Di Susun Oleh
Nama : Sariyati (NPM. 20168400014)
A. Latar Belakang
Kualitas anak adalah cermin kualitas bangsa dan cermin peradaban dunia.
Indikator kesejahteraan suatu masyarakat atau suatu bangsa salah satunya dapat
dilihat dari kualitas hidup anak. Semula perhatian lebih ditujukan kepada daya
hidup anak (child Survival) dibanding kualitas hidup anak (quality of life) yang
bersifat lebih integral dan komprehensif . Pemenuhan gizi yang baik akan
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas,
dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Namun saat ini masalah gizi
masih merupakan masalah kesehatan dunia yang paling serius dan merupakan
kontributor utama kematian anak. Ini semua disebabkan oleh kenyataan bahwa
masalah gizi merupakan faktor dasar dari berbagai masalah kesehatan terutama
pada bayi dan anak-anak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas anak, gizi
harus mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor penyebab autis dan gejala anak yang mengalami autis?
2. Bagaimana kebutuhan gizi untuk anak autis?
3. Bagaimana kebutuhan gizi untuk anak ADHD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor penyebab autis dan gejala anak yang mengalami
autis.
2. Untuk mengetahui kebutuhan gizi anak yang mengalami autis.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab ADHD dan gejala anak yang mengalami
ADHD.
4. Untuk mengetahui kebutuhan gizi anak yang mengalami ADHD.
BAB II
PEMBAHASAN
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari autis. Para
ilmuan masih mencoba memahami bagaimana dan mengapa autis dapat terjadi.
Sebagian ilmuan berpendapat autisme terjadi karena faktor genetika dan autis
terjadi karena adanya problem kompleks. Sementara Zulaika (2009) menjelaskan
beberapa studi lain menduga autism timbul karena berbagai penyebab,antara lain :
1. Genetis
Alergi banyak diakibatkan oleh protein, dan protein erat kaitannya dengan
gen dalam DNA manusia. Jadi memang erat kaitannya dengan keturunan, adanya
gen yang menyimpang akan mengakibatkan produksi protein yang aneh yang
menjadi benda yang asing, yang akan ditolak oleh tubuh, kondisi mana disebut
alergi. Akan tetapi telah diketahui bahwa alergi turunan tidak selalu berkembang
menjadi autoimun. Pada pasien autis biasanya terjadi autoimun. Yang dimaksud
dengan autoimun adalah seseorang memproduksi kekebalan baru yang
dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri. Sayangnya jenis kekebalan yang
timbul justru merugikan tubuhnya sendiri.
Penderita autis menghasilkan kekebalan justru terhadap zat-zat gizi yang
bermanfaat dan penting untuk tubuh dan kemudian menghancurkanya sendiri
sehingga tubuhnya kekurangan zat gizi esensial. Zat gizi yang diperlukan tidak
lagi dapat diserap dan dicerna oleh tubuh, dan bahkan dimanfaatkan oleh beberapa
jenis jamur yang merugikan di lambung.
2. Akibat pemberian vaksin tertentu
Dalam preparasi vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) digunakan
senyawa pengaktifan vaksin, yaitu thimerosal. Thimerosal mengandung merkuri.
Banyak ilmuwan menduga teknik imunisasi MMR justru menjadi sumber infeksi
otak sehingga meningkatkan terjadinya autisme. Oleh karena itu, hindarkan diri
dari vaksin-vaksin yang masih menggunakan thimerosal atau merkuri sebagai
pengawetnya, seperti vaksin MMR.
3. Terpapar racun dari lingkungan
Keracunan logam berat, seperti timbal (Pb), merkuri/raksa (Hg), cadmium
(Cd), dan Stibium (Sb). Kontaminasi logam ini dapat berasal dari polusi udara
atau jika mengkonsumsi ikan dari perairan yang sudah tercemar. Logam berat
dapat menyebabkan enzim DPP-4 tidak berfungsi. Enzim ini berfungsi sebagai
pemecah gluten dan kasein. Hal inilah yang dapat menyebabkan gluten dan kasein
tidak tercerna dengan baik dalam usus.
Autisme merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks
berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya tampak sebelum usia 3 tahun, bahkan autisme infantile gejalanya sudah
ada sejak bayi. Autisme merupakan kesulitan perkembangan otak yang kompleks
dan mempengaruhi banyak fungsi. Tingkah laku anak yang menderita gangguan
autis menurut Zulaika (2009) biasanya ditunjukkan dengan gejala sebagai berikut.
1. Bermasalah dalam berinteraksi, bermain, dan berhubungan dengan orang lain.
2. Perilaku menghindar dari eye contact serta tidak pernah perduli pada orang-
orang yang ada di sekelilingnya.
3. Tidak pernah benar-benar memperhatikan suatu objek, pada saat dia
memerlukan objek tersebut.
4. Suka melakukan gerakan-gerakan aneh seperti mengepakkan tangan seperti
burung, berputar-putar, atau mengetuk-ngetuk sesuatu.
5. Terjadinya kelambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Lebih suka bermain dengan satu mainan, hanya itu saja, atau selalu
mengulang-ulang kegiatan yang sama setiap harinya.
7. Tidak mampu menggunakan atau memahami bahasa.
8. Tampak cuek, dan tidak peduli sama sekali dengan segala sesuatu yang ada di
sekelilingnya.
Zulaika menambahkan gejala autis berbeda-beda pada setiap tahapan umur
anak. Gejala yang timbul pada setiap rentangan umur ditandai dengan sebagai
berukut.
1. Usia 0-1 tahun
a. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
b. Terlalu sensitive, cepat terganggu atau terusik
c. Gerakan tangan terlalu berlebihan terutama saat mandi
d. Tidak “babbling” (mengoceh)
e. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
f. Tidak ada kontak mata di atas 3 bulan
2. Usia 1-2 tahun
a. Kaku bila digendong
b. Tidak mau bermain permainan sederhana
c. Tidak mengeluarkan kata-kata
d. Memperhatikan tangannya sendiri
3. Usia 2-3 tahun
a. Tidak tertarik bersosialisasi dengan anak lain
b. Melihat orang sebagai benda mati
c. Kontak mata terbatas
d. Tertarik dengan benda tertentu
4. Usia 3-4 tahun
a. Sering terdapat ekolalia (membeo)
b. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
c. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
d. Menyakiti diri sendiri, misal membenturkan kepala
e. Tentramen agresif
C. Kebutuhan Gizi Penderita Autis
Pada anak autisme terdapat beberapa jenis makanan yang tidak boleh
dikonsumsi, hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan
anak. Makanan yang mengandung zat-zat gizi tinggi tidak selamanya dapat
dicerna dan diterima oleh anak penyandang autisme dimana gangguan saluran
cerna yang dialami oleh anak autisme antara lain seperti alergi makanan,
intoleransi makanan, intoleransi gluten, intoleransi casein dan sebagainya. Oleh
karena itu anak autisme memerlukan diet khusus sebagai terapi penyembuhan dan
menghindari masalah kekurangan gizi yang berdampak pada pertumbuhannya
secara fisik dan perkembangannya.
1. Faktor penyebab gangguan makan pada anak autisme
Terdapat berbagai macam faktor dapat yang menyebabkan gangguan
makan pada autisme, antisipasi secara dini dapat dilakukan untuk menghindari
hal-hal yang dapat memperparah kondisi pada anak autisme. Menurut Ginting
(2004), terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya gangguan
makan pada autisme antaralain sebagai berikut.
a. Gangguan pencernaan protein gluten dan kasein
Gluten adalah protein tepung terigu dan kasein adalah protein susu. Anak
dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan mencerna gluten dan
kasein. Menurut P. Deufemia, anak dengan gangguan autisme banyak mengalami
leaky guts (kebocoran usus). Pada usus yang normal sejumlah kecil peptida dapat
juga merembes ke aliran darah, tetapi sistem imun tubuh dapat segera
mengatasinya. Peptida berasal dari gluten (gluteomorphin) dan peptida kasein
(caseomorphin) yang tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk ke
otak lalu ke reseptor “opioid”. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan
gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi,
perilaku dan sensitivitas. Opioid adalah zat yang bekerjanya mirip morphine dan
secara alami dikenal sebagai “beta endorphin”.
2) Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat
dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu
sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca
label pada kemasannya.
3) Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju,
mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
4) Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet,
nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga
tidak
dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan
tempe menggunakan fermentasi ragi.
5) Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah:
1) Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya
beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena,
bihun, soun, dan sebagainya.
2) Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya
susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang,
kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede,
kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.
3) Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung,
tomat, wortel, timun, dan sebagainya.
4) Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu,
jeruk, semangka, dan sebagainya.
b. Diet Anti-yeast/ragi/jamur
Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya
dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan
jamur. Makanan yang perlu dihindari adalah :
1) Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan
gula dan yeast.
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Hiperaktivitas
anak dapat diasosiasikan dengan rendahnya kadar besi dan zinc dalam plasma
dan tingginya kadar alumunium, atau kadmium. Pemberian pewarna makanan
menyebabkan penurunan kadar zinc pada anak yang mengalami hiperaktivitas,
diketahui bahwa tartrazine dapat menyebabkan peningkatan overaktivitas, agresif,
aktivitas kekerasan, kesulitan berbicara, koordinasi yang parah, dan asma. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu
yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga
dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga
dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara
yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar
4. Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru
antara orang tua dengan anaknya. Anak hiperaktif dan impulsif lebih banyak pada
keluarga tanpa ayah. Selain itu, racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa
menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada
asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar)
(Vithynaidu, 2013).
Menurut Widhata (2008) dalam Hazarika (2013) seseorang dapat
dikategorikan sebagai Inattention, Hiperaktifitas, dan Impulsif Jika ia memenuhi
kriteria dibawah ini:
1. Inattention:
a. Tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah,
pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b. Sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau
permainan.
c. Sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.
d. Cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolah
atau pekerjaan.
e. Mengalami masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas atau
kegiatan.
f. Tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukan
kemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.
g. Sering kehilangan barang ± barang atau peralatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain ± lain.
h. Mudah terpecah konsentrasinya.
i. Pelupa.
2. Hiperaktifitas:
a. Tidak dapat duduk dengan tenang.
b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebih
ditunjukkan dengan sikap gelisah).
d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang dan
membawa relaksasi.
e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.
3. Impulsif:
a. Sering memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai.
b. Mengalami masalah dalam menunggu giliran
c. Sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.
Sedangkan menurut Tanner (2007) dalam Hazarika (2013) ada tiga tanda
utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak
akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selain itu yang bersangkutan
sangat jarang untuk berdiam selama kurang 5 hingga 10 menit guna melakukan
suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya (Delphie, 2006).
2. Vitamin B Kompleks
Vitamin B ini dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat
baik untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-
anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah baik,
tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek sehingga harus Anda sikapi dalam
mengkonsumsinya. Seperti vitamin B3 atau yang sering dikenal dengan niacin.
Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit, yang sangat berpengaruh pada
kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat menyebabkan kurang
sensitif. Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau
roti, nasi, kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau
dan juga kedelai.
3. Protein
Protein penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga sangat baik
untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit porsi protein
sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan seharian.
Menyajikan makanan berprotein dengan memberikan menu sarapan setangkup
roti gandum dengan isian keju dan juga telur. Atau berikan yoghurt low-fat tawar
dicampur dengan pisang sebagai perasa manisnya.
4. Kalsium dan Magnesium
Kalsium yang terkandung dalam susu selain baik untuk pertumbuhan
tulang juga sangat baik melapisi membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal
ini sangat baik dalam mempengaruhi tingkah laku penderita. Magnesium juga
memberikan efek menenangkan pada sistem saraf, memabantu menjaga otot dan
fungsi saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau
seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi
sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang
berasal dari biji-bijian kaya akan magnesium.
A. Kesimpulan
1. Faktor penyebab autis antara lain: genetis, akibat pemberian vaksin tertentu,
terpapar racun dari lingkungan. Sedangkan gejala anak autis dapat dibedakan
berdasarkan rentang rentang usianya yaitu usia 0-1 tahun, usia 1-2 tahun, usia
2-3 tahun, usia 3-4 tahun. Gejala autis yang terjadi pada anak berbeda-beda
sesuai rentang usianya.
2. Faktor penyebab gangguan makan pada anak autisme yaitu:
a. Gangguan pencernaan protein gluten dan kasein
b. Infeksi Jamur/yeast
c. Alergi terhadap makanan
d. Keracunan logam berat
3. Penanganan gangguan makanan pada autis yakni dengan melakukan diet tanpa
gluten dan kasein.
4. Faktor penyebab hiperaktif pada anak yaitu faktor neurologic, faktor toksik,
faktor genetik, faktor psikososial dan lingkungan
5. Kebutuhan nutrisi anak ADHD diantaranya yakni: Essential Fatty Acid
(EFAs), vitamin B kompleks, protein, kalsium dan magnesium, mineral
penting dalam tubuh
6. Diet untuk anak hiperaktif (ADHD) meliputi memperbanyak konsumsi
makanan tinggi protein, pengurangan asupan karbohidrat sederhana,
meningkatkan asupan karbohidrat kompleks, makanan kaya asam lemak
Omega-3
7. Makanan yang harus dihindari: makanan yang mengandung zat aditif, MSG,
gula, kafein, garam.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, R.R. 2013. Persepsi Orang Tua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
(AKB). (online) (http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu), diakses
tanggal 13 Maret 2014.
Mashabi, N.A. 2009. Hubungan Antara pengetahuan gizi ibu dengan pola makan
anak autis. Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 2, Desember 2009: 84-8.
Ginting, S.A., Ariani, A., Sembiring, T.. 2004. Terapi Diet pada Autisme. Jurnal
Sari Pediatri. Vol. 6, No. 1, Juni 2004: 47-51.
) diakses 16 Maret 2014.
Yuli. 2014. Diet dan Makanan yang Baik Untuk Anak Hiperaktif (ADHD).
(Online). (http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/diet-dan-makanan-
yang-baik-untuk-anak-hiperaktif-adhd.html#sthash.Hsugx3sZ.dpuf)
diakses 18 Maret 2014
Dwi. 2010. Nutrisi yang Baik dan Buruk untuk Penderita ADHD. (Online).
(http://duiieii.blogspot.com/2010/03/nutrisi-yang-baik-untuk-penderita-
adhd.html) diakses 18 Maret 2014