KOLELITIATIS
Oleh:
FITRI CHINTIYANI
21360068
PRECEPTOR:
dr. Irfansyah, Sp.B
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
DATA PASIEN.........................................................................................................................3
1.1 Identitas..........................................................................................................................3
1.2 Anamnesis......................................................................................................................3
1.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................................4
1.4 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................6
1.1 Diagnosis Banding.........................................................................................................7
1.2 Diagnosis Kerja..............................................................................................................7
1.3 Penatalaksanaan.............................................................................................................7
1.4 Prognosis........................................................................................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................11
2.1 Definisi.........................................................................................................................11
2.2 Etiologi dan Faktor Risiko...........................................................................................11
2.3. Anatomi dan Fisiologi Kandung Empedu.....................................................................12
2.4. Tipe Batu Empedu.........................................................................................................13
2.5. Patogenesis....................................................................................................................14
2.6. Manifestasi Klinis..........................................................................................................15
2.7. Diagnosis.......................................................................................................................15
2.10. Kompikasi....................................................................................................................18
BAB III
KESIMPULAN.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DATA PASIEN
1.1 Identitas
Nama : Rosita Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir / Umur : 16/8/1996 ( 24 tahun)
Status : Menikah
Alamat : Karang Rejo RT 044 RW 011 Metro, Lampung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 412199
Datang ke RS : 20 Agustus 2021
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal Bedah tanggal 21 Agustus 2021 pukul 11.00
WIB secara autoanamnesis.
1. Keluhan Utama
Os mengatakan nyeri perut.
2. Keluhan Tambahan :
Nyeri perut daerah ulu hati dan perut bagian kanan atas menjalar hingga
ke punggung, nyeri bersifat hilang timbul. Terasa mual, pusing, sedikit sesak,
pandangan terkadang berkunang-kunang, BAK kuning keruh, anoreksia.
3
sakit. Pada tanggal 19 agustus os datang ke RS Islam Metro dan dirawat inap
2 hari. Setelah itu os di rujuk ke RSUD AY untuk dijadwalkan CT Scan.
6. Riwayat Sosial/Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus 2 orang anak.
Kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol disangkal. Pasien makan dengan
teratur dan mempunyai kebiasaan minum kopi 1-2 kali per harinya.
2. Status Generalis
A. Kepala
a). Kepala
Bentuk : Normochepal
Rambut : Warna kehitaman
Jejas / kemerahan : Tidak ditemukan
b).Mata
Konjungtiva anemis : (-/-) / Tidak ditemukan kelainan
Sklera Ikterik : (-/-) / Tidak ditemukan kelaianan
Reflek cahaya : (+/+) / Tidak ditemukan kelainan
Pupil : Isokor
c). Hidung
Lubang hidung : Simetris / Tidak ditemukan kelainan
Jejas / Kemerahan : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Sekret : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Epistaksis : (-) / Tidak ditemukan kelainan
d).Telinga
Bentuk : Normotia
Jejas / Kemerahan : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Sekret / Cairan : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Serumen : (-) / Tidak ditemukan kelainan
e). Mulut
Bentuk : Simetris / Tidak ditemukan kelainan
Deviasi : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Atrofi Lidah : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Bibir Pucat : (-) / Tidak ditemukan kelainan
Gusi berdarah : (-) / Tidak ditemukan kelainan
B. Leher
Bentuk : Normal / Tidak ditemukan kelainan
Pembesaran KGB : (-) / Tidak ditemukan kelainan
C. Thorak
Paru
Inspeksi : Dada Simetris, Jejas / Kemerahan (-), Lesi (-),
Retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Massa / tumor (-), Gerakan dinding
dada simetris kanan dan kiri.
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis
sinistra
Perkusi : Normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II regular, bising jantung (-)
D. Abdomen
Inspeksi : Datar. Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan region hipokondrium dextra (+),
massa / tumor (-)
Perkusi : Timpani (+), shifting dullnes (-)
E. Ekstremitas
Superior : Jejas / Kemerahan (-), Tumor (-), Massa (-),
Ikterik (-)
Inferior : Jejas / Kemerahan (-), Tumor (-), Massa (-),
Ikterik (-)
F. Status Neurologis
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6 = 15
1.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hematologi Rutin
Leukosit L 4.32 103/µL 5 - 10
Eritrosit 4.04 106/µL 4.37 – 5.63
L 11.0 g/dL 14 - 18
Hemoglobin
L 36.3 % 41 - 54
Hematokrit
MCV 85.5 fL 80 - 92
L 31.0 pg 27 - 31
MCH
MCHC 199 g/dL 32 - 36
Trombosit H 191 103/µL 150 - 450
RDW 14.7 % 12.4 - 14.4
MPV 8.40 fL 7.3 – 9
Hemostatis
Masa Perdarahan (BT) 2’00” menit 1’00” – 6’00”
Masa Pembekuan (CT) 12’00” menit 9’00” – 15’00”
Kimia Klinik
Bilirubin Total H 3.78 mg/dL <1
Bilirubin Direk H 2.91 mg/dL < 0.25
Bilirubin Indirek H 0.87 mg/dL < 0.75
Glukosa Darah Sewaktu 86.6 mg/dL <140
Ureum L 11.8 mg/dL 15 – 40
Kreatinin 0.74 mg/dL 0.6 – 1.1
IMUNOLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
b. Pemeriksaan USG
Kesan:
Cholelithiasis multiple ( ukuran lk 4 mm)
USG Hepar, limpa, pancreas, ginjal, kanan kiri, VU, tak tampak
kelainan.
1.3 Penatalaksanaan
Tindakan Operatif: Kolesistektomi
1.4 Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
kolesistolitiasis. Batu yang terbentuk pada common bile duct (CDB) atau saluran
empedu disebut disebut koledokolitiasis. Kasus ini cukup sering terjadi dengan
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada keduanya. Sebagian
besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu
empedu terkait dengan banyak faktor, termasuk usia, jenis kelamin, dan latar
Obesitas, kehamilan, faktor diet, penyakit Crohn, reseksi ileum terminal, operasi
dikenal dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family, History) (Fabyan, et
al., 2017). Wanita tiga kali lebih mungkin mengembangkan batu empedu daripada
pria, dan kerabat tingkat pertama pasien dengan batu empedu memiliki risiko dua
sampai 10 cm, dengan kapasitas rata-rata 30 sampai 50 ml. Ketika obstruksi, kandung
empedu dapat distensi dan berisi hingga 300 ml (Charles Bunicardi, et al., 2015).
Kandung empedu terletak di fossa pada permukaan inferior hati. Sebuah garis
dari fossa ini ke vena cava inferior membagi hati menjadi lobus hati kanan dan kiri.
Kantong empedu dibagi menjadi empat bidang anatomi: fundus, corpus (tubuh),
infundibulum, dan leher. Fundus adalah bulat, akhirnya yang biasanya meluas 1 sampai
2 cm di atas margin hati. Berisi sebagian besar otot polos organ, berbeda dengan
corpus, yang merupakan tempat penyimpanan utama dan berisi sebagian besar jaringan
elastis. Tubuh memanjang dari fundus dan mengecil ke leher, daerah berbentuk corong
yang menghubungkan dengan duktus sistikus. Leher biasanya mengikuti kurva lembut,
Hartmann. Leher terletak di bagian terdalam dari fossa kandung empedu dan meluas ke
Lapisan peritoneum yang sama yang meliputi hati meliputi fundus dan
rendah hati, dan jarang, itu tertanam jauh di dalam parenkim hati (sebuah kantung
Kantong empedu dilapisi oleh satu, sangat dilipat, epitel kolumnar tinggi yang
melapisi infundibulum dan leher kandung empedu, tetapi absen dari tubuh dan fundus.
Lapisan epitel kandung empedu didukung oleh lamina propria. Lapisan otot memiliki
serat longitudinal dan melingkar miring, tapi tanpa lapisan berkembang dengan baik.
adiposit. Hal ini ditutupi oleh serosa kecuali kantong empedu tertanam dalam hati.
Kantong empedu berbeda histologis dari saluran pencernaan dalam hal ini tidak
Empedu di sekresi oleh sel hepar ke dalam ductulus biliaris yang bersatu
hepaticus dexter dan ductus hepaticus sinister. Ductus hepaticus dexter menyalurkan
empedu dari lobus hepatis dexter, dan ductus hepaticus sinister menyalurkan empedu
dari lobus hepatis sinister, termasuk lobus caudatus dan hampir seluruh lobus
quadratus. Setelah melewati porta hepatis, kedua ductus hepaticus bersatu untuk
membentuk ductus hepaticus communis. Dari sebelah kanan ductus cysticus bersatu
kaudal di sebelah dorsal pars superior duodenum dan menempati alur pada permukaan
dorsal caput pancreatic. Disebelah kiri bagian duodenum yang menurun, ductus
choledochus bersentuhan dengan ductus pancreaticus. Kedua ductus ini melintas miring
duodenum melalui papilla duodeni major. Otot yang terdapat pada ujung distal ductus
musculus sphinter ductus choledochi mengkerut, empedu tidak dapat memasuki ampula
ductus cysticus ke dalam vesica biliaris untuk dipekatkan dan disimpan ( Moor KL, et
al., 2002).
Gambar . Anatomi Kandung Empedu, Vesica biliaris (fellea), saluran empedu.
2.1 Fisiologi
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini
vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi
empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Empedu hati tidak dapat
empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorpsi air dari garam-garam
anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat
kolesistokinin (CGK), yang merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor CGK
telah dikenal terletak dalam otot polos dari dinding kandung empedu. Pengosongan
Empedu secara primer terdiri dari air, lemak, organic, dan elektrolit, yang
normalnya disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut organik adalah garam empedu,
al., 2015)
dan hanya sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum
memicu serangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghacuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu
merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu menggerakkan isinya,
bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu sebagai limbah
dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya dibuang dari
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus, disuling oleh hati dan dialirkan
kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam
usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi
berbagai unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya
dibuang bersama tinja. Hanya sekitar 5 % dari asam empedu yang di sekresi ke
2.5. Patogenesis
kolesterol dan c. Gangguan motilitas kandung empedu dan usus. Hal ini
vesikel besar ini terlampaui sehingga terjadi presipitasi kristal. Adanya pigmen di
dalam inti batu berhubungan dengan isi kandung empedu pada stadium awal
saluran empedu, stasis empedu, malnutrisi, dan faktor diet (tanto, et al., 2014) &
hati penderita batu empedu kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh
Gangguan kontraksi kandung empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya
dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini (Price & Wilson,
2003).
batu. Mukus mening- katkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat
berperan sebagai pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering
timbul sebagai akibat dari terbentuknya batu empedu, dibandingkan sebagai
Pada anamnesis, didapatkan setengah sampai dua pertiga penderita batu kandung
empedu adalah asimtomatik. Keluhan yang mungkin timbul berupa dyspepsia yang
Pada asimptomatik, keluhan berupa nyeri didaerah epigastrium, kuadran kanan atau
precordium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih
dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri
Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, scapula, atau puncak bahu, disertai
makan antacid. Kalau terjadi kolesistitis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada
waktu menarik nafas dalam dan sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan
Gejala empedu simtomatik utama yang terkait dengan batu adalah nyeri. Rasa sakit
adalah konstan dan peningkatan keparahan selama setengah jam pertama atau lebih dan
tipikal berlangsung selama 1 sampai 5 jam. Hal ini terletak di epigastrium atau kuadran
kanan atas dan sering menyebar ke punggung bagian atas kanan atau antara skapula.
Rasa sakit parah dan datang pada tiba-tiba, biasanya pada malam hari atau setelah
makan lemak. Hal ini sering dikaitkan dengan mual dan muntah kadang-kadang. Rasa
sakit adalah episodik. Pasien menderita serangan diskrit nyeri, antara yang mereka
merasa baik. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan ringan kuadran kanan atas nyeri
selama episode nyeri. Jika pasien sakit gratis, pemeriksaan fisik biasanya kategorinya
sekutu biasa-biasa saja. Nilai laboratorium, seperti jumlah dan fungsi hati WBC tes,
biasanya normal pada pasien dengan batu empedu dipersulit (Charles B. et al., 2015).
2.7. Diagnosis
dalam duktus. Batu empedu dapat terlihat pada foto polos bila mangalami
1. Pemeriksaan laboratorium
bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum
yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase
alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya
sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan
foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau
hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran
kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.1
B. et al.2015)
mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik maupun
ekstra hepatik. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal
karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab lain. Batu
yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit dideteksi karena terhalang oleh
udara di dalam usus. Dengan USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung
empedu yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa (Sjamsuhidajat et al.,
2007)
Terlihat kontur, besar dan batas yang normal, dinding tidak menebal. Terletak diantara
parenkim hati lobus kanan pada fossa vesika felea. Ekocairan homogen
Gambar . Kolelitiasis terlihat hiperekoik dengan bayangan akuistik di bawahnya
4. Kolesistografi
relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga
dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan
ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan
hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai hati.
Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu
2.9. Penatalaksanaan
untuk memiliki elektif kolesistektomi laparoskopi. Sambil menunggu operasi, atau jika
operasi harus ditunda, pasien harus disarankan untuk menghindari lemak makanan dan
makanan besar. Pasien diabetes dengan batu empedu simtomatik harus memiliki
dikelola harap dengan diet modifikasi dapat dengan aman menjalani kolesistektomi
laparoskopi selama trimester kedua. Kolesistektomi laparoskopi aman dan efektif pada
anak-anak dan dewasa, kolesistektomi, laparoskopi terbuka, untuk pasien dengan batu
empedu yang simptomatik. Sekitar 90 % dari pasien dengan gejala khas empedu dan
batu tersebut diberikan bebas dari gejala setelah kolesistektomi. Untuk pasien dengan
gejala atypikal atau dispepsia (kembung, bersendawa, kembung, dan intoleransi lemak
dari makanan), hasilnya tidak seperti yang menguntungkan ( Charles B., et al., 2015)
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri
yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi
makanan berlemak.
telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan
kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan
1. Kolesistektomi terbuka
adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas
yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum
untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi laparaskopi
batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena memperkecil resiko
mulai melakukan prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja,
nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah
kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden komplikasi seperti cedera
duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi
laparaskopi.
3. Disolusi medis
adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi
bahwa disolusi dan hilangnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat
ini dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien. Kurang dari 10% batu
empedu dilakukan cara ini an sukses. Disolusi medis sebelumnya harus
memenuhi criteria terapi non operatif diantaranya batu kolesterol diameternya <
20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik
paten.
4. Disolusi kontak
diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada
pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka
pada saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien
lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras radioopak masuk ke dalam
sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak lebar sehingga batu empedu yang
menyumbat saluran akan berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah
berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000 penderita
yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi, sehingga prosedur ini lebih
pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya
telah diangkat.
a. Kolestitis Akut
Batu empedu adalah penyebab paling umum ditandai dengan kolik bilier
distensi, inflamasi dan edema. Dengan gejala dan tanda Mual, demam, muntah.
Nyeri kuadran kanan atas menjalar di bawah tulang rusuk ke skapula kanan.
b. Kolesistitis Kronis
Inflamasi dengan episode kolik bilier atau nyeri dari obstruksi duktus
c. Kolik Bilier
Ini adalah gejala daripada komplikasi batu empedu. Hal ini dihasilkan oleh
impaksi batu di leher kandung empedu atau di duktus sistikus. Batu bisa jatuh
kembali ke kantong empedu atau melewati duktus sistikus, di mana rasa sakitnya
mereda. Gejala dan tanda. Onset tiba-tiba nyeri hebat di epigastrium. Spasme
kolik yang parah dengan latar belakang rasa sakit yang parah terus menerus.
Pasien berguling kesakitan dan tidak bisa mendapatkan posisi yang nyaman.
peritonitis pasien tidak berguling tetapi tetap diam). Serangan dapat berlangsung
2-4 jam. Setelah serangan, penyakit kuning dapat terjadi karena batu yang lewat
Ini jarang terjadi dan biasanya muncul sebagai peritonitis bilier umum atau
memiliki mortalitas yang tinggi terutama karena kondisi ini paling sering terjadi
g. Karsinoma
h. Kolangitis
Ini adalah kondisi serius yang disebabkan oleh obstruksi bilier lengkap atau
parsial yang berhubungan dengan infeksi asendens pada percabangan bilier. Ini
mungkin diperumit oleh septikemia dan abses hati. Gejala dan tanda adalah
j. Jaundis obstruksi
BAB III
KESIMPULAN
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada keduanya. Sebagian besar batu
et al., 2007).
dengan “6F” (Fat, Female, Forty, Fair, Fertile, Family, History) (Fabyan, et al., 2017).
Batu empedu juga memiliki 3 jenis batu yaitu : batu koleterol, batu pigmen coklat dan
batu pigmen hitam (Setiawati, et al., 2014). Gejala klinis kebanyakan bersifat asintomatis
namun ada sebagian mengalami gejala kolik bilier akibat batu menyumbat duktus
sistikus. Penderita batu empedu sering memiliki gejala kolesistitis akut atau kronis (Price
Diagnosis batu empedu ditegakkan dari anamnesis pasien berupa F4 (Fat, Female,
Forty, Fertile), manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang (USG,
29
DAFTAR PUSTAKA
Fabyan, Dhilion, H. R., Ndraha, S. & Tendean, M., 2017. Karakteristik Penderita
Kolelitiasis Berdasarkan Faktor Risiko di Rumah Sakit Umum Daerah Koja.
Jurnal Kedokteran Meditek , pp. 50-56.
Rakotomena, S. D. et al., 2019. Epidemiology and Risk Factor of the Gallstone Disease
in a Southern Topical Country. European Journal of Clinical and
Biomedical Sciences, 5(6), pp. 73-78.
Setiawati, S. et al., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI penyunt. Jakarta: Interna
Publishing.
Sjamsuhidayat, R., Karnadihardja, W., Prasetyono, T. O. & Rudiman, R., 2007. Buku
Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat-De Jong. III penyunt. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Tanto, c., liwang, f., hanifati, s. & pradipta, e. a., 2014. Kapita Selekta Kedokteran. IV
penyunt. Jakarta Pusat: Media Aesculaplus.
Moore KL, Anne MR. 2002. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Hipokrates.; Hal 122 -123