DI SUSUN OLEH:
2022/2023
2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Stunting
1. Definisi stunting
2. Klafikasi Stunting
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang
dan tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standart dan hasilnya berada di bawah
normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya
(Kemenkes,RI 2016). Kependekan mengacu pada anak yang memiliki indeks TB/U
rendah. Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal dalam pertumbuhan ataupun
defisit dalam pertumbuhan. Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal mencapai
potensi genetik sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang suboptimal (Anisa,
2012).
3. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit
infeksi sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI,
3
kurangnya pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan
masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015).
Asupan Gizi
sedangkan hidramik (susu akhir) memiliki kandungan lemak yang tinggi yang
banyak memberi energi dan memberi rasa kenyang lebih lama (Ruslianti dkk,
2015).
Pemberian MP-ASI merupakan sebuah proses transisi dari asupan yang
semula hanya ASI menuju ke makanan semi padat. Tujuan pemberian MP-ASI
adalah sebagai pemenuhan nutrisi yang sudah tidak dapat terpenuhi sepenuhnya
oleh ASI selain itu sebagai latihan keterampilan makan, pengenalan rasa. MP-ASI
sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 6 bulan secara bertahap dengan
mempertimbangkan waktu dan jenis makanan agar dapat memenuhi kebutuhan
energinya (Ruslianti dkk, 2015).
Faktor Ekonomi
4. Manifestasi klinis
a. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya
b. Berat badan rendah untuk anak seusianya
c. Pertumbuhan tulang tertunda
d. Anak berbadan pendek untuk anak seusianya
5. Patofisiologi
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Sudiman, 2018).
6
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurag tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).
6. Dampak Stunting
Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses tumbuh
kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif yang akan berlangsung
untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa balita pendek
sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan pendapatan yang
rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben, 2018).
Menurut WHO (2018), dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi
dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
7. Penatalaksanaan
Menurut Khoeroh dan Indriyanti, (2017) beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi stunting yaitu:
a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.
c.Pemberian vitamin A.
d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan
ditambah asupan MP-ASI.
f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan minuman
menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi
dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna yang
dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Pathway
Intake Nutrisi
Kurang
Gizi Kurang
Stunting
Anoreksia : Makanan
Defisit nutrisi
9
B. Konsep Nutrisi
1. Definisi Nutrisi
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio- ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (Herdman, 2018).
3. Komponen-komponen nutrisi
Pada usia balita anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat terutama pada dua tahun pertama kehidupan. Pada masa ini seorang anak akan
lebih aktif dalam bergerak dan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap apa
yang ada disekitarnya karena itulah balita memerlukan nutrisi yang cukup untuk
memenuhi energinya. Balita memerlukan nutrisi yang mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gizi tersebut antara
lain sebagai berikut:
a. Serat
Serat merupakan bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah
dalam usus kecil dan berguna untuk mencegah sembelit. Serat akan memberikan
10
dampak perut terasa cepat penuh dan kenyang, sehingga akan memberi ruang bagi
makanan lainnya (Rusilanti dkk, 2015).
c. Zat besi
Balita sangat memerlukan zat besi terutama untuk membantu perkembangan
otaknya. Jika kebutuhan zat besi tidak terpenuhi kemungkinan akan mengalami
kelambanan dalam fungsi otak. Makanan yang mengandung vitamin C merupakan
salah satu makanan yang bermanfaat dalam penyerapan zat besi (Rusilanti dkk,
2015).
d. Kalsium
Kalsium diperlukan balita sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi. Kalsium
berguna dalam memperkuat masa tulang sehingga balita dengan gerakan yang aktif
bisa terhindar dari patah tulang. Kebutuhan kalsium pada balita sekitar 500-650
mg/hari.kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, kacang-kacangan dan ikan salmon
(Rusilanti dkk, 2015).
e. Kalori
Balita memerlukan asupan kalori sekitar 1500 kalori/ hari ini dikarenakan
gerakan balita yang cukup aktif sehingga memerlukan kalori yang cukup. Kalori
dapat diperoleh dari makanan yang mengandung protein, lemak dan gula (Rusilanti
dkk, 2015).
11
f. Protein
Protein merupakan molekul yang kompleks, besar dan tersusun atas unit
pembangun yang disebut asam amino. Protein dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang normal. Protein dalam tubuh akan dipecah menjadi energi ketika
kadar karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Protein disimpan dalam otot, tulang,
darah, kartilago dan limfe (Rusilanti dkk, 2015).
g. Lemak
Balita memerlukan lemak lebih banyak dibandingkan orang dewasa karena
mereka menggunakan energi yang lebih selama masa pertumbuhan.
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Adapun tanda dan gejala pada defisit nutrisi menurut (Tim Pokja SDKI, 2017)
A. Pengkajian
Nama : Tn. W
Umur : 37 Tahun
Alamat : Marawali
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMK
Tipe : Keluarga inti
Suku : Buton
Agama : Islam
2. Komposisi Keluarga
1
Ny. Y P Istri 31 Th. SMA Sehat
2. Sehat
An. E P Anak 13 Th. SD
3. - Ya
14
3. Genogram
Keteranggan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Menikah
15
: Tinggal serumah
4. Tipe Keluarga
Jenis tipe: Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga: tidak ada masalah yang terjadi dengan
tipe keluarga.
Aktivitas rekreasi keluarga biasa dilakukan dihari libur: yakni pada hari setelah
hari raya yaitu ke tempat rekreasi atau kerumah saudara. Sementara waktu senggang
biasanya dilakukan dirumah dengan menonton TV.
a. Memberi kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluargaMempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
c. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
a. Tn. W sebagai kepala keluarga jarang sekali sakit, tidak mempunyai masalah
kesehatan, makan maupun kebutuhan dasar lainnya.
b. Ny. Y jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan, makan, istirahat, maupun
kebutuhan dasar lainnya
c. An. E jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan, makan, maupun kebutuhan
dasar lainnya.
d. An. A pernah sakit diare tapi tidak sampai parah, susah untuk makan, proporsi tubuh
tidak sama dengan anak seusianya
An. A menderita stunting tetapi keluarga Tn. W dari pihak bapak/ibu tidak ada
yang menderita stunting
C. Data Lingkungan
17
1. Karakteristik rumah
Jenis rumah yaitu permanen, status kepemilikan rumah adalah milik pribadi Tn.W
luas 7 × 10 (panjang × lebar) dengan jumlah 3 kamar tidur, 1 kamar mandi (3× 5 m), 1
dapur (3×3 m), atap rumah genteng tanah liat, lantai keramik. Rumah mempunyai
ventilasi yang baik dan sirkulasi udara yang bagus serta pencahayaan yang baik.
Sumber air keluarga sumur bor, dengan kondisi bersih dan tidak berbau. Penerangan
rumah pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan menggunakan
kompor gas, air minum sehari-hari menggunakan air gallon yang dibeli. Tempat
pembuangan sampah di pekarangan rumah kemudian dibakar.
K.Tidur 2.19
3.95 Dapur
Bathroom 1.40
R.Makan
K.Tidur 2.75
4.50
15.00 R.Keluarga
2.00
R.Tamu
Carpot
4.08 Teras 3.43
7.00
18
1. Ruang tamu
2. 3 Kamar tidur
3. Ruang keluarga
4. Dapur
5. Teras
6. Carpot
7. Ruang keluarga
8. Ruang makan
9. Bathroom
Hubungan antar tetangga saling membantu, jika ada kegiatan di daerah tempat tinggal
biasanya Tn. W berpartisipan.
Keluarga Tn. W selama ini sebagai penduduk asli Dsn. Marawali dan tidak pernah pindah
rumah sejak menikah. Tn. W bekerja dari pagi sampai pukul 17:00 WIB sebagai wiraswasta
sedangkan Ny. Y sebagai ibu rumah tangga
Perkumpulan yang diikuti keluarga pengajian tahlil rutin tiap hari Jum’at untuk
Ny.Y dan pengajian tahlil rutin tiap hari Sabtu untuk Tn.W, interkasi keluarga dengan
masyarakat terjalin baik, interaksi dengan masyarakat terjalin saat sore hari atau malam
hari.
19
D. Struktur keluarga
1. Struktur peran
Peran formal: Tn.W berperan sebagai kepala keluarga dan Ny.Y berperan sebagai
wakil kepala keluarga.
Peran informal: Tn.W memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah, Ny.Y
sebagai ibu rumah tangga dan An.E dan An.A berperan sebagai anak.
Tn.W mengatakan tidak ada nilai atau norma khusus yang mengikat anggota
keluarga, sistem nilai yang dianut keluarga Tn.W dipengaruhi oleh adat dan agama.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke RS atau ke petugas kesehatan terdekat.
b. Fungsi Sosialisasi
Setiap hari keluarga berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
mentaati norma yang baik.
c. Fungsi Reproduksi
Tn. W sudah tidak melakukan hubungan seksual karena 2 anak sudah cukup.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makanan yang cukup, pakaian dan biaya
anak untuk berobat.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ny. Y mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit tetapi masih bisa diatasi
sendiri hanya membeli obat di warung, kecuali jika anggota keluarga tidak dapat
mengatasi maka anggota keluarga membawa ke petugas kesehatan terdekat.
melemah,
cepat
kenyang
setelah
makan
8. Harapan keluarga
Keluarga berharap terhadap petugas kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan dan
membantu masalah An.A
E. Analisis Data
DO:
a. Keluarga tampak
terlihat tidak
mengetahui masalah
yang diderita An.A
b. Keluarga tampak
kebingungan dengan
masalah yang diderita
anaknya
Kg
2. Kemungkinan ½×2 2 Ny. Y bertugas mengurus
masalah dapat di anak sepenuhnya dengan
ubah focus pada anak
diharapkan dapat
mengubah kondisi An. A
3. Potensi masalah 3/3 × 1 1 An. A merupakan anak
untuk dicegah sehat dengan berat lahir
baik, dengan pola asuh
yang baik, keadaan An. A
dapat membaik jika tidak
terjadi stunting
4. Menonjolnya 2/2 × 1 1 masalah stunting pada
masalah An. A harus segera di
atasi agar gizinya kembali
membaik
Total skor 4
G. Intervensi keperawatan
c. Edukasi
1. Ajarkan diet yang di
programkan
H. Implementasi keperawatan
2. Sabtu 04, 09.55 1. Menjelaskan kepada keluarga tindakan yang harus Peraw
Juni 2022 WIB dilakukan saat anak menderita stunting at
Sampa Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
perawat
i 10.30
2. Menjelaskan kepada keluarga cara
WIB
menangani saat anak menderita stunting
3. Respon : Keluarga memperhatikan apa
yang dijelaskan perawat dan keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat
4. Motivasi keluarga untuk mengambil
keputusan dalam menangani stunting
5. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
Juni 2022 WIB Respon : Keluarga dan klien menjawab salam perawat
Sampa 2. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya lingkunggan
i dalam memenuhi asupan nutrisi anak
09.45 Respon : Keluarga memperhatikan apa yang dijelaskan
perawat
WIB 3. Mengobserfasi asupan nutrisi anak
Respon : Ny. Y mengatakan nafsu makan anak meningkat
4. Menganjukan kepada keluarga untuk memberi makanan
yang disukai klien
Respon : Keluarga mengikuti hal yang dianjurkan
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi makan
klien sedikit tapi sering
Respon : Ny. Y mencoba memberi makan kepada An. A
sedikit tapi sering.
6. Timbanggan berat badan
Anak BB : 9,6
TB : 80 cm
7. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
2. Sabtu 04, 09.35 1. Menjelaskan kepada keluarga untuk selalu hidup bersih. Peraw
Juni 2022 WIB Respon : Keluarga memperhatikan apa yang diperhatikan at
Sampa perawat
2. Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk mencuci
i 09.55
tanggan setelah dan sesudah makan atau beraktifitas.
WIB Respon : Keluarga mendenggarkan penjelasan dari
perawat.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk selalu hidu bersih.
Respon : Keluarga patuh denggan yang dianjurkan
perawat
4. Beri kesempatan untuk bertanyah
I. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA