Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan

tujuan membantu penyidik untuk menentukan indentitas seseorang.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada

jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus

terbakar, dan pada kecelakaan masal, bencana alam atau huru-hara

yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh

manusia atau kerangka. Menentukan identitas personal dengan tepat

amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat

berakibat fatal dalam proses peradilan. Pentingnya peran identifikasi

telah diatur dalam peraturan Undang-undang No. 36 tahun 2009 pasal

118 ayat pertama, bahwa setiap dokter harus bersedia membantu

proses identifikasi korban jika diminta oleh penyidik.

Penentuan identitas personal dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode identifikasi, yaitu identifikasi primer seperti

pemeriksaan sidik jari, DNA, gigi dan metode identifikasi sekunder

seperti, pemeriksaan visual, fotografi, properti, medis, termasuk

pemeriksaan sidik bibir. Pemeriksaan sidik bibir merupakan

pemeriksaan penunjang yang berhubungan erat dengan kedokteran

gigi forensik dan ilmu yang mempelajari tentang pola sidik bibir

disebut Cheiloscopy. Sidik bibir merupakan suatu pola berupa celah

atau fisur yang terdapat pada permukaan mukosa bibir, memiliki sifat

unik dan stabil sehingga dapat digunakan untuk proses indentifikasi.

1
Dalam suatu kasus kriminal, sidik bibir dapat tertinggal, pada

gelas kaca, jendela kaca, sedotan, dan beberapa objek lain yang

terdapat pada TKP. Sidik bibir yang terdapat pada permukaan objek

tersebut dapat dibandingkan dengan sidik bibir dari tersangka maupun

korban, sehingga hasil analisis dari sidik bibir tersebut dapat dijadikan

sebagai salah satu alat bukti untuk kepentingan identifikasi.

Sidik bibir dapat dijadikan sebagai salah satu metode potensial

untuk identifikasi individu diungkapkan pertama kali oleh R.Synder

pada tahun 1950, kemudian kriminolog terkenal asal Prancis E. Locard

mendukung dan membuktikan bahwa sidik bibir dapat digunakan

sebagai salah satu metode penunjang dalam proses identifikasi karena

memiliki pola tekstur mukosa bibir yang stabil. Pendapat ini juga

didukung oleh Tsucihashi yang berpendapat bahwa sidik bibir bersifat

tetap. Adamo dan Toura berpendapat bahwa pola sidik bibir antar

individu tidak ada yang sama dan dapat dipengaruhi oleh variasi ras.

Metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir telah

dikembangkan dari waktu ke waktu sejak tahun 1970. Suzuki

mengembangkan tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan

lipstik, Tsucihashi mengembangkan tehnik fotografi, lalu kemudian

seiring kemajuan teknologi, Munakhir dan Vorghese mengembangkan

tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak

kedokteran gigi.

Pemeriksaan sidik bibir pernah digunakan pada 85 kasus di

Polandia antara tahun 1985-1997. Dari seluruh kasus tersebut 34 kasus

2
berhasil dipecahkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sidik bibir

dapat dijadikan alat bantu identifikasi individu dalam kasus kriminal.

Sifat unik dan stabil sidik bibir dapat menjadi suatu alat bukti

dalam identifikasi individu. Meskipun tingkat kejahtan dengan

menggunakan mulut atau bibir lebih rendah dibandingkan dengan

menggunakan tangan, namun tidak menutup kemungkinan pda kasus-

kasus tertentu seperti perkosaan dan perampokan, pelaku

meninggalkan jejak berupa sidik bibir pada makanan, alat makan

ataupun benda lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas penulisan

referat ini membahas mengenai identifikasi individu dan jenis kelamin

berdasarkan sidik bibir.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

identifikasi individu dan jenis kelamin berdasarkan sidik bibir.

Selanjutnya penulisan referat ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan

klinik di bagian Forensik, RSUP dr. M. Djamil, dan diharapkan dapat

menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi

pembaca, khususnya kalangan medis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Sidik Bibir

Sidik bibir merupakan kumpulan lekukan yang terdapat pada

tepian vermilion atau bagian merah bibir. Lekukan-lekukan tersebut

diantaranya dapat berupa garis vertikal, pola bercabang, pola retikuler,

dan pola perpotongan.1 Sidik bibir sampai saat ini belum diketahui

dengan pasti sejak kapan pembentukannya, namun ada yang

berpendapat bahwa sidik bibir telah dapat diamati saat bayi berusia

empat bulan. Ilmu yang mempelajari sidik bibir dinamakan

Cheiloscopy.2 Penelitian mengenai sidik bibir pertama kali dilakukan

oleh seorang antropologis bernama Fischer pada tahun 1902.

Penggunaan sidik bibir dalam identifikasi individu direkomendasikan

oleh Edmond Locard yang merupakan salah satu kriminolog terbaik di

Prancis tahun 1932.3 Pada tahun 1970. Suzuki dan Tsuchihashi

melakukan penelitian pada 1364 orang di Jepang dan menyatakn

bahwa sidik bibir memiliki pola yang unik pada setiap individu.4

2.2 Anatomi dan Histologi Bibir

Anatomi Bibir

Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang

mulut, terdiri dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah.5 Bibir luar

ditutup oleh jaringan kulit, sedangkan bagian dalam ditutupi oleh

mukosa mulut.6 Menurut The American Join Committee of Cancer, bibir

merupakan bagian dari cavum oris, mulai dari perbatasan vermilion-

kulit dan meliputi seluruh vermilion saja. Bibir terdiri dari tiga bagian,

yaitu kulit, vernilion, dan mukosa. Bibir bagian atas disusun oleh tiga

4
unit, yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cuspid bow adalah proyeksi ke

bawah dari unit philtrum yang memberi bentuk bibir dengan khas.

Proyeksi linier tipis yang memberi batas bibir atas dan bawah secara

melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll. Bibir

bagian bawah memiliki 1 unit yaitu bagian mental crease yang

memisahkan bibir dengan dagu.7

Gambar 1.
Anatomi

Permukaan Bibir

Persyarafan sensoris bibir atas berasal dari cabang syaraf kranialis

V (N. trigeminus) dan N. infraorbitalis. Bibir bawah mendapat innervasi

sensoris dari Nervus mentalis. Inervasi motorik bibir berasal dari syaraf

kranialis VII (N. facialis). Ramus buccalis N. Facialis mempersyarafi

Muscularis orbicularis oris dan Musculus levator labii. Ramus

mandibularis N. facialis menginervasi M. orbicularis oris dan M.

depressor labii.8 Otot bibir terdiri dari kelompok otot sfingter bibir

(orbicularis oris) dan otot dilator yang terdiri dari satu seri otot kecil

yang menyebar keluar dari bibir. Fungsi otot sfingter bibir adalah untuk

5
merapatkan bibir, sedangkan fungsi otot dilator bibir adalah untuk

membuka bibir.8

Bibir merupakan jaringan lunak yang melindungi mulut. Bibir

memiliki variasi dalam bentuk dan warna. Bibir dalam keseharian

memiliki peran penting antara lain berbicara, minum, menghisap,

meniup dan sebagainya. Pada tubuh yang terbakar sering dijumpai

bibir tertutup rapat bila sudah meninggal sebelum api membakar

tubuh mereka, tetapi akan ditemukan bibir terbuka lebar pada kasus

terbakar hidup-hidup. Dalam kekerasan pada bayi sering ditemukan

luka robek pada frenulum bagian atas.9

Histologi Bibir

Permukaan luar bibir ditutupi kulit dengan folikel rambut, kelenjar

sebasea dan keringat. Kemudian pada tepi vermilion yang merupakan

peralihan antara kulit dan membran mukosa, bibir berubah menjadi

kulit yang sangat tipis tanpa rambut, dengan epidermis yang

transparan.10

Bagian dalam bibir meliputi mukosa yang tersusun atas epitel

berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, terletak di atas jaringan ikat

lamina propria dengan papilla yang tinggi. Lapisan submukosa

mengandung serat elastin yang melanjutkan diri di sekitar otot rangka

di tengah bibir dan di dalam lamina propria. Serat elastin ini mengikat

erat membran mukosa sehingga mencegah terbentuknya lipatan

mukosa yang dapat tergigit saat gigi geligi atas dan bawah

berkontak.11 Bagian epidermis dari tepian vermilion bibir yang

6
transparan serta dermis yang memiliki banyak pleksus pembuluh

darah membuat bibir berwarna merah.12

Gambar 2. Histologi Bibir

2.3 Sidik Bibir

2.3.1 Definisi Sidik Bibir

Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

membantu penyidik untuk menetukan identitas seseorang. Penentuan

identitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode

identifikasi, yaitu identifikasi primer seperti sidik jari, analisis

komparatif gigi, analisis DNA dan metode identifikasi sekunder seperti

deskripsi personal, temuan medis serta bukti dan pakaian yang

ditemukan pada tubuh dan pemeriksaan sidik bibir. Jenis identifikasi ini

7
berfungsi untuk mendukung identifikasi dengan cara lain dan biasanya

tidak cukup sebagai satu-satunya alat identifikasi.13,14

Sidik bibir adalah garis dan alur normal dalam bentuk groove-

groove dan kerutan yang muncul pada zona transisi antara mukosa

labia bagian dalam dengan kulit luar. Pada labiorum rubrorum

dinamakan denga sulci labiorum. Cheiloscopy adalah teknik identifikasi

forensik yang berkaitan dengan identifikasi individu menggunakan sidik

bibirnya. Sidik bibir dapat digunakan sebagai salah satu metode

penunjang dalam identifikasi karena memiliki pola tekstur mukosa

yang stabil. Sidik bibir tidak akan berubah dengan pertambahan usia.

Selain stabil, sidik bibir memiliki sifat yang unik. Karena tidak ada sidik

bibir antar individu yang sama bahkan pada pasangan yang

kembar.13,15

Pada kasus kriminal, sidik bibir dapat berupa sidik bibir laten dan

sidik bibir tampak. Bibir tanpa lipstik yang menyentuh benda lain

dapat meninggalkan bekas atau jejas pada benda yang disentuhnya

namun tidak dapat terlihat secara kasat mata, sidik bibir ini disebut

sidik bibir laten. Untuk membuktikan adanya sidik bibir tersebut maka

harus digunakan beberapa alat bantu supaya sidik bibir tersebut dapat

terlihat dan dapat dianalisis polanya. Sedangkan sisik bibir yang

tertinggal pada suatu benda dan dapat terlihat disebut sidik bibir

tampak, sidik bibir ini sering tertinggal jika bibir orang yang memakai

lipstik menyentuh benda lain. Hal ini disebabkan karena lipstik

mengandung komponen seperti minyak dan malam (wax) sehingga

dapat terlihat.13

8
2.3.2 Klasifikasi Pola Sidik Bibir

Beberapa peniliti melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan

pola sidik bibir, namun belum ada kesepakatan mengenai pola sidik

bibir yang digunakan sebagai acuan internasional. Pada tahun 1967

Santos mengklasifikasikan pola sidik bibir menjadi 4 macam: 2

1.Straight line ( membentuk garis lurus)

2. Curved line ( membentuk garis lengkung/ bergelombang)

3. Angled line ( membentuk garis yang bersudut)

4. Sine shaped curve ( membentuk garis seperti sinus)

Pada tahun 1970 Suzuki dan Tsuchihashi mengklasifikasikan pola


sidik bibir menjadi 6 macam:2,8

I. Complete straight grooves : garis atau groove jelas yang berjalan


secara vertikal pada bibir

II. Partial straight grooves: sama dengan long vertikal tetapi tidak
menutupi seluruh bibir

III. Branched Grooves : groove yang bercabang

IV. Intersected/ Diamond Grooves: groove saling memotong secara


menyilang

V. Reticulated Grooves: Groove yang berbentuk seperti jaring

VI. Undifferentiated grooves: selain 5 pola diatas

9
Gambar 3. Pola sidik bibir menurut Suzuki dan Tsuchihashi

Pada tahun 1973 Renaud membagi kembali klasifikasi sidik bibir

menjadi 10 tipe. Meskipun klasifikasi Renaud adalah yang terbaru

tetapi klasifikasi yang digunakan saat ini adalah klaaifikasi Suzuki dan

Tsuchihashi.8

10
Gambar 4. A complete vertical b. Incomplete vertical c.
Complete bifurcated d. Incomplete bifurcated e. Complete
intersecting f. Incomplete intersecting g. Reticulated h. in the
form of sword i. Horizontal j. other types

2.3.3 Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sidik Bibir

Dalam aplikasinya, pengambilan sidik bibir dapat ditempuh

dalam beberapa cara tergantung tujuan pengambilannya. Apabila

dilakukan untuk pencarian barang bukti di TKP dapat digunakan

metode yang sama dengan metode pengambilan bukti sidik jari.

Sedangkan pengambilan langsung pada manusia baik yang dicurigai

sebagai pelaku tindakan criminal maupun untuk identifikasi korban

dapat digunakan metode lipstick. Metode lain yang dapat dilakukan

adalah dengan menggunakan bahan cetak gigi seperti alginate serta

menggunakan teknik fotografi dan olah gambar secara digital. 13

11
1. Menggunakan Lipstik
Penggunaan lipstick dalam mengambil sampel sidik bibir

dilakukan dengan cara menggunakan lipstick pada bibir yang akan

diperiksa. Bahan bahan yang diperlukan adalah lipstick berwarna

merah, selotip transparan, gunting, kertas putih polos, kaca pembesar

dan kertas tissue.13


Pada metode ini untuk memastikan seluruh permukaan bibir

terdokumentasikan dilakukan beberapa kali pengambilan sampel. Pada

dasarnya metode ini sama dengan cara pengambilan sidik jari

menggunakan tinta.4

Gambar 5. Metode pengambilan sidik bibir menggunakan lipstick

Cara pengambilan yaitu dengan mengoleskan lipstick ke bibir

dan tempel kan selotip transparan ke bagian bibir yang telah diberi

lipstick. Kemudian diangkat dan diambil beberapa sampel. Selotip

12
tersebut kemudian ditempelkan pada kertas khusus utuk

pendokumentasian secara permanen. Cara lain yang dapat dilakukan

adalah dengan melipat kertas untuk dokumentasi sidik bibir dan

kemudian di tempelkan langsung ke bibir. Kertas ini langsung menjadi

dokumen permanen. Setelah dilakukan pengambilan sampel bibir yang

diperiksa dibersihkan dengan menggunakan kertas tisu dan pola sidik

bibir yang telah didapatkan dipelajari dengan menggunakan kaca

pembesar.4,13
2. Menggunakan bahan cetak gigi
Penggunaaan bahan cetak gigi dapat menghasilkan gambaran

sidik bibir 3 dimensi yang detail. Cara pengambilan adalah dengan

menggunakan bahan seperti aglinat dan elastomer. Dalam metode ini

pengambilan sampel membutuhkan bahan bahan. 13


- Mangkuk karet
- Spatula
- Alignat / Elastomer
- Sendok cetak

13
Gambar 6. Alat dan bahan metode cetak gigi

Dalam metode ini adonan alignat diaplikasikan secara merata ke

seluruh bibir yang sebelumnya telah diberi vaselin. Setelah

diaplikasikan secara merata dan diberi sedikit tekanan menggunakan

sendok cetak. Setelah bahan agak mengeras sendok cetak diangkat

dan adonan akan menempel pada sendok cetak membentuk gambaran

3 dimensi dari biir yang diperiksa. 13

14
Gambar 7. Cara pengambilan sidik bibir dengan metode cetak gigi 13

3. Menggunakan bubuk sidik jari atau bahan pewarna


Metode ini umumnya digunakan untuk mencari bukti sidik bibir

di tempat kejadian atau barang bukti. Namun, untuk pencarian

tersangka tindak pidana tidak teralu banyak digunakan karena jarang

ditemukan adanya tidakan criminal yang menyebabkan adanya kontak

suatu benda dengan bibir pelaku. Untuk kepentingan identifikasi,

biasanya pengambilan sidik bibir dilakukan dengan cara

mengistruksikan orang yang akan diidentifikasi untuk menempelkan

bibir ke bahan tertentu yang biasanya berpermukaan licin, dan

kemudian dengan bantuan bubuk sidik jari atau zat pewarna

15
lysochrome dye yang ditaburkan dan diratakan dengan kuas akan

terlihat gambaran sidik bibir yang diharapkan. 13

Gambar 8. Hasil metode pengambilan sidik jari.4

4. Menggunakan teknik fotografi


Dengan menggunakan teknik fotografi, foto bibir diambil dengan

bantuan penggaris atau meteran yang berperan sebagai bantuan skala

dalam menentukan ukuran dari hasil jadi foto yang diambil. Setelah itu

digunakan software olah gambar untuk mempertajam gambar bibir

yang telah diambil.4,13 Untuk kepentingan identifikasi semua data sidik

bibir yang didapat harus dapat didokumentasikan dengan baik dan

dapat ditampilkan sehingga mempermudah proses analisis yang pada

akhirnya dapat berfungsi sebagai alat bukti. Dari beberapa metode

16
yang telah dikemukakan terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan

setiap metode yang dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengambilan Sidik
Bibir13

Metode Kelebihan Kekurangan

Belum ada standar


Murah warna

Lipstik Cepat Tidak semua subjek


mau diaplikasikan
Praktis lipstik terutama laki
laki

Lama (sekitar 45
Detail menit)
Bahan Cetak Gigi 3 dimensi Butuh biaya
Sangat akurat
Kurang praktis

Dapat
Bubuk sidik jari memvisualisasikan Tidak praktis
sidik bibir yang telah
ada pada suatu benda Relatif lebih mahal

Belum ada SOP Baku


Hasil dapat bertahan
lama, terutama Jika hasil foto tidak
dengan format maksimal akan
Fotografi
penyimpanan digital. menyulitkan proses
identifikasi
Dapat diaplikasikan
pada subjek massal Alat dan bahan yang
mahal

2.3.4 Pola Sidik Bibir untuk Identifikasi Individu

Sidik bibir dapat digunakan dalam identifikasi individu. Identitias

yang mendukung pengidentifikasian dari suatu korban dapat berupa

identitas biologis atau non biologis. Identitas non biologis dapat berupa

kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, pakaian, dan lain-lain.

Identitas pada bibir. Pola sidik bibir bersifat stabil dan tidak mengalami

17
perubahan oleh perbedaan iklim atau adanya penyakit disekitar mulut.

Kondisi bibir dalam keadaan terbuka, tersenyum, dan mengecup tetap

menghasilkan pola yang unik pada setiap individu. Hal ini tidak

mengalami perubahan walaupun individu mengalami trauma, penyakit,

serta perawatan bedah yang bisa merubah bentuk dan warna bibir.

Meskipun masih kontroversi, pola sidik bibir masih dapat digunakan

sebagai metode alternatif identifikasi individu karena polanya sangat

unik.8

2.3.5 Pola Sidik Bibir untuk Identifikasi Jenis Kelamin

Klasifikasi pola garis sidik bibir oleh Tsuchihai dan Suzuki adalah
sebagai berikut. 17

1. Tipe I : Alur potongan jelas di sepanjang bibir


2. Tipe I : Sama dengan tipe satu tapi tidak memotong seluruh bibir
3. Tipe II : Alur bercabang
4. Tipe III : Alur memotong
5. TIpe IV : Alur reticular
6. Tipe V : Tidak dapat ditentukan

Sidik bibir terbukti pada sejumlah penelitian dapat digunakan dalam


identifikasi jenis kelamin seorang individu. Penelitian menemukan pola garis
vertikal dan jika menggunakan pola bibir type I klasifikasi Suzuki lebih banyak
ditemukan pada perempuan sedangkan pada laki-laki pola berpotongan atau yang
pada klasifikasi Suzuki banyak dijumpai pola tipe IV.18 Pola tipe III paling sedikit
muncul pada jenis kelamin wanita, sedangkan pola tipe V paling sedikit dijumpai
pada jenis kelamin pria dengan menggunakan klasifikasi Suzuki.19
Jenis kelamin individu dapat juga ditentukan dengan kriteria yang
diberikan oleh Vahanwala dkk yaitu tipe I,I' dan II lebih domiann pada perempuan
sedangkan tipe II,IV dan V lebih dominan pada laki-laki.17

18
Gambar 9. Sidik bibir pada laki-laki 17

Gambar 10. Sidik bibir pada perempuan 17

Jenis kelamin seseorang dapat ditentukan dengan ketentuan sebagai


berikut. 17
1. TIpe I dan I dominan : wanita

19
2. TIpe I dan II dominan : wanita
3. Tipe II dominan : pria
4. Tipe IV : pria
5. Tipe V dan bervariasi : pria
Jika bibir dibagi dalam 4 quadran yakni quadran a yaitu bibir atas kanan,
quadran b yaitu bibir atas kiri, quadran c yaitu bibir bawah kiri dan quadran d
yaitu bibir bawah kanan, maka penyebaran tipe sidik bibir adalah sebagai
berikut.19

Gambar 11. Pembagian quadran bibir19

Tipe yang paling sering pada sidik bibir pria adalah :


1. Quadran a : tipe III
2. Quadran b : tipe IV
3. Quadran c : tipe IV
4. Quadran d : tipe III dan tipe V
Tipe yang paling sering pada wanita adalah :
1. Quadran a : tipe I
2. Quadran b : tipe I'
3. Quadran c : tipe I
4. Quadran d : tipe I. I' dan tipe II

20
Tabel 2. Contoh Identifikasi Jenis Kelamin Berdasarkan Sidik Bibir 20
Configurasi sidik bibir Perkiraan Jenis Kelamin
I I I I I I I II I I Wanita
II I I I I I I I I II tipe I, I dominan

I I I I I I I I I Wanita
II II II I I I I I I I II II I dan II dominan

I III III III III Pria


I IV IV IV IV IV IV I TIpe III dan IV dominan

Tabel diatas menunjukkan 3 kasus dimana yang pertama didapatkan pola


bibir yang dominan tipe I dan I maka, sidik bibir tersebut diidentifikasi sebagai
seorang wanita. Pada konfigurasi yang kedua menunjukkan dominan I dan II,
sehingga masih di identifikasi sebagai wanita. Konfigurasi yang ketiga
menunjukkan tipe II dan IV lebih banyak muncul sehingga diidentifikasi sebagai
pria.20
Menggunakan pola sidik bibir untuk identifikasi seseorang merupakan
praktik yang unik. Pola sidik bibir menunjukkan perbedaaan yang signifikan
antara pria dan wanita. Bibir pria ditemukan lebih tebal dibandingkan dengan
bibir wanita.19

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sidik bibir adalah garis dan alur normal dalam bentuk groove-

groove dan kerutan yang muncul pada zona transisi antara mukosa

labia bagian dalam dengan kulit luar. Cheiloscopy adalah teknik

identifikasi forensik yang berkaitan dengan identifikasi individu

menggunakan sidik bibirnya. Metode pengambilan dan pemeriksaan

sidik bibir menggunakan beberapa cara yaitu; menggunakan lipstik,

menggunakan bahan cetak gigi, menggunakan bubuk sidik jari atau

bahan pewarna, menggunakan teknik fotografi.

Sidik bibir dapat digunakan dalam identifikasi individu. Pola sidik

bibir bersifat stabil dan tidak mengalami perubahan oleh perbedaan

iklim atau adanya penyakit disekitar mulut. Sidik bibir terbukti pada

sejumlah penelitian dapat digunakan dalam identifikasi jenis kelamin

seorang individu. Penelitian menemukan pola garis vertikal dan jika

menggunakan pola bibir type I klasifikasi Suzuki lebih banyak

22
ditemukan pada perempuan sedangkan pada laki-laki pola

berpotongan atau yang pada klasifikasi Suzuki banyak dijumpai pola

tipe IV. Pola tipe III paling sedikit muncul pada jenis kelamin wanita,

sedangkan pola tipe V paling sedikit dijumpai pada jenis kelamin pria

dengan menggunakan klasifikasi Suzuki. Jenis kelamin individu dapat

juga ditentukan dengan kriteria yang diberikan oleh Vahanwala dkk

yaitu tipe I,I' dan II lebih domiann pada perempuan sedangkan tipe II,IV

dan V lebih dominan pada laki-laki.

23

Anda mungkin juga menyukai