Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK PERAWATAN LUKA MODERN DAN KONVENSIONAL

TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 1 DAN INTERLEUKIN 6 PADA


PASIEN LUKA DIABETIK

DI SUSUN
O
L
E
H
NAMA : Ririn Merliyanti
NIM : 19100016
KELAS : 5 A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CITRA DELIMA
BANGKA BELITUNG
2021/2022
1
ABSTRAK
Pendahuluan: perawatan luka secara holistik merupakan salah satu cara untuk mencegah gangren
dan amputasi, teknik rawat luka modern lebih efektif daripada konvensional dengan cara
meningkatkan perubahan faktor pertumbuhan dan sitokin, terutama interleukin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas teknik rawat luka modern dan Luka konvensional
Dressing terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan Interleukin 6 (IL-6) pada pasien luka
diabetik. Metode: Sebuah Kuasi eksperimental pre-post dengan desain kelompok kontrol yang
digunakan. Intervensi yang diberikan adalah pembalut luka modern dan kelompok kontrol
dengan pembalut luka konvensional, penelitian ini dilakukan di Makassar dengan 32 sampel
(16 di kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol). Hasil: Hasil uji Pooled T menunjukkan
bahwa p = 0,00 (p < 0,05), berarti ada signifikansi korelasi antara teknik rawat luka modern
terhadap kadar Interleukin 1 (IL-1) dan Interleukin 6 (IL-6) dari pada teknik rawat luka
konvensional. Diskusi: Proses penyembuhan luka dipengaruhi faktor pertumbuhan dan
sitokin (IL-1 dan IL-6), hai ini akan dirangsang oleh pembalutan luka, teknik pembalutan
luka modern (Kalsium alginat) dapat menyerap luka drainase, non oklusive, non adhesif,
dan debridement autolitik.

Kata kunci: pembalutan luka modern, Interleukin 1 (IL-1), Interleukin 6 (IL-6)

2
PENDAHULUAN
kompleks dan harus dibayar mahal oleh
Masalah gizi di Indonesia merupakan
bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan
beban ganda bagi kebijakan
bidang kesehatan, sumber daya manusia dan
pembangunan kesehatan nasional. Di
ekonomi. Meningkatnya masalah
bidang kesehatan bangsa Indonesia masih
kelebihan gizi atau obesitas diikuti oleh
berjuang memerangi berbagai macam
peningkatan prevalensi diabetes mellitus
penyakit infeksi dan kurang gizi yang
tipe 2 yang sangat tajam dan peningkatan
saling berinteraksi satu sama lain.
ini diperkirakan akan terus berlanjut.
Namun, di beberapa daerah atau kelompok
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
masyarakat lain terutama di kota-kota
memprediksi penderita diabetes mellitus
besar, masalah kesehatan utama justru
tipe- tipe di Indonesia meningkat pesat
dipicu oleh perubahan hidup akibat
dalam 10 tahun terakhir karena pada
urbanisasi dan modernisasi. yaitu obesitas.
tahun 2000 ada 8,4 juta penderita dan
Masih tingginya angka kurang gizi di
meningkat jadi 21,3 juta orang tahun 2010.
beberapa daerah dan meningkatnya
WHO tahun 2000 juga menunjukkan
prevalensi obesitas di daerah lain
bahwa Indonesia merupakan
merupakan beban yang

3
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–
137
negara dengan penderita diabetes terbanyak yang banyak terdapat pada daerah tropis
keempat di dunia setelah India (31,7 (tropical diabetes). Komplikasi yang
juta), China (20,8 juta) dan Amerika paling sering terjadi pada penderita
Serikat (17,7 juta) (Medan Bisnis diabetik adalah terjadinya perubahan
Daily, 2011). Secara epidemiologi, patologis pada anggota gerak
diperkirakan bahwa pada tahun 2030 (Irwanashari, 2008). Salah satu perubahan
prevalensi Diabetes Melitus (DM) di patologis yang terjadi pada anggota gerak
Indonesia mencapai 21,3 juta orang ialah timbulnya luka. Luka yang timbul ini
(Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil dapat berakibat fatal hingga amputasi pada
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun daerah luka. Penanganan luka secara
2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab komprehensif diperlukan agar tidak
kematian akibat DM pada kelompok usia menimbulkan gangren dan amputasi.
45-54 tahun di daerah perkotaan Salah satu penanganan luka yang dewasa
menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. ini digunakan adalah perawatan luka
Dan daerah pedesaan, DM menduduki teknik modern dengan menggunakan
ranking ke-6 yaitu 5,8%. Prevalensi DM hidrokoloid. Perawatan luka modern
di perkotaan Sulawesi Selatan adalah dipercaya lebih efektif dari perawatan luka
berkisar 4.6%. Diabetes mellitus konvensional (menggunakan kassa steril)
merupakan suatu kelompok penyakit yang banyak digunakan di rumah sakit.
metabolik dengan karakteristik Penelitian yang dilakukan oleh kristianto
hiperglikemia yang terjadi karena menyimpulkan perawatan luka modern
kelainan sekresi insulin (ADA, 2003 mempengaruhi ekspresi transforming
dikutip dari Soegondo, 2007). Penyakit growth factor beta 1 (TGF pi). Proses
ini belakangan terjadi karena perubahan penyembuhan luka diabetik dipengaruhi
pola hidup atau gizi salah, namun ternyata oleh ekspresi transforming growth
penyakit ini juga bisa terjadi karena factor beta 1 (TGF pi), interleukin 1
konsumsi makanan yang banyak dan 6. Oleh karena itu kami ingin
mengandung racun misal: singkong meneliti pengaruh teknik perawatan luka
13
4
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–
137
terhadap kadar interleukin 1 dan BAHAN DAN METODE

interleukin 6. Penelitian ini merupakan


penelitian kuantitatif dengan
menggunakan quasi- experimental
design dengan prepost testcontrol
group design untuk
membandingkan tindakan
yang dilakukan sebelum dan
sesudah eksperimen. Pada
penelitian ini subjek dibagi
menjadi dua kelompok yaitu
kelompok yang menggunakan
perawatan luka teknik modern
dan kelompok kontrol yang
menggunakan perawatan luka
konvensional. Teknik perawatan
luka modern adalah teknik
perawatan luka yang
menggunakan Calsium Alginat
untuk menutup luka diabetik.
Perawatan ini merupakan
perawatan yang digunakan dan
dipilih oleh responden (bukan atas
intervensi peneliti).
Perawatan ini dilakukan selama
7 hari. Teknik perawatan luka
konvensional adalah teknik
perawatan luka yang
13
5
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–
137
menggunakan kasa untuk penelitian adalah 27.8644 pg/mL.
menutup ulkus diabetik. Terdapat perbedaan ekspresi
Perawatan ini merupakan Interleukin 1 antara kelompok
perawatan yang digunakan dan perawatan luka konvensional dan
dipilih oleh responden (bukan perawatan luka modern pada
atas intervensi peneliti). penderita ulkus diabetik di
Perawatan ini dilakukan Makasar. Hal ini dibuktikan
selama 7 hari. Pengamatan dengan melihat P value < a
interleukin 1 dan interleukin (0,05) yaitu 0,00. Berdasarkan
6 pada pretest dan P value tersebut, maka dapat
dianalisis dengan disimpulkan bahwa pada tingkat
menggunakan metode Human kepercayaan 95% terdapat
Interleukin immunoassay (R & perbedaan ekspresi kadar
Dsystem) atau dengan teknik interleukin1 yang bermakna
ELISA dan memiliki satuan antara responden yang
pg/ml. menggunakan perawatan luka
moderndan
HASIL
Rata rata kadar interleukin 1
sebelum observasi penelitian
berkisar 3,293 pg/ mLdan rata
rata kadar interleukin setelah 7
hari penelitian adalah 2.012
pg/mL. Rata- rata kadar
interleukin 6 sebelum observasi
penelitian berkisar 16.6581
pg/mL dan rata- rata kadar
interleukin setelah 7 hari
13
6
Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional (Werna Nontji,
dkk.)
responden yang menggunakan penyembuhan luka yang normal
perawatan luka konvensional adalah melalui fase hemostasis,
Te rd apat pe rbe d a a n ek inflamasi, granulasi (proliferatif)
spre s i interleukin 6 antara dan maturasi. Proses perbaikan
kelompok perawatan luka terjadi segera setelah adanya luka
konvensional dan perawatan dengan mengeluarkan berbagai
luka modern pada penderita growth factor, cytokine dan
ulkus diabetik di Makasar. Hal molekul dari serum pembuluh
ini dibuktikan dengan melihat P darah yang cedera dan
value < a (0,05) yaitu 0,00. degranulasi platelet. Respons
Berdasarkan P value inflamasi menyebabkan
tersebut, maka dapat pembuluh darah menjadi bocor
disimpulkan bahwa pada mengeluarkan plasma dan
tingkat kepercayaan 95% PMN’s ke sekitar jaringan.
terdapat perbedaan ekspresi Neutropil memfagositosis sisa-
kadar interleukin 6 yang sisa mikroorganisme dan
bermakna antara responden merupakan pertahanan awal
yang menggunakan perawatan terhadap infeksi. Mereka dibantu
luka modern dan responden yang sel-sel mast lokal. Fibrin
menggunakan perawatan luka kemudian pecah sebagai bagian
konvensional. dari

PEMBAHASAN
Penyembuhan luka adalah proses
yang komplek dan dinamis
dengan perubahan lingkungan
luka dan status kesehatan
individu. Fisiologi dari
13
5
Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional (Werna Nontji,
dkk.)
pembersihan ini. Untuk interleukin 1 (IL-1), interleukin
membangun kembali 6 (IL-6) dan TNF a, Leukosit
kompleksitas yang membutuhkan polymorfo nukleus dan makrofag
kontraktor. Sel yang berperan merupakan sumber utama dari
sebagai kontraktor pada cytokines tersebut. Jika terjadi
penyembuhan luka ini adalah luka, makrofag langsung ke
makrofag. Makrofag mampu tempat peradangan, sel
memfagosit bakteri dan makrofag yang teraktivasi pada
merupakan garis pertahanan jaringan yang meradang dan sel
kedua. Makrofag juga yang meradang memproduksi
mensekresi komotaktik yang interleukin1 (IL-
bervariasi dan faktor 1) yang memproduksi
pertumbuhan seperti faktor granulosit-monosit pemilihan
pertumbuhan fibrobalas (FGF), dan penggunaan dressing
faktor pertumbuhan yang tepat akan
epidermal (EGF), faktor memfasilitasi proses
pertumbuhan penyembuhan. Beberapa faktor
betatrasformasi (tgf ) dan yang perlu dipertimbangkan
interleukin-1 (IL-1) dan dalam pemilihan dressing antara
Interleukin-6 (IL-6). Proses lain (Whitney, et al., 2006):
perbaikan terjadi segera setelah Faktor luka (infeksi, nekrosis),
adanya luka dengan luas, kedalaman dan
mengeluarkan berbagai growth keberadaan undermining atau
factor, cytokine dan molekul tunneling, lokasi, jenis jaringan
dari serum pembuluh darah dasar luka, eksudat
yang cedera dan degranulasi
platelet. Cytokine pada fase
inflamasi terdiri dari
13
6
Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional (Werna Nontji,
dkk.)

Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Interleukin 1 dan Interleukin 6 pada Penderita Luka Diabetik

Variabel Dependen N Mean SD Minimum Maximum


Interleukin 1 (pg/mL)
a. Pre 32 3.293 2.07842 0.29 7.13
b. Post 2.012 1.75167 0.01 5.93
Interleukin 6
a. Pre 32 16.6581 9.02486 90 37.90
b. Post 27.8644 11.52267 5.39 52.17

Tabel 2. Perbedaan Ekspresi Interleukin 1 dan interleukin 6 antara Kelompok Perawatan Luka
Konvensional dan Perawatan Luka Modern Pada Penderita Ulkus Diabetik

Variabel Mean Lower Upper P va/t/e


Interleukin 1 .692 .13844 1.5238 .00
Interleukin 6 8.995 4.58025 13.4097 .00

13
7
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–
137
dan drainaseluka, kondisi tepi luka, diberikan. Teknik perawatan luka DM telah
tujuan perawatan, kebutuhan pasien (kontrol berkembang pesat, yaitu teknik
nyeri, kontrol bau), biaya, ketersediaan, konvensional dan modern. Teknik
kemudahan dalam penggunaan. konvensional menggunakan kasa,
Kondisi luka harus dimonitor setiap antibiotik, dan antiseptik, sedangkan
penggantian dressing dan dikaji secara teknik modern menggunakan balutan
berkala untuk menentukan apakah sintetik seperti balutan alginat, balutan
jenis dressing diganti atau dipertahankan. foam, balutan hidropolimer, balutan
Pada perawatan luka konvensional hidrofiber, balutan hidrokoloid, balutan
masih menggunakan balutan kasa NaCl hidrogel, balutan transparan film, dan
sedangkan pada perawatan luka modern balutan absorben. Dampak teknik perawatan
lebih banyak menggunakan luka akan mempengaruhi proses
Hydrocoloid. Hydrocoloid terbukti regenerasi jaringan sebagai akibat dari
jauh lebih efektif dibandingkan kasa prosedur membuka balutan, membersihkan
dalam hal penurunan luas luka dan luka, tindakan debridemen, dan jenis
mempercepat laju penyembuhan bila balutan yang diberikan sehingga
dibandingkan dengan kasa NaCl memberikan respons nyeri. Hal ini
(Werneret al, 2003). Payne, et al didasarkan pada mekanisme pengangkatan
(2009) menemukan bahwa penggunaan sisa-sisa jaringan pada dasar luka
foam dressing lebih murah cost efektif sehingga menstimulasi produksi mediator
dan frekuensi penggantian balutan menjadi peradangan. Salah satu aspek yang
berkurang bila dibandingkan dengan kasa penting dalam perawatan luka adalah
NaCl. Dibutuhkan keterampilan perawat pemilihan jenis balutan yang digunakan.
dalam mengambil keputusan klinis Pada penelitian ini, kelompok modern
dalam memilih balutan untuk perawatan digunakan jenis balutan calcium alginat
luka. Salah satu faktor yang yang memiliki sifat absorben, nonoklusif,
mempengaruhi penyembuhan luka nonadhesif, bersifat autolitik
adalah teknik perawatan luka yang
13
6
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 133–
137
debridemen. Sedangkan pada modern. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kelompok konvensional digunakan kondisi stress jaringan yang sedang
metronidazole, iodin, H2O2 dan kompres regenerasi sehingga secara psikologis.

kasa NaCl. Berdasarkan hasil pasien akan lebih sering mengeluh

pengamatan selama penelitian kesakitan sebagai dampak terjadinya

menunjukkan bahwa tingkat kelembaban cidera ulang pada dasar luka. Adanya

luka lebih dapat dipertahankan dan balutan respons tersebut maka tubuh akan

jarang dibuka pada kelompok modern mengaktifkan Hipotalamus-Pituitary-

dibandingkan pada kelompok Adrenal (HPA-Aksis) untuk

konvensional. Pada balutan konvensional melepaskan hormon ACTH, CRF dan

cenderung memberikan dampak yang kortisol. Secara lokal akan terjadi

buruk karena pemakaian kompres kasa pengaktifan mediator pro inflamasi,

sebagai upaya mempertahankan seperti IL-1, IL-8 and tumour necrosis

kelembaban kurang dapat factor (TNF) sehingga dapat terjadi proses

dipertahankan lebih lama sehingga luka inflamasi yang memanjang berakibat

lebih sering diganti balutannya. meningkatnya keparahan luka. Kadar

Fenomena ini akan membawa interleukin 1 pada penelitian ini

dampak timbulnya cidera ulang pada cenderung menurun pada kelompok

dasar luka yang akan menstimulasi yang diberikan perawatan luka modern

terjadinya inflamasi ulang pada dasar dibandingkan kelompok yang memakai

luka. Penggunaan antiseptik, seperti perawatan luka konvensional. Hal ini

iodine 1% dan H2O2 pada kelompok membuktikan bahwa pada kelompok


yang memakai perawatan luka
konvensional dapat memicu rusaknya
konvensional memiliki kadar
calon- calon kapiler darah. Berdasarkan
interleukin 1 yang tinggi sehingga
pengamatan di klinik menunjukkan
proses inflamasi yang terjadi akan
bahwa penggantian balutan pada
memanjang dan berakibat pada peningkatan
kelompok konvensional lebih sering
keparahan luka.
dilakukan dibandingkan kelompok
13
7
Teknik Perawatan Luka Modern dan Konvensional (Werna Nontji,
dkk.)
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari jurnal di atas adalah perawatan luka
modren lebih efektif dari pada perawatan konvesional
( menggunakan kasa steril ) hal tersebut tampak dari
ekskresi sitokin interleukin. Pada perawatan luka
konvensional interleukin mengalami peningkatan yang
menunjukan bahwa proses fase inflamasi memanjang
sehingga penyembuhan terhadap luka sangat lama .
Saran dari jurnal di atas perawat di harapkan mampu
memberikan perawatan luka diabetik yang terbaik pagi
pasien dengan mempertimbangkan jenis perawatan luka
yang diberikan dan di sesuaikan dengan kondisi luka si
pasien. Saya harap kedepa nanti peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan lagi penelitian terkait dengan berbagai
jenis balutan modern sitokin dengan growth factor.

KEPUSTAKAAN

Kristianto, H. 2010. Perbandingan perawatan luka teknik moderen dan konvensional


terhadap Transforming Growth FactorBeta (TGF 8) dan respons nyeri pada luka
diabetes Mellitus.

13
7

Anda mungkin juga menyukai