Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PROMOSI KESEHATAN PADA ANAK STUNTING

1. Shilvi Monica PO7120322029


2. Yolla Inge Aprilia Loka PO7120322025
3. Andem Dwi Lala Sibra PO7120322040
4. Siti Thoriqutul Mutmainah PO7120322015
5. Diva Adhe Berlian PO7120322017
6. Jumaril Akbar PO7120322022

Dosen Pengampu : Zuraidah SKM.,MKM

Di Susun oleh :

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI D-III KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

TAHUN 2023/2024
PRAKTIKUM KE - 1

1.1 Pengertian
Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam
standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang
batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek).Stunting
yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan
menurunnya pertumbuhan. (Kinanti rahmadhita. 2020, the stunting problems and preνention).

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapibaru nampak setelah anak
berusia2 tahun). (dr KiranaPritasar.20l8, MQIH ; Kebijakan Kesehatan Masyarakat
Dalamupaya Penurunan Stunting DirektoratJenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian
Kesehatan RI)

Pemeriksaan antropometri adalah penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau


tinggi badan, dan pengukuran lingkar lengan atas, untuk menilai status gizi anak.(Permenkes
RI, Nomor 29 Tahun 20l9 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit).

1.2 penyebab
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor
gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting adalah:


1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang
berkualitas.

2. Kondisi kesehatan dan gizi ibu: Kondisi kesehatan ibu sebelum dan saat
kehamilan serta setelah persalinan, Jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan, Postur tubuh ibu (pendek), Asupan nutrisi yang kurang
pada saat kehamilan, Tidak terlaksananya inisiasi menyusui dini (IMD), Gagalnya pemberian
air susu ibu (ASI) ekslusif.

3. Proses penyapihan dini


Kuantitas, kualitas, dan kemanan pangan MPASI yang diberikan dapat menjadi salah satu
faktor terjadinya stunting (Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, 2018).Masih
kurangnya akses rumah tangga/keluarga terhadap makanan bergizi.
4. Kondisi sosial ekonomi
Kondisi ekonomi erat kaitanya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.

Sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kurangnya akses ke
air bersih dan sanitasi. (Kemiskinan, 2017). Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh hygiene dan
sanitasi yang buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan nutrisi
pada proses pencernaan.

Beberapa penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi
turun. Jika Kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan
pemberian asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat mengakibatkan stunting
(Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia, 2018). (Rini Archda Saputri.20l9, Jeki
Tumangger, Jpi : Journal 0ƒ Political Issues Volume l, Hulu Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia)

1.3 Tanda Dan Gejala


1. Anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih mudah/kecil untuk
usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda

1.4 Patofisiologi
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan
nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini
diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai (Mitra,
2015).

Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak terhadap
proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).

Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang menjadi
faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, 12 pemberian ASI dan MP-ASI yang
kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan
mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, 2017 beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu:

1. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu


setiap bulan.
2. Pemberian makanan tambahan pada balita
3. Pemberian vitamin A
4. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita
5. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
ditambah asupan MP-ASI
6. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman
menggunakan bahan makanan yang sudah umum

1.6 Penatalaksanaan Anak Stunting


Berikut catch up growth yang bisa dilakukan pada anak stunting, yakni :
1. Terapkan gizi seimbang.
Anak yang sudah mengalami stunting, harus diperhatikan kebutuhan nutrisinya dengan
mengatur pola makan. gizi seimbang .Dalam pola makan yang seimbang, generasi bersih
dan sehat (Genbest) harus memasukkan protein, karbohidrat, lemak, vitamin serta mineral
dalam proporsi yang benar.Protein hewani, seperti daging ayam, ikan, perlu dimasukkan
dalam menu anak bersama dengan sayuran dan makanan kaya mineral, seperti kalsium,
kalium dan seng.Diet seimbang tidak hanya menyediakan nutrisiyang tepat untuk menambah
tinggi badan anak, tetapi juga akan membuat daya tahan tubuh penderita stunting lebih kuat.
Konsep gizi seimbang meliputi makanan yang dikonsumsi memenuhi unsur-unsur zat gizi
yang lengkap (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat) dalam jumlah
cukup tidak berlebihan dan tidak kekurangan, dan sesuai untuk kebutuhan tubuh.

2. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua tentang pola asuh dan pola makan.
Pola makan : “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perluh diperkenalkan dan dibiasakan
dalam kehidupan sehari hari. Bagi anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber
protein sangat dianjurkan , selain tetap membiasakan konsumsi buah dan sayur . Dalam satu
porsi makan : setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengah lagi dengan sumber protein
(nabati/hewani), dengan proporsi lebih banyak dari karbohidrat. seperti kalsium, kalium dan
seng. Diet seimbang tidak hanya menyediakan nutrisiyang tepat untuk menambah tinggi badan
anak, tetapi juga akan membuat daya tahan tubuh penderita stunting lebih kuat. Konsep gizi
seimbang meliputi makanan yang dikonsumsi memenuhi unsur-unsur zat gizi yang lengkap
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat) dalam jumlah cukup tidak
berlebihan dan tidak kekurangan, dan sesuai untuk kebutuhan tubuh.
3. Anak tidur cukup
Salah satu cara mendorong hormon pertumbuhan anak adalah dengan istirahat yang cukup
di malam hari. Tidur anak yang berkualitas ikut membantu merangsang produksi hormon
pertumbuhan (growth hormon) dari situlah kemudian bisa membantu anak menjadi tinggi.

4. Lakukan pemeriksaan ke Posyandu


Anak stunting perluh menjalani pemeriksaan rutin ke posyandu agar kondisi status gizi
dapat terus terpantau dengan baik. Hasil pencatatan rutin BB Pada KMS juga bisa memberikan
gambaran mengenai hasil pencapaian yang dilakukan.

5. Lakukan pemeriksaan ke Puskesmas secara rutin.


Anak stunting perluh menjalani pemeriksaan rutin ke Puskesmas dan dokter anak agar
kondisi kesehatan dapat terus terpantau dengan baik. Hasil pemeriksaan Laboratorium
(misal, darah : Hemoglobin, Leucocyt, Faeses : adanya cacing) pada pencatatan rutin pada
Family Folder dapat memberikan gambaran mengenai hasil pencapaian yang dilakukan dan
tindak lanjut. Hasil pemeriksaan kesehatan dan riwayat pengobatan anak yang sering sakit,
misalkan diare, Kecacingan, Batuk bukan Pneumonia dan Pneumonia, Demam dll, dapat
terpantau.

1.7 Prognosis
Stunting yang terjadi dan diintervensi pada 1000 hari pertama kehidupan masih dapat
memiliki prognosis yang baik. Bila stunting baru diterapi di atas usia 2 tahun, tinggi
badan/perbaikan pertumbuhan linear mungkin dapat dicapai, namun perbaikan dampak
stunting seperti fungsi kognitif dan sistem imun belum tentu dapat diperbaiki.

Stunting yang diterapi pada usia setelah masa pertengahan kanak-kanak dan setelah
pubertas biasanya tidak responsif terhadap terapi. Anak perempuan yang stunting berisiko
mengalami maternal stunting saat ia hamil sehingga akan meningkatkan risiko mortalitas
perinatal dan neonatal.
1.8 Pathway

Prmberian ASI
Faktor Nutrisi Faktor Infeksi Sosial Ekonomi
def MP - ASI

Intake Nutrisi
Kurang

Gizi Kurang Kurangnya Pengetahuan


Orang Tua

Kegagalan Melakukan
Perbaikan Gizi Yang Terjadi
Dalam Waktu Lama Defisit Pengetahuan

Stunting

Intake Kurang Dari


Kebutuhan Tubuh Defisit
Nutrisi protein dan Kalori

Hilangnya Lemak Daya Tahan Tubuh Asam Amino dan Produksi


dibantanlan Kulit Menurun Albumin menurun

Turgor Kulit Keadaan Umum Gangguan


Menurun Lemah Pertumbuhan dan Imun
Tubuh Rendah

Resiko Kerusakan Resiko Infeksi


integritas Kulit Keletihan

Resiko Infeksi
Saluran Pencernaan Defisit Perawatan
Diri: Makan

Anoreksia

Defisit Nutrisi

Sumber : Maryuni, 2016 : ( Wulandari, 2017 : 17 )

Anda mungkin juga menyukai