: Keperawatan Komunitas
Topik
: Penyakit MALARIA
Hari/Tanggal
Waktu
: 30 menit
Tempat
Sasaran
Metode
Media
Materi
: Terlampir
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat kampung komba
mengerti tentang penyakit malaria beserta perawatan dan pencegahannya.
B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan seluruh masyarakat komba akan
dapat :
a. Menyebutkan pengertian penyakit penyakit malaria.
b. Mengenali Tanda dan Gejala penyakit penyakit malaria.
c. Menyebutkan ciri - ciri nyamuk Anhopeles.
d. Mengetahui tempat - tempat bersarangnya nyamuk Anhopeles.
e. Mengetahui dan memahami tindakan pertama bila menemukan penyakit
malaria.
f. Mengetahui dan memahami pencegahannya.
C. Metode
D. Kegiatan Belajar
No
1.
Kegiatan
Penyuluhan
Membuka
Pengajaran
(5-10 %)
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
3 5 menit
Memperkenalkan
diri dan membuka
penyuluhan.
Duduk dan
mendengarkan
2.
Penyajian materi /
demontrasi
(80 90 %)
10 20 menit
Ceramah,
demontrasi
Mendengarkan
memperhatikan
3.
Menutup Pelajaran
(5 10 %)
5 10 menit
Tanya jawab,
evaluasi dan
menutup
penyuluhan
Aktif bertanya,
mengikuti arahan
untuk evaluasi.
E. Media Penyuluhan
F. Evaluasi
1. Prosedur
2. Bentuk
3. Jenis Tes
H. Materi Penyuluhan
MALARIA
a. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan
oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui
air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan
oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay
& Raharja, 2000).
b. PENYEBAB
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu,
1) Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
2) Plasmodium
falciparum,
memberikan
banyak
komplikasi
dan
Indonesia
berisiko
tertular.
Pengukuran
angka
kesakitan
Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang
bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki
kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak
memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat
kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap.
Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau
perpindahan masyarakat akibat konflik. (www.depkes.go.id)
d. PATOFISIOLOGI
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
1) Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh
nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di
dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual jantan
dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap
oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan
dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian
mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista.
Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah
nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit
membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit.
Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah
menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan
masa tunas/incubasi
intrinsik
dimulai
dari
masuknya
2) Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi
parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan
sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim
di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilkan skizon) 6-9 hari
kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di
dalam hati ini di namakan Pra-eritrositer primer. Terjadi di dalam darah.
Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20ml O2 dalam 100ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan
hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran
yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang
baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus.
Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang
di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut ekso-eritrositer sekunder.
Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di
lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah
merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di
sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara
garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama
yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh
nyamuk.
e. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum
menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
1) Demam
menggigil,
kulit
kering
dan
dingin,
penderita
sering
2) Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat
bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada
beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba
di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan
anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika
lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,
mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
3) Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah
anemia
karena
Falcifarum.
Anemia
di
sebabkan
oleh
4) Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :
a) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang
berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah
yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin
yang di hasilkan
b) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
c) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal.
571).
f. PENULARAN
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh
nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya
sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan
malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi
vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan
ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon
yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
1. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran
rendah
2. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
3. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit
manusia (menghisap darah)
4. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
5. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan
sudut 48 derajat
bak mandi/penampungan
air sekurang-kurangnya
sekali seminggu
2) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali
3) Menutup dengan rapat tempat penampungan air
4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar
rumah dan lain sebagainya
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
a.
Pengasapan/fogging
(dengan
c.
Cara
yang
paling
efektif
dalam
mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan caracara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup,
menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus
seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa,
menyemprot
dengan
insektisida,
menggunakan
repellent,
2) Pemeriksan Biomolekuler
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang
dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi
plasmodium. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat) merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter
tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat
membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen
hitung parasit. Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi
DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini
menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita
malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
3) Pemeriksaan mikroskopis malaria
terhadap
paraasit
plasmodium maupun
antigen
spesifik
Manfaat
tes
serologi
terutama
untuk
penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200 dianggap
sebagai infeksi baru; dan test>1:20 dinyatakan positif. Metodemetode tes serologi antara lain indirect hemagglutinin test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
e. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi amplifikasi
DNA, waktunya singkat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.
Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat
memberikan hasil positif.
i.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan
tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara
lain sebagai berikut:
digolongkan
sebagai
malaria
berat
yang
menurut
WHO
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg diserta keringat
dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada
hipertermis.
9. Asidemia (Ph<7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan
karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat
Dehidrogenase.
11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler jaringan otak.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman Dr. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Entjang, Indan dr. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Harijanto,P,N., Nugroho, Agung., Gunawan, A, Carta (ed). 2010. Malaria dari
Molekuler ke Klinis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo, Aru., Setioyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata, Marcellus.,
Setiati, Siti (ed). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta :
Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
Doenges, Marilynn E dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC