A.
Gambar 1.
Anatomi Kornea
1. Epitel
Lapisan epitel kornea tebalnya 50m berbentuk pipih berlapis tanpa tanduk, ada satu
lapis sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat fat soluble substance. Pada sel basal sering
terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju kedepan menjadi sel pipih, sel basal berikatan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden.
Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal
menghasilkan membran basal yang saling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan
menjadi erosi rekuren. Ujung saraf kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan
pada epitel akan menyebabkan gangguan sensibilitas korena dan rasa sakit dan
mengganjal. Daya regenerasi epitel juga cukup besar.
2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini
tidak mempunyai daya regenerasi. Kerusakan pada lapisan ini akan berakhir dengan
terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea, mencakup sekitar 90% dari
ketebalan kornea. Bersifat water soluble substance. Terdiri atas jaringan kolagen yang
tersusun atas lamel-lamel, pada permukaannya terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air,
kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel.
Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di
antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descemet
KERATITIS
Infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan kornea yang
terkena; yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan
keratitis profunda atau keratitis interstisialis yang mengenai lapisan stroma.
Etiologi : berkurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi obat topikal, reaksi
terhadap konjungtivitis menahun
1. Keratitis Pungtata
Merupakakan keratitis pada kelenjar Bowman dengan adanya inflitrat berbentuk
bercak halus pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia,
trakoma, radiasi, dan mata kering. Keratitis pungtata biasanya bilateral dan
berjalan kronis tanpa terlihat kelainan konjungtiva.
a. Keratitis Superfisialis
Merupakakan keratitis superfisial dengan adanya inflitrat berbentuk bintikbintik putih pada permukaan kornea. Terjadi pada kornea superfisial, dan
hijau saat pewarnaan fluoresen. Penyebabnya di antaralain adalah
blefaritis, keratopati, dan keracunan obat topikal.
Pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah, dan merasa kelilipan.
Pengobatan yang bisa diberikan adalah air mata buatan, tobramisisn tetes
mata, dan siklopegik.
3 Kepaniteraan Klinik Stase Mata RSIJ Pondok Kopi
Keratitis Interstisial
Keratitis ini terjadi pada jaringan kornea lebih dalam, merupakan keratitis
nonsupuratif profunda yang disertai dengan neovaskularisasi. Pasien biasanya
akan mengeluhkan fotofobia, keluar banyak air mata, dan penurunan visus.
Kelainan ini biasanya bilateral.
Pada kornea keruh, sehingga iris susah dilihat. Terdapat injeksi siliar disertai
pembuluh darah ke arah dalam sehingga memberikan gambaran merah pucat
salmon patch. Pada keratitis akibat sifilis akan ditemukan trias Hutchinson,
sadlenose, dan serologik positif terhadap sifilis.
Pengobatan yang dapat diberikan berupa tetes mata atropin untuk mencegah
sinekia.
4.
Keratitis bakterial
Keratitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat berupa bakteri gram negatif atau
gram positif. Terapi antibitotik yang diberikan untuk bakteri gram negatif adalah
tobramisin 15mg/ml, gentamisin 15mg/ml, polimiksin. Antibiotik untuk gram
positif antaralain cefazolin 50mg/ml, vancomycin , dan basitrasin. Selain itu
siklopegik diberikan untuk istirahat mata.
5. Keratitis Jamur
Pasien biasanya akan mengeluh sakit mata hebat, berair, dan silau. Gejala yang
bisa didapatkan pada pasien adalah infiltrat yang berhifa dan satelit. Disetai juga
4 Kepaniteraan Klinik Stase Mata RSIJ Pondok Kopi
Keratitis Flikten
Merupakan reaksi imunologi terhadap stafilokokus aureus, koksidiodes imiitis
serta bakteri patogen lainnya. Terdapat hiperemia konjungtiva, dan memberikan
kesan kurangnya air mata. Secara subjektif, penderita biasanya datang karena
ada benjolan putih kemerahan di pinggiran mata yang hitam. Apabila jaringan
kornea terkena, maka mata berair, silau, dan dapat disertai rasa sakit dan
penglihatan kabur.
Terdapat benjolan putih kekuningan pada daerah limbus yang dikelilingi daerah
konjungtiva yang hiperemis.Bila kornea terkena, dapat ditemukan keratitis
dengan gambaran yang bermacam-macam; yaitu infiltrat dan neovaskularisasi.
Gambaran yang khas adalah terbentuknya papula atau pustula pada kornea atau
konjungtiva karena itu penyakit ini biasanya disebut kerato konjungtivits
flikten.
Pada tukak dapat diberikan antibiotik topikal atau oral.
9.
Keratitis Sika
Keratitis Sika adalah keratitis yang pada dasarnya diakibatkan oleh kurangnya
sekresi kelenjar lakrimal dan atau sel globet. Secara objektif, pada tingkat dryeye, kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea hilang, tes schirmer
berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear break-up time berkurang, sukar
menggerakan kelopak mata. Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea,
keratitis filamentosa, atau pungtata. Pada kerusakan kornea yang lebih lanjut
dapat terjadi ulkus kornea dengan segala komplikasinya.
2. Ulkus sentral
Etiologi :
Bakteri : pseudomonas, pneumokokus, moraxella liquefaciens, klebsiela pneumoni, E.
coli, Proteus
Virus : Herpes simplex dan zooster
Jamur : candida albicans, fusarium solani, sefalosporum, aspergilus
akut
Gejala : mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair,
ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat
infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Pasien biasanya
mengeluhan nyeri dan mata merah. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata
dan struktur di dalam nya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan
abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur
yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah
(endogen).
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada
tinclakan pembedahan yang membuka bola mata.
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bekteri, jamur, ataupun parasit dari
fokus infeksi di dalam tubuh. Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah
stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas dan basil sublitis. Jamur yang sering
mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus, fitomikosis
sportrikum dan kokidioides. Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan
gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar
dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, komea keruh, bilik mata depan keruh yang
kadang-kadang disertai dengan hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan
kaca, keadaan ini akan memberikan refleks pupil berwama putih sehingga gambaran
seperti retinoblastoma atau pseucloretinoblastoma. Endoftalmitis yang disebabkan
jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan
11 Kepaniteraan Klinik Stase Mata RSIJ Pondok Kopi
Pengobatan:
Antibiotik topikal dan sistemik ampisilin 2 gram/hari dan kloramfenikol 3 gram/hari.
Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila kuman adalah stafilokok, basitrasin (topikal),
metisilin (subkojuntiva)
pnemokokus, streptokokus dan stafilokokus - penisilin G (top, subkonj)
Neiseria - penisilin G (top. Subkonj)
Pseudomonas diobati dengan gentamisin; tobramisin dan karbesilin (top. Subkonj)
Jamur diobati dengan Amphoterisin B 150 mikrogram sub konjungtiva, Natamycin,
Miconazole
GLAUKOMA
Glaukoma sudut tertutup akut, ditandai dengan peningkatan TIO secara mendadak, terjadi
pada usia > 40 tahun
Gejala Klinik :
A. Stadium I (prodormal) :
halo (melihat seperti ada pelangi)
sakit kepala ringan
gangguan akomodasi
Objektif :
injeksio perikorneal ringan
kornea edema
COA dangkal
pupil mid dilatasi
B. Stadium II (fase akut kongestif):
sakit kepala hebat
mual & muntah
visus menurun
Objektif :
12 Kepaniteraan Klinik Stase Mata RSIJ Pondok Kopi
Pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit disusul setiap 1 jam selama 1 hari
Asetazolamid IV 500 mg, disusul 250 mg tablet setiap 4 jam setelah keluhan mual
hilang