Anda di halaman 1dari 21

BORANG UKM 6

1. IMD 1
Identitas keluarga binaan :
Ny. RW, usia 23 tahun, P2A0, post melahirkan bayi laki-laki aterm, dengan BBL
3200 gram, bayi bernapas spontan.

Latar belakang :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses menyusu yang dimulai segera setelah
bayi lahir dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibunya selama minimal
1jam.

Deskripsi pelaksanaan:

Hari, tanggal : Jumat, 18 November 2022 

Anamnesis :

Ny. RW, 23 tahun, G2P1A0, dengan usia kehamilan 39 minggu datang dengan keluha
n kencang-kencang yang teratur dan keluar lendir darah pada pukul 05.15 pagi. Keha
milan sebelumnya tahun 2019, aterm dan lahir spontan dengan berat badan 3400 ditol
ong oleh dokter dan bidan, tanpa ada komplikasi apapun. Pasien merupakan ibu ruma
h tangga tanpa ada riwayat penyakit pemberat apapun dalam kehamilan saat ini maup
un kehamilan sebelumnya

Pemeriksaan fisik :
TD : 138/ 96 mmHg Nadi : 94 kpm Suhu : 36,4 OC
TFU : 29 cm Presentasi : kepala
DJJ : 138 kpm His : 1x10’/20’’
Pemeriksaan dalam : vesika urinaria tenang, vagina licin, portio licin, pembukaan 2 c
m -> FASE LATEN
Setelah itu dilakukan observasi 4 jam berikutnya, pasien dalam kondisi stabil dengan
pembukaan 8 cm, dengan DJJ 125 kpm, selaput ketuban intak, His 3x30 detik. Pada p
ukul 12.00, pasien memasuki kala II dan bayi lahir pada pukul 12.30. Bayi menangis s
pontan, tidak ditemukan adanya cyanosis. Setelah bayi lahir, diberikan tatalaksana aw
al berupa pembersihan jalan nafas bayi, dibersihkan dan ditelungkupkan di dada ibu u
ntuk memulai inisiasi menyusu dini. Pasien disuntik oksitosin, dan 15 menit kemudia
n pasien masuk kala 3, plasenta lengkap dan langsung dilakukan masase fundus. Kont
raksi fundus baik. Bayi sambil diberikan vitamin K dan salep mata.
Bayi dibiarkan untuk mencari puting ibu secara mandiri dan mulai menyusu sampai b
ayi puas. Bayi berhenti menyusu sekitar 30 menit – 45 menit setelah menyusu. Selam
a proses IMD, ibu ditatalaksana untuk kala III (persalinan plasenta), kala IV (monitori
ng kondisi ibu dan penjahitan perineum).
Setelah proses IMD, kondisi ibu baik dan kondisi bayi baik. Sehingga, ibu dipindahka
n ke ruang nifas. Disana, ibu diberikan edukasi mengenai perawatan bayi baru lahir da
n edukasi mengenai ASI eksklusif. Fokusnya adalah mencapai pemberian ASI eksklus
if pada 6 bulan pertama setelah kelahiran dan tata cara pemberian ASI eksklusif dari k
apan saja waktu pemberian, bagaimana cara menyusu yang benar agar menyusu dapat
efektif, bagaimana mengetahui bahwa proses menyusu berjalan secara efektif. Selain
mengenai ASI eksklusif, ibu hamil juga diberikan edukasi mengenai bagaimana pera
watan diri dan bayi selama masa nifas dan pentingnya mengukur BB bayi, tanda baha
ya yang dapat ditemukan pada bayi sakit, dan menstimulasi bayi agar pertumbuhan da

n perkembangannya optimal. ACC


2. IMD 2
Identitas keluarga binaan :
Ny. TG, usia 29 tahun, P2A0, post melahirkan bayi perempuan preterm (35 min
ggu), dengan BBL 1650 gram (BBLSR), bayi bernapas spontan.

Latar belakang :
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses menyusu yang dimulai segera setelah
bayi lahir dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibunya selama minimal
1jam.

Deskripsi pelaksanaan:

Hari, tanggal : Jumat, 25 November 2022 

Anamnesis :

Ny. TG, 29 tahun, G2P1A0, dengan usia kehamilan 35 minggu datang dengan keluha
n ingin mengejan dan sudah keluar lendir darah pukul 16.00. Kehamilan sebelumnya t
ahun 2015, aterm dan lahir spontan dengan berat badan 2810 ditolong oleh bidan, tan
pa ada komplikasi apapun. Pasien merupakan ibu rumah tangga tanpa ada riwayat pen
yakit pemberat apapun dalam kehamilan saat ini maupun kehamilan sebelumnya. Pasi
en hanya sekali ANC dan didapati hasil sifilis positif.

Pemeriksaan fisik :
Dorangan mengeran (+), perineum tonjol (+), tekanan anus (+), vulva terbuka (+), DJJ
138 kpm, His 3x10’/30’’, pembukaan 10 cm -> FASE AKTIF

Pasien dipimpin untuk masuk Kala II.. Pasien memasuki kala II dan bayi lahir pada pu
kul 16.28. Bayi menangis spontan, tidak ditemukan adanya cyanosis. Setelah bayi lahi
r, diberikan tatalaksana awal berupa pembersihan jalan nafas bayi, dibersihkan dan dit
elungkupkan di dada ibu untuk memulai inisiasi menyusu dini. Pasien kemudian ditim
bang dan didapati BBLSR sehingga bayi langsung dibungkus plastik untuk dihangatk
an dan disuntik vitamin K serta diberikan salep mata. Kemudian bayi diobservasi terle
bih dahulu karena riwayat ibu sifilis, kelahiran preterm, dan BBLSR untuk rujukan ke
Rumah Sakit.
Pasien kemudian disuntik oksitosin, dan 15 menit kemudian pasien masuk kala 3, plas
enta lengkap dan langsung dilakukan masase fundus, namun kontraksi tidak baik sehi
ngga dilakukan kompresi bimanual untuk menghentikan perdarahan dan merangsang
kontraksi uterus. Setelah beberapa saat, kontraksi uterus baik, dan pasien masuk ke ka
la IV yaitu observasi ibu dan anak. Tidak ada robekan pada perineum.
Setelah kondisi anak dinyatakan stabil dan tidak masalah, anak menyusu pada ibu (IM
D) selama minimal 1 jam. Setelah proses IMD, kondisi ibu baik dan kondisi bayi baik
Sehingga, ibu dipindahkan ke ruang nifas. Disana, ibu diberikan edukasi mengenai pe
rawatan bayi baru lahir dan edukasi mengenai ASI eksklusif. Fokusnya adalah menca
pai pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama setelah kelahiran dan tata cara pem
berian ASI eksklusif dari kapan saja waktu pemberian, bagaimana cara menyusu yang
benar agar menyusu dapat efektif, bagaimana mengetahui bahwa proses menyusu berj
alan secara efektif. Selain mengenai ASI eksklusif, ibu hamil juga diberikan edukasi
mengenai bagaimana perawatan diri dan bayi selama masa nifas dan pentingnya meng
ukur BB bayi, tanda bahaya yang dapat ditemukan pada bayi sakit, dan menstimulasi
bayi agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal.

Pasien kemudian disarankan untuk dirujuk karena kondisi ibu sifilis dan persalinan no

rmal (risiko terpapar infeksi tinggi), BBLSR, dan preterm. ACC


3. KB IUD
Identitas keluarga binaan :
Ny. S, usia 43 tahun
Latar belakang :
Keluarga Berencana atau KB merupakan salah satu program pemerintah yang
bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi nagka
kelhairan, dan mengatur jarak kelahiran agar tercipta keluarga yang sehat sejahtera.
Program ini diharapkan mampu untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
karena kehamilan yang tidak diingankan.
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim merupakan salah satu jenis KB yang dapat
digunakan oleh Wanita untuk mencegah kehamilan.

Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke bagian KIA puskesmas
S/ Pasien datang dengan tujuan ingin melakukan pemasangan KB IUD. Pasien
sebelumnya sudah menggunakan suntik, namun setelah menggunakan KB suntik,
pasien merasa sering nyeri pada payudara, sehingga penggunaan KB suntik
dihentikan pada bulan Juli 2022 dan hanya menggunakan kondom setiap kali
berhubungan dengan suami sampai sekarang.
Pasien sudah memiliki 2 anak, yang terkecil berusia 15 tahun. Pasien menstruasi
terakhir pada tanggal 16 September 2022, dengan siklus menstruasi yang teratur.
Pasien terakhir berhubungan seksual sekitar 3 hari yang lalu. Pasien tidak memiliki
pasangan seksual yang lain. Pasien tidak sedang mengalami keputihan pada saat ini
maupun adanya nyeri pada perut bawah. Riwayat perdarahan diluar menstruasi
disangkal.
Pada bulan Juli lalu, pasien melakukan pemeriksaan payudara dan IVA di puskesmas
dengan hasil keduanya normal, namun ditemukan adanya benjolan pada bagian
kelamin.

O/ KU: baik, compos mentis


Tanda vital: TD 133/89 mmHg; HR 102 kpm

Hasil pemeriksaan umum:


Kepala-leher: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pembesaran limfonodi (-/-)
Thorax: SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), WPK < 2 detik
Genital:
- Genitalia eksterna: tampak adanya benjolan pada labia major sinistra, eritema (-),
nyeri tekan (-), erosi atau ulserasi (-)
- Vagina: dinding vagina licin, massa (-), erosi (-), ulserasi (-), secret minimal
- Serviks: SCJ tidak tampak, erosi (-), ulserasi (-), massa (-), secret (-)
Proses pemasangan IUD:
- Pasien diminta untuk berbaring dan memposisikan diri seperti akan melahirkan
- Dilakukan pemeriksaan genitalia eksterna secara menyeluruh
- Dilakukan pemeriksaan posisi uterus  retrofleksi
- Dilakukan pemeriksaan dalam menggunakan speculum
- Cervix difiksasi dengan menggunakan tenaculum
- Melakukan pengukuran Panjang Rahim menggunakan sonde  8,5 cm
- Mempersiapkan IUD dan menyesuaikan panjang inserter agar sesuai dengan
Panjang Rahim
- Dilakukan pemasangan IUD dalam Rahim
- Memotong benang setelah IUD terpasang dalam Rahim
- Dab jika ada darah pada vagina
- Melepaskan semua alat dari pasien
- IUD sudah terpasang

A/ Pemasangan IUD
P/ pasien kontrol Kembali 1 minggu lagi
Edukasi:
- IUD ini dapat bertahan selama 8 tahun
- Pada awal setelah pemasangan IUD, mungkin akan terdapat beberapa efek
samping seperti haid jadi lebih banyak ataupun bisa ada nyeri perut bawah
seperti menstruasi
- Setelah pemasangan, disarankan untuk tidka berhubungan seksual terlebih
dahulu selama 1 minggu, atau dengan menggunakan kondom terlebih

dahulu ACC
- Nanti bisa dicek sendiri apakah benangnya masih ada
- Jika terdapat keluhan seperti: IUD terasa keluar, adanya keputihan yang
sangat banyak, saat berhubungan benang terasa  pasien bisa Kembali
lagi ke puskesmas untuk ditindaklanjuti
4. KB Implant
Identitas keluarga binaan :
Ny. AR, usia 37 tahun, P2A0

Latar belakang :
Keluarga Berencana atau KB merupakan salah satu program pemerintah yang
bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi nagka
kelhairan, dan mengatur jarak kelahiran agar tercipta keluarga yang sehat sejahtera.
Program ini diharapkan mampu untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
karena kehamilan yang tidak diingankan.

Deskripsi pelaksanaan:

Hari, tanggal : Kamis, 01 Desember 2022 

Waktu : 12.00

Tempat : UPT Puskesmas Karangmojo I

S/ pasien datang dengan tujuan ingin melakukan pemasangan KB Implant. Pasien


sebelumnya sudah menggunakan KB implant sebelumnya pada tahun 2019 setelah
melahirkan anak (saat ini ingin pemasangan implant kedua kali).
Pasien sudah memiliki 2 anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan, yang terkecil lahir tahun
2019. Pasien menstruasi terakhir tanggal 22 November 2022, dengan siklus
menstruasi yang teratur. Pasien terakhir berhubungan seksual sekitar 5 hari lalu.
Pasien tidak memiliki pasangan seksual yang lain. Riwayat perdarahan diluar
menstruasi disangkal. Pasien belum pernah cek IVA sebelumnya.

O/
KU: baik, compos mentis
Tanda vital: TD 117/81 mmHg; HR 97 kpm
BB : 49 kg
Hasil pemeriksaan umum:
Kepala-leher: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pembesaran limfonodi (-/-)
Thorax: SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), WPK < 2 detik

Prosedur pelepasan dan pemasangan implant :


- Pasien diminta untuk mencuci terlebih dahulu area lengan kiri bagian atas dengan
menggunakan air dan sabun. Kemudian pasien dipersilahkan untuk berbaring di
tempat tidur dengan tangan kiri dilipat.
- Siapkan alat dan bahan
- Lakukan tindakan septik aseptik di bagian lengan kiri atas bagian medial. Raba
untuk menentukan tempat insisi (ujung dari 2 implant yang menyatu)
- Campurkan lidocain 2% dengan aquades kemudian suntikan secara subkutan di area
yang akan di insisi
- Insisi tempat yang ditandai menggunakan scapel, dan seka apabila ada darah yang
keluar.
- Keluarkan implant menggunakan klem, apabila terdapat jaringan yang mengelilingi
implant, bersihkan terlebih dahulu. Pastikan implant yang dikeluarkan sudah 2 tanpa
ada yang tertinggal (raba area tempat implant) dan beritahu pasien bahwa implant
sudah dikeluarkan
- Masukkan trokar yang sudah berisi 2 implant di tempat insisi yang sama, dan dorong
trokar hingga bunyi klik dan pastikan bahwa implant pertama sudah keluar, kemudian
lakukan gerakan V dan lakukan hal yang sama dengan implant yang kedua.
- Pastikan implant terfiksasi dengan benar agar tidak terjadi ekspulsi.
- Bersihkan area insisi dengan nacl dan betadine, lalu tutup dengan plester.

A/ Pemasangan implant
P/ pasien kontrol Kembali 1 minggu lagi
Edukasi:
- IUD ini dapat bertahan selama 3 tahun
- Pada awal setelah pemasangan implant, mungkin akan terdapat beberapa
efek samping seperti haid jadi lebih banyak/terlambat/tidak teratur
- Setelah pemasangan, disarankan untuk tidak membuka plester, terkena air,
ataupun melakukan manipulasi-manipulasi agar implant tidak keluar dan
luka bisa tertutup secara sempurna
- Jika terdapat keluhan seperti: nyeri yang amat sangat pada lokasi
pemasangan, demam, infeksi pada luka  pasien bisa Kembali lagi ke

puskesmas untuk ditindaklanjuti ACC


5. Penapisan TB 3

Latar belakang :

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). TBC masih menjadi masalah kesehatan di
tingkat global maupun nasional. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2022 terkait dengan perkembangan kasus TB menunjukkan
tren fluktuatif selama 10 tahun terakhir, dimana pada tahun 2020, kejadian kasus TB
di Indonesia meningkat menjadi 845.000 dengan mortalitas lebih dari 98.000 orang.
Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus nomor 3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina. 

Upaya untuk deteksi penyakit TB adalah dapat dilakukan dengan beberapa prosedur,
mulai dari lewat wawancara mendalam, pemeriksaan fisik, hingga beberapa
pemeriksaan penunjang seperti Tes Tuberkulin, Rontgen Thorax, dan Tes Cepat
Molekuler. Upaya deteksi TB ini merupakan cara untuk menurunkan angka orang
yang terinfeksi TB yang berisiko menularkan ke orang lain namun belum mendapat
pengobatan.

Tanggal : 28 November 2022 

Waktu : 09.00 - 10.00

Tempat : Poli Khusus Pelayanan Infeksius Puskesmas Karangmojo I

Target Peserta : Nn. TW /21 th/ Perempuan / Suspek TB Paru Kasus Baru

Kegiatan penapisan TB diawali dengan anamnesis pasien berupa keluhan yang


mengarah ke TB, dimana pada Nn. TW keluhan yang dirasakan antara lain batuk berd
ahak lama lebih dari 1 tahun yang tidak kunjung sembuh dengan obat batuk dan meras
a nyeri dada serta sesak nafas. Pasien mengeluh meriang dan sering berkeringat saat
malam hari. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan yang menurun, namun berat
badan pasien dirasakan tidak turun. Di sekitar pasien tidak ada yang batuk seperti
pasien dan tidak ada kontak dengan orang yang batuk lama/minum obat 6 bulan.
Pasien memiliki riwayat bronkitis tahun lalu

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TD 114/77 mmHg, N= 183


x/menit dan suhu 36.3 derajat. RR 22 x/menit

Kepala : sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), palpebra edema (-)

Leher : perbesaran getah bening (-), peningkatan JVP (-)

Thorax : sonor, suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (+/-)

Abdomen : cembung, timpani, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : akral hangat, bengkak pada ekstremitas (-)

Pasien diberikan tabung penampung dahak dan diedukasi untuk mengumpulkan dahak
saat pagi hari setelah bangun tidur. Pasien juga diberikan obat Ambroxol 30 mg 3x1
karena pasien sulit untuk mengeluarkan dahaknya dan Salbutamol 2 mg 2x1 karena
keluhan sesak nafas. Pasien diminta untuk kontrol kembali apabila dahak sudah keluar
dan ditampung untuk dilakukan pemeriksaan TCM
6. Penapisan TB 4

Latar belakang :

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). TBC masih menjadi masalah kesehatan di
tingkat global maupun nasional. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2022 terkait dengan perkembangan kasus TB menunjukkan
tren fluktuatif selama 10 tahun terakhir, dimana pada tahun 2020, kejadian kasus TB
di Indonesia meningkat menjadi 845.000 dengan mortalitas lebih dari 98.000 orang.
Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus nomor 3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina. 

Upaya untuk deteksi penyakit TB adalah dapat dilakukan dengan beberapa prosedur,
mulai dari lewat wawancara mendalam, pemeriksaan fisik, hingga beberapa
pemeriksaan penunjang seperti Tes Tuberkulin, Rontgen Thorax, dan Tes Cepat
Molekuler. Upaya deteksi TB ini merupakan cara untuk menurunkan angka orang
yang terinfeksi TB yang berisiko menularkan ke orang lain namun belum mendapat
pengobatan.

Tanggal : 25 November 2022 

Waktu : 09.00 - 10.00

Tempat : Poli Khusus Pelayanan Infeksius Puskesmas Karangmojo I

Target Peserta : Tn. SW /56 th/ Laki-laki / Suspek TB Paru Kasus Baru

Kegiatan penapisan TB diawali dengan anamnesis pasien berupa keluhan yang


mengarah ke TB, dimana pada Tn. SW keluhan yang dirasakan antara lain batuk berd
ahak lama lebih dari 1 buan yang tidak kunjung sembuh dengan obat batuk dan meras
a lemas dan tidak bisa jalan jauh. Pasien mengeluh meriang dan sering berkeringat
dingin saat malam hari. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan yang menurun, dan be
rat badan pasien dirasakan turun. Di sekitar pasien tidak ada yang batuk seperti pasien
dan tidak ada kontak dengan orang yang batuk lama/minum obat 6 bulan. Pasien mem
iliki riwayat bronkitis tahun lalu

Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan TD 108/72 mmHg, N= 125


x/menit dan suhu 36.3 derajat. RR 20 x/menit

Kepala : sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), palpebra edema (-)

Leher : perbesaran getah bening (-), peningkatan JVP (-)

Thorax : sonor, suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (+/+)

Abdomen : cembung, timpani, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : akral hangat, bengkak pada ekstremitas (-)

Pasien diberikan tabung penampung dahak dan diedukasi untuk mengumpulkan dahak
saat pagi hari setelah bangun tidur. Pasien juga diberikan obat Ambroxol 30 mg 3x1 k
arena pasien sulit untuk mengeluarkan dahaknya dan vitamin B6 tab 1x1 Pasien dimin
ta untuk kontrol kembali apabila dahak sudah keluar dan ditampung untuk dilakukan

pemeriksaan TCM ACC


7. KB Suntik

Identitas Pasien :

Ny. FE, usia 38 tahun, P2A0

Latar belakang :

Keluarga Berencana atau KB merupakan salah satu program pemerintah yang


bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi nagka
kelhairan, dan mengatur jarak kelahiran agar tercipta keluarga yang sehat sejahtera.
Program ini diharapkan mampu untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
karena kehamilan yang tidak diingankan.

Deskripsi :

Hari, tanggal : 25 November 2022 

Waktu : 15.00

S/
Pasien datang untuk mendapatkan KB suntik rutin setiap bulan. Pasien sudah mendap
atkan KB suntik 1 bulan semenjak Desmber 2021. Saat ini tidak ada keluhan.
O/
KU: baik, compos mentis
Tanda vital: TD 121/85 mmHg; HR 67 kpm
Hasil pemeriksaan umum:
Kepala-leher: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pembesaran limfonodi (-/-)
Thorax: SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-), S1 S2 reguler
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-), WPK < 2 detik
A/ Penyuntikan suntik
P/ Edukasi mengenai jadwal penyuntikan berikutnya pada bulan Desember. Edukasi
mengenai efek samping penggunaan KB suntik 1 bulan yaitu kemungkinan adanya pe
rdarahan yang tidak normal, kemungkinan pusing dan payudara terasa nyeri, adanya p
erubahan mood, dan tidak melindungi dari penyakit menular seksual. Jika pasien ingi
n memiliki anak lagi, pasien dapat konsultasi untuk berhenti KB dan biasanya kesubur
an dapat kembali dalam waktu relatif cepat sekitar 3 bulan setelah suntikan dihentikan.

8. Pengobatan TB 3

Latar belakang :

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuber
kulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. TBC masih menjadi masalah kesehatna di t
ingkat global maupun nasional. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2022 terkai
t dengan perkembangan kasus TB menunjukkan tren fluktuatif selama 10 tahun terakh
ir, dimana pada tahun 2020, kejadian TB di Indonesia meningkat menjadi 845.000 de
ngan mortalitas lebih dari 98.000 orang. Data ini menenmpatkan Indonesia sebagai ne
gara dengan kasus TB nomor 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina. Tingginya
angka penderita TB di Indonesia menjadikan pemerintah serius dalam menanggulangi
TBC. Dibutuhkan perhatian besar dan komitmen yang kuat untuk konsisten dalam me
niadakan penyakit ini. TN dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin, tanpa putus s
erta didukung dengan daya tahan tubuh yang kuat.

Deskripsi Pelaksanaan :
Tanggal : 22 November 2022
Waktu : 10.00
Tempat : Poli Khusus Pelayanan Infeksius Puskesmas Karangmojo I
Target Peserta : Tn. NTU/28 tahun/ Laki-laki/ TB pengobatan fase lanjutan

Kegiatan pengobatan TB diawali dengan anamnesis pasien mengenai keluhan yang di


derita hari ini dan dilanjutkan dengna pemberian obat. Saat ini pasien tidak ada keluha
n.
Pasien ini diperiksakan TCM pada tanggal 23 Juni 2022 dan dinyatakan positif TB da
n tidak ada resistensi terhadap Rifampicin. Setelah pengobatan awal di RSUD
berjalan, maka pasien dirujuk balik ke puskesmas untuk pemantauan minum obat
secara rutin di puskesmas di depan petugas. Saat ini pasien sudah dalam fase lanjutan
dan merupakan pengambilan obat terakhir di puskesmas (8 dosis). Pasien juga diberik
an 2 pot dahak untuk pemeriksaan TCM ulang.

Regimen obat yang diberikan pada pasien:


Tahap awal – selama 56 hari (3 Tablet, BB 40 kg)
 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 75 mg
 Pyrazinamide 400 mg
 Ethambutol HCl 275 mg kaplet

Tahap lanjutan – selama 16 minggu (3 tablet)


 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 150 mg

ACC
9. Pengobatan TB 4

Latar belakang :

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuber
kulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. TBC masih menjadi masalah kesehatna di t
ingkat global maupun nasional. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2022 terkai
t dengan perkembangan kasus TB menunjukkan tren fluktuatif selama 10 tahun terakh
ir, dimana pada tahun 2020, kejadian TB di Indonesia meningkat menjadi 845.000 de
ngan mortalitas lebih dari 98.000 orang. Data ini menenmpatkan Indonesia sebagai ne
gara dengan kasus TB nomor 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina. Tingginya
angka penderita TB di Indonesia menjadikan pemerintah serius dalam menanggulangi
TBC. Dibutuhkan perhatian besar dan komitmen yang kuat untuk konsisten dalam me
niadakan penyakit ini. TN dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin, tanpa putus s
erta didukung dengan daya tahan tubuh yang kuat.

Deskripsi Pelaksanaan :
Tanggal : 22 November 2022
Waktu : 10.00
Tempat : Poli Khusus Pelayanan Infeksius Puskesmas Karangmojo I
Target Peserta : Tn. RW/61 tahun/ Laki-laki/ TB pengobatan fase lanjutan

Kegiatan pengobatan TB diawali dengan anamnesis pasien mengenai keluhan yang di


derita hari ini dan dilanjutkan dengna pemberian obat. Saat ini pasien mengeluh sesak
nafas yang semakin memberat disertai badan yang sangat lemas. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 1 minggu terakhir. Nafsu makan pasien juga menurun, namun BB
dirasakan tidak turun. Pasien juga kembali batuk berdahak.
Pasien ini diperiksakan TCM pada tanggal 12 Juli 2022 dan dinyatakan positif TB dan
tidak ada resistensi terhadap Rifampicin. Setelah pengobatan awal di RSUD berjalan,
maka pasien dirujuk balik ke puskesmas untuk pemantauan minum obat secara rutin
di puskesmas di depan petugas. Saat ini pasien sudah dalam fase lanjutan, namun
karena terdapat keluhan, pasien dirujuk kembali ke RSUD untuk pemeriksaan dan
tatalaksana lebih lanjut.

Regimen obat yang diberikan pada pasien:


Tahap awal – selama 56 hari (3 Tablet, BB 40 kg)
 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 75 mg
 Pyrazinamide 400 mg
 Ethambutol HCl 275 mg kaplet

Tahap lanjutan – selama 16 minggu (3 tablet)


 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 150 mg

ACC
10. Pengobatan TB 5

Latar belakang :

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuber
kulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. TBC masih menjadi masalah kesehatna di t
ingkat global maupun nasional. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2022 terkai
t dengan perkembangan kasus TB menunjukkan tren fluktuatif selama 10 tahun terakh
ir, dimana pada tahun 2020, kejadian TB di Indonesia meningkat menjadi 845.000 de
ngan mortalitas lebih dari 98.000 orang. Data ini menenmpatkan Indonesia sebagai ne
gara dengan kasus TB nomor 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina. Tingginya
angka penderita TB di Indonesia menjadikan pemerintah serius dalam menanggulangi
TBC. Dibutuhkan perhatian besar dan komitmen yang kuat untuk konsisten dalam me
niadakan penyakit ini. TN dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin, tanpa putus s
erta didukung dengan daya tahan tubuh yang kuat.

Deskripsi Pelaksanaan :
Tanggal : 22 November 2022
Waktu : 10.00
Tempat : Poli Khusus Pelayanan Infeksius Puskesmas Karangmojo I
Target Peserta : Ny. IN/20 tahun/ Perempuan/ TB pengobatan fase lanjutan

Kegiatan pengobatan TB diawali dengan anamnesis pasien mengenai keluhan yang di


derita hari ini dan dilanjutkan dengna pemberian obat. Saat ini pasien tidak ada keluha
n.
Pasien ini diperiksakan TCM pada tanggal 24 Juni 2022 dan dinyatakan positif TB da
n tidak ada resistensi terhadap Rifampicin. Setelah pengobatan awal di RSUD
berjalan, maka pasien dirujuk balik ke puskesmas untuk pemantauan minum obat
secara rutin di puskesmas di depan petugas. Saat ini pasien sudah dalam fase lanjutan
dan merupakan pengambilan obat terakhir di puskesmas (8 dosis). Pasien juga
diberikan 2 pot dahak untuk pemeriksaan TCM ulang.
Regimen obat yang diberikan pada pasien:
Tahap awal – selama 56 hari (3 Tablet, BB 40 kg)
 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 75 mg
 Pyrazinamide 400 mg
 Ethambutol HCl 275 mg kaplet

Tahap lanjutan – selama 16 minggu (3 tablet)


 Rifampicin 150 mg
 Isoniazid 150 mg

ACC

Anda mungkin juga menyukai