Di Susun oleh :
TAHUN 2023/2024
PRAKTIKUM KE - 1
1.1 Pengertian
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam
standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang
batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek).Stunting
yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan. (Kinanti rahmadhita. 2020, the stunting problems and preνention).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapibaru nampak setelah anak
berusia2 tahun). (dr KiranaPritasar.20l8, MQIH ; Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Dalamupaya Penurunan Stunting DirektoratJenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI)
1.2 penyebab
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.
2. Kondisi kesehatan dan gizi ibu: Kondisi kesehatan ibu sebelum dan saat
kehamilan serta setelah persalinan, Jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan, Postur tubuh ibu (pendek), Asupan nutrisi yang kurang
pada saat kehamilan, Tidak terlaksananya inisiasi menyusui dini (IMD), Gagalnya pemberian
air susu ibu (ASI) ekslusif.
Sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kurangnya akses ke
air bersih dan sanitasi. (Kemiskinan, 2017). Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh hygiene dan
sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan nutrisi
pada proses pencernaan.
Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi
turun. Jika Kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan
pemberian asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting
(Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, 2018). (Rini Archda Saputri.20l9, Jeki
Tumangger, Jpi : Journal 0ƒ Political Issues Volume l, Hulu Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia)
1.4 Patofisiologi
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan
nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini
diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai (Mitra,
2015).
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak terhadap
proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang menjadi
faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, 12 pemberian ASI dan MP-ASI yang
kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan
mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu:
2. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua tentang pola asuh dan pola makan.
Pola makan : “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perluh diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari hari. Bagi anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber
protein sangat dianjurkan , selain tetap membiasakan konsumsi buah dan sayur . Dalam satu
porsi makan : setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengah lagi dengan sumber protein
(nabati/hewani), dengan proporsi lebih banyak dari karbohidrat. seperti kalsium, kalium dan
seng. Diet seimbang tidak hanya menyediakan nutrisiyang tepat untuk menambah tinggi badan
anak, tetapi juga akan membuat daya tahan tubuh penderita stunting lebih kuat. Konsep gizi
seimbang meliputi makanan yang dikonsumsi memenuhi unsur-unsur zat gizi yang lengkap
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat) dalam jumlah cukup tidak
berlebihan dan tidak kekurangan, dan sesuai untuk kebutuhan tubuh.
3. Anak tidur cukup
Salah satu cara mendorong hormon pertumbuhan anak adalah dengan istirahat yang cukup
di malam hari. Tidur anak yang berkualitas ikut membantu merangsang produksi hormon
pertumbuhan (growth hormon) dari situlah kemudian bisa membantu anak menjadi tinggi.
1.7 Prognosis
Stunting yang terjadi dan diintervensi pada 1000 hari pertama kehidupan masih dapat
memiliki prognosis yang baik. Bila stunting baru diterapi di atas usia 2 tahun, tinggi
badan/perbaikan pertumbuhan linear mungkin dapat dicapai, namun perbaikan dampak
stunting seperti fungsi kognitif dan sistem imun belum tentu dapat diperbaiki.
Stunting yang diterapi pada usia setelah masa pertengahan kanak-kanak dan setelah
pubertas biasanya tidak responsif terhadap terapi. Anak perempuan yang stunting berisiko
mengalami maternal stunting saat ia hamil sehingga akan meningkatkan risiko mortalitas
perinatal dan neonatal.
1.8 Pathway
Prmberian ASI
Faktor Nutrisi Faktor Infeksi Sosial Ekonomi
def MP - ASI
Intake Nutrisi
Kurang
Kegagalan Melakukan
Perbaikan Gizi Yang Terjadi
Dalam Waktu Lama Defisit Pengetahuan
Stunting
Resiko Infeksi
Saluran Pencernaan Defisit Perawatan
Diri: Makan
Anoreksia
Defisit Nutrisi