Anda di halaman 1dari 60

F1

a. Pemberdayaan Masyarakat
 UKBM Baru
 Tanggal Kegiatan : 20 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Posyandu Remaja
 Latar Belakang :
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Posyandu remaja
merupakan salah satu kegiatan berbasis kesehhatan masyarakat khusus remaja, untuk
memantau dan melibatkan mereka demi peningkatan kesehatan dan keterampilan hidup
sehat secara berkesinambungan. Posyandu remaja juga menyediakan pelayanan
kesehatan, termasuk memberikan informasi kesehatan maupun informasi penting lainnya
kepada remaja. Meski posyandu remaja biasanya hanya dilakukan setiap sebulan sekali,
ada banyak manfaat yang di raih dari program ini. Kegiatan posyandu remaja berupa :
pengisian kuesioner kesehatan (berupa data diri), pemeriksaan kesehatan (TB, BB, LLA,
LP, serta pengecekan Hb), pelayanan kesehatan (TTV, konseling, pemberian obat dan
vitamin), dan pemberian materi setiap bulannya (penyuluhan).
 Permasalahan :
Posyandu remaja menangani permasalahan kesehatan pada remaja, berupa gizi, keluhan
perkembangan (menstruasi), dan edukasi mengenai bahaya seks bebas
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Kegiatan posyandu remaja dilakukan setiap sebulan sekali, untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala, dan memberikan informasi-informasi seputar kesehatan yang
berhubungan dengan usia remaja, yang diharapkan dengan kegiatan posyandu remaja,
kami dapat menekan angka terjadinya kehamilan pada usia dini atau hubungan seksual
secara bebas. Dan dapat menangani keluhan menstruasi yang sering ditemukan pada usia
remaja.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 20 mei 2022
Tempat : Balai desa kupu
Peserta : Remaja desa kupu berjumlah 14 anak
Pelaksanaan kegiatan : Meja 1 registrasi (isi data diri) – Meja 2 mengukur TB, BB, LLA,
dan LP – Meja 3 TTV dan cek Hb – Meja 4 Konseling. Sebelum penyuluhan melakukan
pretest – penyuluhan mengenai Menstruasi dan Penyakit Anemia – melakukan posttest
 Monitoring dan Evaluasi :
Sebelum penyuluhan dilakukan pretest, didapatkan nilai 40 (6 anak), nilai 50 (5 anak),
nilai 60 (3 anak)
Setelah penyuluhan dilakukan posttest, didapatkan nilai 80 (8 anak), nilai 90 (2 anak),
nilai 100 (4 anak)
Besarnya antusias 14 anak remaja selama k egiatan, namun kurangnya peserta dalam
kegiatan, sehingga dibutuhkan dukungan staff desa untuk menghimbau remaja desa kupu
untuk mengikuti kegiatan posyandu remaja.
 UKBM Lama
 Tanggal Kegiatan : 17 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Bimbingan pada kader mengenai materi SDIDTK
 Latar Belakang :
Pertumbuhan dan perkembanan pada anak merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan. Gangguan yang terjadi dalam periode emas ini akan menyebabkan
gangguan yang berkelanjutan atau menetap, sehingga stimulasi pada periode ini sangat
penting. Gangguan tersebut dapat menimbulkan gangguan bicara atau Bahasa, gangguan
autism dan gangguan pemusatan perhatan dan hiperaktivitas atau GPPH. Sehingga
Kementrian Kesehatan telah meluncurkan buku stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK). Buku ini merupakan pedoman pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini penyimbangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama
kehidupan anak. Dalam buku SDIDTK terdapat instrument deteksi dini menggunakan
metode kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) adalah alat atau instrument yang
digunakan untuk mengetaui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Posyandu sebagai bentuk partisipasi masyarakat yang beraktivitas di bawah Kementerian
Kesehatan merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan
kesehatan masyarakat yang paling dasar. Keaktifan kegiatan posyandu didasari oleh peran
serta kader posyandu. Tugas kader posyandu menjadi sangat penting dan komplek dimana
seharusnya kegiatan posyandu bukan hanya pemantauan pertumbuhan saja tetapi juga
pemantauan perkembangan sehingga dapat dideteksi adanya penyimpangan tumbuh
kembang secara dini.
 Permasalahan :
Saat ini masih banyak kader yang belum memiliki kemampuan yang optimal dalam
menggunakan instrument tersebut untuk melakukan deteksi dini tumbuh kebang anak.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
PKM Wanasari melakukan kegiatan memberikan materi SDIDTK kepada kader yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang deteksi dini tumbuh kembang
anak.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 14 Mei 2022
Tempat : Desa Kupu
Peserta : Kader Desa Kupu (terdapat 15 kader)
Pelaksanaan kegiatan : melalukan pretest – memberikan materi mengenai SDIDTK –
melakukan posttest – tanya jawab
 Monitoring dan Evaluasi :
Sebelum memberikan materi SDIDTK, kader melakukan pretest, didapatkan 10 kader
mendapatkan nilai <50, dan 5 orang mendapatkan nilai >50.
Setelah memberikan materi SDIDTK, kader melakukan posttest , didapatkan 15 kader
mendaptkan nilai >50.
Melakukan kegiatan kader ini adalah upaya untuk memberikan pengetahuan kepada
kader-kader bagaimana tugas kader selama di posyandu.
 UKBM Lama
 Tanggal Kegiatan : 28 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Bimbingan kader mengenai BIAN
 Latar Belakang :
BIAN atau singkatan dari Bulan Imunisasi Anak Nasional adalah upaya yang
dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2022 untuk menggenjot cakupan
imunisasi rutin anak yang sempat menurun selama pandemi COVID-19. Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi
dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa Barat, disusul Aceh,
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Dalam pelaksanaan BIAN 2022 ini ada 3 strategi yang diterapkan, yaitu :
1. Menambah 3 jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin menjadi 14
vaksin. Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin
PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk
mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah
potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.
2. Digitalisasi data imunisasi dengan menggunakan pencatatan imunisasi secara digital
yakni Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) yang terintegrasi dengan PeduliLindungi.
3. Imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi. Sehingga Pemda maupun
tenaga kesehatan sudah mengetahui anak yang belum divaksinasi.

BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap
pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus
2022 di seluruh provinsi di Jawa dan Bali.
 Permasalahan :
Permasalahan yang didapatkan saat berdiskusi dengan kader adalah, bagaimana
menghadapi orang tua yang menolak untuk melakukan imunisasi MR ini, dikarenakan
imunisasi MR tidak dilihat dari data buku Imunisasi sehingga pasti banyak orang tua yang
menolak beralasan bahwa anaknya telah selesei di imunisasi.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
PKM Wanasari akan melakukan kegiatan BIAN pada bulan Agustustus dimana
dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan disemua desa ruang lingkup PKM Wanasari.
Perihal untuk anak yang tidak datang ke posyandu, pihak tenaga medis dan kader akan
mendatangi rumah setiap anak yang masuk ke dalam daftar sasaran BIAN.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 28 Juni 2022
Tempat : Rumah Kader Desa Pesantunan
Peserta :
- Ibu Kader Desa Pesantunan
- Ibu Kepala Desa Pesantunan
- Ibu bidan Desa Pesantunan
- Perwakilan dari PROMKES
Pelaksanaan Kegiatan :
- Pembukaan
- Sambutan dari ketua kader, ibu kepala desa, perwakilan bidan desa, dan dokter
internship
- Pemaparan BIAN dari dokter internship
- Pemaparan Gebrakan 5 Meja dari PROMKES
- Tanya Jawab
- Penutup
 Monitoring dan Evaluasi :
Selama pemaparan menengenai BIAN, para kader dengan seksama mendengarkan perihal
proses kegiatan BIAN dan pemberian vitamin A. Tanggapan para kader dengan antusias
yang tinggi terhadap kegiatan BIAN.
b. Advokasi
Keluarga bernilai IKS Pra Sehat / Tidak sehat
 Tanggal Kegiatan : 22 Juli 2022
 Judul Kegiatan : PIS-PK
 Latar Belakang :
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari
setiap keluarga yang besarnya berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang
tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehatan
RI, 2016).Kementerian
Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Pendekatan Keluarga adalah
salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
kesehatan. Data Riskesdas menunjukkan bahwa dengan pendekatan keluarga mutlak
harus dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan pendataan yang dilakukan dalam PIS- PK bertujuan untuk memperoleh data
kesehatan setiap anggota keluarga khususnya 12 indikator yang digunakan sebagai
penanda status kesehatan keluarga serta meningkatkan akses pelayanan yang
komprehensif.
 Permasalahan :
Program PISPK belum sepenuhnya diterapkan pada lingkungan keluarga. Dari 12
indikator PISPK, masih banyak indikator yang dianggap asing oeh angggota keluarga
pada saat kunjungan ke rumah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyuluhan secara berkala mengenai 12 indikator PISPK di dalam dan luar gedung
kepada masyarakat, yaitu
(1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
(2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
(3)Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
(4)Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
(5)Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
(6)Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
(7)Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
(8)Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
(10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
(11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
(12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Pemantauan / kunjungan rumah
Pelatihan kepada kader kesehatan di desa agar memahami 12 indikator PISPK
 Pelaksanaan :
Tanggal : 22 Juli 2022
Waktu : 09.00-12.00
Lokasi : Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Kegiatan :
Kunjungan rumah warga dengan penyakit tidak menular (PTM) Hipertensi dan Diabetes
Melitus
Menanyakan KK dan JKN
Melakukan pengukuran TD dan pengecekan GDS
Pemberian obat HT dan DM
Penyuluhan HT dan DM
Motivasi untuk melakukan pengobatan rutin ke Pusat kesehatan desa
Pembantauan pertumbuhan balita bila terdapat balita didalam rumah tersebut
Follow up kesehatan pasien jiwa bila terdapat pasien jiwa di rumah tsb
Melakukan penyuluhan bahaya merokok
Memantau penampungan air bersih
Memantau jamban paa rumah tsb
Dari 12 indikator Keluarga sehat, dilakukan pemantauan pada 8 indikator saat kunjungan
PISPK.
 Monitoring dan Evaluasi :
Kekurangan kegiatan yang belum dilakukan pada saat kunjungan rumah :
Bertanya kepada wanita usia produktif yang sudah menikah, apakah menggunakan KB
atau tidak
Tidak semua rumah yg dikunjungi saat PISPK pada hari itu memiliki balita, sehingga
tidak ditanyakan mengenai kelengkapan imunisasi dan ASI eksklusif
Tidak sekaligus mengunjungi rumah pasien dengan pengobatan TB.
Keluarga bernilai IKS Pra Sehat / Tidak sehat
 Tanggal Kegiatan : 8 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : PIS-PK
 Latar Belakang :
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari
setiap keluarga yang besarnya berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang
tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehatan
RI, 2016).Kementerian
Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Pendekatan Keluarga adalah
salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
kesehatan. Data Riskesdas menunjukkan bahwa dengan pendekatan keluarga mutlak
harus dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan pendataan yang dilakukan dalam PIS- PK bertujuan untuk memperoleh data
kesehatan setiap anggota keluarga khususnya 12 indikator yang digunakan sebagai
penanda status kesehatan keluarga serta meningkatkan akses pelayanan yang
komprehensif.
 Permasalahan :
Program PISPK belum sepenuhnya diterapkan pada lingkungan keluarga. Dari 12
indikator PISPK, masih banyak indikator yang dianggap asing oeh angggota keluarga
pada saat kunjungan ke rumah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyuluhan secara berkala mengenai 12 indikator PISPK di dalam dan luar gedung
kepada masyarakat, yaitu
(1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
(2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
(3)Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
(4)Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
(5)Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
(6)Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
(7)Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
(8)Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
(10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
(11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
(12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Pemantauan / kunjungan rumah
Pelatihan kepada kader kesehatan di desa agar memahami 12 indikator PISPK
 Pelaksanaan :
Tanggal : 12 Agustus 2022
Waktu : 09.00-12.00
Lokasi : Desa Kupu, Brebes, Jawa Tengah
Kegiatan :
Kunjungan rumah warga dengan penyakit tidak menular (PTM) Hipertensi dan Diabetes
Melitus
Menanyakan KK dan JKN
Melakukan pengukuran TD dan pengecekan GDS
Pemberian obat HT dan DM
Penyuluhan HT dan DM
Motivasi untuk melakukan pengobatan rutin ke Pusat kesehatan desa
Pembantauan pertumbuhan balita bila terdapat balita didalam rumah tersebut
Follow up kesehatan pasien jiwa bila terdapat pasien jiwa di rumah tsb
Melakukan penyuluhan bahaya merokok
Memantau penampungan air bersih
Memantau jamban paa rumah tsb
Dari 12 indikator Keluarga sehat, dilakukan pemantauan pada 8 indikator saat kunjungan
PISPK.
 Monitoring dan Evaluasi :
Kekurangan kegiatan yang belum dilakukan pada saat kunjungan rumah :
Bertanya kepada wanita usia produktif yang sudah menikah, apakah menggunakan KB
atau tidak
Tidak semua rumah yg dikunjungi saat PISPK pada hari itu memiliki balita, sehingga
tidak ditanyakan mengenai kelengkapan imunisasi dan ASI eksklusif
Tidak sekaligus mengunjungi rumah pasien dengan pengobatan TB
Keluarga bernilai IKS Pra Sehat / Tidak sehat
 Tanggal Kegiatan : 26 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : PIS-PK
 Latar Belakang :
Indeks Keluarga Sehat (IKS) adalah perhitungan kedua belas indikator keluarga sehat dari
setiap keluarga yang besarnya berkisar antara 0 sampai dengan 1. Keluarga yang
tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8 (Kementrian Kesehatan
RI, 2016).Kementerian
Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Pendekatan Keluarga adalah
salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan
kesehatan. Data Riskesdas menunjukkan bahwa dengan pendekatan keluarga mutlak
harus dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan pendataan yang dilakukan dalam PIS- PK bertujuan untuk memperoleh data
kesehatan setiap anggota keluarga khususnya 12 indikator yang digunakan sebagai
penanda status kesehatan keluarga serta meningkatkan
akses pelayanan yang komprehensif yaitu :
(1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
(2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
(3)Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
(4)Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
(5)Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
(6)Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
(7)Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
(8)Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
(9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
(10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
(11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
(12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
 Permasalahan :
Program PISPK belum sepenuhnya diterapkan pada lingkungan keluarga. Dari 12
indikator PISPK, masih banyak indikator yang dianggap asing oeh angggota keluarga
pada saat kunjungan ke rumah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyuluhan secara berkala mengenai 12 indikator PISPK di dalam dan luar gedung
kepada masyarakat
Pemantauan / kunjungan rumah
Pelatihan kepada kader kesehatan di desa agar memahami 12 indikator PISPK
 Pelaksanaan :
Tanggal : 26 Agustus 2022
Waktu : 09.00-12.00
Lokasi : Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Kegiatan :
Kunjungan rumah warga dengan penyakit tidak menular (PTM) Hipertensi dan Diabetes
Melitus
Menanyakan KK dan JKN
Melakukan pengukuran TD dan pengecekan GDS
Pemberian obat HT dan DM
Penyuluhan HT dan DM
Motivasi untuk melakukan pengobatan rutin ke Pusat kesehatan desa
Pembantauan pertumbuhan balita bila terdapat balita didalam rumah tersebut
Follow up kesehatan pasien jiwa bila terdapat pasien jiwa di rumah tsb
Melakukan penyuluhan bahaya merokok
Memantau penampungan air bersih
Memantau jamban paa rumah tsb
Dari 12 indikator Keluarga sehat, dilakukan pemantauan pada 8 indikator saat kunjungan
PISPK.
 Monitoring dan Evaluasi :
Kekurangan kegiatan yang belum dilakukan pada saat kunjungan rumah :
Bertanya kepada wanita usia produktif yang sudah menikah, apakah menggunakan KB
atau tidak
Tidak semua rumah yg dikunjungi saat PISPK pada hari itu memiliki balita, sehingga
tidak ditanyakan mengenai kelengkapan imunisasi dan ASI eksklusif
Tidak sekaligus mengunjungi rumah pasien dengan pengobatan TB
c. Kemitraan
Membina UKS
 Tanggal Kegiatan : 19 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Membina UKS
 Latar Belakang :
Munculnya berbagai penyakit seperti ganggungan pernafasan, pencernaan, dan penyakit
kulit yang masih marak di Indonesia membutuhkan program preventif dan kuratif. Tidak
hanya penyakit fisik, namun juga konflik sosial dan bencana alam juga penting untuk
ditangani dengan baik. Salah satu tindakan preventif adalah optimalisasi Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah. Melalui optimalisasi usaha kesehatan sekolah maka internalisasi
perilaku hidup sehat dapat dilaksanakan dengan baik. Namun demikian program usaha
kesehatan sekolah belum terlaksana secara maksimal. Oleh karena itu penting
dilaksanakan pengabdian masyarakat berbasis sekolah yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan meningkatkan komitmen optimalisasi usaha kesehatan sekolah. Dengan
meningkatnya pemahaman para pelaksana dan pemangku kebijakan diharapkan program
usaha kesehatan sekolah dapat terlaksana dengan optimal. Program usaha kesehatan
sekolah yang terlaksana dengan terrencana dan terukur maka dapat berdampak pada
prestasi belajar siswa, mutu kesehatan warga sekolah yang semakin meningkat.
 Permasalahan :
Banyaknya penyakit yang sering ditemui di sekolah seperti dyspepsia, skabies, anemia
dan ISPA. Pentingnya menjaga kebersihan diri, dan perbaiki pola makan pada siswa.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Pembentukan kembali Upaya Kesehatan Sekolah (UKS
Penyuluhan mengenai penyakit yang sering ditemukan pada siswa SMP
Motivasi kepada guru SMP agar memantau kegiatan di sekolah
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 September 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : SMPN 01 Wanasari
Jumlah peserta : 300 murid kelas VI (Penjaringan), dan 300 murid kelas VIII
(Penyuluhan)
Kegiatan :
1.Penyuluhan tentang penyakit Anemia
2. Pemeriksaan BB, TB, LILA, Visus Mata, Telinga dan KGB.
 Monitoring dan Evaluasi :
Selama pemeriksaan kelas VII, banyak siswa perempuan yang mengalami anemia dan
haid yang belum teratur.
Selama penyuluhan kelas VIII, siswa sangat antusias bertanya.
d. Penyuluhan
Gizi
 Tanggal Kegiatan : 22 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Penyuluhan Gizi pada Ibu Hamil
 Latar Belakang :
Setiap tahun kabupaten Brebes mengalami peningkatan jumlah Kekurangan Energi
Kronik (KEK) pada ibu hamil. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes
pada tahun 2019 terdapat 4180 ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik
(KEK). Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teraturdalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk mencegah
masalah gizi.
Pemenuhan kebutuhan ibu hamil dapat diperoleh dengan menerapkan pola makan bergizi
seimbang. Pedoman gizi seimbang ini dikemas dalam kampanye “Isi Piringku” yang
menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yaitu 1/3 piring berisi
makanan pokok, 1/3 piring berisi sayur-sayuran, 1/6 piring berisi buah-buahan, dan 1/6
piring berisi lauk-pauk.
 Permasalahan :
• Faktor pendidikan ibu, dan ketidak ingin tahuan ibu.
• Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pendataan BB dan LILA pada ibu hamil secara berkala.
• Penyuluhan tentang gizi seimbang dan isi piringku.
• Penyuluhan tentang KEK pada ibu hamil.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 22 Juni 2022.
Waktu : 11.00 – 13.00 WIB.
Lokasi : Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah.
Jumlah peserta : 16 ibu hamil.

KEGIATAN
• Kunjungan tiap rumah ibu hamil yang mengalami KEK.
• Pengukuran BB dan LILA pada ibu hamil.
• Tanya jawab tentang gizi seimbang pada ibu hamil.
• Pemberian Informasi dan nasihat kepada ibu hamil.
 Monitoring dan Evaluasi :
Sedikitnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada ibu hamil serta jarak yang jauh dari
tempat fasilitas kesehatan sehingga ibu hamil tidak ada keinginan untuk periksa rutin.
Kesling
 Tanggal Kegiatan : 13 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Inspeksi kesehatan lingkungan pada depot air minum isi ulang
 Latar Belakang :
Depot air minum isi ulang memang menjadi salah satu alternative yang dipili untuk
memenuhi kebutuhan air minum keluarga di rumah. Namun , dari mana sumber airnya
dan bagaimana proses pengolahan depot air minum isi ulang (DAMIU) perlu diperhatikan
secara lebi teliti, termasuk pemenuhan standar yang berlaku, karena tidak dapat kita
control secara langsung. DAMIU harus memenuhi standar dari regulasi yang telah
ditetapkan pemerintah. Air DAMIU akan dikonsumsi dan masuk ke dalam tubuh. Jadi
kebersihan air adalah hal penting yang harus tetap terjaga. Regulasi higienitas dan sanitasi
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No 43 tahun 2014.
Beberapa poin penting soal standar depot air minum isi ulang (DAMIU) yang mengacu
pada peraturan tersebut antara lain :
o Higienitas dan sanitasi perlu diperhatikan, terutama dari tempat, peralatan, dan orang
yang menangani langsung air minum agar aman hingga sampai ke tangan konsumen.
o Pengelola DAMIU juga harus memenuhi sertifikasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
setempat.
o Tempat pengelolaan DAMIU harus melakukan pemeriksaan kesehatan pegawainya,
minimal satu kali dalam setahun.
o Penting bagi pengelola depot air minum isi ulang (DAMIU) untuk menjaga kualitas
peralatan dan perlengkapan standar yang digunakan.
o Galon yang sudah diisi air minum, harus segera diberikan kepada konsumen dan tidak
boleh disimpan di DAMIU lebih dari 24 jam untuk menghindari kemungkinan tercemar.
o Petugas DAMIU, wajib mengikuti pelatihan higienitas dan sanitasi depot air minum
yang diselenggarakan oleh pemerintah.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering terjadi adalah pengelolaan DAMIU berupa sanitasi atau
peralatan yang tidak terstandarisasi dan tidak terjaga kebersihannya. Sehingga penyakit
sering terjadi timbul ketika mengkonsumsi air minum isi ulang yang tidak sehat yaitu
diare. Diare menduduki peringkat kedua yang menjadi penyebab utama kematian balita
karena mengkonsumsi air minum yang tercemar. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa
metode proses pengemasan air kurang efektif dan efisien, sehingga air mengandung
mikroorganisme yang berbahaya. Proses pengemasan air minum isi ulang sebetulnya
sudah benar dan proses penyaringannya juga menggunakan ultraviolet yang dapat
menyaring bakteri dan senyawa kimia yang ada dalam air. Namun tidak ada yang bisa
menjamin bahwa penyaring tersebut akan diganti secara teratur.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Kegiatan melakukan inspeksi depot air minum isi ulang (DAMIU) secara berkala adalah
sebuah intervensi untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan masyarakat yang
disebabkan oleh konsumsi DAMIU yang tidak terstandarisasi.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 13 Mei 2022
Tempat : Depot air minum isi ulang desa pesantunan
Isi kegiatan : Melakukan inspeksi dan pengecekan proses depot air minum isi ulang sesuai
dengan kuesioner – memberikan penyuluhan dan edukasi pada pemilik DAMIU dan
warga sekitar – melakukan tanya jawab mengenai KESLING
Peserta : 8 warga sekitar DAMIU, dan pemilik DAMIU
 Monitoring dan Evaluasi :
Melakukan inspeksi berkala pada pemilik DAMIU disekitar wilayah Puskesmas Wanasari
Dari 8 warga yang hadir di sekitar DAMIU, tidak ada yang mengelukan diare setela
mengonsumsi DAMIU, dan warga sudah mengerti mengenai pentingnya higienitas air
minum.
P2P
 Tanggal Kegiatan :
 Judul Kegiatan : Penyuluhan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD
 Latar Belakang :
Sebanyak 375 kasus Demam Berdarah terjadi di Kabupaten Brebes selama enam bulan
(Januari sd Juni 2022), dengan 4 pasien diantaranya dinyatakan meninggal dunia meski
sudah mendapatkan penanganan di rumah sakit. Kepala Dinkes Brebes melalui Kabid
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Imam Budi Santoso mengungkapkan, dari total
akumulasi 375 kasus DBD mengalami fluktuasi selama enam bulan. Dengan rincian
sebagai berikut, bulan Januari 36 kasus, Februari 48 kasus, Maret 103 kasus. Rekapitulasi
kasus DBD sepanjang Januari hingga Juni hampir merata di 292 desa 17 kecamatan, 16
diantaranya merupakan wilayah Endemis DBD. Ke 16 tersebut, antaranya, Kecamatan
Brebes, Banjarharjo, Wanasari, Jatibarang dan Larangan, Bulakamba, Ketanggungan,
Losari, Tonjong. Kemudian, Salem dan Songgom, Paguyangan, Tanjung, Sirampog dan
Bantarkawung serta Kersana.
 Permasalahan :
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan tindakan pencegahan DBD di dalam
rumah dan lingkungan masyarakat
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pemberian leaflet pecegahan DBD
- Penyuluhan kepada siswa SD 02 Desa Sawojajar kelas 6 mengenai pencegahan DBD
- Mengajarkan kepada siswa gambaran jentik nyamuk
 Pelaksanaan :
Tanggal : 26 Juli 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : SD 02 Desa Sawojajar, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 60 murid kelas 6, guru, karyawan SD 02 Sawojajar
Kegiatan :
- Pembagian leaflet pencegahan DBD
- Penyuluhan DBD
- Penyuluhan pencegahan DBD

Rangkuman penyuluhan :
DBD Adalah penyakit yang disebarkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Demam Berdarah (Aedes Aegypti) yang dapat menyebabkan kematian.Nyamuk
ini tidak dapat berkembang biak di selokan, got atau kolam, yang airnya langsung
berhubungan dengan tanah.
Nyamuk Demam Berdarah berkembang biak di tempat-tempat penampungan air bersih di
dalam rumah maupun di sekitar lingkungan, seperti :
• Bak mandi/WC, tempayan, drum
• Tempat minum burung, vas bunga atau pot tanaman air.
• Kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa dan plastik yang dibuang di
sembarang tempat.
• Talang air yang rusak dan saluran air hujan yang tidak lancar
• Pagar atau potongan bambu yang berlubang.
3M Plus adalah tindakan PLUS yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik
dan menghindari gigitan nyamuk demam berdarah dengan cara:
Menguras tempat-tempat penampungan air
Menutup rapat semua tempat penampungan air
Memanfaatkan mendaur ulang barang bekas
Plus mencegah perkembangbiakan nyamuk, dengan cara :
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
Menggunakan obat anti nyamuk Tidak menggantung pakaian di dalam kamar
Memasang kawat kasa pada jendela & ventilasi
Menaburkan bubuk larvasida pada kolam air
 Monitoring dan Evaluasi :
- Terdapat jentik-jentik nyamuk di kamar mandi SD 2 Sawojajar, sehingga dapat
memberikan contoh bentuk jentik nyamuk.
- Antusias yang tinggi murid-murid kelas 6 dan kelas lain saat melihat jentik nyamuk di
kamar mandi
- Kebersihan yang kurang di SD2 mengenai pembuangan air kotor (GOT) didepan kelas,
dan tidak tertutup.
TB
 Tanggal Kegiatan : 27 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Penyuluhan TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting.
Kurangnya informasi mengenai penyakit TB yang terjadi di masyarakat, sehingga
diharapkan setelah diberikan penyuluhan masyarakat mengerti gejala, dan bagaimana cara
menghindari terjadinya penyakit TB ini.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Melakukan penyuluhan kesehatan rutin di puskesmas mengenai penyakit-penyakit yang
sering dijumpai masyarakat
- Memberantas penyakit-peyakit yang bersifat menular, sehingga diharapkan setelah
melakukan penyuluhan masyarakat mengerti bagaimana cara menghindari terjadinya
penyakit ini
 Pelaksanaan :
Tanggal : 27 Juni 2022
Tempat : di Puskesmas Wanasari
Peserta :
- Pasien rawat jalan puskesmas wanasari
- Karyawan puskesmas wanasari
- Dokter internship
Pelaksanaan :
- Perkenalan
- Penyuluhan mengenai TB
- Tanya jawab
- Penutup
 Monitoring dan Evaluasi :
- Antusias yang tinggi pasien rawat jalan puskesmas wanasari saat menyimak informasi
mengenai penyakit TB ini
- Diharapkan masyarakat dapat menerapkan informasi yang didapatkan saat penyuluhan
Jiwa
 Tanggal Kegiatan : 6 Juli 2022
 Judul Kegiatan : Penyuluhan Kesehatan Jiwa
 Latar Belakang :
Penyakit gangguan jiwa masih dianggap tabu atau memalukan bagi keluarga, sehingga
jika ada anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa akan disembunyikan dan tidak
dibawa berobat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara benar. Kesehatan Jiwa
menurut UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 merupakan keadaan sehat baik secara
fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Sedangkan menurut UU Keswa No. 18 Tahun 2014
adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual
dan social sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
Deteksi atau pendataan kesehatan jiwa keluarga sangat penting, yang terdiri dari
penyuluhan kesehatan jiwa sehat, penyuluhan mengatasi masalah risiko (psikososial),
serta keluarga juga melaporkan dan membawa ke fasyankes (Puskesmas) untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Dari hasil Research Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
diketahui angka revalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar Tujuh per Seribu
rumah tangga. Sedangkan di Jawa Tengah Sembilan per Seribu rumah tangga. Menurut
data dari Pemerintah Kabupaten Brebes terdapat jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) berat mencapai 2.235 kasus pada tahun 2020 dan ditemukan 54 kasus pasung di
dalamnya.
 Permasalahan :
• Faktor pendidikan dan ketidak ingin tahuan keluarga.
• Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pantauan pasien jiwa sudah pulang dirawat dari rumah sakit.
• Penyuluhan kesehatan jiwa sehat.
• Penyuluhan mengatasi masalah risiko (psikososial).
• Menghilangkan persepsi yang tidak benar.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 Juli 2022.
Waktu : 11.00 – 12.00 WIB.
Lokasi : Desa Dumeling, Brebes, Jawa Tengah.
Jumlah peserta : 6 orang.

KEGIATAN
• Kunjungan tiap bulan ke rumah pasien jiwa.
• Menilai dan melihat perkembangan kesehatan jiwa pasien.
• Pemberian Informasi dan nasihat kepada keluarganya.
 Monitoring dan Evaluasi :
Sedikitnya pengetahuan di keluarga pasien tentang kesehatan jiwa serta merasa malu jika
lingkungan sekitar sampai mengetahui.
KIA
 Tanggal Kegiatan : 13 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Penyuluhan KIA
 Latar Belakang :
Pelayanan KIA/KB adalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk pelayanan
Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Yang termasuk pelayanan KIA/KB ini misalnya pemeriksaan kehamilan
(ANC), nifas, pengobatan bayi dan balita, imunisasi, DDTK, kesehatan reproduksi remaja
termasuk calon pengantin, pelayanan pil KB, kondom, suntik, IUD, dan implan.
Di Puskesmas Wanasari Pelayanan KIA/KB bertujuan untuk meningkatkan status
Kesehatan Ibu dan Anak serta menurunkan angka kematian ibu hamil dan melahirkan,
menurunkan angka kematian bayi dan balita serta meningkatkan akseptor KB. Untuk itu
diselenggarakan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Kesehatan Ibu Hamil
- Penyuluhan Ibu Hamil
- Kelas Ibu Hamil
- Pemeriksaan Ibu Hamil
- Kunjungan Ibu Hamil Resiko Tinggi
- Deteksi dini Ibu Hamil Resiko Tinggi
- Penjaringan Ibu Neonatal Resiko Tinggi
- Penyelenggaraan Audit Maternal Perinatal (AMP)
- Pelayanan Rujukan
- Konseling Remaja / Pra Nikah

b. Kesehatan Anak
- Penyuluhan
- Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita dengan MTBS
- Deteksi Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
- Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Anak Pra Sekolah
- Lomba Bayi dan Balita Sehat
- Pelayanan Rujukan

c. Keluarga Berencana
- Penyuluhan
- Pelayanan KB
- Pelayanan Rujukan
- Konseling KB
- Motivasi KB
- Pembinaan Aseptor KB Aktif
 Permasalahan :
Masih banyak masyarakat yang masih belum mengerti mengenai program dari KIA di
puskesmas, sehingga perlunya penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu hamil dan ibu
yang memiliki BALITA.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Melakukan penyuluhan KIA di Kelas Ibu Hamil, Posyandu Hamil dan Posyandu Balita
- Melakukan Kunjungan rutin ke rumah-rumah ibu hamil yang memilki risiko tinggi,
KEK, nifas dan stunting pada Balita
 Pelaksanaan :
Tanggal : 13 Juni 2022
Jam : 08.30 - 12.00
Tempat : Balai Desa Dumeling
Peserta : 10 peserta, 6 Ibu hamil, 4 ibu menyusui
Pelaksaanaan : dilakukan di kelas ibu hamil melakukan penyuluhan KIA sekaligus
melakukan penyuluhan gizi terhadap Ibu hamil dan dilanjutkan senam dan tanya jawab.
 Monitoring dan Evaluasi :
Melakukan penyuluhan KIA secara rutin di setiap kegiatan desa baik kelas ibu hamil,
posyandu hamil, dan posyandu balita.
KB
 Tanggal Kegiatan : 28 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Penyuluhan KB
 Latar Belakang :
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan masalah utamanya yaitu
ledakan jumlah penduduk yang beberapa tahun terakhir ini sulit dikontrol. Berdasarkan
laporan Worldmaters tahun 2020 tercatat Indonesia merupakan negara dengan penduduk
terbanyak ke 4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 274,9 juta.
Kebijakan pemerintah dalam mengatasi hal tersebut yaitu dengan menetapkan program
Keluarga Berencana (KB) sebagai program pemerintah sejak tahun 1970 bersamaan
dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dengan tujuan dapat menekan
pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan status kesehatan reproduksi. Sasaran
program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan tidak langsung tergantung dari
usaha yang akan dicapai. Sasaran langsung yaitu adalah pasangan usia subur yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan secara tidak langsung adalah dengan pelaksanaan dan
pengolahan KB dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukkan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas
dan keluarga sejahtera. Variasi dalam penggunaan alat kontrasepsi pun masih rendah.
Pusat Data Informasi, Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 mencatat 48,56% pengguna
alat kontrasepsi menggunakan metode suntikan, 26,60% menggunakan metode pil dan
sisanya tidak begitu berbedaan tara persentase penggunaan alat kontrasepsi dengan
metode intra uterine device (IUD), metode operasi wanita (MOW), metode operasi
pria(MOP), kondom, maupun implan.
Penyuluhan Keluarga Berencana merupakan salah satu wadah bagi masyarakat dalam
rangka mensejahterakan kehidupan berkeluarga di lingkungan masyarakat dengan
pemberian informasi dan edukasi mengenai ruang lingkup keluarga baik dalam hal
biologi, ekonomi, maupun sosial. Akan tetapi pada era ini, kebanyakan orang masih
banyak memiliki anggapan bahwasanya KB hanya terbatas pada alat kontrasepsi saja.
Padahal, dalam implementasinya KB memiliki ranah yang sangat luas mulai dari elemen
orang tua, bayi, anak, remaja hingga lansia. Masyarakat pada saat ini juga kurang begitu
merasa peduli atau merasa butuh terhadap informasi lebih seputar keluarga. Sebagai
Dokter Internship, kita harus bisa mensosialisasikan mengenai alat kontrasepsi kepada
masyarakat sehingga diharapkan masyarakat mengetahui pentingnya penggunaan alat
kontrasepsi untuk mengendalikan kelahiran dan jumlah penduduk di Indonesia.
 Permasalahan :
Pengetahuan Ibu Hamil di Desa Pesantunan mengenai KB dan kesadaran dalam
menggunakan KB masih tergolong rendah.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Materi: Keluarga Berencana
Metode: Penyuluhan dan diskusi
Media: Leaflet, buku panduan KIA-KB
 Pelaksanaan :
Tanggal : 28 Mei 2022
Waktu : 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : Desa Kertabesuki
Kegiatan : Penyuluhan Mengenai Keluarga Berencana
Jumlah peserta : 10 ibu hamil
 Monitoring dan Evaluasi :
Ibu hamil cukup antusias dalam mengikuti penyuluhan KB, diharapkan dapat diadakan
penyuluhan KB yang juga dihadiri oleh suami
F2 – Upaya Kesehatan Lingkungan
Air bersih
 Tanggal Kegiatan : 31 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Upaya Kesehatan Lingkungan – Air Bersih
 Latar Belakang :
Sumber air bersih merupakan kebutuhan vital setiap orang akan tetapi kebutuhan air
bersih untuk wilayah pedesaan kurang diperhatikan.Masyarakat desa selama ini banyak
menderita kekurangan air bersih baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter
wajib dan parameter tambahan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan
untuk memeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk
keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Menurut Depkes RI (1995), menyatakan bahwa untuk keperluan sehari – hari air dapat
diperoleh dari beberapa macam sumber sebagai berikut : air hujan, air permukaan dan air
tanah.
Menurut Departemen Kesehatan RI( 1995 ), beberapa factor yang harus dipertimbangkan
dalam pengolahan air dengan cara desinfeksi air adalah :  Daya dalam membunuh
mikroorganisme pathogen, yang berjenis bakteri, virus, protozoa dan cacing.  Tingkat
kemudahan dalam memantau konsentrasinya dalam air.  Kemampuan dalam
memproduksi residu yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada system
distribusi.  Kualitas warna, rasa dan bau dari air yang didesinfeksi.  Teknologi
pengadaan dan penggunaan yang tersedia. Faktor ekonomi.
 Permasalahan :
1.Kebersihan gentong atau penampung air minum di rumah tangga yang tampak tidak
bersih, banyak debu, dan beberapa rumah terdapat lumut
2.Terdapat jentik nyamuk
3.Tidak tertutup dengan rapat.
4.Terdapat genangan air kotor i selokan yang mampet
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
1.Penyuluhan mengenai pentingnya air minum yang higienis
2.Sosialisasi identifikasi jentik nyamuk dan cara menutup ember atau gentong dengan
rapat
 Pelaksanaan :
Tanggal : 31 Agustus 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : Rumah warga Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah warga : 20 rumah
Kegiatan :
- Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah
- pemantauan air bersih paa bak mandi, gentong air minum, dan air tergenang di sekitar
rumah warga
- penyuluhan air bersih :
Air adalah salah satu elemen utama di Bumi yang menjadi bagian tidak terpisahkan bagi
seluruh manusia. Makhluk hidup tidak dapat hidup jika tidak ada air, sehingga air sangat
dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan makhluk hidup.
Air dalam tubuh manusia sangat berfungsi untuk mengisi cairan dalam tubuh dengan
meminum air. Selain untuk penghilang rasa haus dan manfaat utama lainnya air untuk
tubuh, air juga memiliki manfaat lain yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan.
Salah satu bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah dengan
menggunakan air bersih sehari-hari. Karena kualitas air dapat mempengaruhi kesehatan
dan kehidupan sehari-hari.
Air yang kita gunakan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi dan lainnya harus
dalam keadaan bersih sehingga kita dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan karena
kualitas air buruk.
Dengan menggunakan air bersih kita dapat terhindar dari penyakit seperti diare, kolera,
disentri, tipes, cacingan, penyakit kulit hingga keracunan. Untuk itu wajib bagi seluruh
anggota keluarga dalam menggunakan air bersih setiap hari dan menjaga kualitas air tetap
bersih di lingkungannya.
Berikut ada beberapa tips dalam menjaga kualitas air bersih di lingkungan.
Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
minimal 10 meter
Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya gar tidak
rusak
Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding
sumur harus diplester dan sumur ditutup;
Ember penampung air dilengkapi denga penutup dan gayung bertangkai, dijaga
kebersihannya.
Air harus dihaga kebersihannya dengan tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoran, tidak ada lumut, pada
lantai/dinding sumur.
 Monitoring dan Evaluasi :
Warga yang memiliki riwayat sakit pada anggota keluarganya (seperti DBD, diare,
muntaber) memiliki antusias tinggi untuk mendengarkan penyuluhan, sedangkan warga
dengan anggota keluarga yang sehat, tampak kurang menyimak informasi yang diberikan
oleh dokter internship, petugas kesling, dan PE DB.
Air Bersih
 Tanggal Kegiatan : 3 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Upaya Kesehatan Lingkungan – Air Bersih
 Latar Belakang :
Sumber air bersih merupakan kebutuhan vital setiap orang akan tetapi kebutuhan air
bersih untuk wilayah pedesaan kurang diperhatikan.Masyarakat desa selama ini banyak
menderita kekurangan air bersih baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter
wajib dan parameter tambahan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan
untuk memeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk
keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Menurut Depkes RI (1995), menyatakan bahwa untuk keperluan sehari – hari air dapat
diperoleh dari beberapa macam sumber sebagai berikut : air hujan, air permukaan dan air
tanah.
Menurut Departemen Kesehatan RI( 1995 ), beberapa factor yang harus dipertimbangkan
dalam pengolahan air dengan cara desinfeksi air adalah :  Daya dalam membunuh
mikroorganisme pathogen, yang berjenis bakteri, virus, protozoa dan cacing.  Tingkat
kemudahan dalam memantau konsentrasinya dalam air.  Kemampuan dalam
memproduksi residu yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada system
distribusi.  Kualitas warna, rasa dan bau dari air yang didesinfeksi.  Teknologi
pengadaan dan penggunaan yang tersedia. Faktor ekonomi.
 Permasalahan :
1.Kebersihan gentong atau penampung air minum di rumah tangga yang tampak tidak
bersih, banyak debu, dan beberapa rumah terdapat lumut
2.Terdapat jentik nyamuk
3.Tidak tertutup dengan rapat.
4.Terdapat genangan air kotor i selokan yang mampet
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
1.Penyuluhan mengenai pentingnya air minum yang higienis
2.Sosialisasi identifikasi jentik nyamuk dan cara menutup ember atau gentong dengan
rapat
 Pelaksanaan :
Tanggal : 3 Juni 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : Rumah warga Desa Sawojajar, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah warga : 20 rumah
Kegiatan :
- Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah
- pemantauan air bersih paa bak mandi, gentong air minum, dan air tergenang di sekitar
rumah warga
- penyuluhan air bersih :
Air adalah salah satu elemen utama di Bumi yang menjadi bagian tidak terpisahkan bagi
seluruh manusia. Makhluk hidup tidak dapat hidup jika tidak ada air, sehingga air sangat
dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan makhluk hidup.
Air dalam tubuh manusia sangat berfungsi untuk mengisi cairan dalam tubuh dengan
meminum air. Selain untuk penghilang rasa haus dan manfaat utama lainnya air untuk
tubuh, air juga memiliki manfaat lain yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan.
Salah satu bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah dengan
menggunakan air bersih sehari-hari. Karena kualitas air dapat mempengaruhi kesehatan
dan kehidupan sehari-hari.
Air yang kita gunakan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi dan lainnya harus
dalam keadaan bersih sehingga kita dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan karena
kualitas air buruk.
Dengan menggunakan air bersih kita dapat terhindar dari penyakit seperti diare, kolera,
disentri, tipes, cacingan, penyakit kulit hingga keracunan. Untuk itu wajib bagi seluruh
anggota keluarga dalam menggunakan air bersih setiap hari dan menjaga kualitas air tetap
bersih di lingkungannya.
Berikut ada beberapa tips dalam menjaga kualitas air bersih di lingkungan.
Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
minimal 10 meter
Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya gar tidak
rusak
Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding
sumur harus diplester dan sumur ditutup;
Ember penampung air dilengkapi denga penutup dan gayung bertangkai, dijaga
kebersihannya.
Air harus dihaga kebersihannya dengan tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoran, tidak ada lumut, pada
lantai/dinding sumur.
 Monitoring dan Evaluasi :
Warga yang memiliki riwayat sakit pada anggota keluarganya (seperti DBD, diare,
muntaber) memiliki antusias tinggi untuk mendengarkan penyuluhan, sedangkan warga
dengan anggota keluarga yang sehat, tampak kurang menyimak informasi yang diberikan
oleh dokter internship, petugas kesling, dan PE DB.
Air Bersih
 Tanggal Kegiatan : 24 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Upaya Kesehatan Lingkungan – Air Bersih
 Latar Belakang :
Sumber air bersih merupakan kebutuhan vital setiap orang akan tetapi kebutuhan air
bersih untuk wilayah pedesaan kurang diperhatikan.Masyarakat desa selama ini banyak
menderita kekurangan air bersih baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan
air adalah Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter
wajib dan parameter tambahan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan
untuk memeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk
keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Menurut Depkes RI (1995), menyatakan bahwa untuk keperluan sehari – hari air dapat
diperoleh dari beberapa macam sumber sebagai berikut : air hujan, air permukaan dan air
tanah.
Menurut Departemen Kesehatan RI( 1995 ), beberapa factor yang harus dipertimbangkan
dalam pengolahan air dengan cara desinfeksi air adalah :  Daya dalam membunuh
mikroorganisme pathogen, yang berjenis bakteri, virus, protozoa dan cacing.  Tingkat
kemudahan dalam memantau konsentrasinya dalam air.  Kemampuan dalam
memproduksi residu yang akan berfungsi sebagai pelindung kualitas air pada system
distribusi.  Kualitas warna, rasa dan bau dari air yang didesinfeksi.  Teknologi
pengadaan dan penggunaan yang tersedia. Faktor ekonomi.
 Permasalahan :
1.Kebersihan gentong atau penampung air minum di rumah tangga yang tampak tidak
bersih, banyak debu, dan beberapa rumah terdapat lumut
2.Terdapat jentik nyamuk
3.Tidak tertutup dengan rapat.
4.Terdapat genangan air kotor i selokan yang mampet
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
1.Penyuluhan mengenai pentingnya air minum yang higienis
2.Sosialisasi identifikasi jentik nyamuk dan cara menutup ember atau gentong dengan
rapat
 Pelaksanaan :
Tanggal : 24 Agustus 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : Rumah warga Desa Kupu, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah warga : 20 rumah
Kegiatan :
- Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah
- pemantauan air bersih paa bak mandi, gentong air minum, dan air tergenang di sekitar
rumah warga
- penyuluhan air bersih :
Air adalah salah satu elemen utama di Bumi yang menjadi bagian tidak terpisahkan bagi
seluruh manusia. Makhluk hidup tidak dapat hidup jika tidak ada air, sehingga air sangat
dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan makhluk hidup.
Air dalam tubuh manusia sangat berfungsi untuk mengisi cairan dalam tubuh dengan
meminum air. Selain untuk penghilang rasa haus dan manfaat utama lainnya air untuk
tubuh, air juga memiliki manfaat lain yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan.
Salah satu bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah dengan
menggunakan air bersih sehari-hari. Karena kualitas air dapat mempengaruhi kesehatan
dan kehidupan sehari-hari.
Air yang kita gunakan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi dan lainnya harus
dalam keadaan bersih sehingga kita dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan karena
kualitas air buruk.
Dengan menggunakan air bersih kita dapat terhindar dari penyakit seperti diare, kolera,
disentri, tipes, cacingan, penyakit kulit hingga keracunan. Untuk itu wajib bagi seluruh
anggota keluarga dalam menggunakan air bersih setiap hari dan menjaga kualitas air tetap
bersih di lingkungannya.
Berikut ada beberapa tips dalam menjaga kualitas air bersih di lingkungan.
Pisahkan jarak antara sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah
minimal 10 meter
Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya gar tidak
rusak
Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, bibir sumur dan dinding
sumur harus diplester dan sumur ditutup;
Ember penampung air dilengkapi denga penutup dan gayung bertangkai, dijaga
kebersihannya.
Air harus dihaga kebersihannya dengan tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan air, tidak ada kotoran, tidak ada lumut, pada
lantai/dinding sumur.
 Monitoring dan Evaluasi :
Warga yang memiliki riwayat sakit pada anggota keluarganya (seperti DBD, diare,
muntaber) memiliki antusias tinggi untuk mendengarkan penyuluhan, sedangkan warga
dengan anggota keluarga yang sehat, tampak kurang menyimak informasi yang diberikan
oleh dokter internship, petugas kesling, dan PE DB.
Jamban
 Tanggal Kegiatan : 31 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Jamban
 Latar Belakang :
Pemerintah Kabupaten Brebes berhasil mendapatkan predikat Open Defecation Free
(ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) yang ditetapkan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah. Predikat ini tercapai atas kerja keras seluruh komponen
masyarakat selama bertahun-tahun, terutama dalam mengubah perilaku masyarakat
Brebes dalam BABS yang sudah membudaya. Tercapainya ODF tidak hanya
mewujudkan Kabupaten Brebes Stop Buang Air Besar Sembarangan saja. Tetapi
kedepannya mampu mewujudkan Kabupaten Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Untuk mewujudkannya, perlu kerja keras lintas sektor seperti Tim Sanitarian,
Pemkab, TNI, Polri, Baznas, Bank jateng, BKK dan elemen masyarakat lainnya. Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah melalui Kabid Kesmas Wahyu Styaningsih
menjelaskan, di tahun 2021 hanya ada dua Kabupaten/kota yang ODF yakni Kabupaten
Brebes dan Kota Tegal. Kabupaten Brebes menjadi kabupaten ke-23 ODF di Jateng,
sehingga masih ada 12 kabupaten/kota lagi yang belum bisa ODF. Menurut Wahyu, dari
10.503.753 Kepala Keluarga (KK) di Jawa Tengah, yang sudah ODF sebanyak 95,60
persen dan sisanya 4,40 persen masih BABS. Untuk Kabupaten Brebes, sesuai hasil
verifikasi lapangan Tim Sanitarian Dinas Kesehatan Prov Jateng tercatat sejumlah 5371
KK di 17 kecamatan 197 desa, diketahui akses sanitasinya sudah 100 persen. Meskipun,
masih ada Pekerjaan Rumah dalam peningkatan cakupan kepemilikan Jamban sehat dan
aman.
 Permasalahan :
Pada saat kunjungan ke rumah warga, sudah tidak didapatkan warga yang tidak memiliki
jamban sehat, namun kasus diare terutama pada anak masih tinggi pada wilayah cakupan
puskesmas Wanasari.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- inspeksi jamban
- mengetahui jarak jamban dengan sumber air bersih
- penyuluhan jamban sehat dan pencegahan diare
 Pelaksanaan :
Tanggal : 31 Agustus 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : Rumah warga Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah warga : 20 rumah
Kegiatan :
- inspeksi jamban
- mengetahui jarak jamban dengan sumber air bersih
- penyuluhan jamban sehat dan pencegahan diare

Pengertian Jamban Sehata : Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan kotoransehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak menjadi penyebabsuatu penyakit serta tidak mengotori
permukaan. Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak
menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.
Manfaat Jamban Sehat :
- Tidak mengotori ermukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
- Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
- Tidak mengotori air tanah di sekitarnya
- Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang-binatang lainnya
- Tidak menimbulkan bau
- Mudah digunakan dan dipelihara
- Sederhana desainnya
- Murah
- Dapat diterima oleh pemakainya
Kriteria Jamban Sehat :
- Jamban sebaiknya bangunan jamban terlindung panas dan hujan, serangga dan binatang-
binatanglain serta terlindung dari pandangan orang lain( tertutup )
- Tempat Duduk Kakus: Fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan
tinja, haruskuat, mudah dibersihkan, berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang
mudah diangkat
- Kecukupan Air Bersih: Jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gayung, bertujuan
menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih. Juga agar
menghindari kotorantidak dihinggapi serangga sehingga dapat mencegah penularan
penyakit
- Tersedia Alat Pembersih: Sabun cair untuk cuci tangan sesudah BAK maupun BAB
Sikat lantaiuntuk memebersihkan jamban Sabun lantai sebagai anti kuman dan untuk
mempermudah pembersihan jamban DLL Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali
meliputi kebersihanlantai agar tidak berlumut dan licin
- Tempat Penampungan Tinja: Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang
berfungsisebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksi lubang harus kedap air
dapat terbuatdari pasangan batu bata dan semen, sehingga menghindari pencemaran
lingkungan
- Saluran Peresapan: Merupakan sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang
lengkap, berfungsi mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur tinja
- Sebaikya jamban di bangun dilokasi yang tidak mengganggu pandangan dan tidak
menimbulkan bau
 Monitoring dan Evaluasi :
diharapkan dengan adanya penyuluhan mengenai jamban sehat, masyarakat akan lebih
memperhatikan kebersihan higienitas dan sanitasi di lingkungan rumahnya.
Enyahkan asap rokok
 Tanggal Kegiatan : 31 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Membina Keluarga supaya Tidak Merokok
 Latar Belakang :
Kegiatan Advokasi Desa sebagai kawasan bebas asap rokok di laksanakan bertujuan
untuk menjaga kesehatan masyarakat dari polusi asap rokok juga mencegah dan
mengurangi efek negatif dari zat yang terkandung di dalam rokok itu, di mana di
terangkan bahwa perokok Pasif ataupun aktif mempunyai resiko lebih tinggi atau mudah
terserang penyakit dari orang yang tidak merokok, Di samping bisa lebih hemat, merokok
bisa menyebabkan lingkungan di sekitarnya juga menjadi kurang sehat.Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Brebes berencana akan memasukan kebijakan tentang Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Sistem Kesehatan
Daerah. Hal itu disampaikan Sekda Brebes, Djoko Gunawan saat Advokasi tentang
penerapan kebijakan daerah terhadap Kawasan Tanpa Rokok, bersama Tim Advokasi
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam Negeri di ruang rapat Setda Brebes,
Selasa (17/11/2020).
 Permasalahan :
Masih banyak anggota keluarga yang merokok di cakupan wilayah kerja puskesmas
wanasari.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyuluhan bahaya merokok
 Pelaksanaan :
Tanggal : 31 Agustus 2022
Waktu : 08.30-12.00
Lokasi : Rumah warga Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah warga : 20 rumah
Kegiatan :
Dampak yang ditimbulkan pada lingkungan dengan adanya perokok dalam rumah ialah
kanker bahkan meningkatkan risiko kanker pada nonperokok/perokok pasif dalam rumah
karena sudah terkontaminasinya zat nikotin pada dalam rumah. Paparan zat sisa rokok
pada aktivitas rokok dalam rumah juga dapat memicu inflamasi paru yang dapat
berakibat pada penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) dan asma, serta menghambat
penyembuhan luka pada permukaan kulit. Dampak ini tentu saja tidak hanya dapat
dirasakan oleh si perokok namun juga pada third hand smoke atau orang ketiga. Orang
ketiga ini biasanya adalah anak-anak yang tinggal dalam lingkungan rumah perokok.
Bahaya perokok ke-3 (third-hand smoke) antara lain :
- Menyebabkan lebih banyak kasus kanker
- Merusak DNA
- Membentuk karsinogenik
- Mengancam kesehatan anak
Bahkan diketahui bahwa rokok dapat ikut menyumbangkan kasus stunting pada anak asap
rokok mengganggu fungsi penyerapan gizi anak, kelainan konginetal dan BBLR juga
dalam hal ekonomi, membeli rokok membuat orang tua mengurangi jatah belanja
makanan bergizi, biaya pendidikan, biaya kesehatan dan kebutuhan penting lainnya
karena alokasi dana yang seharusnya digunakan untuk makanan bergizi anak dan keluarga
serta tabungan untuk pendidikan maupun kesehatan malah digunakan untuk merokok.
Merokok dirumah sangat tidak disarankan bagi orang tua yang mempunyai anak balita,
apalagi saat anak-anak mereka berada didekatnya. Dampak merokok salah satunya dapat
menyebabkan penyakit bronchopneumonia pada balita
Merokok di dalam rumah tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi orang yang
tinggal di rumah tersebut, karena :
- Meninggalkan zat – zat beracun di perabot rumah, karpet, tirai bahkan di dinding
- Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia diantaranya banyak zat beracun dan
bersifat karsinogenik yang bisa tinggal di suatu permukaan
- Bila terpapar dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan meningkatkan resiko
kanker, serangan asma, masalah paru – paru, infeksi tenggorokan dan mata
- Asap rokok dapat diserap ke semua permukaan yang berpori, zat beracun dari asap
rokok akan menetap lama di semua perabot rumah tangga yang terkontaminasi
- Merokok di dalam rumah tentu akan membahayakan kesehatan anak yang sering
bermain di dalam rumah
- Peneliti menyatakan anak – anaka sebagai Perokok ke -3 (mereka tidak merokok dan
tidak terpapar secara langsung) tetapi terpapar zat berbahaya dari asap rokok yang telah
mengendap di perabot rumah
 Monitoring dan Evaluasi :
Dari 20 rumah, hanya 3 rumah yang bebas dari asap rokok.
dibutuhkan intervensi yang lebih ketat.
Tidak mempunyai pembuangan sampah
 Tanggal Kegiatan : 31 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Kunjungan rumah untuk melihat pembuangan sampah
 Latar Belakang :
Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang
optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah
tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi. Menurut UU
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan
sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan. Demi mewujudkan kota yang bersih perlu
penanganan persampahan mulai dari penyapuan dan pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat desa pesantunan, banyak yang melakukan
pembuangan sampah di area sungai atau selokan dekat rumah, sehingga menimbulkan
banjir saat air hujan meluap, dan banyak sarang nyamuk didaerah tersebut.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Perlunya koordinasi perangkat desa dengan puskesmas di wilayah wanasari, untuk
melakukan pembuatan tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir
(TPA).
 Pelaksanaan :
Tanggal : 31 Agustus 2022
Tempat : Desa Pesantunan
Pelaksanaan : Kunjungan ke tiap rumah untuk melihat apakah memiliki tempat
pembuangan sampah di setiap rumah
Jumlah rumah yang dikunjungi : 20 rumah
Jumlah rumah yang memilki tempat pembuangan sampah : 4 rumah
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan kunjungan rumah untuk melihat apakah setiap rumah memiliki tempat
pembuangan sampah sendiri, ternyata 4 dari 20 rumah yang memiliki tempat pembuangan
sampah. 16 rumah tidak memiliki tempat pembuangan sampah, mereka beralasan bahwa
tidak ada tempat untuk pembuangan sampah, dan jarak antar rumah yang terlalu sempit
sehingga tidak memungkinkan, dan mereka sering membuang sampah di area dekat
sungai.
F3 – Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KB)
Diteksi dini bumil risiko tinggi
 Tanggal Kegiatan : 12 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Kegiatan Penyuluhan Kehamilan Risiko Tinggi di Posyandu Klampok
 Latar Belakang :
Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan
nasional. Diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian ibu erat kaitanya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Masih rendahnya
deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masi kurangnya kesiapsiagaan
keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi merupakan alasan
tingginya AKI. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus
kematian ibu tinggi.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan
pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat
menurunkan AKI. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan
persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat.
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan
perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan kehamilan risiko tinggi
perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat
khususnya wanita subur dan juga ibu hamil.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini
dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil dan ibu dengan balita di Posyandu Klampok.
 Pelaksanaan :
Hari / Tanggal : 12 Mei 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesei
Tempat : Posyandu Klampok
Kegiatan : Penyuluhan Mengenai Pengetahuan Kehamilan Risiko Tinggi
Metode : Pemberian materi secara lisan yang berisi definisi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan
Jumlah peserta : 3 ibu hamil & 45 Ibu dengan balita
Pelaksanaan sebelum penyuluhan di lakukan pretest, dari semua ibu hamil, nilai <7 : 2
orang, >7 : 1 orang
Hasil postest <7 tidak ada, >7 : 3 orang
 Monitoring dan Evaluasi :
Dari hasil melakukan pretest dan postest, pasien mengalami peningkatan yang signifikan.
Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar, penyuluhan dilakukan oleh dokter
internship. Tetapi kendala jumlah peserta ibu hamil yang sedikit. Penyuluhan perlu
dilakukan secara rutin agar pemahaman yang ada dapat selalu diingat.
Diteksi dini bumil risiko tinggi
 Tanggal Kegiatan : 22 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi dini Bumil risiko tinggi
 Latar Belakang :
Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan
nasional. Diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian ibu erat kaitanya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Masih rendahnya
deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masi kurangnya kesiapsiagaan
keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi merupakan alasan
tingginya AKI. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus
kematian ibu tinggi.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan
pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat
menurunkan AKI. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan
persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat.
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan
perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan kehamilan risiko tinggi
perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat
khususnya wanita subur dan juga ibu hamil.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini
dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil di Posyandu Pesantunan.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 22 Juni 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesei
Tempat : Posyandu Pesantunan
Kegiatan : Mengenai Diteksi ibu hamil risiko tinggi
Metode : Pemberian materi secara lisan yang berisi definisi, faktor risiko, tanda
gejala, pencegahan
Jumlah peserta : 20 ibu hamil
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh didapatkan 4 pasien yang memiliki
risiko tinggi :
- 2 pasien dengan usia > 35 tahun
- 1 pasien dengan TD 150/90 mmhg sejak 1 bulan yang lalu (selama pemeriksaan),
disarankan ke puskesmas wanasari
- 1 pasien dengan DJJ >160x/menit mengalami fetal distress, di sarankan ke puskesmas
wanasari
Diteksi dini bumil risiko tinggi
 Tanggal Kegiatan : 27 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi bumil risiko tinggi
 Latar Belakang :
Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan
nasional. Diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian ibu erat kaitanya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Masih rendahnya
deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masi kurangnya kesiapsiagaan
keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi merupakan alasan
tingginya AKI. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus
kematian ibu tinggi.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan
pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat
menurunkan AKI. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan
persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat.
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan
perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan kehamilan risiko tinggi
perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat
khususnya wanita subur dan juga ibu hamil.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini
dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil di Posyandu Pesantunan.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 27 Mei 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesei
Tempat : Posyandu Pesantunan
Kegiatan: Mengenai Diteksi ibu hamil risiko tinggi
Metode : Pemberian materi secara lisan yang berisi definisi, faktor risiko, tanda gejala,
pencegahan
Jumlah peserta : 16 ibu hamil
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh didapatkan 2 pasien yang memiliki
risiko tinggi :
- 1 pasien dengan usia > 35 tahun dan dengan jarak > 10 tahun
- 1 pasien dengan TD : 140/90 mmhg, kedua kaki bengkak keluhan dirasakan > 1 bulan :
disarankan ke puskesmas
Diteksi dini bumil risiko tinggi
 Tanggal Kegiatan : 23 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi bumil risiko tinggi
 Latar Belakang :
Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan
nasional. Diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian ibu erat kaitanya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Masih rendahnya
deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masi kurangnya kesiapsiagaan
keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi merupakan alasan
tingginya AKI. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus
kematian ibu tinggi.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan
pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat
menurunkan AKI. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan
persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan
perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan kehamilan risiko tinggi
perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat
khususnya wanita subur dan juga ibu hamil.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini
dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil di Posyandu Dumeling
 Pelaksanaan :
Tanggal : 23 Juni 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesei
Tempat : Posyandu Dumeling
Kegiatan: Mengenai Diteksi ibu hamil risiko tinggi
Metode : Pemberian materi secara lisan yang berisi definisi, faktor risiko, tanda gejala,
pencegahan
Jumlah peserta : 15 ibu hamil
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh didapatkan 1 pasien yang memiliki
riwayat PEB saat persalinan.
Diteksi dini bumil risiko tinggi
 Tanggal Kegiatan : 6 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi bumil risiko tinggi
 Latar Belakang :
Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian Ibu
(AKI). Saat ini kesehatan ibu merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan
nasional. Diharapkan Indonesia dapat mencapai target yang ditentukan Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 yaitu AKI 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 12
per 1000 kelahiran hidup.
Kematian ibu erat kaitanya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Masih rendahnya
deteksi dini kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat dan masi kurangnya kesiapsiagaan
keluarga dalam rujukan persalinan pada kehamilan risiko tinggi merupakan alasan
tingginya AKI. Kondisi ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
status kesehatan ibu masih perlu ditingkatkan terutama di wilayah-wilayah dengan kasus
kematian ibu tinggi.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan
pada tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat
menurunkan AKI. Masyarakat harus memahami pentingnya merencanakan kehamilan dan
persalinan agar ibu selamat dan bayi lahir sehat
 Permasalahan :
Permasalahan yang ditemukan di masyarakat yaitu masih kurangnya tingkat pengetahuan
dan pemahaman mengenai kehamilan risiko tinggi dan bagaimana melakukan
perencanaan persalinan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi
kehamilan dan komplikasi persalinan. Pemberian penyuluhan kehamilan risiko tinggi
perlu dilakukan secara rutin dan berkala agar menjadi edukasi yang baik bagi masyarakat
khususnya wanita subur dan juga ibu hamil.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Penyampaian informasi kepada sasaran yang tepat dan dengan metode yang baik dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum. Penyuluhan pada
masyarakat luas merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Penyuluhan kali ini
dilakukan pada sasaran seluruh ibu hamil di Posyandu Keboledan
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 Juni 2022
Waktu : 09.00 WIB - selesei
Tempat : Posyandu Keboledan
Kegiatan: Mengenai Diteksi ibu hamil risiko tinggi
Metode : Pemberian materi secara lisan yang berisi definisi, faktor risiko, tanda gejala,
pencegahan
Jumlah peserta : 5 ibu hamil
 Monitoring dan Evaluasi :
- Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh tidak didapatkan pasien yang
memiliki risiko tinggi.
- Saat posyandu hanya sedikit yang datang sehingga tidak dapat terdeteksi secara
menyeluruh
Implan
 Tanggal Kegiatan : 13 Juni 2022
 Judul Kegiatan : SAFARI KB – IMPANT
 Latar Belakang :
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat
mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun, metode ini dikembangkan
oleh the Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun
1952 untuk mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan alat kontrasepsi
yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur
dimana di dalam setiap kapsul berisi hormone levernorgestril yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan. Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja menghambat terjadinya
ovulasi, menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap dalam menerima pembuahan
(nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan endometrium dengan efektivitas
keberhasilan kontrasepsi implant sebesar 97-99%
 Permasalahan :
Keluhan yang sering dialami pasien yang menggunakan KB Implant adalah memerlukan
tindakan pembedahan untuk insersi dan pencabutannya. pemasangan KB implant dapat
dilakukan di puskesmas atau di Bidan BPM. seringkali pemasangan implant dilakukan
setiap bulannya di puskesmas yaitu SAFARI KB, dengan target pasien-pasien yang post
melahirkan yang sudah di hubungi oleh pihak kader masing-masing desa. permasalahan
yang terjadi, tidak semua pasien yang sudah didata datang ke puskesmas.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Setelah mengetahui keluhan pasien yang tidak ingin menggunakan KB Implant, sehingga
dibutuhkan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, dan apa saja jenis kontrasepsi dan
bagaimana fungsinya, sehingga masyarakat mengerti bahwa pemasangan KB Implant
tidak nyeri selama insersi atau pencabutanyya dikarenakan dibius local terlebih dahulu.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 13 Juni 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari
o Peserta : Peserta SAFARI
o Pelaksanaan : Registrasi – TTV – Anamnesis – Pemasangan implant – Pemberian obat
 Monitoring dan Evaluasi :
o Dari jumlah peserta SAFARI sebanyak 16 pasien, yang melakukan pemasangan KB
Implant sebanyak 14 pasien.
o Setelah dilakukan anamnesis pada pasien yang akan melakukan pemasangan Implant,
mereka bertujuan menjarangkan, tetapi yang memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pemasangan IUD.
IUD
 Tanggal Kegiatan : 13 Juni 2022
 Judul Kegiatan : SAFRI KB - IUD
 Latar Belakang :
Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Untuk
mengendalikan jumlah penduduk, pemerintah Republik Indonesia mencanangkan
program Keluarga Berencana (KB). Dalam mewujudkan Program KB, pemerintah
menganjurkan masyarakat, khususnya para ibu, untuk menggunakan alat kontrasepsi yang
tepat sehingga dapat memiliki kontribusi dalam meningkatkan kualitas penduduk. IUD
merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan
polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD merupakan metode kontrasepsi
jangka panjang yang paling banyak digunakan dalam Program KB di Indonesia. Di
samping keefektifan menggunakan IUD, terdapat beberapa kerugian dalam
penggunaannya, seperti perdarahan (spotting) antarmenstruasi, nyeri haid yang
berlebihan, periode haid lebih lama, dan perdarahan berat pada waktu haid.
 Permasalahan :
Seringkali ditemukan pasien-paasien yang tidak ingin menggunakan IUD dikarenakan
efek samping yang ditimbulkan setelah pemasangan IUD, berupa nyeri setelah
pemasangan IUD, haid yang lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat
haid lebih sakit.
Pemasangan KB IUD dapat dilakukan di puskesmas atau di bidan BPM, seringkali
dilakukan di puskesmas setiap bulannya yaitu SAFARI KB, dimana pasien didata oleh
kader Desa, akan tetapi banyak pasien yang tidak datang saat dilakukan tindakan
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Setelah mengetahui keluhan-keluhan pasien yang tidak ingin menggunakan IUD,
sehingga dibutuhkan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, dan apa saja jenis kontrasepsi
dan bagaimana fungsinya, sehingga masyarakat mengerti bahwa keluhan tersebut tidak
berlangsung lama.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 15 Juni 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari
o Peserta : Peserta SAFARI
o Pelaksanaan : Registrasi – TTV – Anamnesis – Pemasangan IUD – Pemberian obat
 Monitoring dan Evaluasi :
o Dari jumlah peserta SAFARI sebanyak 16 pasien, yang melakukan pemasangan IUD
sebanyak 2 pasien.
o Setelah dilakukan anamnesis pada kedua pasien tersebut, keduanya bertujuan untuk
menjarangkan anak sehingga lebih memilih untuk menggunakan IUD.
Suntik
 Tanggal Kegiatan : 8 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pemberian Suntik KB
 Latar Belakang :
Kontrasepsi suntik adalah obat yang diberikan dengan cara menyuntikan hormon secara
intramuscular. Penyuntikan tersebut diberikan pada musculus gluteus atau musculus
deltoideus, saat ini beberapa kontrasepsi hormonal yang dikembangkan dan sudah
tersedia, yaitu suntik setiap tiga bulan dan suntik setiap satu bulan. Jenis kontrasepsi
suntik diberikan dalam tiga bulan mengandung 6-alfa-medroxyprogesterone yang dikenal
dengan nama DMPA (Depo Medroxy Progerterone Acetate) atau suntik progestin dengan
dosis 150 mg. Depoprovera adalah derifatif yang dibuat secara sintetis atau semisintetis
yang mempunyai efektivitas tinggi dalam mencegah terjadi ovulasi. KB suntik Cyclofem
atau suntik kombinasi merupakan suntikan kombinasi antara 25 mg medroksi
progresterone acetate dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan secara intramuscular
sebulan sekali.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering ditemukan adalah tidak mengalami haid (amenorrhea),
perdarahan berupa tetesan / bercak-bercak (spotting), perdarahan diluar siklus haid
(metroragia), dan perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak (menoragia). Dan,
tersering mengeluhkan perubahan berat badan.
pemberian suntik KB seringkali dilakukan di Bidan BPM, sehingga tidak dapat didata
semua pasien yang melakukan suntik KB diwilayah puskesmas wanasari.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Setelah mengetahui keluhan-keluhan pasien yang tidak ingin menggunakan KB suntik,
sehingga dibutuhkan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, dan apa saja jenis kontrasepsi
dan bagaimana fungsinya, sehingga masyarakat mengerti bahwa keluhan tersebut
disebabkan oleh karena adanya ketidakseimbangan hormone sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi, keadaan amenorrhea disebabkan atrofi endometrium.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat sementara, dan butuh penyesuaian diri. Kenaikan berat
badan, kemungkinan disebabkan karena hormone progesterone mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah selain itu
hormone progesterone menyebabkan nafsu makan bertambahan, dan menurunkan
aktivitas fisik.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 8 Juni 2022
o Tempat : PKM Wanasari
o Peserta : 5 Pasien
o Pelaksanaan : Registrasi – TTV – Anamnesis – tindakan suntik KB – Konseling
 Monitoring dan Evaluasi :
o Setelah melakukan anamnesis, didapatkan 3 pasien mengalami kenaikan berat badan
setelah 2 tahun pemakaian KB suntik. Dan terdapat 5 pasien pernah mengalami
amenorrhea selama penggunaan suntik KB.
o Melakukan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, jenis dan manfaatnya.
Suntik
 Tanggal Kegiatan : 8 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pemberian Suntik KB
 Latar Belakang :
Kontrasepsi suntik adalah obat yang diberikan dengan cara menyuntikan hormon secara
intramuscular. Penyuntikan tersebut diberikan pada musculus gluteus atau musculus
deltoideus, saat ini beberapa kontrasepsi hormonal yang dikembangkan dan sudah
tersedia, yaitu suntik setiap tiga bulan dan suntik setiap satu bulan. Jenis kontrasepsi
suntik diberikan dalam tiga bulan mengandung 6-alfa-medroxyprogesterone yang dikenal
dengan nama DMPA (Depo Medroxy Progerterone Acetate) atau suntik progestin dengan
dosis 150 mg. Depoprovera adalah derifatif yang dibuat secara sintetis atau semisintetis
yang mempunyai efektivitas tinggi dalam mencegah terjadi ovulasi. KB suntik Cyclofem
atau suntik kombinasi merupakan suntikan kombinasi antara 25 mg medroksi
progresterone acetate dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan secara intramuscular
sebulan sekali.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering ditemukan adalah tidak mengalami haid (amenorrhea),
perdarahan berupa tetesan / bercak-bercak (spotting), perdarahan diluar siklus haid
(metroragia), dan perdarahan haid yang lebih lama dan lebih banyak (menoragia). Dan,
tersering mengeluhkan perubahan berat badan.
pemberian suntik KB seringkali dilakukan di Bidan BPM, sehingga tidak dapat didata
semua pasien yang melakukan suntik KB diwilayah puskesmas wanasari.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Setelah mengetahui keluhan-keluhan pasien yang tidak ingin menggunakan KB suntik,
sehingga dibutuhkan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, dan apa saja jenis kontrasepsi
dan bagaimana fungsinya, sehingga masyarakat mengerti bahwa keluhan tersebut
disebabkan oleh karena adanya ketidakseimbangan hormone sehingga endometrium
mengalami perubahan histologi, keadaan amenorrhea disebabkan atrofi endometrium.
Keluhan-keluhan tersebut bersifat sementara, dan butuh penyesuaian diri. Kenaikan berat
badan, kemungkinan disebabkan karena hormone progesterone mempermudah perubahan
karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah selain itu
hormone progesterone menyebabkan nafsu makan bertambahan, dan menurunkan
aktivitas fisik.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 8 Juni 2022
o Tempat : PKM Wanasari
o Peserta : 5 Pasien
o Pelaksanaan : Registrasi – TTV – Anamnesis – tindakan suntik KB – Konseling
 Monitoring dan Evaluasi :
o Setelah melakukan anamnesis, didapatkan 3 pasien mengalami kenaikan berat badan
setelah 2 tahun pemakaian KB suntik. Dan terdapat 5 pasien pernah mengalami
amenorrhea selama penggunaan suntik KB.
o Melakukan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, jenis dan manfaatnya.
Pil KB
 Tanggal Kegiatan : 17 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pemberian Pil KB
 Latar Belakang :
Pil KB adalah alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan atau mencegah konsepsi yang
digunakan dengan cara per-oral atau kontrasepsi oral. Pil KB merupaka salah satu jenis
kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB banyak disukai karena relatif mudah didapat
dan digunakan, serta harganya murah. Kontrasepsi pil merupakan obat kontrasepsi yang
berbentuk tablet pil yang diminum setiap hari selama 28 hari. Jenis pil ada 2 macam,
yaitu: Pil yang mengandung hormon progresteron (pil progestin) dan (pil kombinasi) pil
yang mengandung hormone estrogen dan progresteron yang berfungsi menghambat
ovulasi sehingga dapat mencegah pembuahan.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering timbul dalam penggunaan pil KB adalah ketidakteraturan
pengonsumsian pil KB menyebabkan banyak pasien terjadinya kehamilan yang tidak di
inginkan.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Setelah mengetahui keluhan pasien yang tidak ingin menggunakan pil KB, sehingga
dibutuhkan edukasi mengenai apa itu kontrasepsi, dan apa saja jenis kontrasepsi dan
bagaimana fungsinya, sehingga masyarakat mengerti bahwa perlunya kedisiplinan dalam
konsumsi pil KB sesuai dengan jadwalnya, sehingga tidak menimbulkan kehamilan yang
tidak dinginkan.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 17 Juni 2022
o Tempat : PKM Wanasari
o Peserta : 1 pasien
o Pelaksanaan : Registrasi – TTV – Anamnesis – Pemberian pil KB - Konseling
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan anamnesis terhadap pasien, pasien lebih memilih penggunaan pil kb
disebabkan harga lebih mura, namun perlunya kedisiplinan dalam pengonsumsian pil KB.
IMD dan Asi Eksklusif
 Tanggal Kegiatan : 27 Juli 2022
 Judul Kegiatan : Materi KISS – ASI EKSKLUSIF
 Latar Belakang :
KISS (Kelas Ibu Sehat Sehati) adalah suatu kegiatan dimana berkumpulnya ibu teridiri
dari 6-12 ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi dan baduta dibawah umur 2 tahun yang
bertemu secara rutin satu bulan sekali untuk saling berbagi pengalaman, berdiskusi dan
saling memberi dukungan terkait tentang kesehatan ibu dan anak khususnya seputar
kehamilan, persalinan, menyusui yang dipandu oleh kader dan pengisian materi oleh
dokter internship. Materi KISS kali ini mengenai pentingnya Asi Eksklusif bagi bayi baru
lahir dan bayi > 6 bulan.
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat
ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan sampai 6
bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan benar mengenai pemberian dan kualitas
ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama enam bulan pertama
semenjak hari pertama lahir, mengingat periode tersebut merupakan masa periode emas
perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering ditemui pada masyarakat mengenai ASI eksklusif yaitu
kurangnya kesadaran dan kepedulian ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif. Dimana ibu
akan mudah putus asa apabila ASI susah keluar, sehingga ibu memberikan susu formula
kepada bayinya.
 Perencanaan dan pemilihan intervensi
Memberikan materi mengenai pentingnya ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi dan batuta yang dipandu oleh kader, dan ditambahkan dan membuka sesi
tanya jawab dengan dokter internship. Dan melakukan diskusi dan berbagi pengalaman
antar ibu-ibu selama kehamilan, persalinan dan menyusui.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 27 Juni 2022
Tempat : Rumah kader Desa Keboledan
Peserta : 16 peserta
Pelaksanaan : Registrasi – Diskusi pengalaman – Materi di pandu oleh kader – Tanya
Jawab dengan Dokter Internship - Penutup
 Monitoring dan evaluasi :
Setelah mendengarkan diskusi dan berbagai pengalaman antar peserta, bahwa masih
kurangnya kesadaran dan kepedulian pemberian ASI Eksklusif untuk bayi. Sehingga
kader, dokter dan bidan desa harus tetap melakukan kegiatan KISS setiap bulannya,
karena dibutuhkan kegiatan berbagi informasi mengenai kesehatan kepada ibu hamil, dan
ibu yang mempunyai bayi, dan batuta.
IMD dan Asi Eksklusif
 Tanggal Kegiatan : 28 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Kelas Ibu hamil – ASI Eksklusif
 Latar Belakang :
Kelas ibu adalah sarana belajar untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan ibu dan keluargasebagaimana yang tercantum di dalam buku Kesehatan Ibu
dan Anak (Buku KIA) mengenai perawatan kehamilan, persalinan, nifas , penyakit atau
komplikasi saat hamil-bersalin dan nifas, perawatan bayi baru lahir imunisasi, nutrisi,
pertumbuhan perkembangan, perawatan dan pemeliharaan anak sakit sampai anak
berusia 6 tahun.
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat
ASI bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan sampai 6
bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan benar mengenai pemberian dan kualitas
ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama enam bulan pertama
semenjak hari pertama lahir, mengingat periode tersebut merupakan masa periode emas
perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun.
 Permasalahan :
Permasalahan yang sering ditemui pada masyarakat mengenai ASI eksklusif yaitu
kurangnya kesadaran dan kepedulian ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif. Dimana ibu
akan mudah putus asa apabila ASI susah keluar, sehingga ibu memberikan susu formula
kepada bayinya.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Memberikan materi mengenai pentingnya ASI Eksklusif kepada ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi dan batuta yang dipandu oleh kader, dan ditambahkan dan membuka sesi
tanya jawab dengan dokter internship. Dan melakukan diskusi dan berbagi pengalaman
antar ibu-ibu selama kehamilan, persalinan dan menyusui.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 28 Mei 2022
Tempat : Rumah kader Desa Kertabesuki
Peserta :
- 10 peserta ibu hamil
- Bidan Desa kertabesuki
- Bidan koordinator
- Tim Gizi Puskesmas Wanasari
- Dokter Internship
Pelaksanaan :
- Pembukaan
- Pretest pertemuan I
- Pemaparan mengenai Kehamilan dengan Bidan koordinator - berdiskusi pengalaman
- Pemaparan mengenai ASI Eksklusif dengan dokter internship - berdiskusi pengalaman
- Pemaparan dari GIZI dengan Tim Gizi puskesmas
- Tanya Jawab
- Postest Pertemuan I
- Penutup
 Monitoring dan Evaluasi :
Setelah melakukan pemaparan mengenai ASI Eksklusif, tanda bahaya saat kehamilan dan
pemenuhan gizi pada ibu hamil, didapatkan hasil pretest dan post test :
PRETEST
nilai <7 terdapat 8 orang
nilai > 7 terdapat 2 orang
POSTEST
nilai < 7 terdapat 0
nilai > 7 terdapat 10 orang

- Diharapkan peserta ibu hamil dapat menerapkan ilmu yang didapat dari kelas ibu hamil
- Diharapkan ibu hamil dapat datang kembali saat pertemuan ke II
F4 – upaya perbaikan gizi masyarakat
Pengukuran BB dan PB / TB bayi dan anak sehat
 Tanggal Kegiatan :
 Judul Kegiatan : Pengukuran BB dan PB/TB pada Bayi dan Anak Sehat
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal
agar penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat.
Cara untuk mendeteksi balita yang memiliki tanda-tanda mengalami gizi buruk yaitu
pertama melalui intensifikasi pertumbuhan karena jika seseorang mengalami gizi buruk
pertumbuhannya tidak seperti anak pada umumnya dalam arti pertumbuhannya kurang
untuk mencapai ambang normal sesuai usianya baik berupa berat badan kurang, tinggi
badan kurang yang tidak sesuai dengan umurnya dan terkadang cenderung berat badan
menurun dan ini menjadi tanda awal terjadinya kekurangan gizi, yang kedua dengan
identifikasi faktor resiko yang kaitannya erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti dari
pola makan, tingkat pengetahuan gizi, dan penyakit.
 Permasalahan :
Faktor lingkungan yang menganggap enteng gizi buruk
- Faktor pendidikan ibu, ketidak ingin tahuan ibu, pola asuh ibu
- Faktor ekonomi keluarga yang cendrung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pencatatan BB & PB/TB secara berkala
- Penyuluhan gizi buruk dan isi piringku
- Penyuluhan pemberian ASI Eksklusif
 Pelaksanaan :
Tanggal : 12 Mei 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : Desa Kertabesuki, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 10 ibu dan balita
Kegiatan :
- Penimbangan
- Tanya jawab perkembangan asupan anak
- Pemberian informasi & nasehat kepada ibu

Ibu : kenapa anak saya sulit naik BB nya? Padahal makan 3x sehari
Dokter : tidak meningkatnya BB disebabkan oleh banyak faktor, bisa karena nutrisi yg di
makan kurang, anak ibu makan dengan lauk apa?
Ibu : nasi sama sayur, tidak suka ayam
Dokter : untuk 1000 hari pertama kehidupan bagusnya banyak makan protein hewani,
contohnya telur, ayam, ikan, daging
Ibu : apa lagi dok yg bisa bikin BB anak saya tidak naik?
Dokter : riwayat sakit, sering sakit tidak bu anaknya?
Ibu : iya anak saya kalau demam tinggi suka kejang
Dokter : tubuh jika lagi sakit butuh asupan makan 2x dari biasanya, jadi bisa karena itu
juga bu..
 Monitoring dan Evaluasi :
- Sedikitnya peserta yang hadir dikarenakan masih musim mudik
- Kurangnya antusias ibu, sehingga harus di ajak oleh para kader
Pengukuran BB dan PB / TB bayi dan anak sehat
 Tanggal Kegiatan : 6 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pengukuran BB dan PB/TB pada Bayi dan Anak Sehat
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal
agar penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat.
Cara untuk mendeteksi balita yang memiliki tanda-tanda mengalami gizi buruk yaitu
pertama melalui intensifikasi pertumbuhan karena jika seseorang mengalami gizi buruk
pertumbuhannya tidak seperti anak pada umumnya dalam arti pertumbuhannya kurang
untuk mencapai ambang normal sesuai usianya baik berupa berat badan kurang, tinggi
badan kurang yang tidak sesuai dengan umurnya dan terkadang cenderung berat badan
menurun dan ini menjadi tanda awal terjadinya kekurangan gizi, yang kedua dengan
identifikasi faktor resiko yang kaitannya erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti dari
pola makan, tingkat pengetahuan gizi, dan penyakit
 Permasalahan :
- Faktor lingkungan yang menganggap enteng gizi buruk
- Faktor pendidikan ibu, ketidak ingin tahuan ibu, pola asuh ibu
- Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pencatatan BB & PB/TB secara berkala
- Penyuluhan gizi buruk dan isi piringku
- Penyuluhan mengenai perkembangan di buku KIA sesuai dengan usia
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 Juni 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : Desa Keboledan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 14 ibu dan balita
Kegiatan :
- Penimbangan
- Tanya jawab perkembangan asupan anak
- Pemberian informasi & nasehat kepada ibu
 Monitoring dan Evaluasi :
- Antusias yang tinggi para ibu untuk mengetahui informasi bagaimana meningkatkan
perkembangan anak, dan pertumbuhan yang baik dengan cara pemberian asupan yang
bergizi dan seimbang
- menjelaskan materi pemberian makanan yang sesuai dengan anak di buku PINK (KIA)
- menjelaskan materi mengenai peningkatan perkembangan anak di buku PINK (KIA)
Pengukuran BB dan PB / TB bayi dan anak sehat
 Tanggal Kegiatan : 7 Juni 2022
 Judul Kegiatan :
Pengukuran BB dan PB/TB pada Bayi dan Anak Sehat
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal
agar penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat.
Cara untuk mendeteksi balita yang memiliki tanda-tanda mengalami gizi buruk yaitu
pertama melalui intensifikasi pertumbuhan karena jika seseorang mengalami gizi buruk
pertumbuhannya tidak seperti anak pada umumnya dalam arti pertumbuhannya kurang
untuk mencapai ambang normal sesuai usianya baik berupa berat badan kurang, tinggi
badan kurang yang tidak sesuai dengan umurnya dan terkadang cenderung berat badan
menurun dan ini menjadi tanda awal terjadinya kekurangan gizi, yang kedua dengan
identifikasi faktor resiko yang kaitannya erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti dari
pola makan, tingkat pengetahuan gizi, dan penyakit
 Permasalahan :
- Faktor lingkungan yang menganggap enteng gizi buruk
- Faktor pendidikan ibu, ketidak ingin tahuan ibu, pola asuh ibu
- Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pencatatan BB & PB/TB secara berkala
- Penyuluhan gizi buruk dan isi piringku
- Penyuluhan mengenai perkembangan di buku KIA sesuai dengan usia
 Pelaksanaan :
Tanggal : 7 Juni 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 6 ibu dan balita
Kegiatan :
- Penimbangan
- Tanya jawab perkembangan asupan anak
- Pemberian informasi & nasehat kepada ibu
 Monitoring dan Evaluasi :
- Antusias yang rendah para ibu untuk mengetahui informasi bagaimana meningkatkan
perkembangan anak, dan pertumbuhan yang baik dengan cara pemberian asupan yang
bergizi dan seimbang
- menjelaskan materi pemberian makanan yang sesuai dengan anak di buku PINK (KIA)
- menjelaskan materi mengenai peningkatan perkembangan anak di buku PINK (KIA)
Pengukuran BB dan PB / TB bayi dan anak sehat
 Tanggal Kegiatan : 13 Mei 2022
 Judul Kegiatan :
Pengukuran BB dan PB/TB pada Bayi dan Anak Sehat
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal
agar penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat.
Cara untuk mendeteksi balita yang memiliki tanda-tanda mengalami gizi buruk yaitu
pertama melalui intensifikasi pertumbuhan karena jika seseorang mengalami gizi buruk
pertumbuhannya tidak seperti anak pada umumnya dalam arti pertumbuhannya kurang
untuk mencapai ambang normal sesuai usianya baik berupa berat badan kurang, tinggi
badan kurang yang tidak sesuai dengan umurnya dan terkadang cenderung berat badan
menurun dan ini menjadi tanda awal terjadinya kekurangan gizi, yang kedua dengan
identifikasi faktor resiko yang kaitannya erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti dari
pola makan, tingkat pengetahuan gizi, dan penyakit
 Permasalahan :
- Faktor lingkungan yang menganggap enteng gizi buruk
- Faktor pendidikan ibu, ketidak ingin tahuan ibu, pola asuh ibu
- Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pencatatan BB & PB/TB secara berkala
- Penyuluhan gizi buruk dan isi piringku
- Penyuluhan mengenai perkembangan di buku KIA sesuai dengan usia
 Pelaksanaan :
Tanggal : 13 Mei 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : Desa Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 15 ibu dan balita
Kegiatan :
- Penimbangan
- Tanya jawab perkembangan asupan anak
- Pemberian informasi & nasehat kepada ibu
 Monitoring dan Evaluasi :
- Antusias yang tinggi para ibu untuk mengetahui informasi bagaimana meningkatkan
perkembangan anak, dan pertumbuhan yang baik dengan cara pemberian asupan yang
bergizi dan seimbang
- menjelaskan materi pemberian makanan yang sesuai dengan anak di buku PINK (KIA)
- menjelaskan materi mengenai peningkatan perkembangan anak di buku PINK (KIA)
Pengukuran BB dan PB / TB bayi dan anak sehat
 Tanggal Kegiatan : 10 Agustus 2022
 Judul Kegiatan :
Pengukuran BB dan PB/TB pada Bayi dan Anak Sehat
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia.
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal
agar penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat.
Cara untuk mendeteksi balita yang memiliki tanda-tanda mengalami gizi buruk yaitu
pertama melalui intensifikasi pertumbuhan karena jika seseorang mengalami gizi buruk
pertumbuhannya tidak seperti anak pada umumnya dalam arti pertumbuhannya kurang
untuk mencapai ambang normal sesuai usianya baik berupa berat badan kurang, tinggi
badan kurang yang tidak sesuai dengan umurnya dan terkadang cenderung berat badan
menurun dan ini menjadi tanda awal terjadinya kekurangan gizi, yang kedua dengan
identifikasi faktor resiko yang kaitannya erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti dari
pola makan, tingkat pengetahuan gizi, dan penyakit
 Permasalahan :
- Faktor lingkungan yang menganggap enteng gizi buruk
- Faktor pendidikan ibu, ketidak ingin tahuan ibu, pola asuh ibu
- Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- Pencatatan BB & PB/TB secara berkala
- Penyuluhan gizi buruk dan isi piringku
- Penyuluhan mengenai perkembangan di buku KIA sesuai dengan usia
 Pelaksanaan :
Tanggal : 10 Agustus 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : Desa Kupu, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah peserta : 10 ibu dan balita (melakukan SDIDTK)
Kegiatan :
- Penimbangan
- Tanya jawab perkembangan asupan anak
- Pemberian informasi & nasehat kepada ibu
 Monitoring dan Evaluasi :
- Antusias yang tinggi para ibu untuk mengetahui informasi bagaimana meningkatkan
perkembangan anak, dan pertumbuhan yang baik dengan cara pemberian asupan yang
bergizi dan seimbang
- menjelaskan materi pemberian makanan yang sesuai dengan anak di buku PINK (KIA)
- menjelaskan materi mengenai peningkatan perkembangan anak di buku PINK (KIA)
Diteksi dini stunting
 Tanggal Kegiatan : 9 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi dini stunting
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia. Kejadian gizi buruk perlu
dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal agar penanganan yang
dilakukan dapat lebih cepat. Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021, target
angka prevalensi atau lazim stunting nasional yakni sebesar 14 persen pada 2024.
Sementara stunting rate di Kabupaten Brebes sekitar 35 persen, sehingga menjadi
pekerjaan rumah yang sangat besar untuk menurunkannya.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
 Permasalahan :
• Faktor pendidikan ibu, pola asuh, dan ketidak ingin tahuan ibu.
• Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pendataan BB, TB, dan LILA secara berkala.
• Penyuluhan tentang gizi buruk dan isi piringku.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 9 Agustus 2022.
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB.
Lokasi : Desa Klampok, Brebes, Jawa Tengah.
Jumlah peserta : 100 balita

KEGIATAN
• Pengukuran BB, TB, dan LILA.
• Tanya jawab tentang gizi seimbang pada bayi dan balita.
• Pemberian Informasi dan nasihat kepada ibu.
 Monitoring dan Evaluasi :
Sedikitnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada bayi dan balita serta kurangnya
antusias ibu, sehingga harus di ajak oleh para kader dan bidan desa.
Diteksi dini stunting
 Tanggal Kegiatan : 10 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Diteksi dini stunting
 Latar Belakang :
Kasus gagal tumbuh atau stunting dan gizi buruk di Kabupaten Brebes termasuk tertinggi
di Jawa Tengah. Bahkan masuk dalam 10 besar di Indonesia. Kejadian gizi buruk perlu
dideteksi sedini mungkin sehingga dapat terdeteksi lebih awal agar penanganan yang
dilakukan dapat lebih cepat. Sesuai Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021, target
angka prevalensi atau lazim stunting nasional yakni sebesar 14 persen pada 2024.
Sementara stunting rate di Kabupaten Brebes sekitar 35 persen, sehingga menjadi
pekerjaan rumah yang sangat besar untuk menurunkannya.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari
WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya
asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami
kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
 Permasalahan :
• Faktor pendidikan ibu, pola asuh, dan ketidak ingin tahuan ibu.
• Faktor ekonomi keluarga yang cenderung menengah kebawah
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pendataan BB, TB, dan LILA secara berkala.
• Penyuluhan tentang gizi buruk dan isi piringku.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 10 Agustus 2022.
Waktu : 09.00 – 12.00 WIB.
Lokasi : Desa Kupu, Brebes, Jawa Tengah.
Jumlah peserta : 115 balita

KEGIATAN
• Pengukuran BB, TB, dan LILA.
• Tanya jawab tentang gizi seimbang pada bayi dan balita.
• Pemberian Informasi dan nasihat kepada ibu.
 Monitoring dan Evaluasi :
Sedikitnya pengetahuan tentang gizi seimbang pada bayi dan balita serta kurangnya
antusias ibu, sehingga harus di ajak oleh para kader dan bidan desa.
Pemberian suplemen gizi (PMT, TTD, Kapsul Vit A)
 Tanggal Kegiatan : 9 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Pemberian Suplemen Kapsul Vitamin A
 Latar Belakang :
Suplementasi vitamin A pada awalnya diberikan di Indonesia untuk mencegah penyakit
akibat kekurangan vitamin A (Xerophthalmia) yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
sel retina hingga kebutaan. Prevalensi Xerophthalmia pada bayi dan balita di Indonesia
adalah 1,33% pada tahun 1978 sehingga pemerintah menjalankan strategi
penanggulangan dengan cara pemberian kapsul vitamin A sejak tahun 1991. Kejadian
Xerophthalmia menurun menjadi 0,34% pada tahun 1992 sejak dijalankan program
pemberian suplemen kapsul vitamin A rutin di posyandu setiap 6 bulan sekali (Februari
dan Agustus).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, data cakupan pemberian suplementasi vitamin A pada
anak 12-59 sebesar 75,5%, sedangkan The Lancet Series, Maternal and Child Nutrition,
2013 merekomendasikan cakupan harus lebih dari 90% agar effektifitas program optimal.
Pemberian kapsul vitamin A merupakan salah satu indikator keberhasilan gerakan 1000
hari pertama kehidupan sehingga perlu diimplementasikan dengan baik agar cakupan
pemberian mencapai target lebih dari 90%. Profil kesehatan kabupaten Brebes tahun 2014
mencatat pemberian vitamin A pada bayi usia 6 bulan - 11 bulan yang telah mendapat
vitamin A sebanyak 17.156 bayi (99,15%) dari 17.303 bayi. Sedangkan jumlah balita usia
1–4 tahun yang telah mendapat vitamin A sebanyak 119.214 balita (97,73%) dari 121.984
balita dimana target cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A sebanyak 92 %.
 Permasalahan :
Defisiensi vitamin A adalah salah satu penyebab kebutaan tertinggi di dunia dengan
estimasi 250.000-500.000 anak mengalami kebutaan setiap tahun. Defisiensi vitamin A
berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas serta menyebabkan 2% kematian pada anak
dibawah usia 5 tahun.
Masih banyak kelompok rentan ekonomi di Indonesia yang masih membutuhkan
suplementasi vitamin A karena belum mampu membeli makanan yang kaya protein dan
zat gizi mikro. Beberapa makanan yang sudah difortifikasi vitamin A yaitu tepung terigu,
minyak goreng, biskuit dan mentega.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pemberian suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-
11 bulan
• Pemberian suplementasi vitamin A Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur
12-59 bulan
 Pelaksanaan :
Tanggal: 9 Agustus 2022
Waktu: 08.30-12.30
Lokasi: Posyandu Klampok, Brebes, Jawa Tengah
Sasaran : 165 balita
Jumlah balita hadir : 100 balita

Kegiatan:
- Pemberian informasi mengenai manfaat suplementasi vitamin A bagi bayi dan balita:
1. Manfaat suplemen vitamin A bagi bayi yaitu dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan infeksi seperti campak, diare, ISPA.
2. Baik untuk kesehatan mata serta dapat mengurangi risiko kelainan atau penyakit pada
mata, serta mencegah kerusakan mata dan kebutaan.
- Pemberian suplemen vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11
bulan
- Pemberian suplemen vitamin A kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-
59 bulan
 Monitoring dan Evaluasi :
- Cakupan pemberian suplemen kapsul vitamin A di posyandu Desa Klampok, Brebes
sebesar 65%.
- Jika ada sasaran bayi/ balita yang tidak datang, perlu dilakukan sweeping melalui
kunjungan rumah untuk menjaring sasaran dalam meningkatkan pemberian kapsul
vitamin A.
Pemberian suplemen gizi (PMT, TTD, Kapsul Vit A)
 Tanggal Kegiatan : 10 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Pemberian Suplemen Kapsul Vitamin A
 Latar Belakang :
Suplementasi vitamin A pada awalnya diberikan di Indonesia untuk mencegah penyakit
akibat kekurangan vitamin A (Xerophthalmia) yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
sel retina hingga kebutaan. Prevalensi Xerophthalmia pada bayi dan balita di Indonesia
adalah 1,33% pada tahun 1978 sehingga pemerintah menjalankan strategi
penanggulangan dengan cara pemberian kapsul vitamin A sejak tahun 1991. Kejadian
Xerophthalmia menurun menjadi 0,34% pada tahun 1992 sejak dijalankan program
pemberian suplemen kapsul vitamin A rutin di posyandu setiap 6 bulan sekali (Februari
dan Agustus).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, data cakupan pemberian suplementasi vitamin A pada
anak 12-59 sebesar 75,5%, sedangkan The Lancet Series, Maternal and Child Nutrition,
2013 merekomendasikan cakupan harus lebih dari 90% agar effektifitas program optimal.
Pemberian kapsul vitamin A merupakan salah satu indikator keberhasilan gerakan 1000
hari pertama kehidupan sehingga perlu diimplementasikan dengan baik agar cakupan
pemberian mencapai target lebih dari 90%. Profil kesehatan kabupaten Brebes tahun 2014
mencatat pemberian vitamin A pada bayi usia 6 bulan - 11 bulan yang telah mendapat
vitamin A sebanyak 17.156 bayi (99,15%) dari 17.303 bayi. Sedangkan jumlah balita usia
1–4 tahun yang telah mendapat vitamin A sebanyak 119.214 balita (97,73%) dari 121.984
balita dimana target cakupan balita yang mendapat kapsul vitamin A sebanyak 92 %.
 Permasalahan :
Defisiensi vitamin A adalah salah satu penyebab kebutaan tertinggi di dunia dengan
estimasi 250.000-500.000 anak mengalami kebutaan setiap tahun. Defisiensi vitamin A
berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas serta menyebabkan 2% kematian pada anak
dibawah usia 5 tahun.
Masih banyak kelompok rentan ekonomi di Indonesia yang masih membutuhkan
suplementasi vitamin A karena belum mampu membeli makanan yang kaya protein dan
zat gizi mikro. Beberapa makanan yang sudah difortifikasi vitamin A yaitu tepung terigu,
minyak goreng, biskuit dan mentega.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
• Pemberian suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-
11 bulan
• Pemberian suplementasi vitamin A Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur
12-59 bulan
 Pelaksanaan :
Tanggal: 10 Agustus 2022
Waktu: 08.30-12.30
Lokasi: Posyandu Kupu, Brebes, Jawa Tengah
Sasaran : 137 balita
Jumlah balita hadir : 115 balita

Kegiatan:
- Pemberian informasi mengenai manfaat suplementasi vitamin A bagi bayi dan balita:
1. Manfaat suplemen vitamin A bagi bayi yaitu dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dan infeksi seperti campak, diare, ISPA.
2. Baik untuk kesehatan mata serta dapat mengurangi risiko kelainan atau penyakit pada
mata, serta mencegah kerusakan mata dan kebutaan.
- Pemberian suplemen vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11
bulan
- Pemberian suplemen vitamin A kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-
59 bulan
 Monitoring dan Evaluasi :
- Cakupan pemberian suplemen kapsul vitamin A di posyandu Desa Kupu, Brebes
sebesar 83%.
- Jika ada sasaran bayi/ balita yang tidak datang, perlu dilakukan sweeping melalui
kunjungan rumah untuk menjaring sasaran dalam meningkatkan pemberian kapsul
vitamin A.
F5 – pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
Melaksanakan Imunisasi dasar dan BIAS
 Tanggal Kegiatan : 8 September 2022
 Judul Kegiatan : Melaksanakan Imunisasi Dasar dan BIAS
 Latar Belakang :
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, program imunisasi
merupakan salah satu program yang termasuk dalam proyek prioritas kesehatan
nasional dengan target yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka cakupan imunisasi
dasar bayi dan balita.
Tercapainya angka cakupan imunisasi dasar lengkap tidak menjamin suatu daerah akan
terbebas dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), sebagai contoh pada
tahun 2016 Jawa Tengah memiliki kasus campak terbanyak kedua di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 2.043 kasus dengan salah satu kasus terbanyak terdapat di
Kabupaten Brebes.
 Permasalahan :
- kurangnya capaian imunisasi dasar pada balita dan usia sekolah akibat 2 tahun pandemi
covid 19
- kurangnya sosialisasi pentingnya imunisasi untuk usia sekolah kepada orang tua murid
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
 Pelaksanaan :
Tanggal : 8 September 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : SDN 02 Dumeling, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah sasaran : 139 anak
kegiatan :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
- pemeberian paracetamol
 Monitoring dan Evaluasi :
- tidak semua siswa hadir
- beberapa siswa sedang sakit sehingga akan diberikan imunisasi di bulan Oktober
Melaksanakan Imunisasi dasar dan BIAS
 Tanggal Kegiatan : 9 September 2022
 Judul Kegiatan : Melaksanakan Imunisasi Dasar dan BIAS
 Latar Belakang :
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, program imunisasi
merupakan salah satu program yang termasuk dalam proyek prioritas kesehatan
nasional dengan target yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka cakupan imunisasi
dasar bayi dan balita.
Tercapainya angka cakupan imunisasi dasar lengkap tidak menjamin suatu daerah akan
terbebas dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), sebagai contoh pada
tahun 2016 Jawa Tengah memiliki kasus campak terbanyak kedua di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 2.043 kasus dengan salah satu kasus terbanyak terdapat di
Kabupaten Brebes.
 Permasalahan :
- kurangnya capaian imunisasi dasar pada balita dan usia sekolah akibat 2 tahun pandemi
covid 19
- kurangnya sosialisasi pentingnya imunisasi untuk usia sekolah kepada orang tua murid
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
 Pelaksanaan :
Tanggal : 9 September 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : SDN 02 Kupu, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah sasaran : 169 anak
kegiatan :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
- pemeberian paracetamol
 Monitoring dan Evaluasi :
- tidak semua siswa hadir
- beberapa siswa sedang sakit sehingga akan diberikan imunisasi di bulan Oktober
Melaksanakan Imunisasi dasar dan BIAS
 Tanggal Kegiatan : 6 September 2022
 Judul Kegiatan : Melakukan imunisasi dasar dan BIAS
 Latar Belakang :
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, program imunisasi
merupakan salah satu program yang termasuk dalam proyek prioritas kesehatan
nasional dengan target yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka cakupan imunisasi
dasar bayi dan balita.
Tercapainya angka cakupan imunisasi dasar lengkap tidak menjamin suatu daerah akan
terbebas dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), sebagai contoh pada
tahun 2016 Jawa Tengah memiliki kasus campak terbanyak kedua di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 2.043 kasus dengan salah satu kasus terbanyak terdapat di
Kabupaten Brebes.
 Permasalahan :
- kurangnya capaian imunisasi dasar pada balita dan usia sekolah akibat 2 tahun pandemi
covid 19
- kurangnya sosialisasi pentingnya imunisasi untuk usia sekolah kepada orang tua murid
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 September 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : SDN 02 Sawojajar, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah sasaran : 85 anak
kegiatan :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
- pemeberian paracetamol
 Monitoring dan Evaluasi :
- tidak semua siswa hadir
- beberapa siswa sedang sakit sehingga akan diberikan imunisasi di bulan Oktober
Melaksanakan Imunisasi dasar dan BIAS
 Tanggal Kegiatan : 10 September 2022
 Judul Kegiatan : Melaksanakan Imunisasi Dasar dan BIAS
 Latar Belakang :
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, program imunisasi
merupakan salah satu program yang termasuk dalam proyek prioritas kesehatan
nasional dengan target yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka cakupan imunisasi
dasar bayi dan balita.
Tercapainya angka cakupan imunisasi dasar lengkap tidak menjamin suatu daerah akan
terbebas dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), sebagai contoh pada
tahun 2016 Jawa Tengah memiliki kasus campak terbanyak kedua di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 2.043 kasus dengan salah satu kasus terbanyak terdapat di
Kabupaten Brebes.
 Permasalahan :
- kurangnya capaian imunisasi dasar pada balita dan usia sekolah akibat 2 tahun pandemi
covid 19
- kurangnya sosialisasi pentingnya imunisasi untuk usia sekolah kepada orang tua murid
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
 Pelaksanaan :
Tanggal : 10 September 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : SDN 01 Keboledan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah sasaran : 180 anak
kegiatan :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
- pemeberian paracetamol
 Monitoring dan Evaluasi :
- tidak semua siswa hadir
- beberapa siswa sedang sakit sehingga akan diberikan imunisasi di bulan Oktober
Melaksanakan Imunisasi dasar dan BIAS
 Tanggal Kegiatan : 15 September 2022
 Judul Kegiatan : Melaksanakan Imunisasi Dasar dan BIAS
 Latar Belakang :
Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, program imunisasi
merupakan salah satu program yang termasuk dalam proyek prioritas kesehatan
nasional dengan target yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka cakupan imunisasi
dasar bayi dan balita.
Tercapainya angka cakupan imunisasi dasar lengkap tidak menjamin suatu daerah akan
terbebas dari PD3I (Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), sebagai contoh pada
tahun 2016 Jawa Tengah memiliki kasus campak terbanyak kedua di Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 2.043 kasus dengan salah satu kasus terbanyak terdapat di
Kabupaten Brebes.
 Permasalahan :
- kurangnya capaian imunisasi dasar pada balita dan usia sekolah akibat 2 tahun pandemi
covid 19
- kurangnya sosialisasi pentingnya imunisasi untuk usia sekolah kepada orang tua murid
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
 Pelaksanaan :
Tanggal : 15 September 2022
Waktu : 09.00-11.00
Lokasi : MI Manbaul Hisan Pesantunan, Brebes, Jawa Tengah
Jumlah sasaran : 111 anak
kegiatan :
- pemberian imunisasi MR pada kelas 1 SD
- pemberian imunisasi TD pada kelas 2 SD
- pemberian imunisasi HPV pada kelas 5 SD
- pemeberian paracetamol
 Monitoring dan Evaluasi :
- tidak semua siswa hadir
- beberapa siswa sedang sakit sehingga akan diberikan imunisasi di bulan Oktober
Pencarian kasus penyakit menular lainnya
 Tanggal Kegiatan : 5 Agustus 2022
 Judul Kegiatan : Kunjungan Rumah Pasien TB MDR
 Latar belakang
Promosi kesehatan untuk penanggulangan TB dilakukan disemua tingkatan administrasi,
baik pusat, provinsi, kabupaten, sampai dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Monitoring
dan evaluasi program TB merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program TB. Monitoring dilakukan secara rutin dan berkala
sebagai deteksi awal masalah dalam pelaksanaan kegaiatan program sehingga dapat
segera dilakukan tindakan perbaikan. Monitoring dapat dilakukan dengan membaca dan
menilai laporan rutin maupun laporan tidak rutin, serta kunjungan lapangan.
 Permasalahan
Permasalahan yang didapatkan saat kunjungan adalah kondisi rumah yang tidak
memenuhi syarat rumah sehat, dan kurangnya informasi mengenai alur pengobatan,
kurangnya kesadaran keluarga dan pasien tentang penyebaran penyakit TB.
 Perencanaan dan pemilihan intervensi
kegiatan monitoring berupa kunjungan rumah merupakan hal yang harus dilakukan, agar
pasien dan keluarga selalu terpantau dan teredukasi mengenai penyebaran dan alur
pengobatan.
 Pelaksanaan
Tanggal : 5 Agustus 2022
Tempat : Rumah Pasien TB MDR di Desa Keboledan
Peserta : 10 peserta (pasien, anggota keluarga, dan masyarakat sekitar rumah)
Pelaksanaan : Pencatatan – Inspeksi rumah – Pemeriksaan Pasien – Screening anggota
keluarga (anamnesis) – Penyuluhan
 Monitoring dan evaluasi
setelah melakukan kunjungan rumah pasien TB MDR, pasien dan anggota keluarga
pasien selalu di monitoring oleh puskesmas, sehingga apabila terdapat anggota keluarga
yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien, dihimbau untuk melakukan screening
berupa pemeriksaan dahak.
Pencarian kasus penyakit menular lainnya
 Tanggal Kegiatan : 24 Mei 2022
 Judul Kegiatan :
Kunjungan Rumah Pasien TB MDR
 Latar Belakang :
Promosi kesehatan untuk penanggulangan TB dilakukan disemua tingkatan administrasi,
baik pusat, provinsi, kabupaten, sampai dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Monitoring
dan evaluasi program TB merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program TB. Monitoring dilakukan secara rutin dan berkala
sebagai deteksi awal masalah dalam pelaksanaan kegaiatan program sehingga dapat
segera dilakukan tindakan perbaikan. Monitoring dapat dilakukan dengan membaca dan
menilai laporan rutin maupun laporan tidak rutin, serta kunjungan lapangan.
 Permasalahan :
Permasalahan yang didapatkan saat kunjungan adalah kondisi rumah yang tidak
memenuhi syarat rumah sehat, dan kurangnya informasi mengenai alur pengobatan,
kurangnya kesadaran keluarga dan pasien tentang penyebaran penyakit TB.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
kegiatan monitoring berupa kunjungan rumah merupakan hal yang harus dilakukan, agar
pasien dan keluarga selalu terpantau dan teredukasi mengenai penyebaran dan alur
pengobatan.
 Pelaksanaan :
Tanggal : 24 Mei 2022
Tempat : Rumah Pasien TB MDR di Desa Keboledan
Peserta : 12 peserta (pasien, anggota keluarga, ibu RT dan masyarakat sekitar rumah)
Pelaksanaan : Pencatatan – Inspeksi rumah – Pemeriksaan Pasien – Screening anggota
keluarga (anamnesis) – Penyuluhan
 Monitoring dan Evaluasi :
setelah melakukan kunjungan rumah pasien TB MDR, pasien dan anggota keluarga
pasien selalu di monitoring oleh puskesmas, sehingga apabila terdapat anggota keluarga
yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien, dihimbau untuk melakukan screening
berupa pemeriksaan dahak.
Penapisan pasien tersangka TB
 Tanggal Kegiatan : 6 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Penapisan pasien tersangka TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Pengobatan kass TB
merupakan sala satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai
penularan. Tahapan diagnosis penyakit tuberculosis adala sebagai berikut : semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu – pagi – sewaktu,
diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA), pemeriksaan lain seperti foto thorax, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang.

Eliminasi Tuberkulosis 2020 :


- skrining TBC di pondok pesantren : Proses skrining ini dilakukan dengan mengisi
formulir oleh seluruh santri/wati, yang mana isi formulir antara lain adalah pertanyaan-
pertanyaan seputar Tuberkulosis atau gejala- gejala utama (batuk) dan gejala yang
mendukung TBC, seperti sesak nafas, meriang, berkeringat tanpa melakukan aktifitas,
berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita
TBC maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan menggunakan X ray dan Tes Cepat
Molekular
- JEMM 2020 : Joint External TBC Monitoring Mission adalah kegiatan rutin yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2005 dan dilanjutkan setiap 3 (tiga) tahun sekali, dengan
melibatkan para ahli dari internasional maupun nasional yang terdiri dari WHO, Global
Fund, USAID dan organisasi lainnya.
- gerakan bersama menuju eliminasi TBC 2030 : Tujuan dari adanya Gerakan Bersama ini
adalah mendorong penetapan TBC sebagai prioritas pembangunan kesehatan nasional dan
harmonisasi kegiatan dengan seluruh Lembaga dan Kementerian yang ada serta sumber
daya para pemangku kepentingan dalam mencapai Eliminasi TBC 2030. Selain itu, acara
ini turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk proaktif dalam upaya untuk
mengakhiri TBC di Indonesia
- TBC di era pandemi covid-19
- kegiatan laboratorium di era pandemi covid-19
- rangkaian kegiatan kampanye TBC
- update paduan pengobatan TBC RO di Indonesia
 Permasalahan :
Data yang didapatkan di puskesmas wanasari, untuk target pencapaian sebanyak 920
kasus, dan baru tercapai 133 kasus (14%) selama satu semester.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan penapisan pasien-pasien tersangka TB saat di poli BP, dan menyarankan
untuk melakukan skrining TB dengan pemeriksaan dahak. Dan melakukan edukasi
tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 6 Juni 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari – Poli TB
o Peserta : Terdapat 4 pasien suspek TB
o Pelaksanaan : Melakukan pencatatan / registrasi pasien – memberikan edukasi
mengenai penyakit Tb dan bagaimana penularannya – memberikan 2 pot sputum dahak
(pasien suspek TB) – memberikan penjelasan mengenai hasil dari pemeriksaan BTA
(pasien terkonfirmasi / hasil negative) – memberikan penjelasan mengenai pemberian
OAT (pasien terkonfirmasi)
 Monitoring dan Evaluasi :
o Terdapat 4 pasien suspek TB (hasil belum ada)
o Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai penyakit TB dan bagaimana cara
penularannya.
Penapisan pasien tersangka TB
 Tanggal Kegiatan : 20 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Penapisan pasien tersangka TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Pengobatan kass TB
merupakan sala satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai
penularan. Tahapan diagnosis penyakit tuberculosis adala sebagai berikut : semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu – pagi – sewaktu,
diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA), pemeriksaan lain seperti foto thorax, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang.

Eliminasi Tuberkulosis 2020 :


- skrining TBC di pondok pesantren : Proses skrining ini dilakukan dengan mengisi
formulir oleh seluruh santri/wati, yang mana isi formulir antara lain adalah pertanyaan-
pertanyaan seputar Tuberkulosis atau gejala- gejala utama (batuk) dan gejala yang
mendukung TBC, seperti sesak nafas, meriang, berkeringat tanpa melakukan aktifitas,
berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita
TBC maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan menggunakan X ray dan Tes Cepat
Molekular
- JEMM 2020 : Joint External TBC Monitoring Mission adalah kegiatan rutin yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2005 dan dilanjutkan setiap 3 (tiga) tahun sekali, dengan
melibatkan para ahli dari internasional maupun nasional yang terdiri dari WHO, Global
Fund, USAID dan organisasi lainnya.
- gerakan bersama menuju eliminasi TBC 2030 : Tujuan dari adanya Gerakan Bersama ini
adalah mendorong penetapan TBC sebagai prioritas pembangunan kesehatan nasional dan
harmonisasi kegiatan dengan seluruh Lembaga dan Kementerian yang ada serta sumber
daya para pemangku kepentingan dalam mencapai Eliminasi TBC 2030. Selain itu, acara
ini turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk proaktif dalam upaya untuk
mengakhiri TBC di Indonesia
- TBC di era pandemi covid-19
- kegiatan laboratorium di era pandemi covid-19
- rangkaian kegiatan kampanye TBC
- update paduan pengobatan TBC RO di Indonesia
 Permasalahan :
Data yang didapatkan di puskesmas wanasari, untuk target pencapaian sebanyak 920
kasus, dan baru tercapai 133 kasus (14%) selama satu semester.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan penapisan pasien-pasien tersangka TB saat di poli BP, dan menyarankan
untuk melakukan skrining TB dengan pemeriksaan dahak. Dan melakukan edukasi
tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 20 Juni 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari – Poli TB
o Peserta : Terdapat 6 pasien suspek TB
o Pelaksanaan : Melakukan pencatatan / registrasi pasien – memberikan edukasi
mengenai penyakit Tb dan bagaimana penularannya – memberikan 2 pot sputum dahak
(pasien suspek TB) – memberikan penjelasan mengenai hasil dari pemeriksaan BTA
(pasien terkonfirmasi / hasil negative) – memberikan penjelasan mengenai pemberian
OAT (pasien terkonfirmasi)
 Monitoring dan Evaluasi :
o Terdapat 4 pasien suspek TB (hasil belum ada), 2 pasien negative
o Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai penyakit TB dan bagaimana cara
penularannya.
Penapisan pasien tersangka TB
 Tanggal Kegiatan : 22 Juli 2022
 Judul Kegiatan : Penapisan pasien tersangka TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Pengobatan kass TB
merupakan sala satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai
penularan. Tahapan diagnosis penyakit tuberculosis adala sebagai berikut : semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu – pagi – sewaktu,
diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA), pemeriksaan lain seperti foto thorax, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang.

Eliminasi Tuberkulosis 2020 :


- skrining TBC di pondok pesantren : Proses skrining ini dilakukan dengan mengisi
formulir oleh seluruh santri/wati, yang mana isi formulir antara lain adalah pertanyaan-
pertanyaan seputar Tuberkulosis atau gejala- gejala utama (batuk) dan gejala yang
mendukung TBC, seperti sesak nafas, meriang, berkeringat tanpa melakukan aktifitas,
berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita
TBC maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan menggunakan X ray dan Tes Cepat
Molekular
- JEMM 2020 : Joint External TBC Monitoring Mission adalah kegiatan rutin yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2005 dan dilanjutkan setiap 3 (tiga) tahun sekali, dengan
melibatkan para ahli dari internasional maupun nasional yang terdiri dari WHO, Global
Fund, USAID dan organisasi lainnya.
- gerakan bersama menuju eliminasi TBC 2030 : Tujuan dari adanya Gerakan Bersama ini
adalah mendorong penetapan TBC sebagai prioritas pembangunan kesehatan nasional dan
harmonisasi kegiatan dengan seluruh Lembaga dan Kementerian yang ada serta sumber
daya para pemangku kepentingan dalam mencapai Eliminasi TBC 2030. Selain itu, acara
ini turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk proaktif dalam upaya untuk
mengakhiri TBC di Indonesia
- TBC di era pandemi covid-19
- kegiatan laboratorium di era pandemi covid-19
- rangkaian kegiatan kampanye TBC
- update paduan pengobatan TBC RO di Indonesia
 Permasalahan :
Data yang didapatkan di puskesmas wanasari, untuk target pencapaian sebanyak 920
kasus, dan baru tercapai 133 kasus (14%) selama satu semester.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan penapisan pasien-pasien tersangka TB saat di poli BP, dan menyarankan
untuk melakukan skrining TB dengan pemeriksaan dahak. Dan melakukan edukasi
tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 22 Juli 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari – Poli TB
o Peserta : Terdapat 5 pasien suspek TB
o Pelaksanaan : Melakukan pencatatan / registrasi pasien – memberikan edukasi
mengenai penyakit Tb dan bagaimana penularannya – memberikan 2 pot sputum dahak
(pasien suspek TB) – memberikan penjelasan mengenai hasil dari pemeriksaan BTA
(pasien terkonfirmasi / hasil negative) – memberikan penjelasan mengenai pemberian
OAT (pasien terkonfirmasi)
 Monitoring dan Evaluasi :
o Terdapat 3 pasien suspek TB (hasil belum ada), 2 pasien negative
o Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai penyakit TB dan bagaimana cara
penularannya.
Penapisan pasien tersangka TB
 Tanggal Kegiatan : 8 Juli 2022
 Judul Kegiatan : Penapisan pasien tersangka TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Pengobatan kass TB
merupakan sala satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai
penularan. Tahapan diagnosis penyakit tuberculosis adala sebagai berikut : semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu – pagi – sewaktu,
diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA), pemeriksaan lain seperti foto thorax, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang.
Eliminasi Tuberkulosis 2020 :
- skrining TBC di pondok pesantren : Proses skrining ini dilakukan dengan mengisi
formulir oleh seluruh santri/wati, yang mana isi formulir antara lain adalah pertanyaan-
pertanyaan seputar Tuberkulosis atau gejala- gejala utama (batuk) dan gejala yang
mendukung TBC, seperti sesak nafas, meriang, berkeringat tanpa melakukan aktifitas,
berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita
TBC maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan menggunakan X ray dan Tes Cepat
Molekular
- JEMM 2020 : Joint External TBC Monitoring Mission adalah kegiatan rutin yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2005 dan dilanjutkan setiap 3 (tiga) tahun sekali, dengan
melibatkan para ahli dari internasional maupun nasional yang terdiri dari WHO, Global
Fund, USAID dan organisasi lainnya.
- gerakan bersama menuju eliminasi TBC 2030 : Tujuan dari adanya Gerakan Bersama ini
adalah mendorong penetapan TBC sebagai prioritas pembangunan kesehatan nasional dan
harmonisasi kegiatan dengan seluruh Lembaga dan Kementerian yang ada serta sumber
daya para pemangku kepentingan dalam mencapai Eliminasi TBC 2030. Selain itu, acara
ini turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk proaktif dalam upaya untuk
mengakhiri TBC di Indonesia
- TBC di era pandemi covid-19
- kegiatan laboratorium di era pandemi covid-19
- rangkaian kegiatan kampanye TBC
- update paduan pengobatan TBC RO di Indonesia
 Permasalahan :
Data yang didapatkan di puskesmas wanasari, untuk target pencapaian sebanyak 920
kasus, dan baru tercapai 133 kasus (14%) selama satu semester.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan penapisan pasien-pasien tersangka TB saat di poli BP, dan menyarankan
untuk melakukan skrining TB dengan pemeriksaan dahak. Dan melakukan edukasi
tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 8 Juli 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari – Poli TB
o Peserta : Terdapat 4 pasien suspek TB
o Pelaksanaan : Melakukan pencatatan / registrasi pasien – memberikan edukasi
mengenai penyakit Tb dan bagaimana penularannya – memberikan 2 pot sputum dahak
(pasien suspek TB) – memberikan penjelasan mengenai hasil dari pemeriksaan BTA
(pasien terkonfirmasi / hasil negative) – memberikan penjelasan mengenai pemberian
OAT (pasien terkonfirmasi)
 Monitoring dan Evaluasi :
o Terdapat 3 pasien suspek TB (hasil belum ada), 1 pasien positive
o Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai penyakit TB dan bagaimana cara
penularannya
Penapisan pasien tersangka TB
 Tanggal Kegiatan : 30 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Penapisan pasien tersangka TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus)
menempati urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Pengobatan kass TB
merupakan sala satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai
penularan. Tahapan diagnosis penyakit tuberculosis adala sebagai berikut : semua suspek
TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu – pagi – sewaktu,
diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA), pemeriksaan lain seperti foto thorax, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang.
Eliminasi Tuberkulosis 2020 :
- skrining TBC di pondok pesantren : Proses skrining ini dilakukan dengan mengisi
formulir oleh seluruh santri/wati, yang mana isi formulir antara lain adalah pertanyaan-
pertanyaan seputar Tuberkulosis atau gejala- gejala utama (batuk) dan gejala yang
mendukung TBC, seperti sesak nafas, meriang, berkeringat tanpa melakukan aktifitas,
berat badan menurun dan nafsu makan berkurang. Apabila ada yang dicurigai menderita
TBC maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan menggunakan X ray dan Tes Cepat
Molekular
- JEMM 2020 : Joint External TBC Monitoring Mission adalah kegiatan rutin yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2005 dan dilanjutkan setiap 3 (tiga) tahun sekali, dengan
melibatkan para ahli dari internasional maupun nasional yang terdiri dari WHO, Global
Fund, USAID dan organisasi lainnya.
- gerakan bersama menuju eliminasi TBC 2030 : Tujuan dari adanya Gerakan Bersama ini
adalah mendorong penetapan TBC sebagai prioritas pembangunan kesehatan nasional dan
harmonisasi kegiatan dengan seluruh Lembaga dan Kementerian yang ada serta sumber
daya para pemangku kepentingan dalam mencapai Eliminasi TBC 2030. Selain itu, acara
ini turut mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk proaktif dalam upaya untuk
mengakhiri TBC di Indonesia
- TBC di era pandemi covid-19
- kegiatan laboratorium di era pandemi covid-19
- rangkaian kegiatan kampanye TBC
- update paduan pengobatan TBC RO di Indonesia
 Permasalahan :
Data yang didapatkan di puskesmas wanasari, untuk target pencapaian sebanyak 920
kasus, dan baru tercapai 133 kasus (14%) selama satu semester.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan penapisan pasien-pasien tersangka TB saat di poli BP, dan menyarankan
untuk melakukan skrining TB dengan pemeriksaan dahak. Dan melakukan edukasi
tentang penyakit TB dan bagaimana cara penularannya.
 Pelaksanaan :
o Tanggal : 30 Mei 2022
o Tempat : Puskesmas Wanasari – Poli TB
o Peserta : Terdapat 6 pasien suspek TB
o Pelaksanaan : Melakukan pencatatan / registrasi pasien – memberikan edukasi
mengenai penyakit Tb dan bagaimana penularannya – memberikan 2 pot sputum dahak
(pasien suspek TB) – memberikan penjelasan mengenai hasil dari pemeriksaan BTA
(pasien terkonfirmasi / hasil negative) – memberikan penjelasan mengenai pemberian
OAT (pasien terkonfirmasi)
 Monitoring dan Evaluasi :
o Terdapat 4 pasien suspek TB (hasil belum ada), 1 pasien positive (memberikan
pengarahan pengobatan OAT), 1 pasien negative
o Memberikan penyuluhan atau edukasi mengenai penyakit TB dan bagaimana cara
penularannya.
Melakukan pengobatan pasien TB Paru (Baru / Lama)
 Tanggal Kegiatan : 30 Mei 2022
 Judul Kegiatan : Melakukan Pengobatan pasienn TB Paru
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan edukasi mengenai pemberian obat OAT setiap kali pasien mengambil obat,
melakukan konseling kepada pasien TB setiap pasien di poli TB, melakukan kunjungan
rumah pasien TB untuk melihat kondisi rumah, sanitasi ruma dan penyebaran penyakit
TB terhadap keluarga pasien
 Pelaksanaan :
Tanggal : 30 Mei 2022
Tempat : Poli TB – Puskesmas Wanasari
Peserta : 9 pasien Poli TB
Pelaksanaan : Melakukan registrasi di poli TB – melakukan konseling kepada pasien TB
dan edukasi tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB OAT / TB MDR –
memberikan obat OAT / TB MDR
 Monitoring dan Evaluasi :
Terdapat 4 pasien TB MDR dan 5 pasien TB Paru (OAT)
Tidak didapatkan adanya keterlambatan atau ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat OAT / TB-MDR
Melakukan kunjungan berkala ke rumah pasien TB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan terhadap keluarga dan warga sekitar.
Melakukan pengobatan pasien TB Paru (Baru / Lama)
 Tanggal Kegiatan : 6 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pengobata TB Paru
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan edukasi mengenai pemberian obat OAT setiap kali pasien mengambil obat,
melakukan konseling kepada pasien TB setiap pasien di poli TB, melakukan kunjungan
rumah pasien TB untuk melihat kondisi rumah, sanitasi ruma dan penyebaran penyakit
TB terhadap keluarga pasien
 Pelaksanaan :
Tanggal : 6 Juni 2022
Tempat : Poli TB – Puskesmas Wanasari
Peserta : 10 pasien Poli TB
Pelaksanaan : Melakukan registrasi di poli TB – melakukan konseling kepada pasien TB
dan edukasi tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB OAT / TB MDR –
memberikan obat OAT / TB MDR
 Monitoring dan Evaluasi :
Terdapat 4 pasien TB MDR dan 6 pasien TB Paru (OAT)
Tidak didapatkan adanya keterlambatan atau ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat OAT / TB-MDR
Melakukan kunjungan berkala ke rumah pasien TB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan terhadap keluarga dan warga sekitar
Melakukan pengobatan pasien TB Paru (Baru / Lama)
 Tanggal Kegiatan : 20 Juni 2022
 Judul Kegiatan : Pengobatan TB
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting.
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan edukasi mengenai pemberian obat OAT setiap kali pasien mengambil obat,
melakukan konseling kepada pasien TB setiap pasien di poli TB, melakukan kunjungan
rumah pasien TB untuk melihat kondisi rumah, sanitasi ruma dan penyebaran penyakit
TB terhadap keluarga pasien
 Pelaksanaan :
Tanggal : 20 Juni 2022
Tempat : Poli TB – Puskesmas Wanasari
Peserta : 10 pasien Poli TB
Pelaksanaan : Melakukan registrasi di poli TB – melakukan konseling kepada pasien TB
dan edukasi tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB OAT / TB MDR –
memberikan obat OAT / TB MDR
 Monitoring dan Evaluasi :
Terdapat 4 pasien TB MDR dan 6 pasien TB Paru (OAT)
Tidak didapatkan adanya keterlambatan atau ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat OAT / TB-MDR
Melakukan kunjungan berkala ke rumah pasien TB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan terhadap keluarga dan warga sekitar
Melakukan pengobatan pasien TB Paru (Baru / Lama)
 Tanggal Kegiatan : 22 Juli 2022
 Judul Kegiatan :
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting
 Perencanaan d an Pemilihan intervensi :
Melakukan edukasi mengenai pemberian obat OAT setiap kali pasien mengambil obat,
melakukan konseling kepada pasien TB setiap pasien di poli TB, melakukan kunjungan
rumah pasien TB untuk melihat kondisi rumah, sanitasi ruma dan penyebaran penyakit
TB terhadap keluarga pasien
 Pelaksanaan :
Tanggal : 22 Juli 2022
Tempat : Poli TB – Puskesmas Wanasari
Peserta : 11 pasien Poli TB
Pelaksanaan : Melakukan registrasi di poli TB – melakukan konseling kepada pasien TB
dan edukasi tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB OAT / TB MDR –
memberikan obat OAT / TB MDR
 Monitoring dan Evaluasi :
Terdapat 3 pasien TB MDR dan 8 pasien TB Paru (OAT)
Tidak didapatkan adanya keterlambatan atau ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat OAT / TB-MDR
Melakukan kunjungan berkala ke rumah pasien TB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan terhadap keluarga dan warga sekitar
Melakukan pengobatan pasien TB Paru (Baru / Lama)
 Tanggal Kegiatan : 8 Juli 2022
 Judul Kegiatan :
 Latar Belakang :
Tuberkulosis adala suatu penyakit infeksi kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling sering menyerang organ paru. Indonesia
merupakan negara dengan penderita terbanyak ke -5 di dunia, banyaknya kasus yang
belum terjangkau dan terdeteksi menjadi sala satu factor yang menyebabkan tingginya
kasus TB, maka untuk mencegah seminimal mungkin angka gagal, lalai / default perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi yang tepat dan benar. Dengan adanya kasus gagal
pengobatan TB di Indonesia maka akan memicu terjadinya Multi drug resistant Tb
(MDR-TB) yang nantinya akan mengancam efikasi standard panduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT).
 Permasalahan :
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan pengobatan adalah karena ketidakpatuhan
berobat penderita masih tinggi. Oleh karena itu, masalah kepatuhan penderita dalam
menyelesaikan program pengobatan merupakan prioritas paling penting
 Perencanaan dan Pemilihan intervensi :
Melakukan edukasi mengenai pemberian obat OAT setiap kali pasien mengambil obat,
melakukan konseling kepada pasien TB setiap pasien di poli TB, melakukan kunjungan
rumah pasien TB untuk melihat kondisi rumah, sanitasi ruma dan penyebaran penyakit
TB terhadap keluarga pasien
 Pelaksanaan :
Tanggal : 8 Juli 2022
Tempat : Poli TB – Puskesmas Wanasari
Peserta : 11 pasien Poli TB
Pelaksanaan : Melakukan registrasi di poli TB – melakukan konseling kepada pasien TB
dan edukasi tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB OAT / TB MDR –
memberikan obat OAT / TB MDR
 Monitoring dan Evaluasi :
Terdapat 3 pasien TB MDR dan 8 pasien TB Paru (OAT)
Tidak didapatkan adanya keterlambatan atau ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi
obat OAT / TB-MDR
Melakukan kunjungan berkala ke rumah pasien TB dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penularan terhadap keluarga dan warga sekitar

Anda mungkin juga menyukai