Anda di halaman 1dari 7

Topik : Deteksi Dini Stunting dan Gizi Buruk di Poli MTBS Puskesmas Muara Enim

LATAR Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang menggambarkan


BELAKANG terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada awal bayi baru lahir.
Kondisi Stunting baru akan tampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Stunting adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi


badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standard batas (z-
score) <-2 SD sesuai panduan WHO Child Growth Standard (WHO, 2013).
Balita tergolong Stunting apabila Panjang atau tinggi badan menurut
umurnya rendah dari standar nasional yang berlaku. Stunting pada balita
perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan
fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko
kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan
motorik dan mental.

Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh bebrapa faktor


diantaranya akibat status ekonomi keluarga, ASI eksklusif, status
imunisasi, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan BBLR. Provinsi
Sumatera Selatan jumlah kasus anak stunting di Palembang tersisa pada
angka 16,1 persen per Agustus 2022. Adapun dari persentase tersebut
diketahui jumlah kasus anak stunting di Palembang mengalami
pengurangan jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 yakni
24,4 persen atau 490 kasus, dan tahun 2020 sekitar 48,10 persen atau 1.100
kasus.

Salah satu tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan dalam


upaya mencegah stunting pada anak adalah medeteksi sedini mungkin dan
upaya promosi kesehatan tentang stunting. Salah satunya Ketika
pelaksanaan posyandu rutin

Gambaran Pada tanggal 28 Februari 2023, pasien An. D usia 9 bulan datang dibawa
Pelaksanaan oleh petugas desa untuk dilakukan pengukuran BB dan TB dipuskesmas
dikarenakan pasien saat diperiksa di desa didapatkan hasil TB/U dibawah
batas normal. Saat dilakukan pengukuran didapatkan hasil sebagai
berikut:
BB 6,9 kg; TB 72 cm;
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U: - 2 SD s/d +2 SD = sangat kurus
TB/U: - 3 SD s/d -2 SD = pendek (stunted)
BB/TB: - 2 SD s/d +1 SD = gizi buruk
Dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan An. D didapatkan
TB/U berdasarkan WHO yaitu pendek (stunted). Kemudian dilakukan
analisis faktor risiko. Dari hasil wawancara dengan ibu An. D didapatkan
bahawa anak minum ASI ekslusif dan tidak minum susu formula.
Kemudian Ibu tidak memberikan MP ASI secara maksimal karena anak
jarang memakan makanan yang disediakan. Anak makan hanya maksimal
3 sendok setiap makan, dengan lauk yang diberikan adalah sayur dan
ayam kadang-kadang, ibu pasien tidak memberikan telur, menurut ibu
pasien anaknya alergi telur karena pernah diberikan telur muncul merah-
merah di kaki pasien sehingga ibu pasien tidak memberikan telur dan
ikan sebagai sumber protein.
Berdasarkan hasil tersebut pasien disarankan untuk dirujuk untuk
penangnan yang lebih lanjut namun karena BPJS pasien belum aktif dan
keterbatasn biaya ibu pasien menunda untuk dirujuk sehingga sementara
menunggu untuk pengurusan BPJS ibu pasien dibawa ke poli gizi
Puskesmas Muara Enim ntuk dilakukan konseling gizi.
Topik: Vaksinasi BCG di Puskesmas Muara Enim
JUDUL KEGIATAN
Pemberian Vaksinasi Dasar BCG di Puskesmas Muara Enim
IDENTITAS PENERIMA VAKSIN
Nama : By. Zahra
Usia : 1 bulan
Status vaksinasi dasar : BCG
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan masalah kesehehatan yang mendunia dengan
angka kejadian yang masih tinggi terutama di negaranegara berkembang. Laporan kasus
tubekulosis global pada tahun 2017 didapatkan bahwa, pada tahun 2016 tuberkulosis berada
pada urutan kesembilan untuk penyebab kematian di dunia, yaitu sekitar 2 juta kematian. Di
Sumatera Selatan, angka prevalensi tuberkulosis meningkat 30% dari tahun 2014 hingga
2016. Karena tingginya angka kejadian TBC pada anak, upaya pengendalian kasus
tuberkulosis mulai muncul. Imunisasi adalah salah satu bantuk upaya pengendalian yang
dilakukan dengan cara sengaja memberikan suatu kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit untuk menekan angka kejadian kasus penyakit infeksi. Di
Indonesia, imunisasi BCG merupakan imunisasi dasar yang artinya wajib didapatkan pada
anak yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pemberian vaksin biasanya dilakukan Fasilitas
Kesehatan Masyarakat (Fasyankes) seperti Puskesmas, bidan desa, dan Posyandu, tempat
praktik dokter. di mana Fasyankes merupakan barisan terdepan untuk mengupayakan
pemberian imunisasi secara menyeluruh. Manfaat pemberian vaksin BCG adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tuberkulosis pada anak sekaligus menurunkan angka kejadian
tuberkulosis pada anak. Vaksin BCG dikatakan efektif atau berhasil apabila seseorang tidak
menderita TBC.
GAMBARAN PELAKSANAAN
Imunisasi dasar dilaksanakan pada 12 April 2023 di Poli MTBS. Sebelum dilakukan
imunisasi dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan serta
pengukuran suhu. Apabila anak dinyatakan sehat dan dapat dilakukan imunisasi, selanjutnya
dilakukan pengecekan buku pink untuk mengetahui riwayat imunisasi pasien untuk
mengetahui imunisasi yang akan diberikan kepada pasien, petugas juga akan
mengkonfirmasi ke ibu pasien sebelum dilakukan penyuntikan. Setelah semua sesuai,
pemberian vaksin dilakukan. Vaksin yang digunakan adalah vaksin BCG dengan jumlah
0,05 disuntikkan secara Intrakutan. Selesai dilakukan penyuntikan, petugas melakukan
edukasi mengenai efek samping yang dapat timbul dari pemberian vaksin (KIPI).
Selanjutnya petugas mengisi buku pink dan rekam medis pasien untuk memudahkan petugas
imunisasi selanjutnya.
Topik : Monitoring Tumbuh Kembang Pada Balita Di Posyandu Desa Tungkal

LATAR Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari


BELAKANG waktu ke waktu. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik
dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya yang lebih dikenal
dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada pertumbuhan balita
menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh. Penambahan
ukuran-ukuran tubuh tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu
berlangsung perlahan, bertahap dan terpola secara proporsional pada tiap
bulannya

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan


tingkat kesehatan antara pertumbuhan fisik dan perkembangan mental
seseorang. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi
optimal terpenuhi. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung, salah satunya pengukuran antropometri. praktek-
praktek yang tidak tepat merupakan hambatan yang signifikan terhadap
pencapaian gizi optimal. Masalah status gizi dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling memengaruhi secara kompleks. Menurut teori Hl Blum
derajat Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu lingkungan,
perilaku, genetik dan dari faktor layanan Kesehatan.

Berdasarkan data UNICEF menunjukkan pada tahun 2012


diperkirakan 25% atau 162 juta anak-anak diseluruh dunia mengalami
malnutrisi, sedangkan di Indonesia terdapat 36% balita yang mengalami
malnutrisi. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk mulai meningkat pada
usia 6-11 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 12-23 bulan dan 24-35
bulan.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya


Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya
manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak.

Semua informasi atau data yang diperlukan untuk


pemantauan pertumbuhan balita, pada dasarnya bersumber dari data
berat badan hasil penimbangan balita bulanan yang diisikan ke dalam
KMS untuk dinilai naik (N) atau tidaknya (T). Tiga bagian penting
dalam pemantauan pertumbuhan adalah: ada kegiatan penimbangan
yang dilakukan terus menerus secara teratur, ada kegiatan mengisikan
data berat badan anak ke dalam KMS, serta ada penilaian naik atau
turunnya berat badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya.
Pelayanan kesehatan dasar Posyandu memberikan peran dalam
pemantuan terhadap pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan balita
di Posyandu dilakukan oleh kader Posyandu dengan melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi badan.
Selain peran Posyandu dalam penimbangan, pemantauan tumbuh
kembang balita sangat penting dilakukan oleh orang tua, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Hal ini
bertujuan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik, maka
orang tua harus memberikan stimulus-stimulus yang baik dan asupan
nutrisi yang sehat untuk anak. Anak yang sehat dan terpenuhi kebutuhan
gizinya akan memiliki grafik pertumbuhan yang mengikuti garis hijau
pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
PERMASALA Masih ada beberapa anak yang orang tuanya tidak mengikuti kegiatan
HAN posyandu secara rutin.
PERENCANA Dilakukan pengukuran BB, TB, serta lingkar kepala. Jika ada indikator
AN DAN status gizi yang tidak normal maka akan dilakukan konseling. Kemudian
PEMILIHAN kegiatan ini rutin tiap bulannya untuk memantau pertumbuhan dan
INTERVENSI perkembangan balita, pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada
bayi dan anak serta grafik pertumbuhan seperti apa yang diharapkan
dimiliki oleh setiap anak di Indonesia.
PELAKSANA Sasaran: Pengunjung Posyandu Tungkal Muara Enim
AN Lokasi: Kantor Lurah Tungkal
Waktu : 6 April 2023
Metode : Dilakukan pengukuran berat badan, tingi badan dan Lingkar
Kepala kepada balita. Setelah itu dilakuan konseling kepada orang tua
balita apabila ada indikator ada yang bermasalah.
MONITORIN Kegiatan berlangsung dengan lancer, namun ada beberapa kendala
G DAN seperti alat ukur yang salah dan penggunaan yang tidak tepat, sehingga
EVALUASI beberapa hasil salah dalam plotting, serta pengisian grafik pada KMS
tidak dilakukan, sehingga dilakukan edukasi kader terkait bagaimana
cara menggunakan alat dan mengisi kurva sesuai usia.

Anda mungkin juga menyukai