CHLAMYDIA PNEUMONIAE
Diajukan Kepada:
DOKTER PEMBIMBING
dr. H. Suprapto, Sp.PD, FINASIM
Disusun Oleh:
Ekky Andhika Ilham
20174011099
Disusun oleh:
Ekky Andhika Ilham
20174011099
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan
kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
“Chlamydia Pneumoniae”.
Penulisan Referat ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. H. Suprapto, Sp.PD. selaku dokter pembimbing dan dokter Spesialis
Penyakit Dalam RSUD Wonosobo.
2. dr. Hj. Arlyn Yuanita, Sp.PD., M.Kes dan dr. Widhi, P.S., Sp.PD. selaku
dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Wonosobo.
3. Seluruh perawat bangsal Cempaka, Flamboyan , IGD dan Poli Dalam di
RSUD Wonosobo.
4. Teman-teman coass interna atas dukungan dan kerjasamanya .
5. Teman-teman coass atas dukungan dan doanya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
REFERAT ............................................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN REFERAT .............................................................. 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4
BAB I ...................................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
A. Definisi ......................................................................................................... 7
B. Epidemiologi ................................................................................................ 8
C. Etiologi ......................................................................................................... 9
D. Patogenesis ............................................................................................. 10
E. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12
F. Diagnosis .................................................................................................... 13
G. Penatalaksanaan ......................................................................................... 16
H. Pencegahan ............................................................................................. 18
I. Prognosis dan Komplikasi ......................................................................... 19
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
Organisme tersebut merupakan jenis gram negatif, obligat intraselular, dan kecil.
bronkhitis, sinusitis, dan eksaserbasi dari bronkhitis kronis. Infeksi pada orang-
orang dengan usia lanjut mungkin akan lebih berat dan dapat terjadi infeksi ulang.
300.000 dan merupakan penyebab 1-20% kasus CAP pada dewasa. Sebaliknya,
insidensi pneumonia C pneumoniae pada anak tinggi yakni sekitar 50% dari kasus
CAP. Secara global analisis pada data internasional menujukkan insidensi CAP
siklus 4 tahunan. Penyakit ini lebih umum terjadi pada laki-laki (60%-90%)
2013).
5
Angka mortalitas infeksi C pneumonia ialah 0,8% pada studi meta-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Familia bakteri Chlamydiaceae yakni Chlamydia trachomatis,
strain dari C pneumoniae yang dikenali hingga saat ini (Grayston, Aldous, &
Easton , 1993).
Penelitian terapi dalam skala besar masih belum dapat menemukan faktor
risiko yang dapat diubah pada pasien penyakit ardiovaskular yang dirawat.
7
kelelahan kronis, dan luka kulit yang kronis. Namun hubungan kausa antara
Bouza, 2010).
B. Epidemiologi
Organisme ini tersebar secara luas baik di negara industrial maupun
pada 50% kasus di dewasa muda dan 75% kasus di orang dengan lanjut usia.
Infeksi primer terjadi terutama pada anak usia sekolah, sedangkan reinfesi
Serikat sekitar 100 kasus per 100.000 orang. Pada studi terakhir menyatakan
3 dari 23 kasus per 100.000 orang. Angkanya tinggi pada pasien yang usianya
dibawah 1 tahun (18-16 kasus per 100.000 orang) dan orang dengan usia 70
tahun atau diatasnya (23-201 kasus per 100.000 orang). Patogen ini
6%, and Asia/ Africa 5%). Angka kejadian infeksi C pneumonia tidak berbeda
8
secara signifikan berdasarkan musim. Studi epidemiologik menunjukkan
udara. Oubreaks pada infeksi nafas ini telah dilaporkan di panti jompo,
sekolah, dan antara anggota militer dan keluarga (Arnold, Summersgill, &
Lajoie, 2007).
C. Etiologi
Chlamydophilla pneumonia adalah spesies dari Chlamydophilla,
respiratorik akut Taiwan yang diambil dari dua isolasi bernama isolasi –
9
Gambar 1. Chlamydia Pneumoniae
D. Patogenesis
maupun luar. Mereka bereplikasi dengan cara membelah diri secara biner
dapat memicu respon antibodi yang kuat pada individu yang terinfeksi
Bentuk infeksius yang tidak aktif dari organisme ini yakni kecil,
dengan badan elementer yang padat dan kecil. Badan elementer memkliki
10
menjadi badan retikulat. Badan retikulat lebih besar, merupakan bentuk
non infeksius dan aktif secara metabolik. Di dalam sel host, badan
host, memicu respon imun host. Setelah 48 hingga 72 jam, badan retikulat
lisis sel host, badan elementer kemudian dilepaskan dan membentuk siklus
tidak dapat bertahan diri di luar tubuh host untuk waktu yang lama. Oleh
11
E. Manifestasi Klinis
C pneumoniae merupakan penyebab yang signifikan pada infeksi
disertai infeksi saluran nafas bawah. Manifestasi klinis sangat luas mulai
saluran pernafasan (Gupta & Sarosi, 2001). Tanda dan gejala infeksi
Visakorpi, 1993)
disertai dengan myalgia dan menggigil. Tanda dan gejala dapat berubah
setiap hari maupun minggu, diikuti dengan batuk, yang merupakan gejala
bifasik dengan gejala yang berlangsung lama. Hal ini sering membuat
12
seseorang terlambat untuk memeriksakan diri sehingga sulit untuk
Kujala, 1996).
pneumoniae mungkin akan berlanjut dalam waktu yang lama, batuk yang
persisten dan malaise mungkin akan muncul dalam beberapa minggu atau
bulan meskipun sudah diberikan antibiotik yang tepat (Daian, Wolff, &
Bielory, 2000)
respon TH2 dan menciptakan inflamasi pada jalan nafas mungkin menjadi
karakter umum dari respon inflamasi atopik ini (Daian, Wolff, & Bielory,
2000).
F. Diagnosis
ada kekurangan yang jelas, serologi masih dianggap standar emas, namun
13
Kultur C pneumoniae secara teknis rumit dan memakan waktu.
Ini lebih sensitif dan spesifik daripada fiksasi pelengkap (CF), walaupun
(Oba, 2013).
peningkatan 4 kali lipat pada titer IgG. Tidak adanya titer yang terdeteksi
minggu untuk IgM dan 6-8 minggu untuk IgG). Pada infeksi, IgM
mungkin tidak ada atau rendah, dan IgG dapat muncul dalam 2 minggu.
karena pasien lansia dapat memiliki titer IgG yang meningkat secara terus-
14
Secara keseluruhan, pengujian serologis tidak terstandarisasi dan
15
Penggunaan luas pengujian molekuler di masa depan dapat
G. Penatalaksanaan
Frekuensi terjadinya infeksi kombinasi antara C pneumonia dengan
sekitar 60%. Pasien harus diberikan tatalaksana secara empiris, karena uji
(Oba, 2013).
dengan dosis 500 mg PO dua kali sehari lebih baik ditoleransi jika
(Oba, 2013).
16
Terapi lain yang dapat diberikan ialah doksisiklin. Terapi ini
dulunya merupakan terapi pilihan awal, namun harus dihindari pada anak-
anak < 9 tahun dan wanita hamil. Doksisiklin dapat diberikan dengan
2013).
sekali sehari selama 10-14 hari atau 750 mg PO/IV sekali sehari selama 5
hari) dan moxifloxacin (400 mg PO/IV sekali sehari selama 10-14 hari)
merupakan terapi pilihan. Dari hasil studi didapatkan hasil efikasi dari
2013).
17
Telitromisin merupakan kontraindikasi pada pasien dengan myasthenia
H. Pencegahan
Untuk saat ini belum ditemukan vaksinasi untuk C pneumonia,
namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pencegahan, yakni
(Oba, 2013) :
1) Higiene
2) Reinfeksi
3) Antibiotik profilaksis
18
I. Prognosis dan Komplikasi
Sebagian besar kasus infeksi C pneumonia ringan dan biasanya
2013).
biasanya lama, batuk dan malaise dapat menetap dari minggu hingga
19
multiple sclerosis, degenerasi makula, penyakit Alzheimer, sindrom
20
BAB III
KESIMPULAN
bronkhitis, sinusitis, dan eksaserbasi dari bronkhitis kronis. Angkanya tinggi pada
pasien yang usianya dibawah 1 tahun (18-16 kasus per 100.000 orang) dan orang
dengan usia 70 tahun atau diatasnya (23-201 kasus per 100.000 orang). Tanda dan
gejala infeksi saluran nafas atas, seperti rhinisitis, nyeri tenggorokan, serak,
Untuk saat ini belum ditemukan vaksinasi untuk C pneumonia, namun ada
beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pencegahan, dengan menjaga higiene.
pengobatan pada pasien rawat jalan. Pasien dengan penyakit penyerta lain atau
21
DAFTAR PUSTAKA
22