Anda di halaman 1dari 32

1.

PSN 8 maret

JUDUL :
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Grebek) RT 5 , RW 11

LB :

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penularan virus dengue yaitu kepadatan
vektor, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan susceptibilitas dari penduduk.
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada penularan virus dengue, karena
jarak terbang nyamuk Ae. aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m. Selain itu
lingkungan juga merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD.

PERMASALAHAN :

-Lingkungan padat penduduk

-Minimnya tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan pencegahan


DBD dengan 4M plus

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Kader dan petugas puskesmas mendatangi setiap rumah lalu mengevaluasi apakah
penghuni rumah tersebut sudah 4M plus lalu di edukasi
PELAKSANAAN :

Menanyakan serta memastikan secara langsung kepada penghuni rumah :

-menguras serta menyikat penampungan air dan berapa frekuensinya setiap minggu

-menutup rapat penampungan air

-mendaur ulang/ memisahkan sampah plastik

-frekuensi memantau jentik dalam penampungan air

-menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk

Jika ditemukan jentik maka penghuni rumah dihimbau untuk membuang air serta
menguras penampungannya, kader juga memberikan bubuk abate untuk ditaburi dalam
penampungan air setelah dikuras. Rumah tersebut juga ditempeli sticker sebagai
penanda ada jentik agar masyarakat lebih waspada.

MONITORING & EVALUASI

Beberapa rumah positif terdapat jentik

ABJ :
2. Kunjungan pasien BGM (27 februari)

JUDUL :
Kunjungan pasien BGM RW 15

LB :
Status gizi pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak
balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita
sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.

Kartu Menujuh Sehat (KMS) hanya difungsikan untuk pemantauan pertumbuhan-


perkembangan balita dan promosinya, bukan untuk penilaian status gizi, namun  dapat
digunakan untuk screening berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM)
sebagai “warning” untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak
berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah

Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan
perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang
balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola
pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.

Anak-anak yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup berpotensi mengalami


komplikasi serta gangguan kesehatan jangka panjang, seperti: Gangguan kesehatan
mental dan emosional, tingkat IQ yang rendah, penyakit infeksi, anak pendek dan tidak
tumbuh optimal. Karena itulah diperlukan pengawasan pemenuhan gizi untuk tumbuh
kembang anak.

PERMASALAHAN :

-Ekonomi keluarga yang kurang memadai

-Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran orangtua akan pentingnya


pemantauan tumbuh kembang anak
PERENCANAAN & INTERVENSI :

Kunjungan ke rumah anak BGM yang tidak dibawa orangtuanya ke pos gizi secara rutin
untuk dilakukan pemantauan BB dan edukasi kepada orangtua dan keluarga yang ada
dirumahnya

PELAKSANAAN :

-menanyakan permasalahan mengapa orangtua/keluarga tidak membawa anak


tersebut rutin ke pos gizi serta mencari solusinya

-mengedukasi orangtua/keluarga akan pentingnya tumbuh kembang anak

-melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak

-pemberian biskuit susu

MONITORING & EVALUASI

Dari hasil pengukuran saat itu, anak tersebut masih BGM (tidak terdapat peningkatan
berat badan dan tinggi badan dari catatan sebelumnya), orangtua tersebut akan
membawa anaknya ke pos gizi secara rutin untuk monitoring selanjutnya

3. Pos gizi bgm (27 februari)

JUDUL :
Kunjungan pasien BGM RW 15

LB :
Status gizi pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak
balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita
sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh.
Kartu Menujuh Sehat (KMS) hanya difungsikan untuk pemantauan pertumbuhan-
perkembangan balita dan promosinya, bukan untuk penilaian status gizi, namun dapat
digunakan untuk screening berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) sebagai
“warning” untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak berlaku pada
anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah

Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan
perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti seseorang
balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai pola
pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.

Anak-anak yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup berpotensi mengalami


komplikasi serta gangguan kesehatan jangka panjang, seperti: Gangguan kesehatan
mental dan emosional, tingkat IQ yang rendah, penyakit infeksi, anak pendek dan tidak
tumbuh optimal. Karena itulah diperlukan pengawasan pemenuhan gizi untuk tumbuh
kembang anak.

PERMASALAHAN :

-Ekonomi keluarga yang kurang memadai

-Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran orangtua akan pentingnya


pemantauan tumbuh kembang anak

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan dan pemantauan status gizi

PELAKSANAAN :

1. Penyuluhan tentang makanan seimbang


2. Pemantauan status gizi setiap anak BGM dengan pengukuran berat badan, tinggi
badan, kemudian dilakukan penetapan status gizi berdasarkan z score

Dari hasil penetapan status gizi berdasarkan z score:

1. Untuk balita dengan status kurus diberikan makanan tambahan

2. Untuk balita dengan status gizi kurus sekali diberikan susu f-100 serta konseling
mengenai gizi anak

MONITORING & EVALUASI

1. Jumlah peserta yang hadir sekitar 8 orang

2. Jumlah peserta dengan hasil z score normal 1 orang

3. Jumlah peserta dengan hasil z score kurus 4 orang

4. Jumlah peserta dengan hasil z score kurus sekali 3 orang

4. PE DBD (28 feb)

JUDUL :
Penyelidikan epidemiologi kasus DBD RT: 6 ; RW: 5

LB :

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penularan virus dengue yaitu kepadatan
vektor, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan susceptibilitas dari penduduk.
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada penularan virus dengue, karena
jarak terbang nyamuk Ae. aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m. Selain itu
lingkungan juga merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD.

Kelurahan Tegal Alur menduduki peringkat pertama kasus DBD terbanyak di DKI
Jakarta. Hingga saat ini, jumlah kasus DBD terus meningkat salah satunya di RT 6/ RW
5 terdapat kasus DBD baru sehingga perlu di telaah lebih lanjut.

PERMASALAHAN :

-Lingkungan padat penduduk

-Minimnya tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan pencegahan


DBD dengan 4M plus

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Kader dan petugas puskesmas mendatangi lingkungan rumah penderita kasus DBD
baru dan 20 rumah disekitarnya

PELAKSANAAN :
Kader dan petugas puskesmas mendatangi rumah penderita kasus DBD baru lalu
mengamati rumah dan lingkungan sekitar mencari perkiraan sumber penyakit tersebut
berasal. Kader dan petugas puskesmas mengevaluasi apakah penghuni rumah
tersebut sudah 4M plus lalu di edukasi, selanjutnya kader dan petugas puskesmas juga
melakukan hal yang sama kepada rumah sekitar, kurang lebih 20 rumah.

MONITORING & EVALUASI

Dari 20 rumah, terdapat 4 rumah yang positif jentik

ABJ :

5. PTM (4 maret-6 maret)

JUDUL :
PTM RT: 5 ; RW: 4

LB :
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan
dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan
beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa proporsi angka kematian
akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001
dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab
kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru
obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan. 

Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke pada


kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%.
Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif.
Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis
(30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). 

PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7%
penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan
sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. 

Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa.


Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar.
Beberapa jenis PTM adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat
mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.

PERMASALAHAN :

-Ekonomi kurang memadai

-Kurangnya peranan anggota keluarga lain dalam mendampingi penderita PTM selama
proses pengobatan

-Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kesehatan

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Mendatangi rumah-rumah warga untuk screening faktor resiko maupun penderita PTM

PELAKSANAAN :
Mendatangi rumah-rumah warga untuk screening penderita PTM maupun faktor
resikonya dengan mengukur tekanan darah, berat badan, tinggi badan, lingkar perut.
Untuk yang terdapat faktor resiko DM, juga dilakukan pengecekan kadar gula darah.

Dilakukan juga edukasi serta pemberian kartu kendali (untuk mengontrol pola diet
sehat) yang nantinya kartu ini akan di evaluasi secara berkala.

MONITORING & EVALUASI

Total pemeriksaan terhadap 19 orang ditemukan : Hipertensi 6 orang dan DM 1 orang

6. Penyuluhan etika batuk (11 maret)

JUDUL :
Penyuluhan Etika Batuk

LB :
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kondisi lingkungan dan budaya yang
ada di negara  ini sangat mempengaruhi  tingginya  kejadian infeksi. Dalam kehidupan
sehari-hari tanpa sadar reflek batuk sering terjadi, hal ini sangatlah normal.

Batuk sendiri merupakan salah satu gejala atau tanda yang sering dialami setiap orang.
Baik karena adanya iritan seperti asap, debu, maupun benda asing di saluran napas,
atau gejala dari suatu penyakit seperti influenza, bronkitis, TBC dan beberapa penyakit
lain.

Menariknya dari sisi kesehatan, batuk memiliki etiket tanpa memandang apakah batuk
tersebut disebabkan oleh gejala dari suatu penyakit menular atau hanya merupakan
refleks pertahanan tubuh akibat adanya benda asing atau iritan.

Etika batuk hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk mengendalikan penyebaran infeksi
yang terjadi saat batuk. Tidak hanya di fasilitas kesehatan, tetapi juga dikantor, sekolah,
pusat keramaian maupun rumah.

PERMASALAHAN :
-Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit
yang dapat ditularkan melalui batuk

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan menggunakan media pamflet

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi etika batuk :

 Saat ingin batuk, segeralah ambil tisu untuk menutupi tidak hanya mulut tetapi juga
hidung
 Langsung buang tisu setelah digunakan ke dalam tempat sampah
 Jika tidak membawa tisu, batuklah pada bagian lengan atas
 Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir
 Jika sabun dan air tidak tersedia, dapat menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol dengan konsentrasi alkohol setidaknya 60%

Di akhir sesi, peserta diminta Bersama-sama mempraktikan etika batuk tersebut hingga
tepat.

MONITORING & EVALUASI

Di awal sesi, dari 14 peserta, yang mengetahui etika batuk hanya 2 orang namun tidak
menerapkannya.

Di akhir sesi, semua peserta sudah mengetahui dan mampu menerapkan etika batuk
dengan tepat.
7. Menjaga kesehatan ibu hamil (12 maret)

JUDUL :
Penyuluhan Menjaga kesehatan ibu hamil

LB :
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1990 ada 390
perempuan meninggal dunia di setiap 100 ribu kelahiran di Indonesia. Angka tersebut
turun perlahan hingga 305 pada 2015. Target MDGs 2015 untuk angka kematian Ibu
adalah menurunkan rasio hingga tiga perempat dari angka 1990, sekitar 110 kematian
ibu di setiap 100 ribu kelahiran. Padahal sampai sekarang Indonesia masih berkutat di
atas angka 305. Dalam rentang waktu yang sama mayoritas kematian ibu yang
melahirkan di Indonesia disebabkan oleh preeklampsia.

Di dunia kebidanan, penyebab kematian ibu dirumuskan sebagai 4 Terlalu 3 Terlambat,


yaitu: terlalu muda (<20 tahun), terlalu tua (>35 tahun), terlalu sering atau banyak
anaknya  (>3 anak), terlalu dekat jarak kelahirannya (< 2 tahun), terlambat mengambil
keputusan, terlambat sampai di fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat, karena sudah terlambat sampai sehingga dalam
penanganannya pun terlambat juga.

Tingginya angka kematian ibu, membuat semakin pentingnya pendidikan kesehatan


bagi ibu khususnya ibu hamil. Ketika para perempuan memiliki pendidikan dan
kesehatan yang lebih baik, para ibu akan lebih siap untuk mempersiapkan persalinan
dan memprioritaskan kesejahteraan anaknya.

PERMASALAHAN :

-Ekonomi kurang memadai

-Kurangnya peranan anggota keluarga lain dalam mendampingi ibu selama masa
kehamilan hingga persalinan

-Rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan


selama kehamilan
PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan menggunakan flipchart

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi dan sharing session antar peserta mengenai kesehatan ibu hamil

MONITORING & EVALUASI

Dari 6 peserta, semuanya melakukan ANC rutin serta menerapkan apa yang
disarankan oleh dokter/bidan, juga tidak ditemukan masalah kesehatan pada peserta
penyuluhan.

8. Pencegahan DBD (4M plus) (13 maret)

JUDUL :
Penyuluhan Pencegahan DBD (4M plus)
LB :

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari
seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009,
World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan penularan virus dengue yaitu kepadatan
vektor, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan susceptibilitas dari penduduk.
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada penularan virus dengue, karena
jarak terbang nyamuk Ae. aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m. Selain itu
lingkungan juga merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan
manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD.

PERMASALAHAN :

-Lingkungan padat penduduk

-Minimnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kebersihan


lingkungan dan pencegahan DBD dengan 4M plus

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan dengan media poster

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi dan menanyakan kepada peserta tentang:


-menguras serta menyikat penampungan air dan berapa frekuensinya setiap minggu

-menutup rapat penampungan air

-mendaur ulang/ memisahkan sampah plastik

-cara dan frekuensi memantau jentik dalam penampungan air

-menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk

MONITORING & EVALUASI

Total peserta 11 orang.

Di awal sesi, hanya 2 orang yang mengetahui dan dapat menyebutkan arti 4M plus,
namun tidak ada yang menyatakan bahwa sudah melakukan 4M plus secara sempurna.

Di akhir sesi (setelah penyuluhan), 10 orang dapat menyebutkan arti 4M plus.

9. Penyuluhan Diare (14 maret)

JUDUL :
Diare

LB :
Menurut Depkes RI (2007), diare adalah buang air besar lembek atau cair, dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering, biasanya lebih dari 3 kali sehari. Diare
akut berlangsung sekitar 14 hari disertai dengan muntah dan demam. Sedangkan diare
persisten terjadi jika diare akut menjadi lebih parah atau diawali dengan disentri, yang
berakibat pada dehidrasi berat dan menyusutnya berat badan. Secara etiologi, diare
disebabkan oleh faktor non infeksi dan infeksi. Diare non infeksi disebabkan oleh faktor
psikologis, keracunan makanan, efek penggunaan obat, dan gangguan gizi. Diare
infeksi disebabkan oleh bakteri, parasit, dan virus.

Setiap tahun Incidence Rate diare di Indonesia cenderung meningkat. Kematian akibat
diare sering terjadi pada kelompok anak-anak dan golongan usia lanjut.  Sekitar 70%
kematian balita diakibatkan oleh diare, pneumonia, malnutrisi, malaria, dan campak.
Dari sejumlah itu, 1 – 2% diantaranya disebabkan oleh efek paparan diare yang
berlanjut pada dehidrasi atau kekurangan cairan dan keterlambatan penanganan medis
(Depkes RI, 2009).

Berdasarkan hasil hasil Riskesdas 2007, prevalensi diare di Indonesia sekitar 9%,
dengan angka kejadian paling tinggi pada anak balita (16,7%). Diare menjadi penyebab
kematian tertinggi diantara penyakit yang sering menyerang anak usia kurang dari 5
tahun, sekitar 31,4% pada bayi dan 25,2% pada anak balita (Depkes RI, 2008).

PERMASALAHAN :

-Minimnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang diare sehingga banyak masyarakat


masih menganggap diare adalah penyakit yang tidak berbahaya

-Minimnya tingkat kebersihan rumah dan lingkungan

-Kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan sehingga masyarakat cenderung


membeli makanan yang tidak diketahui status kebersihannya

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan menggunakan media brosur

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi tentang definisi, tanda gejala, tatalaksana, serta pencegahan


diare.

Sesi tanya jawab.

MONITORING & EVALUASI


Dari 16 peserta, seluruhnya menyatakan bahwa pernah terkena diare, bahkan 1 orang
sampai mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Di awal sesi, tidak ada yang dapat menyebutkan tatalaksana diare secara tepat.

Di akhir sesi, sebagian besar peserta sudah dapat menyebutkan tanda gejala, serta
tatalaksana diare dengan tepat.

10. POSYANDU

LB:

Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di


suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap
kelurahan/RW. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M (Imunisasi dan Penanggulangan
Diare), dan Gizi (Penimbangan balita). Untuk sasarannya adalah ibu hamil, ibu
menyusui, wanita usia subur (WUS).

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan pos terdepan dalam mendeteksi


gangguan kesehatan masyarakat. Pada masa orde baru, Posyandu dengan fungsi
pelayanan informasi kesehatan pada ibu dan anak sangat efektif yaitu dapat
menurunkan angka kematian ibu dan anak (AKB) di Indonesia yang tergolong sukses,
selama 5 tahun, dapat menurunkan AKB sebesar 73/1000 kelahiran hidup, menjadi
58/1000 kelahiran hidup.

Salah satu masalah kesehatan di masyarakat adalah gizi buruk, anemia pada ibu hamil,
yang secara teknis ada lembaga yang bertanggung jawab dengan data hasil
pemantauan yang dilakukan secara berkala, yaitu mulai dari tingkat Puskesmas.
Dengan adanya Posyandu sebagai ujung tombak informasi, maka permasalahan
kesehatan yang muncul akan cepat diketahui, terutama pada pemanfaatan meja
penyuluhan karena jika terjadi gizi buruk, anemia pada ibu hamil atau ada orang yang
sakit dapat dengan cepat dilakukan penanganan yaitu dengan memberikan penyuluhan
dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil agar terhindar anemia.

PERMASALAHAN:

1. Berdasarkan data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,


Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung
sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status
imunisasinya.

2. Minimnya pengetahuan ibu tentang jadwal imunisasi yang sesuai dengan usia anak

3. Minimnya pengetahuan ibu tentang asi eksklusif serta mp-asi

4. Masih banyak ditemukannya balita dengan gizi kurang

PERENCANAAN INTERVENSI:

1. Penyuluhan

2. Pengukuran status gizi

3. Pemberian makanan tambahan

4. Imunisasi

PELAKSANAAN :

1. Melakukan penyuluhan pada kelompok ibu tentang asi eksklusif serta makanan
pendamping asi

2. Melakukan penimbangan berat badan, tinggi atau panjang badan, serta penetapan
status gizi dan pencatatan pada kms tiap balita

3. Pemberian makanan tambahan untuk balita

4. Memberikan vaksin yang sesuai dengan usia bayi atau balita berdasarkan jadwal
imunisasi idai 2017

MONITORING DAN EVALUASI:


1. Jumlah ibu yang mengikuti kelompok pendukung ibu sekitar 10 orang

2. Jumlah bayi dan balita yang melakukan status pemantauan gizi berdasarkan kms

3. Jumlah bayi atau balita yang mendapatkan imunisasi sekitar 15 orang

11. Penyuluhan gizi seimbang (15 maret)

JUDUL :
Penyuluhan Tumpeng Gizi Seimbang

LB :

Indonesia menghadapi beban gizi ganda atau double burden malnutrition, yaitu kurang
gizi dan overnutrisi. Kurang nutrisi bisa menyebabkan penyakit seperti anemia,
kekurangan vitamin dan gondok. Di sisi lain, kelebihan nutrisi dapat menyebabkan
obesitas yang berisiko memicu diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah.

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%.

Berdasarkan paparan diatas, sangat penting untuk menerapkan pola makan gizi
seimbang.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat
badan (BB) ideal.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi
berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi
disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Para pakar gizi yang bergabung
dalam Yayasan Institut Danone Indonesia (DII), mengadaptasi piramida sesuai dengan
budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya
akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). TGS dirancang untuk
membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai
dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut),
dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit).

PERMASALAHAN :

-Minimnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan


ditinjau dari segi makanan sehari-hari sehingga masyarakat cenderung membeli
makanan yang tidak diketahui status kebersihan dan kandungannya

-Tingkat ekonomi yang kurang memadai

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan menggunakan media brosur

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi tentang gizi seimbang.

Sharing session antar peserta.


MONITORING & EVALUASI

Dari kurang lebih 15 peserta, seluruhnya belum menerapkan gizi seimbang.

1 diantaranya sudah terdiagnosa menderita DM.

………

12. PENYULUHAN DM DAN HT

LB :

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Prevalensi diabetes melitus
(DM) di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada 2003, prevalensi di
daerah urban sebesar 14,7 % (8,2 juta jiwa), sedangkan di daerah rural 7,2 % (5,5 juta jiwa)
dibandingkan dengan total populasi di atas usia 20 tahun. Jadi total prevalensi sebesar 13,8 juta
jiwa. World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes Indonesia dari
8,4 juta pada 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada 2030. Berdasarkan data International Diabetes
Federation (IDF) 2002, Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah pengidap diabetes
terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total
penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun
2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta pengidap.

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan
gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh (stroke, penyakit jantung koroner, hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit gagal ginjal. Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan masalah
kesehatan serius di seluruh dunia. Penyebabnya antara lain prevalensi hipertensi yang semakin
meningkat, sedikitnya penderita yang mendapatkan terapi adekuat, masih banyaknya penderita
yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi hipertensi.
Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26,4%) penduduk dunia menderita
hipertensi dan angka tersebut kemungkinan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari
972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya berada
di negara berkembang. Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi,
sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya.

PERMASALAHAN :

1. Tingginya angka kejadian penyakit diabetes melitus dan hipertensi di masyarakat

2. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala serta tata laksana
penyakit diabetes melitus dan hipertensi

3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya serta komplikasi dari tidak


terkontrolnya penyakit kronis (diabetes melitus dan hipertensi)

4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup yang sehat

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan dengan pemaparan materi

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi tentang pengertian, tanda gejala, pencegahan, komplikasi, serta


tata laksana diabetes mellitus dan hipertensi.

MONITORING & EVALUASI:

Jumlah peserta yang hadir sebanyak 15 orang lansia.(5 orang menderita hipertensi dan
2 orang menderita diabetes mellitus)

Dari 15 lansia saat awal sesi tidak mengerti bagaimana gejala dan pencegahan
diabetes mellitus serta hipertensi

Setelah sesi penyuluhan selesai para peserta sudah mengetahui gejala serta
pencegahan dari diabetes mellitus dan hipertensi

13. Posbindu
LB:

Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin meningkatnya
kasus PTM (penyakit tidak menular). PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh
infeksi kuman termasuk penyakit kronis degeneratif, antara lain penyakit jantung,
hipertensi, ,diabetes melitus (DM), kanker, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Angka kematian PTM meningkat
dari 41,7 % pada tahun 1995 menjadi 59,5 % pada tahun 2007 ( Riskesdas 2007 ).

Salah satu strategi dalam meningkatkan pembangunan kesehatan adalah


pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha. Masyarakat
diberi fasilitas dan bimbingan dalam mengembangkan wadah untuk berperan, dibekali
pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenali masalah di wilayahnya,
mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahannya sendiri
berdasarkan prioritas dan potensi yang ada. Dalam menentukan prioritas masalah,
merencanakan, melaksanakan, memantau dan menilai kegiatan, masyarakat perlu
dilibatkan sejak awal. Potensi dan partisipasi masyarakat dapat digali dengan
maksimal, sehingga solusi masalah lebih efektif dan dapat menjamin kesinambungan
kegiatan Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari
seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui Posbindu
PTM. Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan, diselenggarakan berdasarkan permasalahan PTM yang ada di masyarakat
dan mencakup berbagai upaya promotif dan preventif serta pola rujukannya

Permasalahan :

1. Tingginya angka kejadian penyakit kronis tidak menular di masyarakat

2. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala serta tata laksana
penyakit kronis tidak menular

3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya serta komplikasi dari tidak


terkontrolnya penyakit kronis

4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup yang sehat

PERENCANAAN :

Penyuluhan serta monitoring tanda vital

PELAKSANAAN :
1. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda dan gejala diabetes melitus serta
pencegahannya

2. Pendataan dan pencatatan identitas masyarakat di buku khusus posbindu

3. Pengukuran berat badan, tinggi badan, serta lingkar perut

4. Pengukuran tekanan darah dan konsultasi hasilnya kepada dokter atau tenaga
kesehatan

5. Pengukuran gula darah sewaktu, kolesterol, asam urat untuk masyarakat dengan
risiko tinggi.

6. Konsultasi oleh dokter atau tenaga kesehatan jika terdapat masalah pada hasil
pengukuran

MONITORING:

1. Jumlah peserta yang hadir posbindu sekitar 12 orang

2. Jumlah peserta yang menderita hipertensi sekitar 3 orang

3. Jumlah peserta yang menderita diabetes mellitus sekitar 1 orang

4. Jumlah peserta yang menderita hiperkolesterolemia sekitar 2 orang

5. Jumlah peserta yang menderita hiperurisemia sekitar 1 orang

14. PENYULUHAN TBC PADA ANAK SD

LB:

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia.
Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal akibat
TB. Semua negara di dunia menyumbang kasus TB, namun persentase terbanyak terjadi di
Afrika (30%) dan Asia (55%) dengan China dan India tercatat menyumbang 35% dari total kasus
di Asia. TB paru memberikan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Mortalitas dan morbiditas
meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada laki-laki. Morbiditas TB
lebih tinggi diantara penduduk miskin dan daerah perkotaan jika dibandingkan dengan pedesaan.

Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler
dan penyakit saluran pernapasan yang menyerang semua kelompok usia. Prevalensi penduduk
Indonesia yang didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan sebesar 0,4%. Lima provinsi dengan
TB paru tertinggi yaitu Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%), dan
Papua Barat (0,4%).

PERMASALAHAN:
1. Masih banyak ditemukan kasus TB paru di masyarakat
2. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai penyakit TB paru

PERENCANAAN:

Penyuluhan dengan media proyektor dan LCD

PELAKSANAAN:

Pemaparan tentang
1. Angka kejadian TB paru di dunia khususnya Indonesia
2. Pengertian TB paru
3. Tanda dan gejala TB paru
4. Pencegahan TB paru
5. Penatalaksanaan TB paru

MONITORING:
Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan sekitar 150 orang

Awal sesi peserta ditanyakan mengenai pengertian maupun gejala TB paru, peserta tidak
mengetahui jawabannya

Setelah penyuluhan diadakan lagi pertanyaan seputar materi dan mayoritas peserta bias
menjawab

15. PENYULUHAN TENTANG AKTIVITAS FISIK DAN LATIHAN FISIK BUMIL

LB:
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan
permulaan persalinan. Masa kehamilan ada perubahan hampir pada semua sistem dan organ
maternal. Kehamilan juga menimbulkan perubahan psikologis bagi ibu hamil. Perubahan psikis
ini meliputi perasaan takut yang ditimbulkan karena kehamilan menyebabkan perubahan besar
pada badan ibu yang dianggap sebagai sesuatu yang baru. Kecemasan kehamilan paling sering di
karenakan faktor perubahan hormon dan fikiran menjelang persalinan yang dialami ibu hamil.
Akibat kecemasan kehamilan sehingga di butuhkan teknik relaksasi atau olahraga. Relaksasi
yang dilakukan oleh tubuh ibu hamil akan mengakibatkan proprioseptor dalam sendi dan tendon
otot, serta reseptor dikulit, respon posisi yang nyaman tersebut akan terekam di serebrum.

Olahraga atau latihan fisik merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan ibu hamil dalam
masa kehamilan. Olahraga selama kehamilan memiliki banyak manfaat kesehatan fisik baik bagi
ibu dan janin dalam kandungan. Olahraga dapat membantu mengelola kehamilan terkait masalah
muskuloskeletal, memperbaiki tidur, mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan,
mempersingkat kerja dan mengurangi kebutuhan untuk intervensi obstetrik. Ibu hamil yang lebih
tinggi mengalami kecemasan selama kehamilan adalah ibu hamil yang tidak mengikuti latihan
fisik daripada ibu hamil yang mengikuti latihan fisik selama kehamilan.

PERMASALAHAN:

1. Tingginya angka kejadian penyulit kehamilan pada ibu hamil di Indonesia


2. Minimnya pengetahuan ibu hamil di Indonesia mengenai cara untuk menjaga kehamilan
dengan baik

PERENCANAAN & INTERVENSI :

Penyuluhan menggunakan flipchart

PELAKSANAAN :

Penyampaian materi dan sharing session antar peserta mengenai aktivitas fisik dan
latihan fisik pada ibu hamil

MONITORING & EVALUASI

Dari 4 peserta, semuanya melakukan ANC rutin serta menerapkan apa yang
disarankan oleh dokter/bidan, juga tidak ditemukan masalah kesehatan pada peserta
penyuluhan.

Setelah ses penyuluhan selesai peserta bias menjawab pertanyaan seputar materi
penyuluhan
16. KPLDH

LB:

Menurut WHO kemiskinan dan kesehatan buruk sangat saling terkait kurangnya pendidikan,
makanan bergizi atau air bersih dan kondisi perumahan tidak sehat memiliki dampak negatif
pada kesehatan masyarakat khususnya terhadap kelompok miskin rentan terhadap beban
penyakit. Kesehatan yang buruk meningkatkan kerentanan terhadap kemiskinan dan risikonya
dapat ditransmisikan ke generasi berikutnya.

Kondisi lingkungan termasuk lingkungan perumahan merupakan faktor penentu yang bisa
mempengaruhi kesehatan individu. Dampak kesehatan dari kondisi perumahan tidak sehat
menyebabkan atau memberikan kontribusi besar terhadap penyakit pernapasan, sistem saraf
dan penyakit kardiovaskular.

Kementerian Kesehatan mengelompokkan tiga sasaran strategis, salah satunya melalui upaya
peningkatan kesehatan lingkungan dengan strategi penyusunan regulasi daerah dalam bentuk
peraturan Gubernur, Walikota/Bupati sehingga dapat menggerakkan sektor lain di daerah
untuk dapat berpartispasi aktif implementasi kegiatan penyehatan lingkungan antara lain
menciptakan tatanan kawasan atau permukiman sehat.

Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta guna mewujudkan serta meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada seluruh warga ibu kota, meluncurkan program Ketuk Pintu Layani dengan
Hati (KPLDH) melalui regulasi peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
nomor 115 tahun 2016 tentang Program Ketuk Pintu Layani dengan Hati.

Ketuk Pintu Layani dengan Hati adalah pendekatan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif diawali dengan pendataan setiap rumah dan atau pintu rumah
sampai dengan pemenuhan hak-hak kesehatan dasarnya, pemantauan status kesehatan
keluarga hingga evaluasi hasilnya, termasuk kewajiban keluarga menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat.

PERMASALAHAN:

1. pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin tinggi

2. Tingginya angka urbanisasi

3. Rendahnya tingkat social dan ekonomi masyarakat

4. kesadaran akan pentingnya kesehatan yang masih kurang


PERENCANAAN DAN INTERVENSI

1. Pendataan langsung ke tiap rumah

PELAKSANAAN:

1. Petugas mendatangi langsung ke tiap rumah

2. Melakukan pendataan tiap anggota keluarga

3. Menanyakan riwayat kesehatan tiap keluarga

4. Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana bagi anggota keluarga

5. Edukasi bagi warga yang ditemukan penyakit

EVALUASI:

1. Total rumah yang dikunjungi sebanyak 15 rumah

2. Warga yang menderita Hipertensi sebanyak 9 orang

3. Warga yang menderita diabetes mellitus sebanyak 2 orang

17. POSYANDU LANSIA

LB:

Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal yang sejalan
dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia
yaitu mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk.

Peningkatan penduduk usia lanjut dapat meningkatkan penyakit degeneratif di Masyarakat.


Tanpa diimbangi dengan upaya promotif dan preventif maka beban sosial yang ditimbulkan
maupun biaya yang akan diikeluarkan untuk pelayanan kesehatan usia lanjut akan cukup
besar, salah satu sarana pelayanan bagi usia lanjut dilaksanakan melalui posyandu lansia.
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan kesehatan
lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia
dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik seperti olahraga dan
diberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam
memanfaatkan posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

MASALAH:

1. Jumlah Lansia yang semakin meningkat tiap tahunnya diiringi dengan semakin
meningkatnya penyakit degenerative terutama pada lansia

2. Kurangnya peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan para lansia

PERENCANAAN:

Penyuluhan secara oral serta pemeriksaan kesehatan sederhana

PELAKSANAAN:

1. Penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan diabetes mellitus

2. Pengukuran tekanan darah

3. Pemeriksaan glukosa darah dengan darah tepi.

4. Konsultasi dengan petugas kesehatan bagi lansia dengan penyakit kronis

EVALUASI:

1. Sebanyak 13 orang lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia

2. Sebanyak 7 orang lansia menderita hipertensi

3. Lansia yang menderita diabetes mellitus sebanyak 2 orang

18. PENYULUHAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK

LATAR BELAKANG:
Kebiasaan pemberian makanan yang benar sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan,
pertumbuhan, perkembangan, serta gizi bayi dan anak. Gizi merupakan salah satu faktor
lingkungan dan merupakan penunjang agar proses tumbuh kembang tersebut dapat berjalan
dengan memuaskan. Hal ini berarti pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik
menunjang tumbuh kembang, sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat serta terbebas dari
penyakit. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, dan jadwal pemberian
makan anak balita sangat berperan dalam menentukan status gizi anak salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mencukupi kebutuhan lahir dan batin anak-anaknya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) Jumlah balita di indonesia yang
mengalami berat badan turun mencapai 17,9%. Yang terdiri dari 13,% gizi kurang dan gizi buruk
4,9%.

PERMASALAHAN:

1. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pemberian makanan yang sesuai untuk
menunjang gizi anak-anak

2. Masih banyak ditemukan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk terutama di wilayah
Puskesmas Tegal Alur 2

PERENCANAAN:

Penyuluhan tentang makanan yang sesuai pada bayi dan anak dengan menggunakan flip chart

PELAKSANAAN:

Penyuluhan dengan materi:

1. Makanan yang bergizi untuk ibu dalam masa kehamilan

2. Pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan (manfaat, cara pemberian)

3. Pemberian makanan tambahan untuk anak usia 6-9 bulan

4. Pemberian makanan yang sesuai untuk anak usia 9-12 bulan

5. Pemberian makanan yang sesuai untuk anak usia >12 bulan


EVALUASI:

Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak 12 orang

Saat awal sesi peserta ditanyakan mengenai pemberian makanan yang sesuai untuk anaknya,
hanya sekitar 25% ibu yang mengerti mengenai pemberian makanan yang sesuai untuk anaknya.

Setelah selesai penyuluhan, peserta ditanyakan kembali mengenai pemberian makanan yang
sesuai untuk anaknya dan seluruh peserta bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.

19. PENYULUHAN STUNTING

LATAR BELAKANG:

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting adalah masalah
gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada
bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan
fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu.

Secara global, prevalensi stunting pada anak menurun dari 39,7% tahun 1990 menjadi 26,7%
pada tahun 2010 . Angka ini diperkirakan akan mencapai 21,8 % pada tahun 2020. Prevalensi
stunting di Asia menunjukkan penurunan dari 49 % pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun
2010. Prevalensi stunting di Indonesia Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018 sebesar 29.9%
menurun dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 37,2 persen. Artinya, pertumbuhan tak
maksimal diderita sekitar 8 juta anak di Indonesia, atau satu dari tiga anak di Indonesia.
Prevalensi stunting bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan permasalahan gizi pada balita
lainnya seperti gizi kurang (19,6%), kurus (6,8%), dan gemuk (11,9%).

PERMASALAHAN:

- Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat


- Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya gizi anak khususnya pada masa
emas yaitu 1000 hari pertama kehidupan pada bayi.
- Kurang pengetahuan masyarakat akan pentingnya peran posyandu bagi balita

PERENCANAAN
Penyuluhan dengan menggunakan media proyektor

PELAKSANAAN:
Penyuluhan pada ibu yang memiliki balita di Puskesmas
1. pengertian stunting
2. Angka kejadian stunting di dunia dan Indonesia
3. Penyebab stunting
4. Tanda dan gejala stunting
5. Pencegahan stunting
6. Tatalaksana stunting

EVALUASI:
Saat awal penyuluhan ditanya mengenai stunting, para peserta tidak bias menjawab.
Setelah selesai sesi penyuluhan peserta mampu menjawab masalah stunting.

KIA
pasien datang untuk memeriksakan kehamilannya. gerakan janin masih aktif dirasakan. kontraksi
(-), rembes (-), bloody discharge (-).
HPHT: 12/8/2018
HPL: 19/5/2019
usia kehamilan: 34 minggu

TD: 120/80
N: 80x/menit
RR: 20 x/menit
TFU: 28 cm
DJJ: 132x/menit

Leopold 1: teraba bagian lunak, kurang bulat


leopold 2: teraba bagian datar dan memanjang di sisi kanan
leopold 3: belum masuk panggul

Anda mungkin juga menyukai