Anda di halaman 1dari 37

TONSILITIS KRONIK

Dr. Bakti Setio


Bagian THT FK-UNS/RSDM
SURAKARTA
Anatomi
• Batas ant :m palatoglosus (pilar ant’)
• Batas post : m. Palatopharengeus (pilar
post)
• Permukaan dalam tonsil bersinggungan
dgn. Fascia m. Constrictor superior.

• Vaskularisasi : a. Faringeal ascendens,


palatina ascendens dan cab. A lingual
dan fasial, semua cab. A. Carotis
externa.

• Lymfatik : ke limf. Cervical sup’ dalam


dan jugular.
• Inervasi : n. Glosopharyngeal dan cab.
Dari n palatina mell. Ganglion
sphenopalatina
• GRADING

• Klasifikasi grading didasarkan atas ratio tonsil terhadap


orofaring dari medial ke lateral (diukur antara pilar anterior).1
• 0 = tonsil di fossa.
• +1 = < 25% tonsil terhadap orofaring.
• +2 = > 25% dan < 50%
• +3 = > 50% dan < 75%
• +4 = > 75%
Tonsilitis :
Radang tonsil palatina yg merupakan bagian dari cincin Waldeyer.

Tonsilitis Kronis

Etiologi : bakteri sama dg Faktor predisposisi :


akut, kdg gram negatif 1. Rangsangan kronis
ditemukan.
2. Oral hygiene
3. Cuaca
4. Tx. Akut tdk adekuat

Fibrotika Hypertrofikans Folikularis


TONSILITIS KHRONIK FOLIKULARIS

• Tonsil membesar
• Halitosis
• Hyperemis
• cacagus
• Detritus berbentuk
lakuna, folikel atau
tertutup
pseudomembran
Px.
anamnesa
Diagnosis

• oral hygiene
• Antibiotika

pengobatan
TONSILITIS KHRONIK HIPERTROFIKAN

Tonsil Besar
Pada anak
Sore Throat
Demam (Subfebril)
Tidur ngorok
Foof Fadism
Otalgie, OMP
Lymphadenopathie
Recurrent Abd.
Pain & vomiting
Attack > 3X 1 th
Headache
Sakit otot & sendi
TONSILITIS KHRONIK FIBROTIKA

 Pada orang dewasa


 Keluhan tak berat
 Tonsil kecil dan fibrotik
 Rasa tertusuk
 Rasa ngganjel
 Disfagi
 Masa seperti keju
 Pus
 Hiperemi arkus anterior
 Odinofagi
 Casseos Encyst
 Kelenjar yugulodigastrik
Penatalaksanaan

• Peningkatan status gizi


Non
medikamentosa • Oral hygiene

• Analgetik - antipiretik
Medikamentosa • Antibiotika

• Tonsilektomi
Operatif
Komplikasi

Dekat Jauh
Obstruksi : Koana, Tuba, Faring Rheuma

Iridosiklitis

Quinsy
Uveitis

Glomerulonefritis
Retrofaringeal Abses
Bronkiektasi
Angina Ludwig
Myokarditis
Sinusitis
OPERASI TONSILEKTOMI
Indikasi (Brodsky L, Poje C. Tonsillitis, Tonsillectomy and Adenoidectomy dalam Bailey BJ & Johnson T, Head & Neck
Surgery Otolaryngology; edisi empat, Lippincott Williams & Wilkins, volume satu, 2006, P : 1183 – 1198 ) dan Buku Modul Perhati

Obstruksi Infeksi Neoplasia


1. Hyperplasia tonsil dengan gejala 1. Tonsilitis kronik/rekuren Suspect tumor
obstruksi 2. Tonsilitis dengan : ganas atau
2. Gangguan nafas saat tidur a) Abses nodul cervical jinak
a) OSAS b) Obstruksi nafas akut
b) Upper airway resistance c) Penyakit katup jantung
sindrom 3) Tonsilitis persisten dengan :
c) Obstructive a) Sore throat persisten
hypoventilation syndrom b) Nodul cervical yg nyeri
3. Gagal tumbuh c) Halitosis
4. Cor pulmonale 4) Tonsilolithiasis
5. Abnormalitas menelan 5) Streptococcus carier yang tidak
6. Abnormalitas berbicara respon dengan pengobatan pd anak-
7. Abnormalitas orofacial/dental anak & Klg yg beresiko
8. Gangguan Lymphoproliferative 6) Peritonsiler abses tidak respon
dengan pengobatan atau pts dengan
tonsilitis rekuren atau abses rekuren
Indikasi Tonsilektomi menurut AAO-HNS
Indikasi Absolut Indikasi Relatif
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan 1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
obstruksi saluran nafas, dysphagia berat, tonsil pertahun dengan terapi
gangguan tidur dan komplikasi antibiotik adekuat
kardiopulmonar 2. Halitosis akibat tonsilitis kronik
2. Rhinitis & Sinusitis kronis, peritonsilitis, yang tidak membaik dengan terapi
Abses peritonsiler yang tidak membaik medis
dengan pengobatan medis dan drainase, 3. Tonsilitis kronik atau berulang
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang pada karier streptokokus yang
demam tidak membaik dengan pemberian
4. Tonsilitis curiga ganas yang antibiotik B-laktamse resisten
membutuhkan biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
Kontra Indikasi Tonsilektomi dan Faktor Penyulit

1. Riwayat gangguan perdarahan baik pada pasien atau keluarganya.


2. Resiko efek samping anestesi yang dapat menyebabkan malignant
hyperthermia.
3. Kelainan anatomi seperti submucosal cleft palate, dan kelaianan
maxilofacial dan dentofacial.
4. Penyakit jantung yang di dapat (MSI)
5. Multiple allergi
6. Penyakit lain seperti DM dan penyulit metabolik lain, hypertensi dan
penyakit kardiovaskuler, obesitas, kejang demam dan epilepsi.
7. Pasien down syndrome.
8. Infeksi saluran pernafasn akut yang berat, asthma dan penyakit paru
yang lain.
Komplikasi tonsilektomi (modul Perhati)

Durante Op Post. Op (Recovery) Post Op (kemudian)


1. Trauma pd Gigi, bibir, 1. Perdarahan 8 jam pertama ok. : 1. Perdarahan sekunder (hari ke 5 –
lidah, dinding faring dan a. Ikatan jahitan lepas 10)
Tuba Eustachii pada b. Tekanan darah meningkat 2. Nyeri alih ke telinga
Adenoidektomi c. Hilangnya vasokontriktor 3. Otitis media akut
2. Dislokasi adrenalin 4. Oedema palatum mole dan
Temporomandibular joint d. Bekuan darah terlepas. uvula
3. Trauma Vertebra servikal e. Peningkatan tekanan 5. Sepsis lokal
ok. Hyperekstensi kepala vena ok. Batuk 6. Komplikasi paru
4. Perdarahan ok : 7. Komplikasi jantung
 Rest tonsil 2. Sumbatan jln nafas
 Baru saja infeksi / 3. Spasme laring
kelainan darah 4. Syock hipovolemik
 Riwayat abses
peritonsil
(scar/fibrotik)
 Terdpt pembuluh
darah yg terbuka
5. Sumbatan jln nafas
TEKNIK OPERASI KONVENSIONAL

• TONSILEKTOMI (DISEKSI)
• 1. Kebanyakan ahli bedah menggunakan tehnik
diseksi pelepasan seluruh jaringan limfoid dengan
lebih hati-hati (gbr 1).
• 2. Suatu Davis-Boyle Gag dipasang dengan hati-hati
agar tidak melukai bibir, gigi atau dinding posterior
faring. "Tongue blade" berada di tengah sepanjang
dorsum lidah. Tonsil dijepit dan ditarik ke arah
medial. Diseksi jaringan yang meregang adalah
lebih mudah dan lebih sedikit menimbulkan trauma.
• Mukosa pilar anterior dan posterior harus
diinsisi sebanyak mungkin. Bagian pole atas
tonsil dilakukan diseksi lebih dulu daripada
pilar posterior (gbr 2). Mukosa anterior dan
posterior harus diinsisi mukosanya sebanyak
mungkin.
Batas dari diseksi tonsil adalah jaringan ikat lunak areolar
antara kapsul tonsil dan muskulus konstriktor superior faring
(gambar 3).
Jika terlalu dalam bagian muskulus dapat rusak dan
perdarahan terjadi.
Tapi jika diseksi kurang dalam  jaringan limfositnya akan
tersisa.
Biasanya awal diseksi dimulai dari pole atas tonsil, tapi jika
timbul kesulitan maka batas diseksi dimulai lebih ke
bawah, lalu diikuti ke arah atas.

Kesulitan umum dari tonsilektomi adalah karena daerah yang


harus diincisi tidak teridentifikasi.

• Perlekatan akhir dari tonsil biasanya diambil dengan


menggunakan
Bagian paling penting dari tonsilektomi adalah kontrol
perdarahan, dan operasi belum lengkap sampai semua
perdarahan teratasi. Fossa harus dipastikan kering pada
akhir operasi.
Bleeding point diidentifikasi dan dilakukan ligasi atau
diathermy sesuai keinginan operator.

. Saat semua perdarahan telah dikontrol, clotting harus


diaspirasi dari nasofaring, tampon diambil dan dihitung
• TONSILEKTOMI (SLUDER-BALLENGER) :
• Mouth gag (Jenning's) dipasang dengan hati-hati agar tidak
melukai mulut atau gigi pasien.
• Gambar 4 :
• Sluder Guillotine telah dimodifikasi dengan
menambahkan handle berbentuk gunting.
• Alat ini memiliki 3 ukuran pisau.
• Gambar 5 :
1. Untuk melepaskan tonsil kanan, guillotine dipegang
dengan tangan kanan, dan dimasukkan ke sisi kiri mulut
pasien ke arah tonsil kanan.
• Gambar 6 :
• 2. Ujung instrumen ditempatkan di belakang tonsil dan di
depan pilar anterior. Pole bawah tonsil mulai dimasukkan
lebih dahulu.
• 3. Jari telunjuk tangan kiri ditempatkan di pilar anterior untuk
menekan tonsil ke dalam instrumen guillotine.
• Gambar 7
• 4. Jika tonsil sudah masuk, jari telunjuk
tangan kiri akan dapat merasakan seluruh
pinggiran fenestra.
• Gambar 8
• 5. Selanjutnya instrumen Sluder Ballenger
dirotasi untuk melepaskan tonsil dari
dasarnya.

• 6. Tonsil kiri dilepaskan dengan cara yang


sama dengan tonsil kanan, hanya bedanya alat
Sluder Ballenger dipegang dengan tangan
kiri.
Perawatan post op ( modul Perhati)
1. Amati tanda 2 perdarahan, pts tidur miring
Tanpa bantal.
2. Kompres es dileher
3. Awasi tekanan darah dan nadi
4. Awasi tanda dehidrasi
5. Pemberian antibiotik segera
6. Minum dingin dan makanan lembut utk.
Beberapa hari pertama utk. Menghindari
perdarahan.
• KEMIKAL PSEUDO TONSILEKTOMI

1. dengan menyuntikan langsung alkohol absolut ( etanol atau


etil alkohol ) pada jaringan suatu organ.

TUJUAN : terjadi kerusakan dari kolagen di sertai proses


kerusakan dan penggumpalan protein pada sel darah merah
semakin berat sehingga terjadi thrombus yang akan
menyebabkan sumbatan vaskuler dan sel terutama
sitoplasma, dinding sel dan inti sel jaringan tonsil.
proses berlanjut terus semakin lama terjadi proses
pengkerutan / fibrotik pada jaringan dan diharapkan organ
mengecil tidak mengganggu saluran nafas.
• Pada penelitian ini kami ingin menayakan beberapa
hal :
1 indikasi klinis apa kita bisa melakukan tindakan kemikal
pseudo tonsilektomi tersebut ?
2 Pada kasus anak usia di bawah 12 tahun kadang terdapat juga
hipertrofi adenoid, lalu seberapa efektifkah tindakan kemikal
pseudo tonsilektomi tersebut dalam menghilangkan atau
mengatasi fokus infeksi ?

3. Pada kasus pasien tonsilitis kronis eksaserbasi akut kita


jumpai kripta melebar dengan di sertai detritus,dan ukuran
tonsil grade 3 atau 4, apakah ada kontra indikasinya dalam
melakukan tindakan kemikal pseudo tonsilektomi tersebut ?
4. Pada kasus tonsilitis kronik fibrotik biasanya kapsul tonsil
sudah menciut dan cendrung menyatu dengan otot – otot di
sekitar tonsil seperti M. Konstriktor faring superior,
M.Konstriktor faring media, M.konstriktor faring inferior.
Apakah masih memungkinkan jika kita melakukan tindakan
kemikal pseudo tonsilektomi ?

5. Bagaimana prosedur melakukan tindakan kemikal pseudo


tonsilektomi ?

6. kapan tindakan kemikal pseudo tonsilektomi bisa di lakukan


atau di terapkan pada manusia ? Pada usia berapa bisa di
lakukan ?
7. Apakah tindakan kemikal pseudo tonsilektomi ini bisa di
gunakan untuk pasien dengan diagnosa tonsilitis akut dan
abces peritonsil ?
8. Apakah menurut peneliti semua kasus pasien
dengan Tonsilitis kronik harus di lakukan tindakan
kemikal pseudo tonsilektomi ( walaupun kita
temukan indikasi yang jelas untuk operasi
tonsilektomi ) ?
9. Jika tindakan ini di terapkan bagaimana saudara
peneliti bisa mengevaluasi proliferasi limfosit b
sebelum, satu,dua dan tiga minggu setelah injeksi
alkohol tersebut ?
10. Apakah menurut saudara pengobatan konservatif
seperti pemberian antibiotik yang adekuat, menjaga
kebersihan rongga mulut, dan memakan makanan
yang bergizi sudah tidak memuaskan lagi ?
11. Setelah di lakukan tindakan kemikal pseudo
tonsilektomi maka tonsil akan menjadi fibrotik, akan
tetapi tonsil yang masih melekat di dalam dinding
lateral faring tersebut bila tidak di angkat masih
terdapat sumber infeksi. Pertanyaan :
a. Seberapa besar kemungkinan terjadinya infeksi
rekuren ( tonsilitis kronik fibrotik )

b.Apakah selanjutnya perlu di lakukan operasi


tonsilektomi juga ( dengan indikasi menghilangkan
sumber infeksi )
Contoh Kasus
• Seorang laki-laki, 17 th dtg ke poli THT dgn
keluhan nyeri tenggorok sejak 4 hari lalu. Keluhan
disertai demam dan batuk. Keluhan seperti ini
dikeluhkan sejak 5 th yg lalu hilang timbul, dlm 1
tahun > 6 kali. Riwayat tidur mengorok (+). Masih
bisa makan dan minum. Pemeriksaan fisik : Tonsil
hiperemis dan hypertropi bilateral (ukuran T2B-
T2B), detritus +/+; kripte melebar +/+
• Diskusikan :
1. Indikasi tonsilektomi
2. Sindrom tidur mendengkur
TERIMA KASIH
Catatan

• Detritus  sisa jaringan mati


• Debris  akumulasi masa
• Exudat  substansi hasil proses infeksi

Anda mungkin juga menyukai