PENDAHULUAN
Dari hasil penelitian tentang tidur, frekuensi apnea dan hipopnea setiap
jam pada tidur ( Apnea-Hipopnea Index, AHI ) merupakan kunci untuk mengukur
atau mengklasifikasikan keparahan dari OSA, akan tetapi indeks ini tidak dapat
mengukur derajat hipoksia yang menyertai, periode bernafas dalam tidur dan
sebagainya. Berdasarkan penyebabnya apnea dapat dibedakan apakah karena
obstruktif ataupun sentral dari usaha pernafasan thoracoabdominal.2,3
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah adalah gangguan tidur yang umum
di mana terjadi obstruksi jalan napas lengkap atau sebagian, disebabkan oleh
kolaps faring pada saat tidur, menyebabkan mendengkur keras atau tersedak,
sering terjadi bangun di malam hari, tidur yang terganggu dan kantuk di siang hari
yang berlebihan.1,2
Ketika obstruksi jalan napas terjadi, aliran udara inspirasi menjadi
berkurang (hipopnea) atau sama sekali tidak ada (apnea). Sindrom OSA adalah
didefinisikan sebagai lima atau lebih episode apnea atau hypopnoea per jam
tidur dengan gejala yang terkait (contohnya rasa kantuk di siang hari yang
berlebihan, kelelahan, atau gangguan kognisi) atau 15 atau lebih apneahypopnea
obstruktif peristiwa per jam tidur terlepas dari gejala yang terkait.2,4
Sekarang diakui bahwa OSA sering dikaitkan dengan komplikasi parah
termasuk gangguan kardiovaskular utama, gejala sisa neurokognitif
dan gangguan mood. Memang, ada semakin banyak bukti bahwa ada korelasi kuat
antara penyakit dan hipertensi, penyakit arteri koroner, gagal jantung, aritmia, dan
stroke. Kognitif gangguan dengan perubahan perhatian dan konsentrasi, eksekutif
fungsi dan koordinasi motorik halus adalah keluhan umum pasien dengan OSA.
Akhirnya, depresi dapat mewakili masalah yang signifikan dalam perjalanan
penyakit.1,3
2.2 Anatomi
2.2.1 Hidung
Hidung terdiri atas hidung iuar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi
oleh septum nasi menjadi dua bagian, kanan dan kiri. nares, yang
dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum nasi. Pinggir lateral, ala
nasi, berbentuk bulat dan dapat digerakkan. Rangka hidung luar
dibentuk oleh os nasale, processus frontalis maxillaris, dan pars nasalis
ossis frontalis. Di bawah, rangka hidung dibentuk oleh lempeng-
2
lempeng tulang rawan hialin Kulit hidung luar mendapatkan darah dari
cabang-cabang arteria ophthalmica dan arteria maxillaris.4,5
Kulit alanasi dan bagianbawah septum mendapatkan darah dari
cabang-cabang arteria facialis. Suplai Saraf Sensoris Hidung Luar
N.infratrochlearis dan rami nasales externae nervus ophthalmicus
(Nervus cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaris (Nervus
cranialis V) mengurus hidung luar.4
Cavum nasi terbentang dari nares di depan sampai ke apertura
nasalis posterior atau choanae di belakang, di mana hidung bermuara ke
dalam nasopharlmx. Vestibulum nasi adalah area di dalam cavum nasi
yang terletak tepat di belakang nares. Cavum nasi dibagi menjadi dua
bagiary kiri dan kanan oleh septum nasi. Septum nasi dibentuk oleh
cartilago septi nasi, lamina verticalis osis ethmoidalis, dan vomer.4,7
3
bagian miring ke bawah corpus ossis sphenoidalis. Dinding Lateral
mempunyai tiga tonjolan tulang disebut concha nasalis superior, media,
dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut meatus. Recessus
sphenoethmoidalis adalah sebuah daerah kecii yang terletak di atas
concha nasalis superior. Di daerah ini terdapat muara sinus
sphenoidalis. Meatus Nasi Superior Meatus nasi superior terletak di
bawah concha nasalis superior. Di sini terdapat muara sinus
ethmoidales posterior. Meatus Nasi Media Meatus nasi media terletak
di bawah concha nasalis media. Meatus ini mempunyai tonjolan disebut
bulla ethmoidalis, yang dibentuk oleh sinus ethmoidales medii yang
bermuara pada pinggir atasnya. Sebuah celah melengkung, disebut
hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung anterior hiatus
yang menuju ke dalam sebuah saluran berbentuk corong disebut
infundibulum, yang kana berhubungan dengan sinus frontalis. Sinus
maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi media melalui hiatus
semilunaris.4
Meatus nasi inferior terletak dibawah concha nasalis inferior dan
merupakan tempat muara dari ujung bawah ductus nasolacrimalis, yang
dilindungi oleh sebuah lipatan membrana mucosa.4,5
Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Bagian atas dibentuk
oleh lamina verticalis ossis ethmoidalis dan os vomer. Bagian anterior
dibentuk oleh cartilago septalis. Septum ini jarang terletak pada bidang
median, sehingga belahan cavum nasi yang satu lebih besar dari sisi
lainnya.5,7
2.2.2 Nasofaring
4
Pada didning lateral terdapat muara tuba auditiva, berbentuk elevasi
yang disebut elevasi tuba. Recessus pharyngeus adalah lekukan kecil
dinding pharynx di belakang elevasi tuba, plica salpingopharyngea
adalah lipatan vertikal membrana mucosa yang menutupi m.
salphingopharyngeus.5,7
2.2.3 Orofaring
5
Gambar 2.2 Penampang sagittal kepala dan leher memperlihatkan hubungan
antara cavum nasi, mulut, pharynx dan larynx4
2.2.4 Laringofaring
6
glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus
tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.5
7
sehingga kebutuhan tidur akan berkurang. Beberapa obat seperti kafein, bekerja
dalam menghalangi reseptor adenosine, sehingga mengganggu proses ini.5,6
8
setelah tahap N1 dan mewakili 45-55% dari total waktu tidur.5 Karakteristik
electroencephalogram (EEG) dari tahap N2 yaitu sleep spindle dan kompleks K.
Gelombang delta mungkin muncul pada awal N2. Pada N3 dan N4 mewakili 15-
20% dari total waktu tidur dan merupakan gelombang tidur lambat atau slow-
wave sleep.7
Karakteristik N3 terdiri dari beberapa amplitudo tinggi aktivitasi tidur
gelombang lambat, sedangkan N4 memiliki karakteristik berupa banyaknya
amplitude tinggi aktivitas gelombang tidur lambat. Tidur REM mewakili 20-25%
dari total waktu tidur. Tidur REM dimulai 60-40 menit setelah tidur NREM.
Karakteristik tidur NREM berupa tegangan rendah campuran aktivitas frekuensi
dengan gelombang alfa lambat dan gelombang teta.7
Kejadian OSA berhubungan dengan penekanan tidur NREM (N3, N4) dan
REM akibat gangguan bernapas. Pada OSA terjadi arousal akibat gangguan napas
yang menyebabkan fragmentasi tidur.6,7
2.4 Epidemiologi
9
menyerang semua kelompok umur, dan diperkirakan mempengaruhi 2-4% dari
populasi orang dewasa, meskipun lebih sering terjadi pada pria paruh baya. Satu
dari setiap 5 orang dewasa menderita OSAS sedang, dan satu dari setiap 15 orang
menderita OSAS sedang hingga berat (3). Sindrom ini ditandai oleh pernapasan
tegang, penurunan kadar oksigen dalam darah, dan gairah yang mengganggu tidur
normal . Beberapa kasus berisiko tinggi terhadap kesehatan, dan pasien mungkin
mengalami kantuk yang berlebihan di siang hari, sakit kepala di pagi hari,
gangguan konsentrasi, masalah sosial, dan gangguan sistemik9
2.5 Etiologi
Perlu diketahui bahwa selama terjaga, aktivitas otot saluran napas bagian atas
lebih besar dari normal untuk membantu mengkompensasi penyempitan saluran
napas dan resistensi saluran napas yang tinggi. 10 Abnormalitas struktural yang
mempengaruhi pasien untuk mengalami OSA adalah:
10
menyebabkan kegagalan atau terlambatnya refleks otot dilator faring, saat
pasien mengalami periode apnea hipopnea.10
Obesitas dapat berkontribusi pada penurunan ukuran saluran napas bagian atas
dengan meningkatkan jumlah lemak yang tersimpan di dalam jaringan lunak dari
pharynx atau dengan menekan faring dengan massa lemak superfisial di leher.
Dalam penelitian dikatakan, indeks masa tubuh (IMT) > 30 kg/m 2 memiliki
prevalensiterjadinya OSA lebih dari 50%.3,10,12
11
Perbedaan berdasarkan jenis kelamin pada kejadian OSAS mungkin terjadi
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pengaruh hormonal, dan bentuk tubuh
berdasarkan jenis kelamin, seperti morfologi kraniofasial dan penumpukan lemak.
Struktur dan fungsi saluran udara bagian atas berbeda berdasarkan jenis kelamin,
dimana jalan napas bagian atas yang lebih pendek dan lebih kecil diamati pada
wanita dibandingkan dengan pria. Meskipun perbedaan anatomi saluran napas
bagian atas mungkin muncul menjadi predisposisi wanita daripada pria ke saluran
udara atas runtuh, pria ditemukan memiliki saluran udara yang lebih panjang
dibandingkan dengan wanita, sehingga mengakibatkan peningkatan kerentanan
untuk kolaps. Data juga menunjukkan bahwa wanita memiliki saluran udara
bagian atas yang lebih stabil.2,9
Penjelasan lain yang mungkin tentang perbedaan berdasarkan jenis kelamin
dalam risiko OSA adalah variasi dalam distribusi jaringan adiposa antara pria dan
wanita. Pria cenderung memiliki lebih banyak lemak di tubuh bagian atas
termasuk leher (android), dengan demikian predisposisi untuk kolaps napas
bagian atas dibandingkan dengan wanita yang cenderung memiliki lemak tubuh
lebih rendah (gynoid).7 Konsisten dengan pengamatan ini adalah pengukuran leher
lingkar dan lingkar pinggang berkorelasi lebih baik dengan tingkat keparahan
OSA daripada IMT. Sebuah studi pencitraan, pencitraan resonansi magnetik,
menegaskan bahwa pria juga memiliki lebih dominan jaringan lemak dan jaringan
lunak faring dengan wanita.9
Obesitas
OSAS mempunyai prevalensi yang tinggi pada populasi obesitas dan berat
badan lebih. Mekanisme terjadinya OSAS pada obesitas karena terdapat
penyempitan saluran nafas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak di
dalam otot dan jaringan lunak di sekitar saluran nafas, maupun kompresi eksternal
leher dan rahang.2,9
Genetik
Menurut penelitian sebelumnya, menggambarkan tingginya prevalensi OSAS
antara anggota keluarga, menyarankan bahwa OSA memiliki faktor genetik selain
pengaruh obesitas. Faktor risiko lain yang menjadi predisposisi OSA ditentukan
secara genetis termasuk morfologi karakteristik kraniofasial dan mekanisme
12
kontrol ventilasi. Morfologi kraniofasial telah diidentifikasi menjadi indikator
kuat untuk risiko pengembangan OSA. Selain itu, kelainan kraniofasial adalah
sebagian dari kelainan genetik di mana OSA sangat lazim, seperti sindrom Down
dan sindrom Marfan.2,9
Menopause
Perubahan terkait menopause pada distribusi lemak tubuh, seperti obesitas
sentral dan peningkatan adipositas di sekitar saluran napas bagian atas,
meningkatkan risiko saluran napas atas untuk kolaps airway. Selain itu, tonus dari
otot-otot seperti geniglossus, pharyngeal dilator primer, lebih menurun selama
terjaga dalam pascamenopause dibandingkan dengan premenopause. Selain itu,
estrogen dan progestin memiliki peran dalam mengatur penggerak ventilasi, yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan yang menyebabkan kolaps pada
saluran napas atas meningkat. Akhirnya, kadar estrogen dan progestin yang
rendah pada menopause dapat menyebabkan disinkronisasi otot-otot inspirasi dan
otot-otot faring yang kemungkinan menyebabkan obstruksi saluran napas bagian
atas.1,9
Obstruksi nasal
Sumbatan hidung menyebabkan keterbatasan aliran udara, suatu efek yang
lebih terasa saat tidur dan itu bisa memperburuk apnea dan desaturasi nokturnal
terkait dengan OSA. Faktor mekanis yang berbeda dapat menyebabkan sumbatan
hidung termasuk anomali anatomis, seperti deviasi septum, dan penyakit radang
yang menyebabkan edema mukosa, yaitu rinitis. Selain itu, penderita yang
mempunyai tonsil dan adenoid yang besar cenderung mendapatkan OSAS.1,9
Anatomi kraniofasial
Karakteristik kraniofasial yang berbeda telah dikaitkan dengan perkembangan
OSA dengan menyebabkan penyempitan saluran napas bagian atas dan
peningkatan kolaps saluran udara bagian atas termasuk tulang hyoid yang
terposisi di inferior, penempatan rahang atas dan rahang bawah di posterior, lidah
dan palatum molle yang membesar, dan area cross-sectional velopharyngeal yang
lebih kecil. 9
13
Merokok
Merokok menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur, fragmentasi tidur, dan
menyebabkan kantuk di siang hari. Efek inflamasi pada merokok pada saluran
napas dan perubahan volume paru-paru dapat mempengaruhi peningkatan kolaps
saluran napas bagian atas, dan efek nikotin saat stabilitas tidur dan dorongan
ventilasi juga dapat memainkan peran. Apakah merokok adalah faktor risiko yang
benar untuk OSA adalah masih belum jelas.1,2,9
Alkohol
Alkohol kemungkinan memperparah OSAS melalui mekanisme yang berbeda
termasuk pengurangan selektif aktivitas otot genioglosal, penurunan respons
ventilasi untuk hiperkapnia dan hipoksia, peningkatan resistensi saluran napas
bagian atas, dan meningkatkan kecenderungan saluran udara bagian atas yang
tidak stabil untuk kolaps. 1,2
Ukuran leher besar
Laki-laki dan perempuan dengan ukuran leher besar: 17 inci atau lebih untuk
laki-laki dan 16 inci atau lebih untuk perempuan cenderung untuk mendapatkan
OSAS.9
14
2.7. Patofisiologi
15
mechanoreceptors laring dalam menanggapi tekanan luminal negatif, (2) neuron
pernapasan di medula, yang mengaktifkan otot genioglossus 50-100 ms lebih awal
dari diafragma untuk mempertahankan jalan napas paten sebelum inspirasi, dan
(3) motor neuron hypoglossal yang memiliki input rangsang konstan selama
keadaan bangun dari serotonergik saluran napas atas dan neuron adrenergik.8,10,11
Kontrol ventilasi
Kontrol pernapasan pusat pada batang otak meregulasi kadar oksigen
(O2) dan karbon dioksida (CO2) dalam darah dengan ketat dengan berbagai jenis
mekanisme umpan balik yang melibatkan berbagai kemoreseptor dan
mekanoreseptor, sehingga perubahan pola dan kedalaman ventilasi bervariasi
untuk menjaga kadar gas darah dalam batasan yang ketat. Sistem kompleks ini
dapat menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan dari sistem dapat dijelaskan dengan
system loop gain, yang merupakan konsep engineering. Loop gain adalah rasio
dari respon koreksi (ventilasi) terhadap sumbatannya itu sendiri. Sistem high-gain
merespon dengan capat dan agresif terhadap sumbatan, dimana sistem low-gain
merespon lambat dan lemah. Dua variabel utama yang mempengaruhi loop gain
merupakan controller gain dan plant gain, keduanya penting dalam stabilitas
ventilasi. Controller gain mewakili respon kemoresponsif atau hipoksia dan
ventilasi hiperkapnik. Controller gain yang meningkat umumnya akibat
responcepat hiperkapnik. Plant gain mencerminkan keefektifan ventilasi untuk
mengurangi CO2. Meningkatnya loop gain menyebabkan tidak stabilnya ventilasi
pada keadaan bangun dan tidur, meskipun ini sedikit tidak tampak selama bangun
karena pola bernapas selama tersadar banyak dipengaruhi oleh kebiasaan, seperti
berbicara dan makan. Loop gain yang meningkat dipercaya berperan dalam
patofisiologi dari OSA dimana pusat bernapas merespon cepat dan agresif
terhadap perubahan kecil CO2, sehingga mengakibatkan menurunnya kadar CO2
dibawah apneu threshold, sehingga menyebabkan berhenti sementaranya proses
bernapas menyebabkan retensi CO2 dan selanjutnya.8
2.8. Diagnosis
Diagnosis OSA didasarkan pada anamnesis, presentasi klinis dan temuan fisik
sugestif penyakit dalam hubungannya dengan data objektif yang diperoleh dari
16
pemantauan penelitian tidur. OSA adalah penyakit yang sangat lazim dan, jika
tidak diobati, dapat mengakibatkan kerugian yang cukup berarti pada kehidupan
sosial, ekonomi, dan terdapat gejala sisa. Mengingat hal ini, penemuan oleh
penyedia layanan kesehatan adalah sangat penting.11
1. Anamnesis
Ketika mengevaluasi pasien untuk OSA, memperoleh riwayat kesehatan
menyeluruh merupakan hal penting. Pasien harus ditanya tentang mendengkur,
gelisah tidur, terengah-engah atau tersedak, alasan untuk bangun pada malam
hari, dini hari kelelahan, kantuk di siang hari, bangun dengan sakit kepala, dan
rata-rata waktu mereka pergi ke tempat tidur, berapa lama waktu yang
dibutuhkan mereka tertidur, dan rata-rata waktu mereka keluar dari tempat tidur
di pagi hari. Ini akan membantu untuk menyingkirkan gangguan tidur lainnya
seperti insomnia, gangguan irama sirkadian tidur, dan sindrom tidur tidak
cukup sebagai penyebab kantuk mereka.9
Sebuah riwayat pengobatan menyeluruh harus diperoleh untuk
menyingkirkan obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk atau
mempengaruhi tidur. Pasien juga harus ditanya tentang hipertensi apapun,
penyakit jantung, stroke, diabetes, depresi, gangguan tiroid, kendaraan
bermotor atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan, dan riwayat
keluarga menyeluruh harus diperoleh mengenai OSAS. Mendapatkan sejarah
dari pasangan juga bisa sangat membantu berkenaan dengan mendengkur dan
setiap peristiwa pernafasan (yaitu, terengah-engah, tersedak, mantra apnea,
gelisah tidur, atau gerakan anggota badan periodic.9
Kuesioner seperti Epworth Sleepiness Scale (ESS) dan kuisioner functional
outcome of Sleep membantu untuk memberikan penilaian subjektif dari kantuk
berlebihanpada siang hari. ESS meminta pasien untuk menilai kemungkinan
tertidur delapan skenario yang berbeda. Tingkat pasien setiap skenario dengan
skor dari 0 (tidak akan pernah tertidur) sampai ke skor 3 (kesempatan tinggi
tertidur). Skor 10 atau lebih (dari kemungkinan 24) signifikan bagi kantuk
patologis.10,11
17
0 = tidak akan pernah tertidur
1 = sedikit kesempatan tertidur
2 = moderat kesempatan tertidur
3 = tinggi kesempatan tertidur
Gejala
- Rasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari atau excessive
daytime sleepiness. Efek OSA akibat terganggunya tidur malam.
- Sakit kepala di pagi hari
- Mulut kering, bau mulut ketika bangun
- Mudah tersinggung
18
- Susah untuk konsentrasi
- Depresi
- Snoring
- Choking
- Snorting
- Gasping
- Insomnia
- Nocturia
2. Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisik pasien untuk SDB harus mencakup pemeriksaan
umum dengan penekanan khusus pada tinggi badan, berat badan, indeks
massa tubuh (BMI), dan lingkar leher selain pemeriksaan rinci dari saluran
napas bagian atas. Hidung, nasofaring, rongga mulut, orofaring, hipofaring,
dan laring semua harus diperiksa untuk menilai patensi mereka dan
mengesampingkan semua halangan anatomis atau patologis.11 Cavum Nasi
sebaiknya diperiksa dengan spekulum hidung sebelum dan sesudah
dekongestan topikal (kecuali kontraindikasi). Endoskopi Fiberoptik juga
dapat digunakan untuk memeriksa cavum nasi dan nasofaring. Sumbatan
hidung dan mulut pernapasan berkontribusi kolaps saluran napas atas dan
SDB oleh beberapa mekanisme. Pertama, obstruksi nasi menyebabkan mulut
19
terbuka agar pasien datang bernapas. Kedua, obstruksi nasi dan pernapasan
melalui mulut menyebabkan peningkatan resistensi bagian atas yang
menyebabkan peningkatan kolaps bagian bawah melalui hilangnya reflex
nasal.9
Ketika memeriksa rongga mulut dan posisi mandibula dan oklusi gigi
(Kelas I, II, dan III) harus dicatat. Sebuah mandibula retrognathic akan
menyebabkan perpindahan posterior lidah dan penyempitan saluran napas
faring. Mandibularis tori yang besar juga akan menyebabkan perpindahan
posterior lidah. Scalloping terlihat di sepanjang tepi lateral lidah merupakan
indikasi dari lidah besar.jika ada harus dicatat. Ukuran tonsil yang dinilai 1
sampai 4.8,9
Tonsillar Grade
o 0 = tidak ada tonsil
o 1 = Tonsil kecil dan tetap tersembunyi dalam fossa tonsil
o 2 = Tonsil memperpanjang sampai ke tepi pilar tonsil
o 3 = Tonsil hipertrofi dan melampaui pilar tetapi tidak
menyentuh di garis tengah
o 4 = Tonsil hipertrofi dan menyentuh di garis tengah
20
dekat dan dengan mulut mereka ditutup pasien diminta untuk menghirup
terhadap jalan napas tertutup sementara retropalatal dan daerah
retrolingual diperiksa untuk runtuh dengan lingkup serat optik.3
Pemeriksaan ini dilakukan dengan pasien duduk dan kemudian diulang
dengan pasien berbaring. Pemeriksaan serat optik juga akan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Polisomnografi
Metode standar baku emas untuk mendiagnosa OSA dan
menyediakan metode untuk menentukan tingkat PAP diperlukan untuk
pengobatan. Selama PSG, informasi rinci diperoleh dengan menggunakan
electroencephalogram, electromyogram, elektro-oculogram,
elektrokardiogram, snore mikrofon, posisi tubuh dan gerakan kaki, aliran
udara oronasal, upaya dinding dada, dan saturasi oksihemoglobin, serta
merekam video. Pemantauan studi tidur penuh dilakukan selama jam tidur
biasa dengan 6 jam rekaman secara optimal diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Biasanya, pasien kembali ke laboratorium untuk penelitian tidur
tindak lanjut untuk membangun tekanan yang memadai diperlukan untuk
menghilangkan peristiwa pernapasan.8 Dalam rangka meningkatkan
efisiensi, studi perpecahan malam dapat dilakukan, yang melibatkan
bagian awal rekaman tidur yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis
diikuti oleh PAP titrasi. Studi malam perpecahan memiliki kelemahan
yang melekat karena untuk waktu perekaman singkat untuk bagian
21
diagnostik, mewakili kurang dari ideal metode diagnostik untuk pasien
dengan probabilitas pretest rendah (sebagai waktu tidur lebih lama sering
diperlukan untuk menegakkan diagnosis), dan mengingat bahwa bagian
terapi dari studi split malam mungkin tidak memberikan waktu yang
cukup untuk menetapkan pengaturan PAP terapi yang optimal. 6 Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi akurasi PSG dalam memastikan
diagnosis OSA. PSG adalah tes yang sangat spesifik dan sensitif untuk
pasien dengan probabilitas pretest tinggi. Namun, ini tidak terjadi untuk
pasien dengan tes yang rendah kemungkinan OSA. Mempertimbangkan
ambang dari AHI dari 15 hasil di tingkat negatif palsu dari sekitar 20%.
Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan variabilitas malam-ke-malam
yang posisi tubuh dan penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi
persentase tidur REM (yaitu, apnea cenderung terjadi pada posisi
terlentang dan tidur REM).3,8
2.9. Penatalaksanaan
22
dan operasi bariatric adalah pilihan pada obesitas berat. Pendekatan
multidisiplin diperlukan untuk manajemen penyakit yang akurat.8,10
1. Terapi konservatif
a. Terapi posisional
Karena mekanisme anatomis dan fisiologis, posisi tubuh saat tidur
mempengaruhi frekuensi dan tingkat keparahan kejadian obstruktif. Posisi
terlentang, terutama karena efek gravitasi pada lidah dan posisi palatum
molle, umumnya terkait dengan peningkatan jumlah apnoea / hipopnoea.
Banyak strategi terapi posisional tersedia. Ini termasuk 'teknik bola tenis'
sederhana, yang terdiri dari bola tenis diikat ke belakang untuk mencegah
posisi terlentang, perangkat alarm terlentang dan sejumlah bantal posisi.
Terapi dianggap berhasil ketika AHI pasca perawatan di bawah 10, dan
tujuan ini umumnya tercapai ketika pemilihan kandidat yang tepat
dilakukan. Meskipun terapi posisional adalah terapi yang diterima lebih
baik, penting untuk menjelaskan bahwa manfaat klinis dari perawatan ini
tetap lebih rendah daripada pengobatan dengan CPAP.10
23
- Edukasi dan intervensi tingkah laku
24
dengan OSA, penurunan insiden kejadian kardiovaskular fatal dan non-
fatal diamati pada pasien yang diobati dengan CPAP hidung. Dalam uji
coba terkontrol plasebo baru-baru ini pada pasien dengan sindrom.
metabolik, pengobatan CPAP tiga bulan meningkatkan kontrol tekanan
darah dan kelainan metabolisme. Penurunan berat badan dan pengurangan
lemak intra-abdominal diamati setelah terapi CPAP, mungkin sebagai
konsekuensi dari penurunan hypersomnolence siang hari dan peningkatan
aktivitas fisik. Kegagalan pasien untuk mematuhi terapi merupakan
keterbatasan utama CPAP. Efek buruk CPAP termasuk iritasi, nyeri, ruam,
dan kerusakan kulit pada titik kontak topeng; kekeringan atau iritasi pada
selaput hidung dan faring, hidung tersumbat dan rinore, dan iritasi mata
akibat kebocoran udara juga sering terjadi. Claustrophobia, distensi
lambung dan usus dan infeksi telinga dan sinus adalah efek samping yang
kurang umum. Penyediaan pelembab yang dipanaskan bersama dengan
program pendidikan sistematis disarankan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien terhadap CPAP jalan faring (pelumas jaringan lunak).9
25
Gambar 2.8 Oral Appliance 8 Gambar
2.7 Indikasi
manajemen penatalaksanaan OSAS berdasarkan AHI 10
2. Operasi
26
langit lunak, dasar lidah, dan otot-otot suprahyoid) yang melekat pada
tulang maksila, mandibula, dan tulang hyoid. Pengurangan substansial dan
konsisten pada AHI adalah diamati setelah pengobatan memuaskan, pasien
mulai melakukan tindak lanjut jangka panjang. 6,8,11
Septoplasty
Hidung Defleksi septum nasi Nasal valve surgery
Turbinate surgery
Pembesaran konka inferior hidung Polypectomy
Endoscopic adenoidectomy
Removal obstructive concha bullosa
Hipofaring dan Kolaps otot konstriktor faringis, Trakeostomi, perbaikan hioid atau
Supraglotis pergeseran lidah ke belakang mandibula
Tabel 2.3 Pilihan Pembedahan Pembaikan Untuk Obstruksi Jalan Napas Atas Pada Apnea Waktu Tidur 9
27
Episodik apnea yang rekuren tanpa upaya untuk
Central sleep apnea dan bernapas CSB terkait dengan gagal jantung
Cheyne-Stokes respiration kongestif, gagal ginjal, atau penyakit
(CSB) serebrovaskular yang mana ianya tidak seharusnya
ada pada OSAS
Kadar kantuk pada narkolepsi mungkin lebih
tinggi berbanding OSAS pada Skala Tidur
Narkolepsi Epworth
Narkolepsi disertai cataplexy, halusinasi
hipnagogik dan sleep paralysis
Disertai gejala rasa terbakar pada dada,
GastroEsofageal Reflux
regurgitasi, dan disfagia, hingga nyeri perut dan
Disease nokturnal
mual.
Asma nokturnal adalah asma dengan gejala seperti
sesak dada, sesak napas, batuk, dan mengi di
Asma nokturnal malam hari, dapat membuat tidur terganggu dan
membuat penderita merasa lelah dan terganggu
aktivitas harian pada siang hari.
2.11. Komplikasi
Pasien OSA kronis jika tidak diobati dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan karena kondisi berikut, yang dapat kembali normal
dengan keberhasilan pengobatan OSA. Penurunan kewaspadaan psikomotorik
menghasilkan tujuh kali lipat peningkatan risiko kecelakaan kendaraan bermotor.8
Aritmia jantung
Stroke
Angina dan infark miokard
Gagal jantung kongestif
Kor pulmonal dan gagal jantung kronis
Hipertensi: Sistemik dan pulmonal
28
Edema perifer
Polycythemia
Kantuk siang hari yang berlebihan dapat menyebabkan
o Kecelakaan saat mengemudi kendaraan atau mengoperasikan
mesin berbahaya.
o Lebih sedikit olahraga dan lebih banyak penambahan berat badan
dan apnea tidur yang lebih berat.
Toleransi glukosa dan resistensi insulin terganggu
Konsentrasi terganggu
Tidur yang terganggu dari pasangan tempat tidur
- Hipertensi
Obstructive sleep apnea syndrome telah terbukti berhubungan dengan
perkembangan hipertensi bahkan ketika variabel usia dan obesitas diperhitungkan.
Hal ini kemungkinan besar terkait dengan peningkatan tonus simpatik dari
hipoksemia dan rangsangan yang sering terlihat pada OSAS. Perawatan OSAS
telah terbukti dapat memperbaiki hipertensi pada individu-individu ini. Selama
kejadian apnea,terjadi penurunan curah jantung, peningkatan aktivasi sistem saraf
simpatik, dan peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik. Pada resolusi
episode apnea, ada peningkatan aliran balik vena ke sisi kanan jantung yang
mengarah ke peningkatan curah jantung terhadap peningkatan resistensi vaskular.
Ini menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak. Siklus ini terus
berlanjut beberapa kali sepanjang malam, dan akhirnya peningkatan aktivasi
sistem saraf simpatik tetap ada, bahkan selama jam-jam terjaga9
- Penyakit Kardiovaskular
29
Obstructive sleep apnea dapat memperburuk gagal jantung kongestif
melalui peningkatan afterload pada jantung yang sudah gagal yang menyebabkan
berkurangnya curah jantung. Selain itu, pelepasan katekolamin dari kejadian
apnea, berkontribusi pada memburuknya fungsi jantung.11
- Aritmia Jantung
- Stroke
- Gangguan Metabolik
30
inflamasi yang telah terbukti meningkatkan resistensi insulin. Baik OSAS dan
resistensi insulin sebagian besar merupakan akibat dari obesitas di seluruh dunia.
Namun, tidak jelas apakah peningkatan resistensi insulin pada pasien dengan
OSAS terjadi melalui jalur 1tres oksidatif atau, melalui keadaan peningkatan
respon inflamasi sistemik. 9
31
BAB 3
KESIMPULAN
OSA Syndrome adalah kondisi yang umum terjadi tetapi sering tidak
dikenali dengan gejala terkait seperti dengkuran keras (snoring) atau tersedak
(choking), sering terbangun (arousal), gangguan tidur, dan kantuk berlebihan di
siang hari (Excessive Daytime Sleepiness, ESS), kelelahan, gangguan kognisi
dengan komplikasi serius, terutama karena itu penting sekuele kardiovaskular dan
neurokognitif. Salah satu faktor yang berperan seiring berkembangnya zaman
adalah obesitas yang meningkat, prevalensi kondisi ini cenderung meningkat, ini
mewakili masalah kesehatan masyarakat yang penting. Anamnesis yang
memadaidan penggunaan tes diagnostik yang tepat, seperti polisomnografi, dapat
dipercaya memberikan identifikasi akurat pasien dengan OSA syndrome. Edukasi
tentang penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup efektif sebagai lini
pertama di Fasilitas Layanan Primer untuk OSA ringan hingga sedang. Berbagai
literatur mengatakan bahwa CPAP dianggap pengobatan paling efektif yang
bertujuan mengurangi gejaladan komplikasi kardiovaskular dan neurokognitif.
Pembedahan cocok untuk dipilih pasien, tetapi manfaat jangka panjangnya masih
belum didukung oleh bukti yang konsisten dalam populasi besar. Pemahaman
mekanisme dasar pada OSA yang lebih baik, dapat mengarah pada peningkatan
strategi terapeutik dan pengurangan dampak psikososiekonomi dari kondisi ini.
32
33