Anda di halaman 1dari 10

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

Diajukan dalam memenuhi salah satu tugas case report session

DISUSUN OLEH:
IRMA SUWANDI SADIKIN
ANDARU NOOR FAUZI
MOHD HAFEEZ BIN MOHD RAFEE
GAN EE XIAN
CHERYL SHAINE JENN LINUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


PADJADJARAN

Tanggal pemeriksaan : Selasa, 10 Februari 2015


Tempat : Ruang Perawatan Kenanga klas 3
I.

II.
III.

Identitas
a. Pasien
Nama : M. Reyhan Walidaen
Jenis kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 13 November 2013 (14 bulan 29 hari)
b. Orang tua pasien :
Nama : Ibu jubaedah
Usia: 32 tahun
Alamat: Sukaraja, Bandung
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir: SMP
Pekerjaan Suami:buruh bangunan
Penanggung biaya: SKTM
Keluhan Utama: Diare
Alloanamnesis :
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit penderita mengalami mencret.
Frekuensi mencret tersebut berkisar 7x/ harinya berupa cairan kuning, disertai lendir dan
tidak berdarah. Keluhan lainnya yaitu batuk selama 2 minggu SMRS. Keluhan mencret
disertai dengan batuk sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut tidak
disertai dengan kejang dan penurunan kesadaran.
Pasien tersebut juga disertai dengan sulit makan sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan pun disertai dengan penurunan berat badan drastis yaitu mengalami
penurunan 3,8 kg dari 10 kg berat badan sebelumnya. Penderita pun terlihat tampak
lemah dan tidak aktif.
Karena keluhan diatas penderita dibawa ke dokter umum dan puskesmas dan
terdiagnosa TB dan Gizi buruk kemudian diberikan pengobatan berupa sirup antibiotik
yang diminum 3x1 serta obat batuk sirup 3x1 sebanyak 1 sendok teh serta pengobatan
untuk TB sejak 21 desember 2014 dan mengalami perbaikan. Penderita rutin meminum
obat dan mengkontrolnya. Penderita terdapat riwayat kontak TB, yaitu ayah dan kaka
penderita terdiagnosa TB dan sudah selesai pengobatan sejak 3 tahun yang lalu untuk
ayah dan 2 tahun yang lalu untuk kakanya.
Penderita tinggal dirumah berukuran 8x12 m2 yang dihuni oleh 10 orang anggota
keluarga. Sinar matahari masuk kedalam rumah dengan ventilasi yang cukup. Keluarga
penderita telah dilakukan pemeriksaan TB yaitu dahak dan foto rotgen dan dikatakan

sehat. Anggota keluarganya pun merupakan perokok yang terkadang suka merokok
didalam rumah.
Penderita adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara dari seorang ibu G0P4A0 dengan
kehamilan tidak cukup bulan yaitu 8 bulan 2 minggu dengan persalinan normal yang
dibantu oleh bidan. Ketika lahir penderita tidak langsung menangis, penderita lahir
dengan berat badan 2700 gram dan panjang badan tidak diketahui. Anak pertama sampai
anak ketiga lahir tidak cukup bulan. Ibunya pun hanya memakan vitamin yang diberikan
oleh bidan.
Sejak lahir penderita diberi ASI untuk 6 bulan pertama dan dihentikan 1 minggu
setelah masuk RSHS. Saat usia pasien menginjak 6 bulan, ibu nya memberikan biskuit bayi
milna selama 2 hari, tetapi setelah itu pasien tidak mau memakannya lagi. Pada usia 9 bulan
pasien mau diberikan bubur oleh ibunya sebagai makanan pendamping. Makanan sehari-hari
pasien selain ASI sebelum sakit, yaitu bubur atau nasi tim disertai tempe atau tahu rebus, tiap dua
hari sekali ibu nya memberikan ikan goreng atau telur, kadang- kadang disertai sayur wortel atau
tomat yang disukai oleh pasien. Menurut ibunya, nafsu makan pasien tidak begitu bagus dari
dulu. Sebelum pasien mengalami diare, menurut ibunya, pasien diberikan sosis so nice (setengah
potong) dan teh sisri (3-4 sedot) untuk pertama kalinya oleh kakaknya.
Penderita saat ini baru bisa merangkak, berdiri, mengucapkan mama, mamam, papa.
Menurut ibunya pertumbuhan dan perkembangannya normal sebagai anak semestinya sampai
sebelum sakit. Penderita pun sudah mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap dari bcg hingga
campak, namun sebelum mendapatkan imunisasi campak penderita mengalami campak terlebih
dahulu.
Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama bagi ibunya, tidak terdapat riwayat
bertato, tidak ada riwayat memakai obat terlarang suntik dan meminum alkohol.

IV.

Pemeriksaan Fisis
KU: CM, sakit berat
Tanda vital :
Suhu: 36,4 C
Tensi: 90/70 ( 50 percentile)
RR: 33x/mnt
Nadi: 100 bpm
Antropometri
LK: 43 cm
PB: 75 cm
BB: 6,2 Kg
BB/U: <-3 SD (underweight)
PB/U: -1 SD
BB/PB: <-3 SD (severely wasting)
Kepala : rambut kering, kasar, tipis
Kelopak mata edema -/Air mata -/-

Kelopak mata cekung


Konjungtiva anemis
Sklera tak ikterik
Mukosa lidah dan bibir basah
Leher : KGB teraba di supraklavikular 1 cm, kenyal, datar
Thoraks : bentuk dan gerak simetris
p/ sonor VBS kiri=kanan
C/ BJ murni regular
Abdomen: datar lembut
Turgor: lambat <2 detik
Purpura menyabar
Bising usus menurun
Hepar :
Lien:
Ekstrimitas :

akral hangat
Capilari refil < 2
Baggy pants (+)

Neurologi status : kaku kuduk (-)


Brudzinki I/II/III: (-)
Babinski reflex: (+/+)
System motoric : tonus otot menurun

V.

Laboratorium
Darah:
Hb= 7,7 g/dl ()
Ht: 24%
Leukocyte: 6800/mm3
Tr: 177.000?mm
MCU/MCH/MCHC=84.5FL/27.1 PG/32.1%
Dc:0/0/0/9/84/7
MDT: E : nomokrom anisopoikilositosis (teardrop, bur cell)
Leukocyte : jumlah cukup
Tr : jumlah cukup dan tersebar
Albumin:1,9 g/dl
Protein:4,3 g/dl
GDS:102 mg/dl
Na/K: 131/2,6 MEq/L
Ca:4,65 mg/dl

VI.
VII.

VIII.

IX.

Diagnosis kerja
Marasmik-kwaashiorkor+TB paru+hypokalemia+dehidrasi+anemia e.c underlying disease
Rencana terapi
10 langkah utama managemen KEP
Diet dengan kalori ideal
Cairan resomal
Evaluasi dan pemantauan
Terapi yang telah diberikan
Rehidrasi dengan resomal 10 cc/kg, 60 cc tiap 1 jam
Resomal 50-100cc tiap muntah/mencret
Cotrimoksazole sirup x1 cth PO
INH 1x 75 mg PO
Rifampicin 1x 100 PO
PZA 1x250 mg PO
KQ pulvus 3x150 mg PO
Multivitamin syrup 2x1 cth PO
Diet 600 kkal tdd makanan biasa 3x susu 2x
Prognosa
Advitam : dubia admalam
Adfunctionam : duubia admalam
Senasionam:dubia admalam

Pembahasan
I.

Diagnosa : Marasmik-kwaashiorkor+TB paru+hypokalemia+dehidrasi+anemia


e.c underlying disease

Diagnosa yang disimpulkan berdasarkan beberapa pernyatan atau keluhan yang diderita
oleh pasien yang mengarahkan ke diagnosa tersebut yaitu,
1. Riwayat sulit makan, penderita tidak mendapatkan nutrisi yang cukup dalam waktu yang
lama sehingga dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan yang diawali
masalah pertumbuhan yaitu berat badannya yang mengalami penurunan
2. Keluhan pun diperparah dengan keluhan lain seperti mencret yang berfrekuensi sering
sehingga makanan yang seharusnya diserap oleh tubuh berkurang dan bisa menimbulkan
dehirasi berat serta mengalami ketidakseimbangan elektrolit yang bisa menyebabkan
penyulit pada penyakit ini. Pada pemeriksaan fisis dan lab pun mendukung dengan
terdapat turgor pasien yang dicubit dibagian perut terlambat kurang dari 2 detik yang

mengindikasikan dehidrasi selain itu pemeriksaan laboratorium pun terlihat kadar


kalium yang rendah yang bisa merupakan akibat dari mencret dengan frekuensi yang
sering sehingga menimbulkan gangguan elektrolit yaitu hipokalemia. Kadar hemoglobin
pun mengalami penurunan yang menyebabkan anemia yang bisa disebabkan salah
satunya oleh kekurangan asupan nutrisi.
3. Kekuranga nutrisi yang cukup lama akan menyebabkan produksi AA, protein dan
produk produk hasilan tubuh berkurang, begitu pula pada pembentukan imun system.
Kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan produksi imun
menurun sehingga rentan akan penyakit infeksi. Pada pasien ini menderita TB yang
didukung oleh factor lain berdasarkan skoring TB anak yaitu, riwayat kontak Tb jelas,
mengalami penurunan BB, demam serta batuk positif, sehingga penyakit tersebut bisa
memperparah keadaan gizi anak tersebut. Alhasil BB semakin turun karena dalam
keadaan sakit tubuh memerlukan energi lebih banyak untuk bisa bertahan dalam
melawan infeksi tersebut. Dalam perjalannya jika kekurangan nutrisi yang cukup lama
dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otaknnya sehinggan bisa berdampak
pada kemampuan kognitif, bahasa,motoric sensorik yang bisa menyebabkan
keterlambatan dalam proses perkembangannya. Pada akhirnya pasien mengalami
gejlakinnis sebagai berikut:

4. Pengategorian diagnosa menjadi marasmic-kwasiorkor berdasarkan pengkategorian :

Klasifikasi Mclaren memenuhi kritria 7 yang artinya keadaan marasmus-kwashiorkor.


II.
a)
b)
c)

Terapi
Terdapat 3 fase dalam mentalaksanakannya
Fase stabilisasi (1-7 hari)
Fase transisi (minggu ke 2)
Fase rehabilitasi (minggu ke 3-7)

Penatalaksanaan pun berbeda pada rawat jalan dan rawat inap, pada kasus dengan rawat
inap harus memperhatikan beberapa faktor berikut ;
A.

Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10 langkah utama).

B.
C.
D.
E.

Pengobatan penyakit penyerta.


Kegagalan pengobatan.
Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas.
Tindakan pada kegawatan.

Prinsip dasar mengobati pasien KEP terdapat 10 tatalaksana,

1. Hipoglikemia pada kasus ini sangat penting harus ditangani karena


kekurangan nutrisi yang cukup lama sehingga akan menyebabkan kekurangan
glukosa yang berfungsi sebagai energy organ teruttama organ penting untuk
otak
2. Hipotermia : pada anak dengan KEP terdapat penurunan metabolism tubuh
sehingga produksi panas tubuh pun menurun
3. Dehidrasi dan elektrolit: pentng dikoreksi karena bisa disebabkan oleh
penyulit kasus ini seperti diare sehingga bisa mengganggu kadar elektrolit
tubuh dan bisa menyebabkan penyakit ebih parah misalnya arithmia
4. Obati infeksi : karena pada KEP produksi imun menurun karena kekurangan
energy dalam proses pembentukannya sehingga rentan akan infeksi
5. Nutrient mikro : Tidak adanya makronutrien, mikroutrien pun sanga
diperlukan dalam proses pengembalian keadaan, seperti vitamin, air, mineral
6. Pemberian makanan dan catch up: perlu diberikan sesuai dengan targetan berat
badan yang ingin dicapai pada usianya dan diperlukan beberapa formula
khusus dan tahapan khusus dalam emberiannya, tidak sembarangan memberi
makanan karena bisa menyebabkan refeeding syndrome.

7. Stimulasi : untuk memperbaiki kognitif dan perkembangannya diperlukan


stimulasi dan emotional support sehingga target penangananna dapat dicapai

Reference :
1.
2.
3.
4.

Pedoman diagnosis dan terapi ilmukesehatan anak edisi ke 5


Nelson pediatric edisi ke 18
Harrison internal medicine 18 edition
Kar BR, Rao SL, Chandramouli BA. Cognitive development in children with chronic
protein energy malnutrition. Behavioral and brain functions : BBF. 2008;4:31.
5. Pedoman pelayanan anak gizi buruk kementrian kesehatan republic Indonesia 2011
6. Warsito O, Khomsan A, Hernawati N, Anwar F. Relationship between nutritional status,
psychosocial stimulation, and cognitive development in preschool children in Indonesia.
Nutr Res Pract. 2012;6(5):4517.

Anda mungkin juga menyukai