Anda di halaman 1dari 32

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN “STUNTING DENGAN DEFISIT NUTRISI PADA ANAK A” DI
DESA MARAWALI

DI SUSUN OLEH:

Wa Ode Asfida (4201019007)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU ILMU KESEHATAN (STIKES) IST BUTON

2022/2023
2

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Stunting

1. Definisi stunting

Senbanjo, et al (2011) mendefinisikan stunting adalah keadaan status gizi


seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana terletak
pada <-2 SD. Indeks TB/U merupakan indeks antropometri yang menggambarkan
keadaan gizi pada masa lalu dan berhubungan dengan kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi. SK Menkes RI (2012) menyatakan bahwa pendek dan sangat pendek adalah
status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting (pendek)
dan severely stunting (sangat pendek). Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi
badan dapat dilihat dalam waktu yang relatif lama. (Gibson, 2005).

2. Klafikasi Stunting

Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang
dan tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standart dan hasilnya berada di bawah
normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya
(Kemenkes,RI 2016). Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U
rendah. Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal dalam pertumbuhan ataupun
defisit dalam pertumbuhan. Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal mencapai
potensi genetik sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa,
2012).

3. Etiologi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit
infeksi sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI,
3

kurangnya pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan
masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).

a. Faktor Penyebab Langsung

 Asupan Gizi

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan tubuh. Usia anak 1 – 2,5 tahun merupakan masa kritis dimana pada
tahun ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Konsumsi
makanan yang tidak cukup merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
stunting (Kinasih dkk, 2016).

 Penyakit infeksi kronis

Adanya penyakit infeksi dalam waktu lama tidak hanya berpengaruh


terhadap berat badan akan tetapi juga berdampak pada pertumbuhan linier. Infeksi
juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain
karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang.
Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi
yang diderita tidak tertangani tidak akan dapat memperbaiki status kesehatan dan
status gizi anak balita. (Dewi dan Adhi, 2016).

b. Faktor Penyebab Tidak Langsung

 Faktor ASI Eksklusif dan MP-ASI

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa makanan dan minuman


tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan. ASI sangat penting bagi bayi karena
memiliki komposisi yang dapat berubah sesuai kebutuhan bayi. Pada ASI terdapat
kolostrum yang banyak mengandung gizi dan zat pertahanan tubuh, foremik (susu
awal) yang mengandung protein laktosa dan kadar air tinggi dan lemak rendah
4

sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang tinggi yang
banyak memberi energi dan memberi rasa kenyang lebih lama (Ruslianti dkk,
2015).
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang
semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI
adalah sebagai pemenuhan nutrisi yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya
oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-ASI
sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan
mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan
energinya (Ruslianti dkk, 2015).

 Pengetahuan Orang Tua

Orangtua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik akan memberikaan


asuhan pada keluarga dengan baik pula. Pengetahuan orangtua tentang gizi akan
memberikan dampak yang baik bagi keluarganya karena, akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kebutuhan gizi. (Nikmah, 2015).

 Faktor Ekonomi

Pendapatan yang rendah, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih


murah dan menu yang kurang bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi
umumnya mengkonsumsi makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi penghasilan
yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang tinggi
tidak selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk memilih bahan
makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai meskipun makanan
tersebut tidak bergizi tinggi. (Ibrahim dan Faramita, 2014).
5

 Rendahnya Pelayanan Kesehatan

Perilaku masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan di mana


masyarakat yang menderita sakit tidak akan bertindak terhadap dirinya karena
merasa dirinya tidak sakit dan masih bisa melakukan aktivitas sehari- hari dan
beranggapan bahwa gejala penyakitnya akan hilang walaupun tidak di obati.
Berbagai alasan dikemukakan mengapa masyarakat tidak mau memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan seperti jarak fasilitas kesehatan yang jauh, sikap
petugas yang kurang simpati dan biaya pengobatan yang mahal (Ma’rifat, 2010).

4. Manifestasi klinis

Gejala stunting menurut (kemenkes, 2017)

a. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
b. Berat badan rendah untuk anak seusianya
c. Pertumbuhan tulang tertunda
d. Anak berbadan pendek untuk anak seusianya

5. Patofisiologi

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi


ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24
bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up
growth) yang memadai (Mitra, 2015).

Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
6

Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).

Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan


lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga
ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami
peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare
(Maryunani, 2016).

6. Dampak Stunting

Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses tumbuh
kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif yang akan berlangsung
untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa balita pendek
sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan pendapatan yang
rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben, 2018).

Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

a. Dampak jangka pendek, yaitu :


 Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
 Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal.
 Peningkatan biaya kesehatan
7

b. Dampak jangka panjang, yaitu:


 Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila dibandingkan pada
umumnya)
 Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
 Menurunnya kesehatan reproduksi
 Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
 Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

7. Penatalaksanaan

Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2017) beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.
c.Pemberian vitamin A.
d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
ditambah asupan MP-ASI.
f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman
menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna yang
dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

8. Pemeriksaan Penunjang

Melakukan Menurut Nurarif dan Kusuma, (2016) mengatakan pemeriksaan


penunjang untuk stunting antara lain:
a. pemeriksaan fisik.
b. Melakukan pengukuran antropometri BB, TB/PB, LILA, lingkar kepala
c. Melakukan penghitungan IMT.
d. Pemeriksaan laboratorium darah: albumin, globulin, protein total, elektrolit
8

9. Pathway

Factor nutrisi Pemberian ASI


Penyakit Infeksi Social Ekonomi
Dan MP-ASI

Intake Nutrisi
Kurang

Gizi Kurang

Kegagalan Kurang Defisit


Melakukan Perbaikan Pengetahuan orang
Tua Pengetahuan

Stunting

Intake kurang dari kebutuhan tubuh defisit protein


dan kalori

Hilangnya Lemak Daya Tahan Tubu Asam Amino dan produksi


Dibantalan kulit albumin
Keadaan umum lemah
Turgor kulit Gangguan Pertumbuhan
menurun Resiko infeksi dan imun tubuh rendah

Resiko kerusakan Resiko infeksi saluran Keletihan


integritas kulit pencernaan
Defisit perawan diri

Anoreksia : Makanan

Defisit nutrisi
9

B. Konsep Nutrisi

1. Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi


secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, motabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,
2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio- ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (Herdman, 2018).

3. Komponen-komponen nutrisi

Pada usia balita anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat terutama pada dua tahun pertama kehidupan. Pada masa ini seorang anak akan
lebih aktif dalam bergerak dan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap apa
yang ada disekitarnya karena itulah balita memerlukan nutrisi yang cukup untuk
memenuhi energinya. Balita memerlukan nutrisi yang mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gizi tersebut antara
lain sebagai berikut:

a. Serat
Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah
dalam usus kecil dan berguna untuk mencegah sembelit. Serat akan memberikan
10

dampak perut terasa cepat penuh dan kenyang, sehingga akan memberi ruang bagi
makanan lainnya (Rusilanti dkk, 2015).

b. Vitamin dan mineral


Vitamin merupakan zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil. Mineral adalah zat organik yang dibutuhkan tubuh untuk berbagai
fungsi. Pemberian makanan yang bervariasi akan memberikan vitamin dan mineral
yang bervariasi juga sehingga akan memenuhi jumlah yang cukup dari semua zat gizi
yang diperlukan (Rusilanti dkk, 2015).

c. Zat besi
Balita sangat memerlukan zat besi terutama untuk membantu perkembangan
otaknya. Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi kemungkinan akan mengalami
kelambanan dalam fungsi otak. Makanan yang mengandung vitamin C merupakan
salah satu makanan yang bermanfaat dalam penyerapan zat besi (Rusilanti dkk,
2015).

d. Kalsium
Kalsium diperlukan balita sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi. Kalsium
berguna dalam memperkuat masa tulang sehingga balita dengan gerakan yang aktif
bisa terhindar dari patah tulang. Kebutuhan kalsium pada balita sekitar 500-650
mg/hari.kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, kacang-kacangan dan ikan salmon
(Rusilanti dkk, 2015).

e. Kalori
Balita memerlukan asupan kalori sekitar 1500 kalori/ hari ini dikarenakan
gerakan balita yang cukup aktif sehingga memerlukan kalori yang cukup. Kalori
dapat diperoleh dari makanan yang mengandung protein, lemak dan gula (Rusilanti
dkk, 2015).
11

f. Protein
Protein merupakan molekul yang kompleks, besar dan tersusun atas unit
pembangun yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang normal. Protein dalam tubuh akan dipecah menjadi energi ketika
kadar karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang,
darah, kartilago dan limfe (Rusilanti dkk, 2015).

g. Lemak
Balita memerlukan lemak lebih banyak dibandingkan orang dewasa karena
mereka menggunakan energi yang lebih selama masa pertumbuhan.

4. Defini defisit nutrisi

Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

5. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala pada defisit nutrisi menurut (Tim Pokja SDKI, 2017)

a. Tanda dan gejala mayor


Tanda dan gejala mayor subjektif tidak tersedia sedangkan, tanda dan gejala
mayor objektif yaitu berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal

b. Tanda dan gejala minor


Tanda dan gejala minor subyektif yaitu cepat kenyang setelah makan, kram
atau nyeri abdomen, dan nafsu makan menurun. Sedangkan tanda dan gejala minor
objektif yaitu bising usus hiperaktif, otot mengunyah lemah, otot menelan lemah,
membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,
dan diare.
12

6. Penyebab defisit nutrisi

Dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Republik Indonesia (2017), penyebab


terjadinya defisit nutrisi adalah:
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencena makanan
c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Faktor ekonomi (misalnya, Finansial tidak mencukupi)
f. Faktor psikologis (misalnya. Stress, keengganan untuk mak
13

ASUHAN KEPERAWATAN STUNTING DENGAN DEFISIT NUTRISI PADA An A DI


LINGKUNGAN MARAWALI

A. Pengkajian

1. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. W
Umur : 37 Tahun
Alamat : Marawali
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMK
Tipe : Keluarga inti
Suku : Buton
Agama : Islam

2. Komposisi Keluarga

J Hub. Umur Pendi Status imunisasi


No. Nama k Kelua dikan B Pol DPT Camp Ket
rga C io Hipetitis

1
Ny. Y P Istri 31 Th. SMA Sehat

2. Sehat
An. E P Anak 13 Th. SD

3. - Ya
14

An. L L Anak 2,5 Th Ya Ya Ya

3. Genogram

Keluarga dari Tn. W Keluarga dari Ny. Y

Keteranggan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Menikah
15

: Tinggal serumah

4. Tipe Keluarga

Jenis tipe: Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga: tidak ada masalah yang terjadi dengan
tipe keluarga.

5. Status social ekonomi keluarga

a. Anggota yang mencari nafkah: 1 orang Tn W sebagai wiraswasta


b. Penghasilan di keluarga: Penghasilan keluarga ± Rp 3.000.000.00
c. Pemanfaatan dana keluarga: Penghasilan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari
dengan pengeluaran satu bulan ± Rp. 2.000.000.00
d. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) Telivisi dan motor
e. Sosial keluarga: Dengan penghasilan yang didapat, kebutuhan keluarga terpenuhi

6. Aktivitas rekreasi keluarga

Aktivitas rekreasi keluarga biasa dilakukan dihari libur: yakni pada hari setelah
hari raya yaitu ke tempat rekreasi atau kerumah saudara. Sementara waktu senggang
biasanya dilakukan dirumah dengan menonton TV.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. W merupakan tahap anak prasekolah karena


usia anak tertua pada Tn W adalah 13 tahun
16

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja meliputi :

a. Memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluargaMempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
c. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti

a. Tn. W sebagai kepala keluarga jarang sekali sakit, tidak mempunyai masalah
kesehatan, makan maupun kebutuhan dasar lainnya.
b. Ny. Y jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan, makan, istirahat, maupun
kebutuhan dasar lainnya
c. An. E jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan, makan, maupun kebutuhan
dasar lainnya.
d. An. A pernah sakit diare tapi tidak sampai parah, susah untuk makan, proporsi tubuh
tidak sama dengan anak seusianya

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

An. A menderita stunting tetapi keluarga Tn. W dari pihak bapak/ibu tidak ada
yang menderita stunting

C. Data Lingkungan
17

1. Karakteristik rumah
Jenis rumah yaitu permanen, status kepemilikan rumah adalah milik pribadi Tn.W
luas 7 × 10 (panjang × lebar) dengan jumlah 3 kamar tidur, 1 kamar mandi (3× 5 m), 1
dapur (3×3 m), atap rumah genteng tanah liat, lantai keramik. Rumah mempunyai
ventilasi yang baik dan sirkulasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik.
Sumber air keluarga sumur bor, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Penerangan
rumah pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan menggunakan
kompor gas, air minum sehari-hari menggunakan air gallon yang dibeli. Tempat
pembuangan sampah di pekarangan rumah kemudian dibakar.

2.48 1.00 3.16

K.Tidur 2.19

3.95 Dapur

Bathroom 1.40

R.Makan

K.Tidur 2.75

4.50

15.00 R.Keluarga

2.00

2.50 K.Tidur 2.50

R.Tamu

Carpot
4.08 Teras 3.43

1.15 3.18 2.68

7.00
18

Keterangan dena rumah:

1. Ruang tamu
2. 3 Kamar tidur
3. Ruang keluarga
4. Dapur
5. Teras
6. Carpot
7. Ruang keluarga
8. Ruang makan
9. Bathroom

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Hubungan antar tetangga saling membantu, jika ada kegiatan di daerah tempat tinggal
biasanya Tn. W berpartisipan.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. W selama ini sebagai penduduk asli Dsn. Marawali dan tidak pernah pindah
rumah sejak menikah. Tn. W bekerja dari pagi sampai pukul 17:00 WIB sebagai wiraswasta
sedangkan Ny. Y sebagai ibu rumah tangga

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Perkumpulan yang diikuti keluarga pengajian tahlil rutin tiap hari Jum’at untuk
Ny.Y dan pengajian tahlil rutin tiap hari Sabtu untuk Tn.W, interkasi keluarga dengan
masyarakat terjalin baik, interaksi dengan masyarakat terjalin saat sore hari atau malam
hari.
19

5. Sistem penduduk keluarga


Jika ada masalah maka keluarga akan menyelesaikan dengan musyawarah.
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia di desa yaitu puskesmas dan
KIS.

D. Struktur keluarga

1. Struktur peran

Peran formal: Tn.W berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.Y berperan sebagai
wakil kepala keluarga.
Peran informal: Tn.W memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah, Ny.Y
sebagai ibu rumah tangga dan An.E dan An.A berperan sebagai anak.

2. Nilai atau norma keluarga

Tn.W mengatakan tidak ada nilai atau norma khusus yang mengikat anggota
keluarga, sistem nilai yang dianut keluarga Tn.W dipengaruhi oleh adat dan agama.

3. Pola komunikasi keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa Buton dalam berkomunikasi setiap


harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.

4. Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara bermusyawarah


seluruh anggota keluarga. Tn.W selaku kepala keluarga memiliki kekuatan untuk
mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga untuk merubah perilaku.
20

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke RS atau ke petugas kesehatan terdekat.
b. Fungsi Sosialisasi
Setiap hari keluarga berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
mentaati norma yang baik.
c. Fungsi Reproduksi
Tn. W sudah tidak melakukan hubungan seksual karena 2 anak sudah cukup.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makanan yang cukup, pakaian dan biaya
anak untuk berobat.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ny. Y mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit tetapi masih bisa diatasi
sendiri hanya membeli obat di warung, kecuali jika anggota keluarga tidak dapat
mengatasi maka anggota keluarga membawa ke petugas kesehatan terdekat.

6. Stress dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan panjang


 Jangka pendek : keluarga mengatakan sementara tidak mempunyai masalah
berat, hanya saja Ny.Y merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang tidak
bertumbuh seperti anak seusianya.
 Jangka panjang : keluarga mengatakan stressor jangka panjang yaitu memikirkan
masalah biaya untuk kehidupan sehari-hari dan untuk biaya sekolah anaknya
agar bisa sekolah setinggi mungkin serta meningkatkan taraf hidup keluarganya.
21

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke petugas kesehatan


terdekat.
 Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
 Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn.W tidak pernah melakukan perilaku kasar atau kejam terhadap
anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan ancaman dalam menjelaskan
masalah.

7. Pemeriksaan kesehatan setiap anggota keluarga

No Variabel Tn. W Ny. Y An. E An. A

1. Riwayat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ibu An. A


penyakit mengatakan
sekarang terkadang
mau makan,
dan makan
dengan porsi
sedikit,
setelah
makan
biasanya
cepat
kenyang
2. Keluhan Tidak ada Ibu klien mengatakan Tidak ada Anak susah
yang tidak tahu apa yang makan,
dirasaka menjadi penyebab berat badan
n saat ini anaknya tidak tumbuh sulit naik
seperti anak seusianya
3. Tanda Tidak ada Menanyakan masalah Tidak ada Nafsu
dan yang diderita anaknya makan
gejala tidak tumbuh seperti anak menurun,
seusianya berat badan
menurun,
otot
mengunya
22

melemah,
cepat
kenyang
setelah
makan

4. Riwayat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


penyakit
sebelumn
ya
5. Tanda- Kesadaran Kesadaran composmentis Kesadaran Kesadaran
tanda composmentis TD: TD : 120/90mmHg composmentiTD: composme
vital 100/80 mm Hg N : 88x/menit 110/80mmHg ntis
N: 80×/menit RR : 20x/menit N : 74x/menit TD :
RR: 22×/menit S: : 36,5°C RR: 20x/menit 100/70
S: : 36,5°C S : : 36,5°C: mmHg
36,5°C N: 80x/menit
RR:22x/meni
t
S: 36,5°C:
36,5°C
6. Pemeriks Tidak ada Tidak ada Tidak ada TB: 80
aan cm
antropom BB: 9,4
entri kg
LK: 47
cm
LLA: 14
cm
7. Pola Tidak ada Tidak ada Tidak ada Anak
makan makan
dengan
porsi
sedikit
(1-3
sendok), 1
porsi
makan
terdiri: nasi,
kerupuk
terkadang
juga dengan
makanan
ringan)
8. Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala simetris, Bentuk kepala Bentuk
dan leher simetris, kulit kulit kepala tidak ada lesi simetris, kulit kepala
kepala tidak ada dan tidak ada benjolan. kepala tidak ada simetris,
lesi dan tidak ada Rambut berwarna hitam lesi dan tidak kulit
benjolan. tidak beruban. Bentuk ada benjolan. kepala
Rambut mata simetris, konjungtiva Rambut tidak ada
berwarna hitam tidak anemis, pupil isokor, berwarna lesi dan
tidak beruban sclera tidak ikterik, hitam tidak tidak ada
Bentuk mata ketajaman pengelihatan beruban. benjolan.
simetris,konjungt baik. Bentuk hidung Bentuk mata Rambut
iva tidak anemis, simetris, tidak ada simetris, berwarna
23

pupil isokor, benjolan, tidak ada konjungtiva hitam


sclera tidak pernapasan cuping hidung. tidak anemis, tidak
ikterik, Bentuk leher simetris, pupil isokor, beruban.
ketajaman tidak ada serum dan sclera tidak Bentuk
pengelihatan ketajaman pendengaran ikterik, mata
baik. Bentuk baik. ketajaman simetris,
hidung simetris, pengelihatan konjungtiv
tidak ada baik. Bentuk a tidak
benjolan, tidak hidung anemis,
ada pernapasan simetris, tidak pupil
cuping hidung. ada benjolan, isokor,
Bentuk leher tidak ada sclera
simetris, tidak pernapasan tidak
ada serum dan cuping hidung. ikterik,
ketajaman Bentuk leher ketajaman
pendengaran baik. simetris, tidak pengelihat
ada serum dan an baik.
ketajaman Bentuk
pendengaran hidung
baik. simetris,
tidak ada
benjolan,
tidak ada
pernapasa
n cuping
hidung.
Bentuk
leher
simetris,
tidak ada
serum dan
ketajaman
pendenga
ran baik.
9. Integum Kulit teraba Kulit teraba hangat, Kulit teraba Kulit
en hangat, warna warna kulit sawo hangat, warna teraba
kulit sawo matang, lembab, tidak kulit sawo hangat,
matang, lembab, ada kelainan pada kulit matang, warna
tidak ada lembab, tidak kulit
kelainan pada ada kelainan sawo
kulit pada kulit matang,
lembab,
adanya
bintik-
bintik
seperti
keringat
dingin
pada
kulit.
10. Thoraks Dada simetris, Dada simetris, irama Dada Dada
dan irama pernapasan regular, simetris, simetris,
fungsi pernapasan suara napas vesikuler irama irama
pernapas regular, suara dan tidak terdengar pernapasan pernapas
24

an napas vesikuler suara napas tambahan regular, an


dan tidak suara napas regular,
terdengar vesikuler suara
suara napas dan tidak napas
tambahan terdengar vesikuler
suara napas dan tidak
tambahan terdenga
r
suara
napas
tambaha
n
11. Ekstremi Tidak oedema, Tidak oedema, Tidak Tidak
tas atas pergerakan pergerakan oedema, oedema,
Baik Baik pergerakan pergerak
Baik an
Baik

12. Ekstremi Tidak oedema, Tidak oedema, varises Tidak Tidak


tas varises tidak ada, tidak ada, turgor oedema, oedema,
bawah turgor kulit baik varises tidak varises
kulit baik ada, turgor tidak
kulit baik ada,
turgor
kulit baik

8. Harapan keluarga

Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan dan
membantu masalah An.A

E. Analisis Data

No Data Masalah Penyebab


1. DS: Ketidakmampuan mengasorbsi Defisit nutrisi
a. Ny.Y mengatakan nutrisi
sudah memberi
makanan yang cukup
untuk An.A tetapi
anak tidak ada
kenaikan berat badan
b. Ny.Y mengatakan
An.A sulit makan
c. Ny. Y mengatakan
porsi makan anaknya
hanya sedikit
DO:
25

a. An.A tampak kurus


dan kecil untuk anak
seusianya
b. Anak makan dengan
porsi sedikit dan 1
porsi makan terdiri:
nasi, kerupuk
terkadang juga dengan
makanan ringan).
c. Usia An.A 2,5 tahun
d. TB: 80cm
BB: 9,4kg LK: 47cm LLA:
14cm
2. DS: Kurangnya paparan informasi Defisit pengetahuan
a. Ny.Y mengatakan
tidak tahu apa yang
menjadi penyebab
anaknya tidak
bertumbuh seperti
anak seusianya.

DO:
a. Keluarga tampak
terlihat tidak
mengetahui masalah
yang diderita An.A
b. Keluarga tampak
kebingungan dengan
masalah yang diderita
anaknya

F. Priorotas Diagnosa Keperawatan

No. Tgl muncul Diagnosa keperawatan TTD


1. 03-06-2022 Defisit nutrisi berhubungan Perawat
dengan ketidakmampuan
mengasorbsi nutrisi
2. 03-06-2022 Defisit pengetahuan b/d Perawat
kurang terpapar informasi

1. Skoring diagnose keperawatan defisit pengetahuan

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 × 1 1 An.A sudah berada di
garis
kuning di buku KMS
anak dan BB An. A 9,4
26

Kg
2. Kemungkinan ½×2 2 Ny. Y bertugas mengurus
masalah dapat di anak sepenuhnya dengan
ubah focus pada anak
diharapkan dapat
mengubah kondisi An. A
3. Potensi masalah 3/3 × 1 1 An. A merupakan anak
untuk dicegah sehat dengan berat lahir
baik, dengan pola asuh
yang baik, keadaan An. A
dapat membaik jika tidak
terjadi stunting
4. Menonjolnya 2/2 × 1 1 masalah stunting pada
masalah An. A harus segera di
atasi agar gizinya kembali
membaik
Total skor 4

2. Skoring diagnose keperawatan b/d kurang terpapar informasi

No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. sifat masalah 3/3 × 1 1 Ny.Y mengatakan tidak
tahu apa yang menjadi
penyebab anaknya tidak
bertumbuh seperti anak
seusianya.
2. Kemungkinan ½×2 2 Ny.Y bertanya
masalah dapat di mengenai masalah yang
ubah diderita anaknya
3. Potensi masalah 2/3×1 1 Ny.Y berusaha untuk
untuk dicegah mengatur pola makan
anaknya setelah
mengetahui masalah
yang diderita anaknya
4. Menonjolnya 2/2 × 1 1 Masalah kurangnya
masalah pengetahuan pada
keluarga
Ny.Y dapat segeara
diatasi.
Total scor 3.6
27

G. Intervensi keperawatan

Tgl. No. Diagnosa Tujuan dan hasil kriteria Intervensi Para


keperawatan f
03- 1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan kunjugan Managemen nutrisi Pera
06- berhubungan sebanyak tiga kali selama a. Observasi wat
2022 dengan 45-60 menit diharapkan 1. Identifikasi status
ketidakmampu keluarga mampu merawat nutrisi
an klien agar defisit nutrisi 2. Identifikasi
mengasorbsi dapat membaik, makananan yang di
nutrient Dengan kriteria hasil: sukai
1. Status nutrisi membaik 3. Monitor asupan
2. Porsi makanan dari makanan
yang tidak habis 4. Monitor berat badan
menjadi habis
3. Kekuatan otot b. Terapeutik
mengunyah meningkat 1. Lakukan oral Hygiene
nafsu makan meningkat seblum makan,jika per
2. Berikan makanan
Tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen
makan,jika perlu

c. Edukasi
1. Ajarkan diet yang di
programkan

3-06- Defisit Setelah dilakukan Edukasi kesehatan Pera


2022 pengetahuan kunjunggan sebanyak tiga Observasi : wat
berhubunggan kali selama 45-60 menit 1. Identifikasi kesiapan dan
denggan diharapkan keluarga kemampuan menerima
28

kurang mampu mengenal masalah informasi


terpapar kesehatan klien agar tingkat
informasi pengetahuan dapat Terapeutik
membaik, 1. Jadwal pendidikan
kesehaan sesuai
Denggan kriteria hasil : kesepakatan
a. Tingkat Pengetahuan 2. Berikan kesempatan
membaik bertanya
1. Kemampuan keluarga
menjelaskan Edukasi
pengetahuan tentang 1. Ajarkan strategi yang
stunting meningkat dapat digunakan untuk
2. Perilaku sesuai meningkatkan perilaku
denggan edukasi hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang
stunting meningkat

H. Implementasi keperawatan

No. Hari Jam Implementasi TTD


DX /Tanggal
1. Jum’at 09.00 1. Membina hubunggan saling percaya keluarga klien Peraw
3 Juni 2022 WIB Respon : Keluarga klien menerima denggan ramah at
sampai kedatanggan perawat.
09.40 2. Menjelakan kontrak waktu dan tujuan pertemuan
WIB Respon : Keluarga klien menyetujui kontrak yang telah
dibuat denggan perawat.
3. Menjelaskan kepada keluarga pengertian stunting
Respon Keluarga : Keluarga klien memperhatikan saat
diberikan penjelasan.
4. Mengajukan dan menjelaskan kepada keluarga untuk
memberi makanan yang disukai klien denggan berbagai
jenis variasi.
Respon : Keluarga mengikuti hal yang dianjurkan klien .
5. Monitor BB dan TB. BB : 9,4Kg, TB : 80 cm
6. Mengobserfasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny. Y mengatakn napsu makan menurun
29

2. Jum’at 09.50 1. Menjelaskan kepada keluarga penyebab stunting Peraw


3 Juni 2022 WIB Respon : Keluarga klien memperhatikan apa yang dijelaskan at
Sampa perawat
2. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan pada anak stunting
10.55
Respon : Keluarga klien memperhatikan apa yang dijelaskan
WIB perawat
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk melakukan hidup
bersih Respon : Keluarga patuh pada anjuran perawat
4. Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya Respon :
Keluarga klien tidak ada yang bertanya
5. Bantu keluarga untuk mengulangi apa yang telah
dijelaskan

1. Sabtu 04, 09.00 1. Memberi salam Peraw


Juni 2022 WIB Respon : Keluarga dan klien menjawab salam perawat at
Sampa 2. Menjelaskan kepada keluarga cara meningkatkan nafsu
makan anak
i Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
09.45 perawat
WIB 3. Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi anak
Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
perawat dan keluarga mampu menjelaskan kembali
pentingya kebutuhan nutrisi anak
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan
kepada An.A sedikit tapi sering
Respon : Ny.Y mencoba memberi makan kepada An.A
dengan porsi sedikit tapi sering
5. Mengobservasi asupan nutrisi anak
6. Respon : Ny.Y mengatakan nafsu makan anak menurun
Timbang berat badan anak BB : 9,4 kg TB : 80 cm

2. Sabtu 04, 09.55 1. Menjelaskan kepada keluarga tindakan yang harus Peraw
Juni 2022 WIB dilakukan saat anak menderita stunting at
Sampa Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
perawat
i 10.30
2. Menjelaskan kepada keluarga cara
WIB
menangani saat anak menderita stunting
3. Respon : Keluarga memperhatikan apa
yang dijelaskan perawat dan keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
4. Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan dalam menangani stunting
5. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

1. Sabtu 04, 09.00 1. Beri salam


30

Juni 2022 WIB Respon : Keluarga dan klien menjawab salam perawat
Sampa 2. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya lingkunggan
i dalam memenuhi asupan nutrisi anak
09.45 Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
perawat
WIB 3. Mengobserfasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny. Y mengatakan nafsu makan anak meningkat
4. Menganjukan kepada keluarga untuk memberi makanan
yang disukai klien
Respon : Keluarga mengikuti hal yang dianjurkan
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan
klien sedikit tapi sering
Respon : Ny. Y mencoba memberi makan kepada An. A
sedikit tapi sering.
6. Timbanggan berat badan
Anak BB : 9,6
TB : 80 cm
7. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya

2. Sabtu 04, 09.35 1. Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu hidup bersih. Peraw
Juni 2022 WIB Respon : Keluarga memperhatikan apa yang diperhatikan at
Sampa perawat
2. Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk mencuci
i 09.55
tanggan setelah dan sesudah makan atau beraktifitas.
WIB Respon : Keluarga mendenggarkan penjelasan dari
perawat.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu hidu bersih.
Respon : Keluarga patuh denggan yang dianjurkan
perawat
4. Beri kesempatan untuk bertanyah

I. Evaluasi

No. Hari, tgl, Diagnose keperawatan Catatan perkembangan TTD


jam
1. Minggu, Defisit Nutrisi S : 1. Ny. Y menyatakan anak suda mulai suka
05 Juni denggan makananya.
2022 . 2. Ny. Y mengatakan berat anak sedikit
Pukul meningkat
09.00 O : 1. Keadaan umum anak badan kurus dan
WIB kecil.
2. BB : 9,6 kg. TB : 80 cm
3. Anak Nampak makan denggan porsi
sedang
A : Masalah difisit nutrisi teratasi sebagian
P : Interfesi di hentikan
31

2. Minggu, Defisit Pengetahuan S : Ny. Y dan keluarga mengatakan sudah


05 Juni sedikit memahami apa yang menjadi
Pukul penyebabanaknya tidak tumbuh seperti
09.45 anak seusianyah.
WIB O : Keluarga mampu menyebutkan apa yang
menjadi masala anak A
A : Masalah difisit pengetahuan selesai
P : Interfensi di hentikan.
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, S. d. (2011). Gizi Seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka.
2. Anisa, P. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012.
3. Astutik, R. M. (2018). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Balita Usia 24- 59
Bulan (Studi Kasus di Wilayah Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017).
Jurnal Kesehatan Masyarakat(6(1)), 409-418.
4. Black RE et al, .. (2008). Maternal and child undernutrition: global and regional
exposures and health consequence. The Lancet, 371(9608), 243-260.
5. Dewi, C. d. (2016). Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat
PenyakitInfeksi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Balita Umur 24- 59 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. 3(1), 33-46.
6. Faramita, I. &. (2014). Hubungan faktor-faktor sosial ekonomi keluarga dengan
stunting pada anak usia 24-59 bulan diwilayah kerja puskesmas barombong kota
makassar tahun 2014. Ql-sihah: Public health science journal.
7. Fitri, L. (2018). HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN STUNTING
DI PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU. Jurnal endurance, 3(1), 131.
8. Gibson, R. S. (2005). Priciples of Nutritional Assesment. Second Edition. New York:
Oxford University Press Inc.
9. Herdman, T. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
clasification 2018-2020. Jakarta : EGC.
10. Indonesia, M. (2015). Retrieved 01 27, 2021, from Stunting dan Masa Depan
Indonesia: http://www.mcaindonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesia-
Technical-BriefStunting-ID.pdf
11. Khoeroh H, I. D. (2017). Evaluasi Penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja
puskesmas Sirampong. Unnes Journal of Public Health(29(4)), 364- 370.
12. Khoeroh H, I. D. (2017). Evaluasi penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja
puskesmas Sirampong.Unnes Journal of Public Health(63), 189-95.

Anda mungkin juga menyukai