Anda di halaman 1dari 25

BAB I

Identitas pasien
Nama

: An. Z

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 1 tahun 6 bulan

Alamat

: Jalan Malaka IV RT 007/06 No. 22 Rorotan Kec.

Cilincing

Jakarta Utara
Agama

: Islam

Anak ke

: 1 dari 1 bersaudara

Nama ayah

: Tn. M

Tanggal dan Jam MRS

: 12 November 2015, 18.00 WIB

No. RM

: 21-62-69

ANAMNESA (Alloanamnesis)
Keluhan Utama
Kejang sejak 2 jam SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang ke IGD RS Islam Jakarta Sukapura dengan keluhan kejang di rumah 1x 2 jam
SMRS, kejang 1 menit, pada saat kejang mata mendelik ke atas, mulut mengunci, dari mulut
keluar busa, bibir tampak biru, sekujur tubuh tampak kaku, setelah kejang pasien menangis, ibu
os mengatakan os mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu, demam naik turun dengan suhu

antara 38-38,5oC, pada saat kejang suhu tubuh os 39,7oC, keluhan batuk pilek (+) sejak 2 minggu
yang lalu, mencret (+) 4 kali dalam sehari dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang demam 4 bulan yang lalu : 1x dalam sehari, 2 menit, sekujur tubuh

kaku, suhu saat demam 39,5oC, dibawa ke klinik dan diberi obat penurun panas
Riwayat kejang demam 3 bulan yang lalu : 1x dalam sehari, 1 menit, sekujur tubuh

kaku, suhu saat demam 39,2oC, dibawa ke klinik dan diberi obat penurun panas
Riwayat asma dan TB disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien

Riwayat Pengobatan
Sebelumnya os sudah berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas, tapi keluhan tidak
kunjung membaik

Riwayat Alergi

Obat (-)

Makanan (-)

Cuaca (-)

Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Kondisi lingkungan rumah padat ramai
penduduk, jarak antar rumah berdekatan, dan lingkungan kurang bersih. Sumber air bersih dari
PAM, terdapat jamban, dan sumber air minum dari air isi ulang. Ayah pasien bekerja sebagai
karyawan di salah satu perusahaan swasta. Ibu pasien tidak bekerja.
Kesan : secara umum kondisi di dalam rumah sudah baik, namun kondisi lingkungan di
sekitar rumah masih perlu diperhatikan karena padat penduduk dan kurang bersih.

Riwayat Kehamilan
Merupakan kehamilan dan kelahiran pertama dengan usia melahirkan 24 tahun. Selama hamil
ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu. Riwayat kecelakaan, demam
tinggi, bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang, batuk lama,
keputihan, dan ruam pada kulit semua disangkal. Konsumsi obat-obatan dan jamu, merokok,
mengonsumsi alkohol selama kehamilan disangkal. Ibu pasien tidak memiliki riwayat diabetes
melitus dan hipertensi. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter.
Kesan: Tidak terdapat penyulit selama kehamilan

Riwayat Persalinan
Lahir normal (spontan pervaginam) di Bidan Praktek Swasta, ditolong oleh bidan, lahir pada usia
kehamilan 38 minggu (cukup bulan), menangis spontan, tidak ada cacat, warna kulit tidak
kuning. BBL : 2700 gram. PB : 50 cm.
Kesan: berdasarkan kurva lubchenco, berat lahir pasien termasuk dalam kategori sesuai
masa kehamilan

Riwayat Pemberian Makan


Sebelum sakit, os mengonsumsi susu formula dancow dan nasi serta lauk pauk yang dimasak
sendiri oleh ibunya, semenjak diare os mengonsumsi susu SGM Soya.
-

0 - 6 bulan : ASI
6 - 8 bulan : ASI + Buah (pisang dan papaya kerok) + susu formula (3-4 botol/hari @150

cc) + bubur saring (2 kali/hari)


8 - 9 bulan : ASI + Buah (pisang dan papaya kerok) + susu formula (3-4 botol/hari @

150cc) + bubur saring (2 kali/hari) + biscuit


9 12 bulan : susu formula (4-5 botol/hari @ 150 cc) + nasi tim + buah ( pisang, pepaya,

jeruk) + biscuit
12 bulan sekarang : susu formula (4-5 botol/hari @ 150 cc) + nasi dengan lauk
ikan/ayam/sayur/tahu tempe (3x sehari) + buah ( pisang, pepaya, jeruk) + biscuit
Kesan : Jenis makanan sudah sesuai kemampuan anak, dan komposisi serta
jumlahnya cukup untuk menunjang gizi baik anak.

Riwayat Imunisasi

BCG : 1x, umur 2 bulan


DPT : 3x, umur 2, 4, 6 bulan
Polio : 3x, umur 2, 4, 6 bulan
Campak : 1x, umur 9 bulan
Hepatitis B : 3x, saat lahir, umur 2, 6 bulan

Kesan : Imunisasi dasar sudah lengkap.

Riwayat Tumbuh Kembang


o Personal sosial : daag daag dengan tangan
o Motorik halus : mencoret-coret
o Bahasa

: mampu mengucap 3 kata

o Motorik kasar : berjalan dengan baik

Kesan : Secara garis besar hasil akumuluasi tes disimpulkan perkembangan normal
sesuai usia

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 110 x/menit, reguler, kuat angkat

Respirasi

: 30 x/menit

Suhu

: 38,1 C

Antropometri dan Status Gizi

Antropometri

Berat Badan

: 9 kg

Tinggi Badan

: 75 cm

Status Gizi

BB/U

: 9/11 x 100 % = 81 %

TB/U

: 75/80 x 100 % = 94 %

BB/TB

: 9/9,8 x 100 % = 91,8 % ( gizi baik )

BB/U :
= 9 - 10,2 / 10,2 - 9,1
= - 0,22 ( gizi baik )

PB/U :
= 75 80,7 / 80,7 77,8
= - 1,96 ( Normal )

BB/PB :
= 9 9,1 / 10 - 9,1
= - 0,1 ( Normal )

Status Generalis
Kepala

Bentuk

: Bulat, simetris, normocephal

UUB

: Tidak menonjol

Rambut

: Hitam kecoklatan, lurus, tidak mudah dicabut

Kulit

: Tidak ada kelainan

Mata

: tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, kornea

jernih, refleks cahaya (+/+), air mata (+)

Telinga: Bentuk normal (normotia), simetris, serumen (-/-)

Hidung

: Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret

(-)

Mulut

: Mukosa bibir lembab, sianosis (-), faring tidak hiperemis

Paru
Inspeksi

: simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas,
retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)

Palpasi

: simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)

Perkusi

: sonor pada semua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing(-/-)

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra

Perkusi

: dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular, bising jantung (-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, simetris

Palpasi

: Supel, Turgor kembali cepat

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+)

Extremitas
Atas

: akral hangat, peteki (-), udem (-/-), pucat (-), CRT < 2 detik

Bawah : akral hangat, peteki (-), udem (-/-), pucat (-), CRT < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Hemoglobin

10,1

g/dL

0-20

Leukosit

4900

103/uL

11,3-15,5

Hematokrit

29,9

38,0-47.0

Trombosit

291.000

103/uL

132.000

Serologi Widal

S. Typhosa H 1/80
S. Paratyphosa AH Neg
S. Paratyphosa BH 1/80
S. Typosa O Neg
S. Paratyphosa AO Neg
S. Paratyphosa BO Neg

RESUME
Os datang ke IGD RS Islam Jakarta Sukapura dengan keluhan kejang di rumah 1x 2 jam
SMRS, kejang 1 menit, pada saat kejang mata mendelik ke atas, mulut mengunci, dari mulut
keluar busa, bibir tampak biru, sekujur tubuh tampak kaku, setelah kejang pasien menangis, ibu
os mengatakan os mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu, demam naik turun dengan suhu
antara 38-38,5oC, pada saat kejang suhu tubuh os 39,7oC, keluhan batuk pilek (+) sejak 2 minggu
yang lalu, mencret (+) 4 kali dalam sehari dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-).
Pemeriksaan fisik keadaan umum os tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis, Nadi
: 110 x/menit, reguler, kuat angkat, respirasi 30 x/menit, suhu : 38,1 C, status gizi : gizi baik,
tanda rangsang meningeal (-), pemeriksaan lab. LED : 25 mm/1 jam, Hb : 10,1 g/dL, leu :
4900/l, Ht : 29,9 % .tro : 291.000 /, widal : S. Typhosa H 1/80; S. Paratyphosa BH 1/80

ASSESSMENT

Kejang Demam Sederhana

Diare Akut + Vomitus

ISPA

Planning

Terapi Cairan :

Perhitungan Cairan BB = 9 kg x 100 cc = 900 cc


Peningkatan suhu tubuh 10 C : 1 x 12% (900) = 108 cc
Total kebutuhan cairan : 900 + 108 = 1008 cc
Tetesan infus = 1008 x 20 = 14 tpm
24 x 60
Infus RL 14 tpm

Parasetamol 10 - 15 mg/KgBB/kali diberikan 4 kali sehari dalam drip


9 kg x 10-15 mg = 90 - 135 mg/kali (sediaan 10mg/ml)
Diberikan jika suhu > 39o C

Diazepam rectal
BB < 10 mg 5 mg/kali
BB > 10 mg 10 mg/kali

Diazepam oral 0.3 mg/KgBB setiap 8 jam


2,7 mg setiap 8 jam = 16 mg per hari (8 tab)
Ambroxol sirup dosis : 1,2 1,6 mg/KgBB/hari : 1,2 1,6 x 9 kg = 10,8 - 14,4 mg

Syr. 15 mg/5 ml 2x 1 cth

Lacto-B 3x1

Zinc 20 mg 1x1

Resep Obat
R/

Ringer Lactat fl.

No. I

i.m.m
R/

Infus set

No. I

i.m.m
R/

Abbocath 26

No. I

i.mm
R/

Parasetamol drip

No. I

i.m.m
R/

Diazepam supp. 5 mg. No. I


i.m.m

R/

Diazepam tab. 2 mg No. VIII


m.fla. pulv. dtd
2 dd pulv I p.r.n

No.X

R/

Ambroxol syr. 15 mg No. I


2 dd I cth p.c.

R/

Lacto-B sach

No. X

3 dd I sach
R/

Zinc

No. VI

1 dd I
Pro

: An. Z

Umur : 1 tahun 6 bulan

VII. Anjuran Pemeriksaan

Pemeriksaan cairan serebrospinal ( pada bayi usia 12-18 bulan dianjurkan)

VII. Prognosa
Quo ad Vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad Functionam

: Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam

: Dubia ad bonam

FOLLOW UP

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.1,2 Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kejang demam adalah
serangan kejang yang berhubungan dengan adanya demam pada anak, biasanya antara usia 3
bulan sampai usia 5 tahun.3 Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) kejang
demam merupakan kejang pada anak yang berusia lebih dari 1 bulan, berhubungan dengan
demam yang tidak disebabkan oleh infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP), tanpa ada kejang
neonatus sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi dan tidak memenuhi kriteria untuk kejang
simtomatik akut lainnya.4
2.2. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam buku Pedoman Pelayanan Medis
(PPM) tahun 2009 membagi kejang demam menjadi dua macam, yakni kejang demam kompleks
dan kejang demam sederhana. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung
lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi, kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Sedangkan kejang demam sederhana adalah kejang
demam yang berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat umum (generalisata) serta tidak
berulang dalam 24 jam.2

Tabel 2.1. Perbedaan Kejang Demam Kompleks dan Kejang Demam Sederhana
(diadaptasi dari PPM IDAI Edisi I tahun 2009)
Karakteristik

Kejang Demam

Kejang Demam

Durasi
Bentuk Bangkitan

Kompleks
15 menit
Fokal/generalisata

Sederhana
< 15 menit
Generalisata

Rekurensi dalam 24 jam

didahului fokal
Ada

Tidak Ada

2.3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energy
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi di mana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi
paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Glukosa yang melalui proses oksidasi
akan dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
permukaan dalam lipoid dan permukaan luar ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron
dapat dengan mudah dilalui oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
menjadi tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
oleh adanya,
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sel sendiri, karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
1015% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Jadi, pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron, dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion K maupun ion Na melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
luasnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut sebagai neurotransmitter sehingga terjadilah kejang.1
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak dapat menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.1

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
dengan terjadinya Apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobic, hipotensi, denyut jantung tidak teratur, suhu tubuh meningkat akibat
peningkatan aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.1
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
dapat menyebabkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari, sehingga terjadi serangan epileps yang spontan. Jadi, kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis otak, sehingga terjadi epilepsi.1
2.4. Diagnosis
2.4.1. Anamnesis
1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, dan lama kejang
2. Suhu sebelumnya atau saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval,
kesadaran anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan
saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih,
otitis media akut)
3. Riwayat perkembangan, misalnya riwayat kejang demam dan epilepsi
dalam keluarga.
4. Menyingkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan

gangguan

elektrolit,

sesak

yang

mengakibatkan

hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia).


2.4.2. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh; apakah
terdapat demam
2. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Brudzinski I dan II, Laseque
3. Pemeriksaan nervus cranial
4. Tanda peningkatan tekanan intracranial : Ubun-Ubun Besar (UUB)
membonjol , papil edema

5. Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK


6. Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, refleks fisiologis, refleks
patologis.

2.4.3. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, urinalisa, dan biakan darah, urin, atau feses.
2. Pemeriksaan
cairan
serebrospinal
(LCS)
dilakukan

untuk

menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil


sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan atau menegakkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis, maka pungsi lumbal tidak perlu dilakukan.
Pungsi lumbal dianjurkan pada,
a. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
b. Bayi usia 1218 bulan : dianjurkan
c. Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
3. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan. EEG
masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya
kejang demam kompleks pada anak yang berusia > 6 tahun atau kejang
demam fokal.
4. Pencitraan CT-Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala
dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya :
a. Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
b. Terdapat tanda peningkatan TIK (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUB membonjol, paresis nervus VII, edema papil.

2.5. Tatalaksana
2.5.1. Prinsip Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :1
1. Memberantas kejang secepat mungkin
2. Pengobatan penunjang
3. Memberikan pengobatan rumat

4. Mencari dan Mengobati penyebab


2.5.2. Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme tatalaksana
kejang. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermitten pada saat demam
berupa :2
1. Antipiretik
Parasetamol 1015 mg/KgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali. Atau dapat diberikan Ibuprofen 510 mg/KgBB/kali,34 kali
sehari.
2. Antikejang
Diazepam oral dengan dosis 0.3 mg/KgBB setiap 8 jam atau diazepam
rektal dosis 0.5 mg/KgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubu > 38.5 oC. Terdapat
efek samping berupa ataksia, iritabel, dan sedasi yang cukup berat pada 25
39% kasus.
3. Pengobatan Jangka Panjang/Rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang :
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus
c. Kejang fokal.
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan bila :
a. Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
b. Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
c. Kejang demam 4 kali dalam satu tahun.
Obat untuk pengobatan jangka panjang Fenobarbital (Dosis 34
mg/KgBB/hari dalam 12 dosis) atau Asam Valproat (Dosis 1540
mg/KgBB/hari dibagi 23 dosis). Pemberian obat ini efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian bertahap selama 12 bulan.

Bagan 2.1. Algoritme Penanganan Kejang Akut dan Status Konvulsif.2


2.5.3. Indikasi Rawat
1. Kejang demam kompleks
2. Hiperpireksia
3. Usia di bawah 6 bulan
4. Kejang demam pertama kali
5. Terdapat kelainan neurologis
2.6. Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian besar kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam

Jika seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10
15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.2
2.7. Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi
Adanya kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama,
kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masingmasing faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsi sampai 46%, kombinasi dari faktor
risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 1049%. Kemungkinan menjadi
epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.2
2.8. Diagnosa Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar SSP. Kelainan di dalam SSP biasanya karena
infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu
waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organik di otak. Baru setelah itu
memikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi
yang di provokasi oleh demam.1
2.9. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis baik.
BAB III
KESIMPULAN

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau
metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.
Kejang demam dibedakan menjadi 2 yakni kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum (generalisata) serta tidak berulang dalam 24 jam. Sedangkan kejang
demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau

parsial 1 sisi, kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Kejang Demam dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. 1985; 847855.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Pelayanan Medis Ed I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2009; 150153.
3. American Academy of Pediatrics (AAP). Febrile Seizure dalam Pediatric Treatment
Guidelines. 2004; 134.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Kejang
Demam dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Ed 5. 2014; 791
794.
5. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Gangguan Kejang dalam Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Ed. 6. EGC: 2012; 11571166.

Anda mungkin juga menyukai