tangan dan kaki, serta sendi-sendi kecil. Chikungunya
berkaitan dengan kejadian wabah berulang pada kebanyakan negara tropis,
termasuk Indonesia. Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah
dilaporkan adanya kematian, sehingga pengobatan bersifat simptomatis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan Indonesia


tahun 2019.
Timmers L, Thong M, Dekker FW, et al. Illness perceptions in dialysis patients
and their association with quality of life. Psychology & Health.
2008;23(6):679-690. doi:10.1080/14768320701246535.
Natesan, S. 2022. Chikungunya Virus. Medscape
Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus.
Information for Health Care Providers.
Masrizal. 2018. Penyakit Menular Chikungunya. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Padang.
Vairo, F., et al. 2019. Chikungunya : Epidemiology, Pathogenesis, Clinical
Features, Management, and Prevention. Infectious Disease Clinics,
33(4), pp. 1003-25.
Chauhan, A., et al. 2018. Protean Neurological Manifestations in
Chikungunya. Journal of The Association of Physicians of India, 66, pp.
79.
Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus.
Information for Health Care Providers.
Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus.
Symptoms, Diagnosis, & Treatment.
Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Chikungunya Virus.
Transmission.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Melakukan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien

Lampiran 1. Melakukan Kunjungan Rumah

21
Lampiran 3. Kondisi Lingkungan Rumah Pasien

22

Anda mungkin juga menyukai