Selulitis merupakan penyakit jenis umum dari infeksi kulit dan jaringan lunak akibat dari infeksi bakteri yang sering terjadi pada kulit dan jaringan subkutan, yang insidennya meningkat, dan mengakibatkan beban ekonomi dan perawatan kesehatan yang substansial. Faktanya, meskipun selulitis penyakit yang ringan dan dapat diobati dengan rawat jalan, namun kasus ini menjadi lebih serius, terutama pada orang tua dan individu dengan faktor predisposisi atau komorbiditas (Collazos et al., 2018). Angka kejadian infeksi kulit ini terjadi lebih dari 14 juta kasus terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, dan kejadiannya terjadi pada 7%-10% pasien yang dirawat di rumah sakit di Amerika Utara. Jumlah kunjungan pasien ke poliklinik Divisi Dermatologi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) menunjukkan pasien sebesar 362 kasus (18,53%) dari 2190 kunjungan baru. Penyakit ini menempati urutan ke-2 setelah dermatitis atopik. Sebuah studi di Belanda juga menunjukkan peningkatan jumlah pasien sebanyak 5 kali lipat pada pasien berusia 54 tahun ke 85 tahun atau lebih tua. Pada penelitian tersebut, juga ditemukan bahwa insidensi selulitis >100 pasien per 100.000 masyarakat (Amalia Rositawati, 2016). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia, penyakit kulit dan jaringan subkutan merupakan penyakit kedua terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit, yaitu sebesar 501.280, atau sebesar 3,16% dari total pasien rawat jalan. Jumlah ini menurun pada tahun 2009 sampai sekarang, menjadi 247.256 kasus. Informasi mengenai epidemiologi selulitis sendiri di Indonesia masih sangat terbatas. Terdapat 29 kasus rawat inap dengan diagnosis selulitis di Rumah Sakit Umum dr Sutomo selama rentang 3 tahun, yaitu tahun 2012-2014 (Rositawati, 2016).
1 2
Selulitis biasanya muncul di area yang tidak berbatas tegas, hangat,
eritematosa dengan edema terkait dan nyeri tekan pada saat dipalpasi. Penyakit ini adalah infeksi bakteri akut yang menyebabkan peradangan pada dermis dalam dan jaringan subkutan di sekitarnya. Infeksi ini tanpa abses atau cairan purulen. Penyebab dari infeksi ini yaitu karena bakteri streptokokus beta-hemolitik, umumnya streptokokus grup A yaitu streptococcus pyogenes, diikuti oleh staphylococcus aureus yang sensitif terhadap methicillin. Pasien yang mengalami gangguan sistem imun, biasanya disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yang resisten methicillin, digigit hewan, atau memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus (Brown, Kristen L., & Watson, 2021). Selain hal tersebut di atas selulitis juga disebabkan karena beberapa faktor resiko yaitu kondisi kulit yang rentan luka seperti eksim dan kutu air, sistem kekebalan tubuh yang lemah, penggunaan obat dengan cara yang disuntuk, riwayat selulitis sebelumnya dan memiliki riwayat penyakit diabetes. Faktor risiko ini adalah umumnya dibagi menjadi kategori pertama adalah faktor risiko lokal yang menyebabkan gangguan pada kulit dan komprominya fungsi penghalang. Faktor-faktor ini termasuk lokal luka, bisul, dermatitis, infeksi tinea, dan maserasi ruang interdigital, yang semuanya menyediakan portal bagi bakteri kulit untuk masuk jaringan. (Norazirah et al., 2020). Pengobatan pada kasus selulitis ini yaitu menggunakan pengobatan antibiotik untuk profilaksis selulitis. Selain terapi farmakologi penggunaan terapi pencegahan jangka panjang dengan penisilin efektif dalam mengurangi tingkat kekambuhan selulitis. Sementara mengakui nilai profilaksis antibiotic. Perawatan kulit yang cermat, pengurangan edema menggunakan stoking kompresi dan diuretic, terapi anti jamur, dan alas kaki yang tepat semuanya telah diusulkan sebagai bagian dari regimen profilaksis untuk selulitis berulang (Dalal et al., 2017). Pencegahan pada penderita agar tidak terulang lagi mengalami selulitis yaitu menjaga kebersihan kulit dan luka menggunakan sabun dan air, memotong kuku kaki dan tangan dengan berhati-hati untuk menghindari 3
luka, memastikan bahwa luka tidak memiliki tanda-tanda infeksi,
menggunakan alas kaki saat berada di luar rumah, dan menggunakan pelembab setiap hari untuk menghindari kulit kering atau pecah-pecah (Norazirah et al., 2020). Berdasarkan studi awal yang dilakukan pada 9 September 2021 pukul 08.00 WIB di ruang Serly RS Universitas Muhammadiyah Malang, telah dilakukan pengkajian pada Ny. S (52th) yang merupakan salah satu pasien dengan kasus selulitis yang dirawat di ruang tersebut. Pada saat pengkajian didapatkan pasien mengatakan kurang lebih 1 minggu punggung kaki kiri gatal-gatal, lalu melepuh dan bengkak, kemudian pasien menggaruk, semakin hari luka semakin membesar. Berdasarkan hasil wawancara, perawat mengatakan bahwa sudah melakukan pengkajian, menegakan diagnosa disesuaikan dengan keluhan pasien, rencana dan tindakan keperawatan yang dibuat sesuai standar SLKI dan SIKI. Salah satu intervensi yang diberikan yaitu perawatan luka, manajemen nyeri dan pemberian edukasi kesehatan. Perawat merupakan seseorang yang telah lulus Pendidikan Perguruan Tinggi keperawatan, baik di dalam maupun luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberi asuhan pelayanan kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien secara menyeluruh baik biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dengan menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Nugraha & Wianti, 2017). Dalam hal ini perawat memiliki peran yang sangat penting untuk pengendalian kesehatan klien, dimana klien di sini berperan sebagai caregiver yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok /masyarakat berupa askep yg komprehensif meliputi pemberi asuhan pencegahan, sebagai caregiver, perawat dapat memberi bantuan fisik maupun psikologis bagi pasien, agar kondisi kesehatannya membaik. Selain peran tersebut perawat juga berperan sebagai educator yaitu memberi pendidikan kesehatan kepada pasien maupun keluarga dan 4
lingkungannya. Peran perawat ini diharapkan mampu mengubah gaya
hidup pasien atau keluarganya menjadi lebih sehat, agar gangguan kesehatan tidak sering terjadi di masa depan (Akbar, 2019). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti telah melakukan ”Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Selulitis di Ruang Serly Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah malang tahun 2021.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan selulitis Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan medikal pada Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengkajian pada Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang. 2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang. 3. Mengetahui rencana asuhan yang diberikan pada Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang. 4. Mengetahui implementasi yang telah dilakukan pada Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang. 5
5. Mengetahui evaluasi hasil implementasi yang telah dilakukan pada
Ny. S (52th) dengan masalah kesehatan selulitis selama satu minggu praktik di Ruang Serly RSU Muhammadiyah Malang.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengatasi permasalahan pada pasien penderita selulitis, yang diantaranya sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil dari penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidang Pendidikan Keperawatan yang khususnya bagi keperawatan medikal. Laporan ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan ilmu mengenai intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien dengan diagnosa selulitis. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sumber informasi terbaru bagi pendidikan agar menerapkan intervensi yang telah dilakukan oleh penulis sebagai salah satu pemecahan masalah. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan atau ide untuk meneliti lebih lanjut mengenai tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan diagnosa medis selulitis. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi bidang keperawatan terkait pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang mengenai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan pasien dengan diagnosa Selulitis. Laporan ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan bagi bidang keperawatan terkait perawatan agar dapat menerapkan intervensi yang telah dilakukan menjadi penanganan rutin pada pasien dengan diagnose Selulitis.