Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SWOT PUSKESMAS WONOSARI 1

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:
dr. Ida Rochmawati, M.Sc, Sp.KJ (K)

Disusun Oleh:
M Musafaro Mauludi (2012031002)
Suharti Rahma (20120310
Atiya Nahla (20120310
Kukuh Rizwido Prasetyo (20120310093)
Rika Erlinawati (20120310065)

BAGIAN ILMU ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD WONOSARI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib
diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamantkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk
masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Puskesmas. Fasilitas pelayanan
kesehatan ini merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dalam membina peran serta
masyarakat juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat.
Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan
kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas
adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamin dan
golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Dalam hal ini Puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para
pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan
kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta
pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah satu
penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah
diberikan kepada pasien atau pelanggan selama ini telah sesuai harapan atau belum.
Penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun di berbagai
belahan dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) dalam, sekitar 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa yang terdiri dari 150 juta mengalami depresi, 90 juta
gangguan zat dan alcohol, 38 juta epilepsy, 25 juta skizofrenia serta 1 juta melakukan bunuh diri
setiap tahun. Berarti setidaknya terdapat satu dari empat orang mengalami masalah mental dan
gangguan kesehatan jiwa, sehingga menjadi masalah yang serius diseluruh dunia. Hal ini dianggap
serius karena masalah kesehatan jiwa akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas kesehatan

2
perseorangan maupun masyarakat, menimbulkan penderitaan bagi individu dan beban berat bagi
keluarga baik mental maupun materi karena penderita menjadi tidak produktif (Maramis, 2008).
Hasil studi World Bankmenunjukkan bahwa hari-hari produktif menjadi hilang atau Dissability
Adjusted Life Years (DALYs) akibat masalah kesehatan jiwa yang mencapai 8,1% dari Global
Burden Disease. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding dari masalah kesehatan lainnya seperti
penyakit pernapasan, kanker, penyakit jantung atau penyakit keganasan.
Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka ini tergolong sedang
dibandingkan dengan negara lainnya. Berdasar data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada
diseluruh Indonesia menyebutkan terdapat sekitar 2,5 juta orang gangguan jiwa berat. Fakta
menarik mengenai gangguan jiwa di Indonesia berdasar hasil Survei Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah
medis disebut psikosis/skizofrenia didaerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibandingkan daerah
perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu anggota rumah
tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah mengalami pemasungan mencapai 18,2 %.
Sementara di daerah perkotaan hanya mencapai 10,7%.
Letak geografis Indonesia yang terdiri dari daerah kepulauan dan pegunungan terpencil
akan menyulitkan masyarakat untuk mendapat akses pelayanan kesehatan jiwa. Kondisi ini jika
dibiarkan berlanjut akan semakin memarginalkan permasalahan kesehatan jiwa masyarakat
Indonesia yang pada akhirnya dapat mengurangi potensi Sumber Daya Manusia Indonesia dan
mengakibatkan banyak masalah psikososial di komunitas seperti yang ditunjukkan dengan
meningkatnya insiden bunuh diri, adiksi zat psikoaktif, kekerasan, dan banyaknya penderita
psikotik kronik yang menggelandang. Maka dengan demikian, perlu dilakukannya upaya
terciptanya kesehatan yang memadai di masyarakat, yang mencakup 3 kategori yaitu Pelayanan
kesehatan jiwa yang terintegrasi pada pelayanan kesehatan umum (primer, sekunder dan tersier),
pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan pelayanan kesehatan jiwa di institusi khusus
(RSJ, Bagian Psikiatri RS Pendidikan dan klinik-klinik superspesialis).
Pelayanan kesehatan jiwa berbasis masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat dengan memaksimalkan seluruh potensi yang ada di
masyarakat, baik warga masyarakat sendiri, tokoh masyarakat, dan profesi kesehatan mulai dari
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Persiapan tenaga yang
andal agar promosi, prevensi, kurasi dan rehabilitasi terhadap masyarakat yang menderita sakit,

3
berisiko sakit dan masyarakat yang sehat dapat dilakukan secara menyeluruh, terutama pelayanan
kesehatan jiwa. Sehingga akan menunjang terciptanya masyarakat yang sehat secara menyeluruh
baik secara fisik maupun mental emosional.

4
BAB II
ANALISIS SWOT

A. Gambaran Umum Puskesmas Wonosari I


1. Wilayah
Puskesmas Wonosari I adalah salah satu puskesmas dari 30 puskesmas di
Kabupaten Gunung Kidul, dan dari 2 puskesmas di Kecamatan Wonosari. Terletak
di Jl. Baron Km 2, Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Puskesmas Wonosari I terletak di tengah kabupaten Gunung Kidul,
dengan karakteristik berupa pinggiran kota kabupaten.

Data Geografis
Puskesmas Wonosari I Tahun 2015
Variabel Geografis Data
Luas Wilayah 42.41 km2, setengah wilayah kerja
Jumlah Puskesmas Pembantu 6
Jumlah Desa 7
Jumlah Dusun 42
Jumlah Posyandu 45
Jumlah Musim 2
Curah Hujan 3.024 mm
Jumlah hari hujan 122 hari
Suhu rata-rata 22o-34o C
Kelembaban rata-rata Tinggi
Jenis Tanah Kapaur dan tanah liat/ tanah merah
Ketinggian 150 200 mdpl
Jarak ke ibu kota kecamatan 3 km, akses mudah
Jarak ke ibu kota kabupaten 3 km, akses mudah
Jarak ke ibu kota provinsi 40 km, akses mudah
Jarak ke Dinas Kesehatan Kabupaten 3 km, akses mudah
Jarak ke RSUD 3,2 km, akses mudah
Jarak ke Koramil 3,2 km, akses mudah
Jarak ke Polsek 2 km, akses mudah

5
a. Demografi
Jumlah penduduk Puskesmas Wonosari I tahun 2015 sebanyak 30.283 jiwa.
Kepadatan penduduk 726/km2. Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
dengan perempuan (sex ratio) sebesar 99,2 %. Jumlah keluarga 9.089 KK. Rata-rata
penduduk per keluarga (family ratio) adalah 3.33 jiwa.
b. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan jenis dan jumlahnya, SDM yang ada di Puseksmas Wonosari I
pada tahun 2015 sebagai berikut:

Jenis dan jumlah SDM Puskesmas Wonosari I Tahun 2015


Jenis SDM Jumlah
Kepala Puskesmas 1
Kasubag. TU 1
Dokter umum 2
Dokter gigi 1
Kesehatan Masyarakat 2
Sanitarian 1
Petugas Gizi 1
Bidan 9
Perawat umum 8
Perawat gigi 2
Asisten apoteker 1
Analisis kesehatan 2
TU/ administrasi 7
Jaga malam kebersihan 1
Jaga kantor 1
Jumlah 41
Sumber data : Kepegawaian Puskesmas Wonosari I

SDM yang tersedia telah cukup menunjang pelaksanaan kegiatan puskesmas


dengan baik. Untuk meningkatkan kualitas SDM, ada beberapa pendidikan dan
pelatihan yang diikuti karyawan, antara lain : PPGD, PPGD Kebidanan, ACLS, ATLS,
Diklat komputer, Diklat keuangan, Diklat kearsipanm Pendidikan D3 keperawatan,
Pendidikan S2 kedokteran keluarga, dan lain-lain.

6
c. Jumlah Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas dan jaringannya meliputi :
Puskesmas non rawat inap : 1
Puskesmas Pembantu :6
Puskesmas keliling :1
d. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan atau Pengelola
Puskesmas non perawatan (Pemkab/ kota) 1
Puskesmas keliling (Pemkab/ kota 1
Puskesmas pembantu (Pemkab/ kota) 6
Balai pengobatan/ klinik (Swasta) 6
Praktik pengobatan tradisional (Swasta) 1
POSKOKESDES (Masyarakat) 7
POSYANDU (Masyarakat) 45
2. Analisis SWOT
a. Kekuatan
Puskesmas terletak di lokasi yang strategis dan cukup mudah dijangkau.
Pelayanan kesehatan dilakukan di 1 puskesmas utama dan 6 puskesmas pembantu.
Terdapat 2 dokter umum yang menangani pasien.
Puskesmas mempunyai prosedur tetap pelayanan jiwa.
b. Kelemahan
Dokter membutuhkan waktu saat anamnesis.
Dokter hanya fokus pada keluhan fisik.
Dokter jarang memberikan materi pada saat penyuluhan.
Keterbatasan obat-obatan untuk gangguan jiwa di puskesmas.
Masih terdapat stigma di petugas puskesmas.
Fasilitas masih mini.
Kurangnya cakupan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas.
c. Opportunity
Terdapat kader kesehatan di setiap dusun
Ada kegiatan pusling setiap satu minggu

7
d. Treats
Semakin meningkatnya harapan pelayanan yang profesional
Bertambahnya gangguan jiwa yang tidak terdeteksi
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa
3. Matriks SWOT
Berdasarkan analisis SWOT diatas, maka strategi yang bisa dilakukan adalah

Strength Opportunity Strategy :

Pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat dapat ditingkatkan dengan


memberdayakan dokter muda yang sedang belajar mengenai jiwa untuk
memetakan pasien dengan gangguan jiwa atau tidak, memberikan konseling
pada pasien, memberikan usulan terapi kepada dokter yang bertugas serta
mencantumkan diagnosis gangguan jiwa pada rekam medis
Berdasarkan kader posyandu lansia dan balita yang cukup aktif serta wilayah
kerja puskesmas Wonosari 1 yang cukup mudah dijangkau, maka dapat
dilakukan kerjasama dengan kader untuk memantau atau menjadi partner warga
yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa terutama skizofrenia untuk
melaporkan keadaan pasien tersebut kepada petugas puskesmas serta
menyarankan kepada keluarga untuk rutin kontrol ke puskesmas. Selain itu
dapat juga dilihat apakah di wilayahnya ada yang melakukan pemasungan atau
tidak.

Strength Threats Strategy :


Secara rutin atau berkala dapat dilakukan home visit (kunjungan rumah) untuk
memberikan konseling khusus kepada warga yang memiliki keluarga dengan
gangguan jiwa dan tinggal serumah sehingga dapat memfasilitasi keluarga
untuk bertanya tentang kebingungan yang dihadapi, cara merawat, dan cara
memberikan obat apabila pasien tidak mau meminum obat serta pentingnya
kepatuhan dalam minum obat.
Dapat dilakukan penyuluhan atau edukasi berkaitan dengan gangguan jiwa
yang sering terjadi di masyarakat dan dapat memiliki kesadaran sendiri untuk

8
memeriksakan diri ke dokter dan terbuka dengan masalah yang dialami.
Sehingga harapannya adalah dapat memperbaiki stigma di masyarakat tentang
gangguan jiwa yang hanya gila atau dengan gejala psikotik yang dianggap
kesurupan.

WO & WT Strategy:
Melakukan pelatihan atau seminar tentang pemetaan diagnosis gangguan jiwa,
penanganan dan terapi gangguan jiwa kepada SDM puskesmas. Trainer dapat
didatangkan dari psikiater yang bekerjasama dengan Puskesmas Wonosari 1.
Membuat tim kesehatan jiwa yang nantinya bertugas ke lapangan untuk edukasi
masyarakat tentang gangguan jiwa dan pemantauan pasien dengan gangguan
jiwa.

9
BAB III
KESIMPULAN

PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan salah satu organisasi fungsional


yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada masyarakat. Puskesmas dimana menjadi ujung tombak
pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka puskesmas perlu mendapatkan
perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan.

Berdasarkan evaluasi pelayanan kesehatan di puskesmas Wonosari 1 dengan menggunakan


analisis SWOT, dapat disimpulkam bahwa pelayanan kesehatan di puskesmas masih berada dalam
kondisi yang buruk karena harus menghadapi ancaman (threat) yang besar yang berasal dari faktor
luar puskesmas (external) dan terdapat kelemahan dari faktor internal (weakness). Beberapa
strategi dapat dilakukan untuk membantu pelayanan kesehatan seperti Opportunity Strategy,
Strength Threats Strategy, dan WO & WT Strategy.

10

Anda mungkin juga menyukai