Anda di halaman 1dari 8

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR

DIFTERI

Armi Mawaddah
Armi_mawaddah21@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan
tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas, yang lebih menekankan kepada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan,
dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang
menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit. Tujuan untuk mengetahui
dan meningkatkan peran perawat dalam mencegah penyakit menular difteri. Metode kajian ini
dengan mendeskripsikan dan menggambarkan tentang peran perawat dalam mencegah penyakit
menular difteri. Adapun pengambilan data dengan menggunakan data sekunder dan dari jurnal-
jurnal penelitian. Hasil: penggunaan media digital untuk penanganan KLB difteri yaitu Salah satu
solusi serta pencegahan yang dapat dilakukan terkait permasalahan KLB difteri adalah melalui
pelayanan kesehatan dan edukasi online, Adapun penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
terhadap penyakit difteri dilakukan secara bertahap yaitu penanggulangan tahap awal dan
penanggulangan dengan pelaksanaan SUB PIN difteri secara serentak. Penanggulangan KLB pada
tahap awal yang dilakukan yaitu sosialisasi ke semua unit pelayanan kesehatan, penemuan kasus
difteri secara dini, perawatan penderita yang standar, pemberian profilaksis terhadap kontak erat
penderita, serta pemberian imunisasi massal atau outbreak response Imunization (ORI) secara
terbatas di daerah KLB.

Kata Kunci : Keperawatan, Penyakit menular, Difteri


1. Latar belakang

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas, yang lebih
menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai
gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan
dan perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam
kondisi pemulihan terhadap penyakit (Effendi, Makhfudli, 2015).

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehtan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Peran
perawat salah satunya adalah peran sebagai pelayanan kesehatan. Peran pelaksanaan
pemberian pelayanan kesehatan individu, keluarga, kelompok/masyarakat berupa asuhana
keperawatan yang komprehensif meliputi pemeberi asuhan pencegahan pada tingkat satu,
dua, dan tiga baik direc/indirect. Peran educator perawat memberikan pembelajaran
merupakan dasar sari semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan, perawat mengajarkan
pendidikan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, dan menyusun
program edukasi kesehatan, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan ( Jaji,
2015).

Berdasarkan UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 3 menyatakan


bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara social dan ekonomis. Dalam rencana Pembangunan Nasional Jangka
Panjang (RPJP) 2005-2025 disebutkan bahwa pembangunan sumber daya manusia
diarahkan untuk trewujudnya manusia Indosesia yang sehat, cerdas, produktif, dan
masyarakat yang semakin sejahtera (Bappenas 2005). Upaya kesehatan yang meliputi
peningkatan perbaikan gizi, peningkatan kesehatan lingkungan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta penelitian dan pengembangan kesehatan (Purnomo, 2013).
Lingkungan yang sehat termasuk di dalamnya bebas dari penyakit menular. Salah
satu program dari pemerintah adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit, termasuk
wabah penyakit menular. Penyakit menular yang menajdi prioritas pembangunan nasional
jangka panjang 2005-2025 adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filariasis,
kusta, tuberculosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit lain yang dapat dicegah
dengan imunisasi (Bappenas 2005). Dan adanya penemuan penderita penyakit Difteri di
Medan Sumatera Utara Tahun 2019.

Penyakit menular adalah penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian
yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan kecacatan (Darmawan, 2016). Menurut
Kementerian Kesehatan, penyakit Difteri merupakan penyakit menular mematikan yang
menyerang saluran pernafasan bagian atas (tonsil, faring, dan hidung) dan kadang-kadang
selaput lender dan kulit. Penyakit ini disebabkan bakter yaitu Corynebacterium diphteriae.
Semua golongan umur bisa tertular, namun anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua
diatas 60 tahun sangat beresiko tertular penyakit difteri. Sangat perlu diwaspadai bahwa
kecenderungan jumlah kasus penyakit ini meningkat sejak 2007 (Fatoni, Noviandha, 2017).

Penyakit difteri sudah bisa dikuasai tahun 1990, tetapi muncul lagi ditahun 2009
dan kemudian kembali dikuasai 2013. Munculnya kembali KLB difteri memunculkan
pertanyaan tentang factor penyebab. Mengingat factor ini pernah berhasil dikuasai
pemerintah menjamin ketersediaan vaksin, menimbulkan dugaan penyebabnya bukan
sekedar masalah kesehatan. Akan tetapi adanya penolakan sebgaian kecil anggota
masyarakat terhadap imunisasi dengan alas an keyakinan, ketidakpercayaan pada kualitas
vaksin, tidak sampainya informasi. Komunikasi kesehatan sebgai salah satu upaya
mendesimenasikan informasi kesehatan sehingga masyarakat memiliki akses yang lebih
tinggi terhadap informasi imunisasi difteri (wahyuddin dan sugiana, 2018). Factor risiko
terjadinya difteri dapat ditinjau dari beberapa factor misalnya factor penduduk, factor
lingkungan seperti kepadatan hunian ruang tidur, kelembaban dalam rumah dan jenis lantai
rumah. dan pelayanan kesehatan (Kartono dalam Saifuddin, 2015).
2. Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan peran perawat dalam
mencegah penyakit menular difteri

3. Metode
Metode dalam penulisan ini yaitu dengan mendeskripsikan dan menggambarkan
tentang peran perawat dalam mencegah penyakit menular difteri. Adapun pengambilan data
dengan menggunakan data sekunder dan dari jurnal-jurnal penelitian.

4. Hasil
Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal yang diambil oleh penulis yaitu penelitian
yang dilakukan Wahyudin (2018) tentang penggunaan media digital untuk penanganan
KLB difteri yaitu Salah satu solusi serta pencegahan yang dapat dilakukan terkait
permasalahan KLB difteri adalah melalui pelayanan kesehatan dan edukasi online. Edukasi
menjadi peranan penting untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, karena
kurangnya pengetahuan juga berkontribusi terhadap kematian. Upaya pelayanan kesehatan
dan edukasi ini dapat dilakukan melalui pemanfaatan system informasi, seperti melalui
website, media social, atau aplikasi. Terdapat 51,06 % pengguna internet untuk
menggunakan internet untuk mencari informasi kesehatan, lebih dari 69% masyarakat
Indonesia mengakses internet dengan menggunakan mobile mereka, angka tersebut juga
melapaui penggunaan internet via mobile secara global. Media social yang digunakan
adalah youtube , instagram dan facebook. Ketiga media social ini adalah media social
dengan peringkat paliang atas di Indonesia. Youtube menempati peringkat pertama dengan
persentasi sebesar 43%, facebook 41% dan Instagram 38%. (Wahyudin, 2018).

Adapun penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap penyakit difteri


dilakukan secara bertahap yaitu penanggulangan tahap awal dan penanggulangan dengan
pelaksanaan SUB PIN difteri secara serentak. Penanggulangan KLB pada tahap awal yang
dilakukan yaitu sosialisasi ke semua unit pelayanan kesehatan, penemuan kasus difteri
secara dini, perawatan penderita yang standar, pemberian profilaksis terhadap kontak erat
penderita, serta pemberian imunisasi massal atau outbreak response Imunization (ORI)
secara terbatas di daerah KLB.

5. Pembahasan
Penyelengaraan Program imunisasi di Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1611/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi, yang menyebutkan bahwa imunisasi merupakan salah satu
upaya preventif untuk mencegah penyakit melalui pemberian zat kekebalan tubuh, harus
dilaksanakan terus-menerus, menyeluruh dan dilaksankan sesusai standar sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutuskan penularan penyakit.( Merindani,
2015).
Pemberantasan penyakit menular di Indonesia dilakukan melalui upaya-upaya:
kewaspadaan dini, penemuan penderita, penanganan penderita, pemberantasan sumber
penyakit, upaya kekebalan (imunisasi), dan penyuluhan masyarakat. Upaya-upaya secara
sistematis yang dilakukan antara lain dengan pencanangan gerakan nasional
pemberantasan penyakit dan kesepakatankesepakatan regional maupun internasional
(Koban, 2015).
Salah satu peran perawat dalam komunitas adalah sebagai Health educator.
Pengajaran yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
masyarakat (Mubarak & Chayatin, 2011). Pendidikan kepada pasien menunjukkan
potensinya untuk mneingkatkan kepuasan konsumen, memperbaiki kualitas kehidupan,
memastikan kelangsungan perawatan, mengurangi insidensi komplikasi penyakit,
meningkatkan kepatuhan terhadap rencana pemberian perawatan kesehatan, menurunkan
ansietas pasien, dan memaksimalkan kemandiirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Bastable dalam Andarmoyo, 2015).
WHO menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategi inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status social dan kesehatan individu dan masyarakat (Widodo,
2012).
Pencegahan KLB difteri secara nasional dilakukan dengan, monitoring dan evaluasi
penatalaksanaan kasus difteri yang muncul, promosi kesehatan melalui penyuluhan kepada
ibu balita balita tentang penyebab kejadian difteri dan pentingnya imunisaasi. Target
imunisasi difteri yang semakin ditingkatkan dengan melaksanakan imunisasi difteri di
posyandu-posyandu terdekat, serta memotivasi ibu untuk membawa anaknya
mendapatkan imunisasi. Upaya pencegahan paling efektif untuk kasus difteri adalah
imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu
bersamaan. Imunisasi perlu diulang pada usia sekolah dasar bersamaan dengan tetanus
yaitu DT sebanyak satu kali (Yunariah et all, 2013).

6. Kesimpulan
Ada beberapa upaya yang dilakukan dalam mencegah penyakit menular yaitu dengan
memberikan edukasi baik secara langsung maupun secara online dan media social.
Memberikan vaksin secara rutin kepada masyarakat khususnya bayi dibawah satu tahun.
Daftar Pustaka
Andarmoyo. (2015). Peran Perawat Komunitas sebagai Health Educator dalam
Meningkatkan Kewaspadaan terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru dalam
Pencapaian MDGs di Kabupaten Ponorogo. Prosiding Seminar Kesehatan
Nasional 2015. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya. ISBN
978-602-73545-0.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2005a. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang 2005-2025. Jakarta: Bappenas
Darmawan. (2016). Epidemiologi Penyakit Menular Dan Penyakit Tidak Menular. JMJ
Volume 4.
Effendi dan makhfudli. 2015. Keperawatan Kesehatan Komunitas teori dan Praktek dalam
Keperawatan . https://www.researchgate.net/publication/207713109.
Fatoni, Noviandha. (2017). Case Based Reasoning Diagnosis Penyakit Difteri dengan
Algoritma K-Nearest Neighbor. Citec Journal, Vol. 4, No. 3, Mei 2017 – Juli
2017 ISSN: 2460-4259.
Jaji. (2012). Peran Keperawatan Komunitas Dalam Peningkatan Derajat Kesehatan
Masyarakat Menuju Mdgs 2015.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1611/MENKES/SK/XI/2005
Tentang Pedoman Penyelengaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Koban.( 2005). Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit Menular: Kasus Kejadian Luar
Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB-DBD). The Indonesian Institute Center
for Public Policy reaserch. www.theindonesianinstitute.com.
Merindani (2015). Kajian Manajemen Penyelenggaraan Program Imunisasi Difteri di
Puskesmas Suboh Kabupaten Situbondo. http//repository.unej.ac.id.
Purnomo. (2013). Peranan Tenaga Medis Perawat Dalam Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat Di Rsud Aji Batara Agung Dewa Sakti Kecamatan Samboja
Kabupaten Kutai Kartanegara. peJournal llmu Administrasi, 2013, 1 (2): 1-11
ISSN 0000-0000.

Saifuddin (2015). Faktor Risiko Kejadian Difteri Di Kabupaten Blitar Tahun 2015. Jurnal
Wiyata, Vol. 3 No. 1 Tahun 2016. P-ISSN 2355-6498 |E-ISSN 2442-6555.
Wahyuddin dan Sugiana. (2018). Penggunaan Media Digital Untuk Penanganan Klb
Difteri. Jurnal Common | Volume 2 Nomor 1 | Juni 2018.
Widodo.( 2012). Upaya Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Pencegahan Penyakit
Jantung.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/4420/2.
%20Arif%20Widodo.pdf?sequence=1.
Yunariah et all. (2013). Pengetahuan Masyarakat Tentang Difteri. Jurnal Keperawatan Vol.
VI No. 1 April 2013. ISSN 1979-8091.

Anda mungkin juga menyukai