Review jurnal
Review jurnal tentang EBN metode wound bed prepationterhadap penyembuhan luka kronik
dengan ketentuan analisis PICO
NIM : 4201019007
BAUBAU 2021/2022
Review jurnal tentang EBN metode wound bed prepationterhadap penyembuhan
luka kronik dengan ketentuan analisis PICO
Jurnal 1
Tahun : 2022
1. Problem
2. Intervension
Berbagai macam intervensi yang dilakukan untuk melakukan penyembuhan luka, pada
penelitian yang dilakukan oleh Tsang et al., (2017), intervensi
dilakukan oleh semua peserta menghadiri klinik perawat mingguan untukditindaklanjuti oleh
penulis pertama dalam empat minggu pertama dan dua
mingguan sampai mingguke 12 periode tindak lanjut. Ada total delapan kehadiran
klinis. Mengenai strategi pembongkaran, customer made insole (CMI) diberikan
kepada partisipan yang menderita Diabetic Foot Ulcer (DFU). Debridemen
dilakukan oleh penulis pertama pada setiap kunjungan klinik untuk menurunkan
tekanan lokal. Luka dibersihkan jaringan nonviable dan biofilm dibersihkan setiap
kali oleh penulis pertama jika perlu perlu setelah mendapatkan persetujuan lisan:
semua tendon dan jaringan avaskular yang terbuka juga distimulasi dengan jarum
atau pisau sampai berdarah. Intervensi ini digunakan sebagai rekrutmen seluler ke
area lokal untuk angiogenesis dan pembentukan granulasi. Balutan topikal
kemudan diaplikasikan sesuai dengan urutan pengacakan (Tsang et al., 2017).
3. Comparison
4. Outcome
Berdasarkan hasil literature review dapat bahwa madu
terbukti efektif untuk penyembuhan luka pada pasien Diabetic Foot Ulcer (DFU),
selain efektif madu dapat mempercepat pertumbuhan granulasi, mempercepat
pertumbuhan epitelisasi, dan menjaga kelembaban pada luka Diabetic Foot Ulcer
(DFU). Saran bagi profesi keperawatan diharapkan perawat luka Diabetic
khususnya dapat mengaplikasikan dressing ini untuk penyembuhan luka pada
pasien Diabetic Foot Ulcer (DFU)
Jurnal 2
Tahun : 2021
Halaman : 415-424
1. Problem
Perawatan luka merupakan salah satu tindakan keperawatan mandiri perawat yang
sangat menantang di fasilitas pelayanan kesehatan terutama bila menjumpai luka infeksi
atau luka kronis. Luka kronis adalah luka akut dengan waktu penyembuhan yang lama,
biasa disebut dengan penyembuhan luka yang tertunda, hal ini disebabkan karena faktor
infeksi (Han & Ceilley, 2017). Infeksi, trauma berulang dan penyakit vascular lokal
merupakan faktor penyebab terjadinya luka kronis, seperti Diabetic Foot Ulcer (DFU),
ulkus pembuluh darah vena dan arteri, luka tekan dan luka abses lainnya (Zhang et al.,
2020). Penanganan luka kronis tidak bisa dianggap remeh, membutuhkan perawatan yang
berfokus pada pasien, efektivitas biaya dan multidisiplin (Joret et al., 2019).
2. Intervension
Metode penelitian ini adalah tinjauan literatur. Tinjauan literatur ini menggunakan
penelusuran hasil publikasi ilmiah dalam rentang tahun 2017-2020 dengan menggunakan
lima database dalam pencarian artikel yaitu pubmed, proquest, sciencedirect, wiley online
library, dan garuda dengan kata kunci berdasarkan metode PICO/Patient, Intervention,
Comparison and Outcome. Setiap database menggunakan kata kunci antara lain: Ditemukan
2.947 artikel, kemudian dilakukan skrining dan uji kelayakann artikel
dengan mengeksklusikan artikel yang tidak sesuai dengan kriterian inklusi, sehingga
ditemukan 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan relevan dengan pertanyaan
penelitian (Gambar 1). Kriteria inklusi pada tinjauan literatur ini antara lain: (1) artikel
yang sesuai dengan tujuan penelitian (2) full text (3) berbahasa Inggris (4) tahun
publikasi 2017–2020 (5) artikel dengan intervensi menggunakan madu topikal (6) Hasil
penelitian menunjukkan efektivitas madu terhadap penyembuhan luka kronis.
Sedangkan kriteria eksklusi antara lain (1) animal study (2) hasil kualitatif study. Desain
penelitian dalam tinjauan literature ini adalah a prospective randomized study,
prospective pilot randomized control study, aprospective study, a prospective
observational study, a prospective interventional study dan RCT.
3. Comparison
4. Outcome
Tahun : 2021
Halaman : 81-92
1. Problem
Luka Diabetes merupakan luka kronis yang susah disembuhkan berasal dari komplikasi
penyakit diabetes. Luka diabetes sebagian besar dilakukan tindakan amputasi dan memiliki
dampak kepada psikologi pasien. Sehingga diperlukan intervensi yang dapat mempercepat
proses penyembuhan luka.
2. Intervension
Metode yang digunakan adalah penelitian studi literature review dengan metode
pencarian menggunakan kata kunci berbahasa indonesia dan inggris. Kriteria inklusi yang
digunakan yaitu artikel intervensi diabetes mellitus dengan luka yang diakses secara full text.
Tahun jurnal yang digunakan yaitu 2016- 2021. Intervensi yang digunakan adalah modern
dressing hydrocolloid dan dilakukan pre-test post-test dan sesudah diberikan intervensi.
Intervensi yang ditemukan oleh Suwito, (2016) dengan judul “penggunaan balutan
modernhydrocolloid untuk penyembuhan luka diabetes mellitus tipe II”. Pada saat intervensi
pemberianhydrocolloid peneliti melakukan pengkajian derajat luka, lalu mengganti balutan
luka denganhydrocolloid dressing setelah itu peneliti mengganti balutan hydrocolloid setiap 3
hari sekali dan dilakukan selama 1 bulan. Jenis hydrocolloid yang digunakan adalah jenis
hydrocolloid foam, padasaat melakukan metode modern dressing hydrocolloid juga dilakukan
metode tissue non-viable,infection, moisture balance edge of wound (TIME) manajemen
dimana luka diangkat jaringan matinya, infeksinya di kontrol, dan menjaga autosuport proses
penyembuhan luka. Ada teknik 3M pada saat melakukan perawatan luka yaitu mencuci,
membuang jaringan mati dan memilih balutan yang tepat. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat efektifitas hydrocolloid. Intervensi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Subandi & Sanjaya, (2020) dengan judul “efektifitas modern dressing terhadap proses
penyembuhan luka diabetes mellitus” penelitian ini melakukan intervensi selama3 hari sekali
dan dilakukan selama 45 hari, pada tahap awal peneliti melakukan observasi
perawatan luka harus mengetahui kategori luka aman dan luka tidak infeksi serta dasar luka
dengan eksudat minimal atau bahkan tidak ada eksudat. Tahap selanjutnya peneliti
melakukan dan menjaga proses penyembuhan luka dengan menggunakan perawatan luka
yaitu mencuci, membuang jaringan mati, dan memilih balutan yang tepat modern dressing,
dikarenakan pembalut ini menjaga suhu luka agar tetap lembab dan menjaga luka tidak
terkontaminasi.
3. Comparison
-
4. Outcome
Tahun : 2022
Judul : Penggunaan Honey Dressing dan Povidone Iodine untuk Ulkus Kaki
Diabetes
Halaman : 21-26
1. Problem
Diabetes adalah salah satu penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan. Hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) dari tahun 2013
prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun meningkat
2% pada tahun 2018 (Khairani, 2019). Dampak yang terlihat pada pasien diabetes bukan
hanya pada masa perawatannya tetapi juga komplikasi yang ditimbulkan paling seringnya
yakni munculnya ulkus kaki.
2. Intervension
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perawatan luka
mulai dari pembersihan hingga pemasangan dressing atau balutan. Balutan yang digunakan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan luka. Saat ini jenis-jenis balutan bermacam- macam
mulai dari konvensional maupun modern. Dalam perawatan luka seringnya menggunakan
povidone iodine sebagai salah satu balutan standard. Namun dengan manfaat yang dimiliki
honey dressing banyak dipakai sebagai salah satu alternatif dressing modern yang
menjanjikan. Madu digunakan sebagai salah satu bahan pembalut luka karena efektivitasnya
untuk mengurangi infeksi, menurunkan peradangan, pembengakan, nyeri, membantu
granulasi dan epitelisasi dan meningkatkan penyembuhan luka (Gunes & Eser, 2007).
3. Comparison
dilakukan penilaian berdasarkan kriteria inklusi, terdapat tujuh belas jurnal yang
dieksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria meliputi: empat artikel idak sesuai tujuan,
sembilan artikel bukan metode RCT atau CT, dan empat artikel terbitan lebih dari 20 tahun.
Artikel yang sesuai egibilitas dengan menggunakan penilaian Critical Appraisal Skill Programe
(CASP, Singh, 2013) yaitu dua artikel. Namun, kami tetap memasukan 1 artikel yang
memenuhi kriteria inklusi, sehingga total artikel yang digunakan yaitu tiga. Setelah
keseluruhan tahap peninjauan sistematis, selanjurnya penulis memperjelas alur sistematis
menggunakan diagram 2020
4. Outcome
Tiga ratus tiga puluh sembilan referensi jurnal di unduh ke dalam file downloads, dan
130 rekaman file duplikat di hapus. Terdapat 20 artikel di identifikasi berdasarkan judul dan
abstrak, dan sisanya 189 referensi dihapus karena tidak termaksud judul dan abstrak.
2015). Berdasarkan ukuran luka ulkus diabetik, penggunaan honey dressing dapat
mengurangi ukuran luka yaitu dari 23,16 (hari ke-1) cm menjadi 10,69 cm (hari ke-15),
sedangkan ukuran luka dengan povidone iodine dressing yaitu 23,16 cm (hari ke-1) menjadi
15,06 cm (hari ke- 15, Koujalagi et al., 2020).
Jurnal 5
Penulis : Kartika Veranisa Putri1 , Ika Novitasari1 , Hilma Wardatina1 , Lilis Tangkeallo1 ,
Muhammad Dawud Ashari1 , Isnaini2*
Tahun : 2022
Halaman : 34-38
1. Problem
Angka kejadian luka akut di Kalimantan Selatan cukup besar, yaitu luka lecet/memar
sebesar 60,5% dan luka robek sebesar 22,1% (Kemenkes, 2013). Angka kejadian luka
kronik yang banyak terjadi adalah ulkus diabetik sebesar 66,7% dan luka kanker sebesar
24,6% (Risma et al., 2018). Salah satu penyembuh luka adalah povidone iodine. Povidone
iodine mempunyai efek samping yaitu iritasi, pada pasien yang hipersensitif dapat
menimbulkan kulit kemerahan, terjadi bengkak dan gatal. Perlu di cari penyembuh luka
yang mempunyai efek samping yang minimal (Nurdiantini et al., 2017)
2. Intervension
Bunga diletakkan diatas kertas koran dan dikeringkan selama dua hari tanpa terkena
sinar matahari secara langsung pada suhu ruang. Bunga Galam kering dihaluskan
menggunakan blender. Ekstraksi metanol bunga galam dilakukan dengan metode maserasi.
Serbuk bunga galam dimasukkan ke dalam wadah dan direndam dengan metanol 50% dan
asam asetat pekat sebanyak 5% sampai larutan berada 1 cm di atas simplisia selama 24
jam. Setelah itu, rendaman serbuk bunga galam tersebut disaring dan ampas direndam
kembali selama 24 jam. Hal tersebut diulang hingga tiga kali penyaringan. Larutan hasil
rendaman bunga galam dikentalkan dengan menggunakan rotary evaporator. Kemudian
dimasukkan ke dalam water bath sehingga ekstrak menjadi kental (Isnaini et al., 2021).
3. Comparison
Penelitian ini menggunakan metode post-test only with control group design dengan
menggunakan 25 ekor tikus wistar jantan yang memiliki berat antara 200 gram—250 gram,
selanjutnya dipilih secara acak untuk dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol
positif (Betadine® ), kontrol negatif (bahan dasar gel), perlakuan 1 (gel ekstrak metanol
bunga galam 1%), perlakuan 2 (gel ekstrak metanol bunga galam 2%), dan perlakuan 3 (gel
ekstrak metanol bunga galam 4%). Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi FK
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
dilakukan penilaian berdasarkan kriteria inklusi, terdapat tujuh belas jurnal yang
dieksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria meliputi: empat artikel idak sesuai tujuan,
sembilan artikel bukan metode RCT atau CT, dan empat artikel terbitan lebih dari 20 tahun.
Artikel yang sesuai egibilitas dengan menggunakan penilaian Critical Appraisal Skill Programe
(CASP, Singh, 2013) yaitu dua artikel. Namun, kami tetap memasukan 1 artikel yang
memenuhi kriteria inklusi, sehingga total artikel yang digunakan yaitu tiga. Setelah
keseluruhan tahap peninjauan sistematis, selanjurnya penulis memperjelas alur sistematis
menggunakan diagram 2020
4. Outcome
Berdasarkan data histologi di atas kelompok yang diberi kontrol positif dan gel 4%
memberikan hasil yang sama. Keduanya menunjukkan sudah mulai tersambungnya antar
jaringan kulit