Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

“PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA IMUNISASI PADA BAYI


DI POSYANDU KASIH IBU DI DESA BAGAN JAYA KECAMATAN
ENOK KABUPATEN INDRAGIRI HILIR”

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Alfianur, S.Kep, M.Kep

Oleh:
Penanggung Jawab : Nia Rahmawati (18010021)
Anggota I : Iftiana (18010015)
Anggota II : Fitria (18010014)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER
2021
ABSTRAK

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I). Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Meskipun pada kenyataannya sekarang telah
banyak ibu yang membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan imuniasi, namun
hanya sebagian kecil dari mereka yang diberikan konseling. Di Desa Bagan Jaya 44,37% balita
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap dengan alasan kurang pengetahuan 42,86% dan repot
57,1%. Target luaran yang diharapkan peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah
penyuluhan, serta kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan
imunisasi. Metode yang digunakan adalah penyuluhan. Hasil pengabdian terdapat peningkatan
pengetahuan dan kesadaran ibu untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi dalam upaya
pencegahan penyakit.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii


DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan Lap.....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keperawatan Komunitas...................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas.....................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Setiap tahun lebih
dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B,
Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah
diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015
menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah
mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan
Angka Kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran
hidup, juga sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Hasil survei Riskesdas tahun 2013 didapatkan data cakupan imunisasi HB-0 (79,1%),
BCG (87,6%), DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi campak (82,1%).
Survei ini dilakukan pada usia anak 1–23 bulan. Adapun cakupan pemberian imunisasi
sebesar 59,2% imunisasi lengkap, 32,1% imunisasi tidak lengkap, dan 8,7% tidak pernah
diimunisasi.

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah


Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan
pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai salah satu kelompok yang
menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis
polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut,
campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen
Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%
secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu
penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki
peran signifikan dalam penurunan AKB. Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak
yang sedikit lebih rendah daripada tahun 2014, yaitu sebesar 92,3% pada tahun 2015
(Kemenkes RI, 2016).

Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan
umurnya. Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
optimal. Namun, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap. Seperti kita ketahui, bahwa di masyarakat masih ada pemahaman yang
berbeda mengenai imunisasi, sehingga masih banyak bayi dan balita yang tidak
mendapatkan pelayanan imunisasi. Alasan yang disampaikan orangtua mengenai hal
tersebut, antara lain karena anaknya takut panas, sering sakit, keluarga tidak
mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/repot.
Karena itu, pelayanan imunisasi harus ditingkatkan di berbagai unit pelayanan
(Kemenkes RI, 2015).
Selain memiliki manfaat, imunisasi juga menimbulkan efek samping dalam
pelaksanaannya. Dalam dunia kesehatan, fenomena ini dikenal juga dengan istilah
adverse event atau lebih dikenal dengan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
Berdasarkan Riskesdas 2013, di dapatkan bahwa dari 91,3 persen anak di Indonesia yang
pernah diimunisasi, terdapat 33,4 persen yang pernah mengalami KIPI. Keluhan yang
sering terjadi adalah kemerahan dan bengkak, sedangkan keluhan demam tinggi dialami
6,8 persen anak.
Berdasarkan hasil observasi, meskipun pada kenyataannya sekarang telah banyak
ibu yang membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan imuniasi, namun
hanya sebagian kecil dari mereka yang diberikan konseling mengenai imunisasi. Akibat
dari kurangnya pengetahuan tentang imunisasi banyak ibu yang kemudian panik dan
menyalahkan tenaga kesehatan untuk efek samping dari imunisasi yang mungkin bisa
terjadi. Di Kabupaten Indragiri Hilir Desa Bagan Jaya 44,37% balita tidak mendapatkan
imunisasi dasar lengkap dengan alasan kurang pengetahuan 42,86% dan repot 57,1%.
Pengetahuan ibu terhadap imunisasi merupakan faktor yang sangat penting, agar
ibu dapat cepat tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan ketika timbul efek samping
pada anaknya untuk mendapatkan cakupan kelengkapan imunisasi(Sarfaraz, 2017).
Kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu akan membawa sikap negatif dan rasa
takut akan efek samping imunisasi yang nantinya akan berdampak pada pandangan ibu
dan kemauan ibu untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan guna mendapatkan
imunisasi. Sehingga ada ibu yang berpandangan bahwa imunisasi akan menjadi hal yang
merugikan bagi anaknya (Septiarini, 2015).
Pemberian informasi melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
imunisasi merupakan upaya promotif untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi
dan preventif untuk pencegahan penyakit, sehingga mampu menumbuhkan kesadaran
orangtua membawa anaknya ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap (Fitriani, 2013).

B. Tujuan Penulisan Laporan


Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan
penyuluhan kesehatan tentang pentingnya imunisasi pada bayi kepada ibu-ibu yang
terutama ibu agar membawa anaknya ke posyanduuntuk mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap dalam upaya pencegahan penyakit.
Sedangkan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami keperawatan komunitas serta mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan
komunitas dengan baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1. Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu
sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan
komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita
gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015) .
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh
organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan pernyataan dari American Nurses
Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang
bersifat episodik. (Effendi & Makhfudli, 2010).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni,
& Supriyono, 2017).

2. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai
sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
1) Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.
2) Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu:
a) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat
b) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
c) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga tersebut.
3) Masyarakat Sebagai Klien
Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas
yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah
proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan,
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan
terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu
lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim,
dan perumahan. Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit
kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling
berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan
derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.

3. Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,


keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health general


community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok
Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami


2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi , yang


akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara kesehatan
secara mandiri (self care)

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik
individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan
dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad
kesehatannya. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia
lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah,
Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.

2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas :

a) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan


(Puskesm dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.

b) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan


mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.

c) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan


prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam
suatu institusi.

a) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara


lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia
Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.

b) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain


sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada a. Masyarakat
di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :

1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain


2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain
3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
4) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll)

5) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat


lainnya
5. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan
baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya
promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga
teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan
terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah,
pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan,
nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang
sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan
kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain
sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat
yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta
dan wanita tuna susila.

6. Strategi Keperawatan Komunitas


1) Proses kelompok ( group process) Seseorang dapat mengenal dan mencegah
penyakit, tentunya setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari
faktor pendidikan/ pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan
yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat memengaruhi upaya
penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan
pendekatan pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
2) Pendidikan kesehatan (health promotion) Pendidikan kesehatan adalah proses
perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar
proses transfer materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu:
a) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri;
b) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan dari
pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan ;
baik fisik, mental, dan sosialnya ; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara social.
3) Kerja Sama (Partner Ship) Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas, melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan
lebih cepat

7. Falsafah
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai - nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan
memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua orang.
2) Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
3) Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara berkelanjutan.
4) Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an kesehatan,
menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
5) Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
berkesinambungan.
6) Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la
harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan
kesehatan mereka sendiri.

8. Filosofi
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai berikut :

1) Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang.
2) Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan.
3) Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu meningkkan
kesehatannya.

4) Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya.


5) Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang
berbeda pada waktu yang berbeda.

6) Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar
belakang budaya, agama dan sosial klien.

7) Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada
waktu yang berbeda.

8) Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang
internal dan eksternal.

9) Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.


10) Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.

11) Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang
berbeda.

12) Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien


bergerak kearah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan
kerangka teori dan pendekatan sistematik.

13) Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan
merubah kebutuhan kesehatan.

9. Asumsi Keperawatan Kesehatan Komunitas


Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA
(1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan
yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan
kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan,
perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan
kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan
menjadi tanggung jawab setiap individu.
10. Karakteristik Keperawatan
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan
keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan
utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan
dibe¬rikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi
klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan
keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan
kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi
klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.

11. Prinsip Pemberian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam
asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu
yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu
otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :
1) Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2) Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat

4) Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya


promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

5) Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah


menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.

6) Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan


bukan di rumah sakit.

7) Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang
sehat.

8) Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku


hidup sehat masyarakat.

9) Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi


kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin.

10) Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja
secara tim

11) Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas


digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak
berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit.

12) Kunjungan rumah sangat penting.

13) Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.


14) Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem
pelayanan kesehatan yang ada.

15) Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan


kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana
keluarga sebagai unit pelayanan.
12. Tanggung Jawab Perawat Kesehatan Komunitas
Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung
jawab perawat komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang
cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan
lingkungan yang sehat, mengajarkan upayaupaya peningkatkan kesehatan, pencegahan,
penyakit dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam
penyakit/injuri serta me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian
atau penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan
kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam
mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat,
melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan
profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan
riset keperawatan.
13. Peran Perawat Komunitas
1) Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan
klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu
mengkaji dan memotivasi belajar klien.
2) Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3) Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas
hidup klien
4) Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5) Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang
diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam
kehidupan sehari-hari.
6) Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta
mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik
keperawatan.
7) Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku
dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan
14. Tatanan Praktik Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi dengan
fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976). Tatanan praktik
dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena pada semua tatanan
perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan
primer, sekunder dan tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai
perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontology.
1) Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat
kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan
yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai
upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang
keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan individu
dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Peran yang dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset,
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan,
kepemimpinan, pendidikan, case management dan konsultasi.
2) Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak
ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikut
sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan
(Logan, BB, 1986).
Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya
dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
3) Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan
dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang
pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan dalam
upaya memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan
industri, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain.
4) Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi diberbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal.
Lingkup praktik keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
Lingkup praktik keperawatan komunitas berupa asuhan keperawatan langsung
fokus pemenuhan dasar kebutuhan dasar komunitas yang terkait kebiasaan/prilaku d
hidup tidak sehat sebagai akibat ketidakmampuan masyarakat beradaptasi dengan ling
internal dan exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan
keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan
dengan entry point pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas:

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)

Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program


perawatan k komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-
sama dalam komunitas Sasaran dari sosialisasi inimeliputi tokoh masyarakat baik
formal maupun informa masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di
masyarakat (PKK, karang taruna, dan l Setelah itu, kegiatan dianjurkan dengan
dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yan dengan kegiatan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD).

Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan


pengkajian kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah
bimbingan petugas k atau perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan Survei
Mawas diri adalah sebagai berikut

a. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah kesehatan


yang ada di
b. Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan
permasalahan tersebut untuk diatasiSurvey Mawas diri dilaksanakan di desa
terpilih dengan memilih lokasi tertentu ya menggambarkan keadaan desa
pada umumnya. SMD dilaksanakan oleh kader masyara telah ditunjuk dalam
pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah Penentuan jenis
informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam mengenal
kesehatan.
c. Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah akan
memperguna pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh informasi dapat
dilakukan dengan ku dari rumah ke rumah atau melalui pertemuan kelompok
sasaran.
d. Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
Misalnya menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan dipergunakan
dalam wawanc membuat daftar hal-hal yang akan dipergunakan dalam
pengamatan.
e. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan i masalah kesehatan sesuai dengan yang direncanaakan
f. Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah
informasi kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat diperoleh
perumusan masalah keseh prioritas masalah kesehatan di wilayahnya.

Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama,


komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas men
kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah
komunitas, keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem
lainnya meliputi lin fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan
pemerintah, layanan keseh social, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.

Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempa
yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau peta
iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan
penduduk hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji melalui wienshield.

Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas di
komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi ketersediaan layanan
ke bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya, karaktersirtik konsumen, statistik,
pemPada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan
pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan, jumlah penduduk miskin,
keberadaan i toko/pusat pembelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan bantuan
dana untuk peme kesehatan. Komponen ini mempermudah komunitas memproleh
bahan makanan dan seb Sementara itu pada komponen politik dan pemerintah dikaji
situasi polipemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah
terkait k komunitas, dan adaya program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan
kesehatan ko Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang
dimanfaatkan, bakomunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang
berpengaruh, keiku dalam pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya komunitas
memproleh informasi kesehatan, adakah perkumpulan atau wadah bagi komunitas
sebagai sarana untuk men informasi, dari siapa komunitas memproleh banyak
informasi tentang kesehatan, dan sarana komunikasi formal dan informal dalam
komunitas. Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersedia
keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis
pen tingkat pendidikan, komunitas yang buta huruf. Pengkajian subsistem rekreasi
diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi, akt luar rumah termasuk dalam
mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang dapat dima oleh komunitas, dan sarana
penyaluran bakat komunitas.

A. Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas

Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain Windshield


informant interview, observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).

1. Windshield Survery

Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas untuk


men gambaran temasyarakat antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman
observasi mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya
(trust) perawat diperlukan kontak yang lama dengan komunitas. Perawat juga harus
men lembar persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau
ca akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komonitas. Informed cons
mencantumkan jaminan kerahasian terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disam
Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.

2. Observasi Partisipasi

Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama observ
dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan di observasi.
observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih
kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan kamera atau video. I
yang penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditem
komunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai,
kekuatan proses pemecahan masalah di komunitas.

B. Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan i yang
mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic melaui proses kelompok,
berdasarkan pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institus tertentu FGD
bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap sesuatu, pelayanan yang dan
tidak mencari consensus serta tidak mengambil keputusan mengana yang harus dilakukan.
Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompok.

Berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidik status
perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2 jam. Lokasi FGD harus memberika yang aman
dan nyaman sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar hubungan baik,
fleksibel, dan terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kupartisipasi.

Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap (observer dan
recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu diskusi d tempat diskusi,
jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama proses

Pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau membuat peserta
kesimpulan diskusi, dan sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsu
mendapat izin dari responden terlebih dahulu.

Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas seperti pedoman


wawancara, pedoman observasi, atau windshield survey, kisi-kisi instrument pe sebaiknya
dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada ko tidak tumpang
tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisiansi.

A. Diagnosis Keperawatan Komunitas

Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui laporan/dokumen yan dibuat di
desa/kelurahan puskesmas, kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan puskesmas,
monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari ko Setelah dikumpulkan
melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga pe diagnosis keperawatan dapat
dilakukan. Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahan mengalami kondisi terancam.
Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel memu diagnosis potensial; terhadap garis
normal memunculkan diagnosis resiko dan terhadap pertahanan resisten memunculkan
diagnosis actual/gangguan.

Analisis data dibuat dalam matriks gangguan. Diagnosis keperawatan komunitas risiko
terdiri atas problem (p), etiologi (e) , dan sympto (s).

Contoh diagnose risiko:

Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x kecamatan


berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif ditandai dengan pernah

perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi, rutin rw jarang di

penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyaraka berkumpul
dengan melakukan kegiDiagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut.
1. Diagnosis sejahtera

Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi untuk data
maladapti. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya dari komponen
problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).

Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:

Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x kecamatan A,


dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan balita di atas garis merah K

pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95 %.

2. Diagnosis ancaman ( risiko)

Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, tetap
ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbul data yang tidak positif
seperti berjudi.

3. Diagnosis actual/ gangguan

Gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang berhubungan


kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92% remaja mengatakan me
keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan 80% saja,
92% remaja mengatakan belum pernah memperoleh informasi kesehatan reprod petugas
kesehatan. Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan deng
adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan diare, keter dan
kualitas sarana pelayanan diare.

B. Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas

Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas


kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui mus masyarakat
desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berd kategori dapat
diatasi, kemudahan, dan kekhususan, mengingat banyaknya masal dihadapi oleh
masyarakat. Pemilihan masalah ini sangat penting dilakukan, agar impl yang dilakukan
benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan secara tidak langsu membangun rasa percaya
diri dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah y (Bract, 1990 dalam Helvie,
1998). Penentuan prioritas masalah keperawatan komunit dilakukan melalui metode
berikut.

C. Intervensi : Plan Of Action (POA)


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau memin
stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan prim
memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuart
pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan (Anderson
& McFarlane, 2000). Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Penetapan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada bagaimana
mengatasi problem/masalah

D. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program.


dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat. Sering kali, perencanaan yang
sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan imple
Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga program yang ada dapat dilak
diterima, dan direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk m
masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan ke
kemitraan (partnership), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat ko
menggali dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam me
kesehatannya.

Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan perubahan mas


Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari anggota masyarakat. Peruba
dan norma di masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-
situasi politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini jug
dijadikan daya pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan
masyarakat. Organisasi ekternal dapat menggunakan model social planning dan
development untuk melakukan perubahan, menggalakkan kemitraan dengan mema sumber
daya internal dan sumber daya eksternal.

Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai agar dapat membuat
perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan model berubah. Peruba
terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, da di
masyarakat. Ada beberapa model berubah (Ervin, 2002), yaitu :

1. Model berubah Kurt Lewin

Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman
kondisi yang ada. Model ini terdiri dari :

Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil melalui pemanta
evaluasi.

Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi refreezing, perawat ko

Perlu mempertahankan kondisi yang ada dengan melakukan kemitraan tentang ba


kebiasaan masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan masyara
kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi, seperti kebiasaan tidak melakukan cuci
Tangan

2. Strategi berubah Chin & Benne

Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengka
individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Str
merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap proses Menurut
model ini untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan yaitu :

a. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di komunitas, perlu terda
dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya pe
tersebut. Contoh : adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di masyarakat, t remaja,
diperlukan peran perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan mem

promosi kesehatan bahaya merokok melalui media,seperti poster, leaflet, modul data
kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korba
rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.

b. Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma di


masyarakat.

c. Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik maupu
ekonomi. Misalnya sanksi terhadap perokok yang merokok di tempat umum berupa de
kurungan.

3. First order and second order change


Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam kesehatan
kepada siswa, guru, orang tua dan masyarakat melakukan dukungan lintas –s e lintas-
program kepada aparat terkait program melalui jaringan kemitraan, dsb.,diperlukan juga
perubahan pada system (second order) termasuk fasilitas yang ada, menyediakan klinik
remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait dsb.

Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu, dapat diketa tingkat
kesadaran individu terhadap perubahan, bagaimana individu mengerti tentang yang
dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan perubahan dalam bentuk ting yang
ditampilkan. Adanya role model yang ada dimasyarakat dapat dijadikan pendoron
mengubah norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat.

Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada kelompok dan termasuk adanya
perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang te masyarakat, adanya
dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas. Berhubungan dengan
penyelesaian masalah. Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi pengembangan koalisi,
partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan perubahan nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat.

Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat/implementasi program, sebaiknya dahulukan


laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan komonitas yang meliputi :

1. Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang perlu dikaji lebih lanju
implementasi yang akan dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas yang terkait
implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose keperawatan komonitas, tujuan um
tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan, target kegiatan, metode
kegiatan, media dan alat bantu yang dipergunakan , waktu dan tempat pelaksanaan
4. pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara, setting tempat acara.
5. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil dan
coordinator puskesmas dengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang terkait
pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian setia akhir tahun membandingkan hasil
pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah disusun. Pem masalah perkesmas dapat
dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan :

1. Lokakarya Mini Bulanan


Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas, dihadiri oleh staf puskes
unit penunjangnya untauk membahas kinerja internal puskesmas termasuk cakupa
pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui termasuk pelaksanaan perkesmas dan
dengan masalah lintas program lainnya.

2. Lokakarya Mini Tribulanan

Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali, dipimpin oleh camat dan oleh
staf puskesmas dan unit penunjangnya, instansi lintas- sektor tingkat kecamata membahas
masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas terkait dengan sektor dan
pemasalahan yang terjadi untuk mendapatkan penyelesaiannya.

3. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)

Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam merefleksikan pen dalam
satu kelompok diskusi untuk berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didasa standar
yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi peserta disku
merefleksikan pengalaman masing-masing serta kemampuannya tanpa tekanan ke
terkondisi, setiap peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bag
yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri dalammenyampaikan pendapat (WHO.200
dilakukan minimal seminggu sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di puskesma
membahas masalah teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komonitas kepada individu / keluarga / k dan


masyarakat agar pemahaman dan ketrampilan perawat komonitas lebih meningkat.

Persyaratan metode RDK adalah:

a. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang terkait asuhan kepera
komonitas yang menarik untuk dibahas dan di diskusikan, perlu penanganan dan pe
masalah.
b. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya aga dapat
bertatapan dan berkomonikasi secara bebas.
c. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu saat,
lainya memperhatiakan dan mendengarkan.
d. Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta lainnya.
e. Peserta berbagi ( sharing) pengalaman selama satu jam dan dilakukan secara rutin.
f. Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan sebagai fasilitator, penyaji, dan
peserta diskusi.
g. Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang tertekan atau terpojok. Yang dih
justru dukungan dan dorongan dari setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapa
masing-masing.
E. Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sek


informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja dan efektivitas dari program
yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik, dan hasil ya dicapai
(patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk menginformasi
kepada perencanaan program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas dan program.

Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan ketrampilan untuk menentukan


program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunaka
mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan telah tercapai dan apakah itervensi yang d
efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apaka
dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat. Evaluasi ditunjukan
Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program
penyelesaian. Program evaluasi dilaksanakan untuk memastikan apakah ada hasil progra
sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program sumber daya, dan
pelaksanaan program yang telah dilakukan. Evaluasi juga diperlukan untuk
memastikatikam prioritas program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat,
membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil. Evaluasi program me
proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai dasar proses pengambilan ke
dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada kegiatan
yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur perubahan
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perubahan prilaku masyarak Evaluasi
terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk umpan balik program
berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program sel mendapatkan
informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran program dapat dilakukan
dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan Pengukuran efektivitas program
dikomonitas dapat dilihat berdasarkan:

1) pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara m


kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komonitas.
2) pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan. Pengukuran
dilakuka cara melakukan pengukuran social dari determinan kesehatan.
3) pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan mengukur tingkat
keberasi kluarga atau masyarakat sebagai sumber informasi dan sumber intervensi
kegiatan

Anda mungkin juga menyukai