Identitas pasien
Nama
: An. Z
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 1 tahun 6 bulan
Alamat
Cilincing
Jakarta Utara
Agama
: Islam
Anak ke
: 1 dari 1 bersaudara
Nama ayah
: Tn. M
No. RM
: 21-62-69
ANAMNESA (Alloanamnesis)
Keluhan Utama
Kejang sejak 2 jam SMRS
antara 38-38,5oC, pada saat kejang suhu tubuh os 39,7oC, keluhan batuk pilek (+) sejak 2 minggu
yang lalu, mencret (+) 4 kali dalam sehari dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-).
Riwayat kejang demam 4 bulan yang lalu : 1x dalam sehari, 2 menit, sekujur tubuh
kaku, suhu saat demam 39,5oC, dibawa ke klinik dan diberi obat penurun panas
Riwayat kejang demam 3 bulan yang lalu : 1x dalam sehari, 1 menit, sekujur tubuh
kaku, suhu saat demam 39,2oC, dibawa ke klinik dan diberi obat penurun panas
Riwayat asma dan TB disangkal.
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya os sudah berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas, tapi keluhan tidak
kunjung membaik
Riwayat Alergi
Obat (-)
Makanan (-)
Cuaca (-)
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal di rumah bersama ayah dan ibunya. Kondisi lingkungan rumah padat ramai
penduduk, jarak antar rumah berdekatan, dan lingkungan kurang bersih. Sumber air bersih dari
PAM, terdapat jamban, dan sumber air minum dari air isi ulang. Ayah pasien bekerja sebagai
karyawan di salah satu perusahaan swasta. Ibu pasien tidak bekerja.
Kesan : secara umum kondisi di dalam rumah sudah baik, namun kondisi lingkungan di
sekitar rumah masih perlu diperhatikan karena padat penduduk dan kurang bersih.
Riwayat Kehamilan
Merupakan kehamilan dan kelahiran pertama dengan usia melahirkan 24 tahun. Selama hamil
ibu tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu. Riwayat kecelakaan, demam
tinggi, bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang, batuk lama,
keputihan, dan ruam pada kulit semua disangkal. Konsumsi obat-obatan dan jamu, merokok,
mengonsumsi alkohol selama kehamilan disangkal. Ibu pasien tidak memiliki riwayat diabetes
melitus dan hipertensi. Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter.
Kesan: Tidak terdapat penyulit selama kehamilan
Riwayat Persalinan
Lahir normal (spontan pervaginam) di Bidan Praktek Swasta, ditolong oleh bidan, lahir pada usia
kehamilan 38 minggu (cukup bulan), menangis spontan, tidak ada cacat, warna kulit tidak
kuning. BBL : 2700 gram. PB : 50 cm.
Kesan: berdasarkan kurva lubchenco, berat lahir pasien termasuk dalam kategori sesuai
masa kehamilan
0 - 6 bulan : ASI
6 - 8 bulan : ASI + Buah (pisang dan papaya kerok) + susu formula (3-4 botol/hari @150
jeruk) + biscuit
12 bulan sekarang : susu formula (4-5 botol/hari @ 150 cc) + nasi dengan lauk
ikan/ayam/sayur/tahu tempe (3x sehari) + buah ( pisang, pepaya, jeruk) + biscuit
Kesan : Jenis makanan sudah sesuai kemampuan anak, dan komposisi serta
jumlahnya cukup untuk menunjang gizi baik anak.
Riwayat Imunisasi
Kesan : Secara garis besar hasil akumuluasi tes disimpulkan perkembangan normal
sesuai usia
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
Respirasi
: 30 x/menit
Suhu
: 38,1 C
Antropometri
Berat Badan
: 9 kg
Tinggi Badan
: 75 cm
Status Gizi
BB/U
: 9/11 x 100 % = 81 %
TB/U
: 75/80 x 100 % = 94 %
BB/TB
BB/U :
= 9 - 10,2 / 10,2 - 9,1
= - 0,22 ( gizi baik )
PB/U :
= 75 80,7 / 80,7 77,8
= - 1,96 ( Normal )
BB/PB :
= 9 9,1 / 10 - 9,1
= - 0,1 ( Normal )
Status Generalis
Kepala
Bentuk
UUB
: Tidak menonjol
Rambut
Kulit
Mata
Hidung
: Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret
(-)
Mulut
Paru
Inspeksi
: simetris dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas,
retraksi dinding dada (-), scar (-), otot bantu pernapasan (-)
Palpasi
: simetris, vocal fremitus sama dextra-sinistra, tidak ada bagian dada yang
tertinggal saat bernapas, nyeri tekan (-)
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Extremitas
Atas
: akral hangat, peteki (-), udem (-/-), pucat (-), CRT < 2 detik
Bawah : akral hangat, peteki (-), udem (-/-), pucat (-), CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemoglobin
10,1
g/dL
0-20
Leukosit
4900
103/uL
11,3-15,5
Hematokrit
29,9
38,0-47.0
Trombosit
291.000
103/uL
132.000
Serologi Widal
S. Typhosa H 1/80
S. Paratyphosa AH Neg
S. Paratyphosa BH 1/80
S. Typosa O Neg
S. Paratyphosa AO Neg
S. Paratyphosa BO Neg
RESUME
Os datang ke IGD RS Islam Jakarta Sukapura dengan keluhan kejang di rumah 1x 2 jam
SMRS, kejang 1 menit, pada saat kejang mata mendelik ke atas, mulut mengunci, dari mulut
keluar busa, bibir tampak biru, sekujur tubuh tampak kaku, setelah kejang pasien menangis, ibu
os mengatakan os mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu, demam naik turun dengan suhu
antara 38-38,5oC, pada saat kejang suhu tubuh os 39,7oC, keluhan batuk pilek (+) sejak 2 minggu
yang lalu, mencret (+) 4 kali dalam sehari dengan sedikit ampas, lendir (-), darah (-).
Pemeriksaan fisik keadaan umum os tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis, Nadi
: 110 x/menit, reguler, kuat angkat, respirasi 30 x/menit, suhu : 38,1 C, status gizi : gizi baik,
tanda rangsang meningeal (-), pemeriksaan lab. LED : 25 mm/1 jam, Hb : 10,1 g/dL, leu :
4900/l, Ht : 29,9 % .tro : 291.000 /, widal : S. Typhosa H 1/80; S. Paratyphosa BH 1/80
ASSESSMENT
ISPA
Planning
Terapi Cairan :
Diazepam rectal
BB < 10 mg 5 mg/kali
BB > 10 mg 10 mg/kali
Lacto-B 3x1
Zinc 20 mg 1x1
Resep Obat
R/
No. I
i.m.m
R/
Infus set
No. I
i.m.m
R/
Abbocath 26
No. I
i.mm
R/
Parasetamol drip
No. I
i.m.m
R/
R/
No.X
R/
R/
Lacto-B sach
No. X
3 dd I sach
R/
Zinc
No. VI
1 dd I
Pro
: An. Z
VII. Prognosa
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad bonam
FOLLOW UP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.1,2 Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), kejang demam adalah
serangan kejang yang berhubungan dengan adanya demam pada anak, biasanya antara usia 3
bulan sampai usia 5 tahun.3 Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) kejang
demam merupakan kejang pada anak yang berusia lebih dari 1 bulan, berhubungan dengan
demam yang tidak disebabkan oleh infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP), tanpa ada kejang
neonatus sebelumnya, atau kejang yang diprovokasi dan tidak memenuhi kriteria untuk kejang
simtomatik akut lainnya.4
2.2. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam buku Pedoman Pelayanan Medis
(PPM) tahun 2009 membagi kejang demam menjadi dua macam, yakni kejang demam kompleks
dan kejang demam sederhana. Kejang demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung
lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi, kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Sedangkan kejang demam sederhana adalah kejang
demam yang berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat umum (generalisata) serta tidak
berulang dalam 24 jam.2
Tabel 2.1. Perbedaan Kejang Demam Kompleks dan Kejang Demam Sederhana
(diadaptasi dari PPM IDAI Edisi I tahun 2009)
Karakteristik
Kejang Demam
Kejang Demam
Durasi
Bentuk Bangkitan
Kompleks
15 menit
Fokal/generalisata
Sederhana
< 15 menit
Generalisata
didahului fokal
Ada
Tidak Ada
2.3. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energy
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi di mana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi
paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskular. Glukosa yang melalui proses oksidasi
akan dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
permukaan dalam lipoid dan permukaan luar ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron
dapat dengan mudah dilalui oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
menjadi tinggi dan konsentrasi Na+ menjadi rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat
keadaan yang sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
oleh adanya,
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran
listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sel sendiri, karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
1015% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15%. Jadi, pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron, dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion K maupun ion Na melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
luasnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut sebagai neurotransmitter sehingga terjadilah kejang.1
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak dapat menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.1
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
dengan terjadinya Apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerobic, hipotensi, denyut jantung tidak teratur, suhu tubuh meningkat akibat
peningkatan aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.1
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
dapat menyebabkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema
otak yang mengakibatkan kerusakan neuron otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus
temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di
kemudian hari, sehingga terjadi serangan epileps yang spontan. Jadi, kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis otak, sehingga terjadi epilepsi.1
2.4. Diagnosis
2.4.1. Anamnesis
1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, dan lama kejang
2. Suhu sebelumnya atau saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval,
kesadaran anak pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan
saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih,
otitis media akut)
3. Riwayat perkembangan, misalnya riwayat kejang demam dan epilepsi
dalam keluarga.
4. Menyingkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan
gangguan
elektrolit,
sesak
yang
mengakibatkan
untuk
2.5. Tatalaksana
2.5.1. Prinsip Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :1
1. Memberantas kejang secepat mungkin
2. Pengobatan penunjang
3. Memberikan pengobatan rumat
Jika seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10
15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.2
2.7. Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi
Adanya kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama,
kejang demam kompleks, dan riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung. Masingmasing faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsi sampai 46%, kombinasi dari faktor
risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 1049%. Kemungkinan menjadi
epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.2
2.8. Diagnosa Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah
penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar SSP. Kelainan di dalam SSP biasanya karena
infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu
waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organik di otak. Baru setelah itu
memikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi
yang di provokasi oleh demam.1
2.9. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis baik.
BAB III
KESIMPULAN
Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38o C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau
metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam.
Kejang demam dibedakan menjadi 2 yakni kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum (generalisata) serta tidak berulang dalam 24 jam. Sedangkan kejang
demam kompleks adalah kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau
parsial 1 sisi, kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam.
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Kejang Demam dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. 1985; 847855.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Pelayanan Medis Ed I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2009; 150153.
3. American Academy of Pediatrics (AAP). Febrile Seizure dalam Pediatric Treatment
Guidelines. 2004; 134.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Kejang
Demam dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Ed 5. 2014; 791
794.
5. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Gangguan Kejang dalam Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Ed. 6. EGC: 2012; 11571166.