Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Henti Jantung

Strategi Defibrilasi pada Fibrilasi Ventricular atau Takikardia Ventrikular


Tanpa Pulsasi: Energi Gelombang dan Keberhasilan Syok Pertama
Terdapat 3 jenis gelombang bifasik yang berbeda, yaitu biphasic truncated
exponential (BTE), rectilinear biphasic (RLB), and pulsed biphasic
waveforms. Tidak ada bukti yang menunjukkan kelebihan suatu
gelombang bifasik maupun level energi untuk menterminasi fibrilasi
ventrikular pada syok pertama (terminasi didefinisikan sebagai VF yang
tidak ada selama 5 detik setelah syok). Semua penelitian mendukung
efektivitas syok bifasik menggunakan 200 J atau kurang untuk syok
pertama. Defibrilator (menggunakan BTE, RLB, atau gelombang
monofasik) direkomendasikan untuk penanganan aritmia atrial maupun
ventrikular. Gelombang bifasik lebih sering digunakan dibanding
monofasik.
Strategi Defibrilasi pada Fibrilasi Ventrikular atau Takikardia Ventrikular
Tanpa Pulsasi: Dosis Energi untuk Syok Selanjutnya
Data observasi menunjukkan bahwa ekternal defibrilator automatik
digunakan pada arus listrik 150 J energi bifasik tetap dapa menterminasi
VF inisial, persisten maupun rekurens dengan tingkat konversi yang tinggi.
Pemilihan energi tetap ataupun meningkat pada syok selanjutnya bisa
berdasarkan instruksi spesifik pada panduan penggunaan alat. Jika
menggunakan defibrilator manual yang dapat menaikkan energi, energi
yang lebih tinggi pada syok kedua dan selanjutnya dapat
dipertimbangkan.
Strategi Defibrilasi pada Fibrilasi Ventrikular atau Takikardia Ventrikular
Tanpa Pulsasi: Syok Sekali Versus Syok Berkali-kali
Ada bukti yang mengatakan bahwa kompresi dada langsung setelah
sebuah syok dapat merangsang terjadinya VF rekuren tetapi manfaat RJP
dalam menyediakan aliran darah pada miokard dapat mengimbangi
manfaat defibrilasi langsung untuk VF. Efek dari kompresi dada masih
belum jelas. Strategi syok sekali direkomendasikan untuk defibrilasi.
Obat Antiaritmia Selama dan Langsung Setelah Henti Jantung
Obat Antiaritmia Selama dan Langsung Setelah Henti Jantung: Terapi
Antiaritmia untuk Henti VF/pVT Refrakter
VF/pVT refrakter adalah VF atau pVT yang persisten dan berulang setelah
1 atau lebih syok. Prinsip pemberian obat antiaritmia pada pasien yang
didefibrilasi adalah untuk memfasilitasi restorasi dan pemeliharaan perfusi
spontan setelah syok diterminasi. Membentuk akses pembuluh darah agar
bisa diberikan obat tidak boleh mengganggu kualitas RJP atau defibrilasi
tepat waktu, yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup.

Amiodaron
Salah satu jenis obat amiodaron (polisorbat 80) merupakan suatu pelarut
vasoaktif yang dapat menimbulkan hipotensi. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa amiodaron IV tidak memberikan manfaat lebih
dibandingkan dengan plasebo maupun lidokain. Amiodaron dapat
dipertimbangkan pada pasien VF/pVT yang tidak respon terhadap RJP,
defibrilasi dan terapi vasopressor.
Lidokain
Lidokain IV merupakan obat antiaritmia alternatif sejak dahulu. Pada suatu
penelitian, lidokain tidak meningkatkan ROSC dibandingkan dengan tidak
memberikan obat antiaritmia sama sekali. Lidokain dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif dari amiodaron pada VF/pVT yang
tidak respon terhadap RJP, defibrilasi dan terapi vasopressor.
Prokainamid
Suatu penelitian menunjukkan bahwa pemberian prokainamid tidak
berhubungan dengan masuknya pasien ke rumah sakit, kelangsungan
hidup atau keluar pasien dari rumah sakit.
Magnesium
Magnesium bekerja sebagai vasodilator dan faktor penting dalam regulasi
aliran sodium, potasium dan kalsium antar membran sel. Penggunaan
magnesium tidak meningkatkan kelangsungan hidup, keluarnya pasien
dari rumah sakit atau perbaikan neurologis. Penggunaan rutin magnesium
pada VF/pVT tidak direkomendasikan pada pasien dewasa.
Obat Antiaritmia Selama dan Langsung Setelah Henti Jantung: Obat
Antiaritmia Setelah Resusitasi
Obat -Adrenergic Blocker
Obat -Adrenergic blocker dapat menumpulkan tingginya aktivitas
katekolamin yang dapat memperparah aritmia. Obat ini juga mengurangi
jejas iskemik dan memiliki efek stabilisasi membran. Suatu penelitian
membuktikan bahwa -blockers dapat menyebabkan dan memperparah
instabilitas hemodinamik, mengeksaserbasi gagal jantung dan
menyebabkan bradiaritmia sehingga pemberian obat ini secara rutin
setelah henti jantung sangat berbahaya. Masih kurang bukti-bukti untuk
merekomendasikan penggunaan rutin dari -blockers, tetapi inisiasi dan
melanjutkan -blockers tepat setelah hospitalisasi karena henti jantung
yang disebabkan oleh VF/pVT dapat dipertimbangkan.
Lidokain
Pemberian lidokain sebagai profilaksis sebelum hospitalisasi berkaitan
dengan menurunnya tingkat rekurensi VF/pVT dan meningkatkan

masuknya pasien ke rumah sakit dan kelangsungan hidup secara


signifikan. Bukti untuk mendukung penggunaan rutin lidokain setelah
henti jantung masih kurang. Walaupun begitu, inisiasi dan melanjutkan
penggunaan lidokain dapat dipertimbangkan langsung setelah ROSC dari
henti jantung karena VF/pVT.
Vasopressor pada Henti Jantung
Vasopressor pada Henti Jantung: Dosis Standar Epinefrin
Epinefrin menghasilkan efek yang bermanfaat pada pasien henti jantung
karena epinefrin memiliki efek -adrenergik (vasoconstrictor) sehingga
dapat meningkatkan tekanan perfusi koroner dan serebral selama RJP.
Dosis standar epinefrin (1 mg setiap 3 - 5 menit) direkomendasikan untuk
pasien henti jantung.
Vasopressor pada Henti Jantung: Epinefrin Dosis Standar Versus Epinefrin
Dosis Tinggi
Epinefrin dosis tinggi didefinisikan sebagai epinefrin dengan dosis 0.1-0.2
mg/kg. Secara teoritis, epinefrin dosis tinggi akan menghasilkan
peningkatan tekanan perfusi koroner yang lebih tinggi. Tetapi efek
samping setelah henti jantung dapat mengurangi keuntungannya.
Epinefrin dosis tinggu tidak direkomendasikan pada penggunaan rutin
pada henti jantung.
Vasopressor pada Henti Jantung: Epinefrin Versus Vasopressin
Vasopressin merupakan vasokonstriktor perifer nonadrenergik yang juga
menyebabkan vasokonstriksi koroner dan renal. Vasopressin tidak
memberikan manfaat dalam mensubstitusi epinefrin pada henti jantung.
Vasopressor pada Henti Jantung: Epinefrin Versus Vasopressin
Dikombinasikan dengan Epinefrin
Vasopressin yang dikombinasikan dengan epinefrin tidak memberikan
manfaat sebagai subtitusi dari dosis standar epinefrin pada henti jantung.
Vasopressor pada Henti Jantung: Waktu Pemberian Epinefrin
Pemberian epinefrin perlu dilakukan secepatnya sejak terjadinya henti
jantung karena irama inisial yang nonshockable. Apabila pada pasien yang
shockable, waktu optimal pemberian eprinefrin berbeda-beda tergantung
faktor pasien dan kondisi resusitasi.

Anda mungkin juga menyukai