Anda di halaman 1dari 44

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

LARINGITIS KRONIS
Nabila Viera Yovita, S.Ked

PENDAHULUAN

Laringit
is
Kronis

proses inflamasi yang menentukan perubahan irreversible


pada mukosa laring, >3 minggu, spesifik dan non-spesifik

Frekuensi pasti = Bagian dari penyakit lebih kompleks.


Mortalitas penyakit utama, mengenai ras manapun

Pria: Wanita = 2:1 perubahan akibat meningkatnya


jumlah wanita yang merokok serta keterlibatan kerja dalam
lingkungan toksik.
Decade ke-6 merupakan usia yang banyak terkena

IDENTITAS PASIEN

Nama: Ny. W
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
Status : Menikah
Alamat : Kelurahan Kepandean,
Kecamatan Dukuhturi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
No. RM : 771343

RT/RW 03/06,

ANAMNESIS
Autoanamnesis, 23 Februari 2015, 10.30
WIB, di poliklinik THT RSUD Kardinah Tegal.
Suara serak sejak bulan SMRS

RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Batuk kering 3 hari kemudian suara serak


Batuk: nyeri sulit tidur, dahak (-)
Tenggorokan: terasa panas, nyeri telan
Kebiasaan: mendeham (-), rasa cairan turun
ke tenggorok (-), sesak nafas jika tidur
terlentang, lebih enak jika miring ke
kanan/kiri.
Demam (-), tidak tahu apakah berat badan
mengalami kenaikan, ketetapan, maupun
penurunan.
Pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat
untuk keluhan tenggorok tidak membaik.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Keluhan serupa (-)
Riwayat batuk lama, penyakit paru, maupun
pengobatan paru (-)
Riwayat hipertensi, magh, diabetes mellitus,
asthma, alergi obat maupun makanan (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA &


KEBIASAAN
Keluhan serupa pada keluarga pasien (-)
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes
mellitus, asthma, alergi, maupun tumor pada
keluarga (-)
Pasien adalah ibu rumah tangga kebiasaan
menggunakan suara secara berlebihan (-)
konsumsi gorengan berlebih (-), kebiasaan
merokok (-)

Reflux Symptom Index


Suara serak atau masalah dengan suara = 4
Mendeham (untuk menghilangkan dahak di tenggorok) = 0
Lendir berlebih di tenggorok atau postnasal drip

=0

Sulit menelan makanan, cairan, maupun pil = 2


Batuk setelah makan atau setelah rebahan = 2
Kesulitan bernafas atau episode tersedak

=1

Batuk yang mengganggu = 2


Sensasi mengganjal pada tenggorok

=0

Rasa terbakar pada ulu hati, nyeri dada, atau rasa asam lambung yang naik = 0
Total = 11

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Dalam batas normal

Status lokalis
Telinga, hidung, sinus paranasal, leher: dalam batas normal
Faring:
Arkus faring : simetris, hiperemis (-)
Mukosa dinding faring : permukaan rata, post nasal drip
(-), hiperemis (-)
Uvula : simetris di tengah
Tonsil palatine : T1-T1, detritus -/-, kripta melebar -/Oral hygiene : baik

Laringoskopi indirek: tidak dilakukan karena pasien kurang


kooperatif

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nasofaringoskopi

Deskripsi:
Tampak supraglottis oedem (+), plica
arytenoid oedem (+), tampak ulkus pada
plica vokalis 1/3 anterior kanan & kiri,
tampak mouse-nibbled/moth eaten ulcer
appearance. Jaringan nekrosis pada plica
vocalis (+)

Reflux Finding Score

Edema subglotis = 0
Obliterasi plica ventrikularis = 2
Eritema/hiperemis = 2
Edema plica vocalis = 1
Edema laring difus = 1
Hipertrofi komisura posterior = 1
Granuloma/granulasi = 0
Mukus endolaring kental = 0
Total = 7

PEMERIKSAAN ANJURAN
Sputum BTA
Ro thorax PA
Konsul ke spesialis paru

DIAGNOSIS KERJA
Laringitis kronis suspek laringitis TB
DIAGNOSIS BANDING:
Laryngopharyngeal Reflux Symptoms
Nodul plica vocalis

TATALAKSANA

Non-medikamentosa
Medikamentosa
Azithromycin
Methylprednisolon
Kalium diclofenac
Minocycline

PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

LARING

LARING
Pd aspek anterior leher, anterior thd bag
inferior faring, & posterior dr trakea
Fx primer: memproteksi SPB dg menutup scr
cepat dg stimulasi mekanis hentikan
respirasi & aspirasi ke sal. nafas
fonasi, batuk, Valsalva, kontrol ventilasi
Tdd 3 kartilago tidak berpasangan: cricoid,
thyroid, epiglottis
3 kartilago kecil: aritenoid, kornikulata,
kuneiform

Os hyoid beri muscular attachment dari atas


u/ bantu pergerakan laring.
Kavum laring: aspek superior arah faring,
aspek inferior & posterior lidah, dg inferior
kontinu ke trachea
3 regio mayor: vestibulum (supraglottis),
voice box, subglottis

LARINGITIS KRONIS SPESIFIK


TUBERKULOSIS

Paling sering ditemukan pada laring di era preantibiotik


Sering diduga Ca laring dan laryngitis kronis non spesifik
Odinofagia, batuk , suara serak
Kebanyakan hanya gejala ringan dari TB paru/ sama sekali tidak
menunjukkan gejala TB paru sebelumnya

LARINGITIS KRONIS SPESIFIK


TUBERKULOSIS

Udara pernafasan, sputum BTA (+)


Infeksi ke Hematogen, limfogen
laring

Mukosa hiperemis & edema, epitel bersilia


rusak
Inflamasi Pengeluaran mukus << batuk & spasme
laring

LARINGITIS KRONIS SPESIFIK


TUBERKULOSIS

Stadium

Infiltrasi
Ulserasi
Perikondritis
Fibrotuberkulosis

Gejala klinis
Rasa kering,
panas dan
tertekan
Suara parau
bermingguminggu
Disfagia,
odinofagia
BB<<, demam,
keringat malam,
batuk dan
hemoptisis

Terapi
Obat anti TB
Istirahatkan
suara

LARINGOFARINGEAL REFLUX
SYMPTOMS

Kondisi pada seseorang yang mengalami GERD asam lambung


mengalami aliran balik ke laring, faring, trakea dan bronkus.

MEKANISME
PERLINDUNGA
N

Sfingter
bawah
esofagus

MEKANISME
PERLINDUNGA
N

Acid
clearance

Menelan sf. bwh


esofagus relaksasi
sf. bwh esof
menutup 0/ otot
polos intrinsik.

Resisten
si
mukosa
esofagu
s
Sfingter
atas
esofagus

Transient Lower
Esophageal
Sphincter
Relaxation
disingkat (TLESR)
sbbkan tjd reflux
e.c << mendadak P
sf. esof

Distensi abdomen
(PP/ saat menelan
udara) = stimulus
TLESR.

Menurunnya tekanan sfingter


esofagus inferior

Diet (lemak,
coklat, mint,
produk susu,
dll),
tembakau,
alcohol, obatobatan
(teofilin,
nitrat,
dopamine,
narkotik, dll).

Hipersekresi
asam
lambung atau
pepsin

>> tekanan
intraabdomina
l e.c
kehamilan,
obesitas,
makan
berlebih,

Motilitas
esofagus
abnormal e.c
penyakit
neuromuskula
r,
laringektomi,
etanol.

MANIFESTASI KLINIS

Serak, batuk,
rasa
mengganjal

Throat
clearing,
odinofagia

Mukus
berlebih,
wheezing

Halitosis

PATOFISIOLOGI
Mekanisme perlindungan rusak

Trauma lsg asam-pepsin ke laring &jar sekitar Asam di


distal esophagus stimulasi refleks dimediasi nervus
vagus + inflamasi jar laring bronkokonstriksi statis
mukosa chronic throat clearing + batuk provokasi lesi
mukosa
Epitel respiratori bersilia di laring > sensitif thd asam,
pepsin yg teraktivasi & gr empedu daripada mukosa
esofagus.

DIAGNOSIS

Untuk penilaian gejala pasien dengan LPR. RSI >13 dicurigai LPR

American Bronchoesophageal Association, tersering: throat


clearing (98%), batuk yang terus mengganggu (97%),
perasaan mengganjal di tenggorok (95%) dan suara parau /
serak (95%)
Laringitis posterior dgn eritema, edema dan penebalan
dinding posterior glottis. Tanda-tanda lain: granuloma pita
suara, contact ulcer, stenosis subglottis
Laringoskopi: Penebalan, edema, & kemerahan yang
terkonsentrasi di laring posterior/ posterior laringitis adl.
temuan umum

PEMERIKSAAN PENUNJANG

pH 24
jam
Tes PPI

PENATALAKSANAAN

Edukasi

Medikamento
sa

<rokok, alkohol, coklat, pedas,


dsb

PPI

Penurunan BB

H-2 receptor blocker

Perubahan gaya hidup

Pembedahan

NODUL PLICA VOCALIS

Pertumbuhan yang menyerupai jaringan parut dan bersifat jinak pada


pita suara.
// singers nodule, screamers nodule , teachers nodule

ETIOLOGI & EPIDEMIOLOGI


Vocal
abuse =
pencetus
terpenting

Pita suara
awalnya
menebal &
hiperemis
menebal pd
tengah
nodul

>> anak
laki 8-12 th
& wanita
dewasa

PATOFISIOLOGI
Nodul bilateral &
simetris pd pertemuan
1/3 anterior & 2/3
posterior pita
suara(tempat kerja max
yg bebani pita suara)

Pd tepi bebas pita suara


ada r. potensial
subepitel (Reinkes
Space), mdh diinfiltrasi
cairan tjd pd lesi
yang disebabkan oleh
trauma e.c penggunaan
suara berlebih

. Nodul baru : lunak &


merah. Ditutup o/ ep
skuamosa & stroma di
bawahnya alami edema
+ vaskularisasi>>,
dilatasi p.d dan
pendarahan nodul
polipoid berbagai
tingkat pembentukan.

Trauma berlanjut, nodul > matang & keras e.c fibrosis & hialinisasi.
Nodul matang = pucat dan fibrotik dg epitel tebal & keratosis,
akantosis, dan parakeratosis. Nodul matang jarang pada anak-anak &
biasa ditemukan terlambat

GEJALA KLINIS

Awal pecah
pada nada
tinggi &
gagal dlm
pertahankan
nada

Serak pd
nada tinggi,
kdg +
batuk. Nada
rendah kena
belakangan
e.c nodul
tdk pd posisi
sesuai
ketika nada
+

Nodul cukup
besar gg.
bernafas =
gbrn paling
umum

DIAGNOSIS
Laringoskop: kecil, penebalan mukosa pita suara bbntk fusiform

Akut: polipoid, merah, edema. Kronis: kecil, pucat, runcing, simetris.


Bilateral pd pertemuan 1/3 anterior & 2/3 poste pita suara

Biopsi bukan keganasan, gbrn patologis: ep. berlapis gepeng yg


berproliferasi & tdpt jar yg alami kongesti di sekitar

PENATALAKSANAAN

Istirahat
suara total
Eksisi
mikrolarin
g
Terapi
berbicara

OtolaryngologyHead and Neck Surgery (2009): Clinical


practice guideline: Hoarseness (Dysphonia)

STATEMENT 1. DIAGNOSIS: Clinicians should diagnose


hoarseness (dysphonia) in a patient with altered
voice quality, pitch, loudness, or vocal effort that impairs
communication or reduces voice-related QOL

STATEMENT 2. MODIFYING FACTORS: Clinicians


should assess the patient with hoarseness by history
and/or physical examination for factors that modify
management such as one or more of the following: recent
surgical procedures involving the neck or affecting
the recurrent laryngeal nerve, recent endotracheal
intubation,
radiation treatment to the neck, a history of
tobacco abuse, and occupation as a singer or vocal
performer.

STATEMENT 3A. LARYNGOSCOPY AND HOARSENESS:


Clinicians may perform laryngoscopy, or may
refer the patient to a clinician who can visualize the
larynx, at any time in a patient with hoarseness.
STATEMENT 3B. INDICATIONS FOR LARYNGOSCOPY:
Clinicians should visualize the patients larynx,
or refer the patient to a clinician who can visualize
the
larynx, when hoarseness fails to resolve by a
maximum
of three months after onset, or irrespective of
duration if
a serious underlying cause is suspected

STATEMENT 4. IMAGING: Clinicians


should not obtain
computed tomography (CT) or magnetic
resonance
imaging (MRI) of the patient with a
primary complaint
of hoarseness prior to visualizing the
larynx. Recommendation
against imaging based on observational
studies of
harm, absence of evidence concerning
benefit, and a preponderance
of harm over benefit.

STATEMENT 5A. ANTI-REFLUX MEDICATION


AND HOARSENESS. Clinicians should not prescribe
anti-reflux medications for patients with hoarseness
without signs or symptoms of gastroesophageal reflux
disease (GERD).
STATEMENT 5B. ANTI-REFLUX MEDICATION
AND CHRONIC LARYNGITIS. Clinicians may prescribe
anti-reflux medication for patients with hoarseness
and signs of chronic laryngitis. Option based on
observational studies with limitations and a relative balance
of benefit and harm.

STATEMENT 6. CORTICOSTEROID THERAPY:


Clinicians should not routinely prescribe oral
corticosteroids
to treat hoarseness
STATEMENT 7. ANTIMICROBIAL THERAPY:
Clinicians
should not routinely prescribe antibiotics to
treat
hoarseness. Strong recommendation against
prescribing
based on systematic reviews and randomized trials
showing
ineffectiveness

STATEMENT 8A. LARYNGOSCOPY PRIOR


TO
VOICE THERAPY: Clinicians should
visualize the
larynx before prescribing voice therapy
and document/
communicate the results to the speechlanguage
Pathologist

Anda mungkin juga menyukai