Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan
spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut,
vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang menyebabkan septikemia,
endokarditis atau meningitidis. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang
semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Sekitar 70-75% wanita setidaknya sekali
terinfeksi KVV selama masa hidupnya, paling sering terjadi pada wanita usia subur, pada
sekitar 40-50% cenderung mengalami kekambuhan atau serangan infeksi kedua. Jamur
penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Gambaran klinisnya bisa
bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebaran tepat.

DEFINISI
Kandidiasis vulvovaginitis ialah penyakit jamur candida yang mengenai mukosa
vagina dan vulva. Penyebabnya yang tersering biasanya adalah candida albicans. Nama
lain dari penyakit ini adalah kandidosis vulvovaginitis atau Mycotic Vulvovaginitis.
Kandidiasis vulvovaginitis dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik
eksogen maupun endogen. Faktor eksogen untuk timbulnya kandidiasis vulvovaginitis
adalah kegemukan, DM, kehamilan, dan Infeksi kronik dalam servik atau vagina.
Sedangkan faktor eksogennya iklim, panas dan kelembaban yang meningkat serta higyeni
yang buruk.
Patogenesis kandidiasis vulvovaginitis dimulai dari adanya faktor predisposisi
memudahkan pseudohifa candida menempel pada sel epitel mukosa dan membentuk
kolonisasi. Kemudian candida akan mengeluarkan zat keratolitik (fosfolipase) yang
menghidrolisis fosfolopid membran sel epitel, sehingga mempermudah invasi jamur
kejaringan. Dalam jaringan candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang
akan menimbulkan raksi radang akut yang akan bermanifestasi sebagai daerah hiperemi
atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat keratolitik yang dikeluarkan candida
akan teus merusak epitel mukosa sehingga timbul ulkus-ulkus dangkal. Yang bertambah
berat dengan garukan sehingga timbul erosi. Sisa jaringan nekrotik, sel-sel epitel dan
jamur akan membentuk gumpalan bewarna putih diatas daerah yang eritema yang disebut
fluor albus.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis Kandidiasis Vulvovaginitis terdiri dari gejala subjektif dan gejala
objektif yang bisa ringan sampai berat.
Gejala subjektif yang utama ialah gatal di daerah vulva, dan pada yang berat terdapat
pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan dispaneuria (nyeri pada alat kelamin atau
nyeri di dalam panggul yang terjadi selama melakukan hubungan seksual).
Gejala objektif yang ringan dapat berupa lesi eritema dan hiperemis di labia mayora,
introitus vagina dan vagina 1/3 bawah. Sedang pada yang berat labia mayora dan
minora edema dengan ulkus-ulkus kecil bewarna merah disertai erosi serta sering
bertambah buruk oleh garukan dan terdapatnya infeksi sekunder. Tanda khasnya
adalah flour albus bewarna putih kekuningan disertai gumpalan gumpalan seperti
kepala susu.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu didapatkan adanya rasa gatal dan
panas pada vulva yang kadang-kadang diikuti nyeri sesudah miksi dan dispaneuria serta
adanya faktor predisposis seperti kegemukan, DM, kehamilan, infeksi di servik dan
vagina, kelembapan yang meningkat dan hygiene yang buruk. Gambaran klinis berupa
eritema dan hiperemis yang dapat disertai edema pada labia mayora dan minora, adanya
ulkus-ulkus dan daerah erosi serta flour albus bewarna kekuningan. Diagnosis juga
disertai dengan pemeriksaan penunjang antara lain kerokan kulit atau usapan mukosa
diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram. Pada pewarnaan gram
terlihat sel lagi, blastospora dan hifa semu. Bisa juga dengan pemeriksaan biakan yang
menggunakan media agar dekstrosa glukosa sabaroud yang ditumbuhi antibiotik
(kloramfenikol) yang akan memberikan gambaran yeast like colony.
Diagnosis banding kandidiasis vulvovaginitis adalah :
Trikomoniasis vaginalis
Bakterial vaginosis
Gonore akut

Penatalaksanaan dari kandidiasis vulvovaginitis dapat dilakukan baik secara


umum maupun secara khusus.
Penatalaksanaan secara umum :
1. Menanggulangi faktor predisposisi
2. Menjaga kelembapan kulit
3. Menjaga higienis daerah genital
4. Memakai pakaian dalam yang ngaman tidak sempit dan terbuat dari bahan
yang menyerap keringat

Penatalaksanaan secara khusus :


1. Topikal
a. larutan ungu gentian -1 % dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
b. Nistatin cream
c. Amfoterisin B
d. Derivat azole : mikonazole 2%, klotrimazole 1 %, tiokonazole,
bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin.
2. Sistemik
a. Ketokonazole 2x200mg selama 5 hari
b. Itrakonazole 2x200 mg dosis tunggal atau 2x100 mg sehari selama 3
hari.
c. Fluconazole 150 mg dosis tunggal

Untuk pengobatan profilaksis :


Flukonazol 150 mg dosis tunggal setiap minggu sampai 6 bulan dengan monitor enzim
liver 1-2 bulan. Flukonazol ditoleransi baik dan aman, dan merupakan pengobatan
standar kandidosis vulvovaginitis yang mengalami kekambuhan, tidak seperti
ketokonazol yang hepatotoksik. Penggunaan selama 6 bulan tidak mengakibatkan resisten
terhadap flukonazol, penggunaan flukonazol pada orang yang imunodefisiensi dapat
mengakibatkan resistensi.

Yang dapat dilakukan untuk mencegah Kandidiasis Vaginalis :


1. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH
di sekitar vgina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar
susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus
meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri
yang tak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan dapat
flora normal di vgina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vgina dalam
jangka panjang.
2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina
harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang
mudah terselip di lipatan kulit dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri
bersarang di tempat itu.
3. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
4. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan
cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda
membawa cadangan celana dalam tas kecil untuk berjaga-jaga manakala perlu
menggantinya.
5. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana
dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar organ intim
panas dan lembab.
6. Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-
porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar
sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.
7. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut.
8. Gunakan panty liner disaat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat
bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya Anda dirumah.

Anda mungkin juga menyukai