Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

STUDI VALIDASI SEMI-QUANTITATIF FOOD FREQUENCY


QUESTIONNAIRE DENGAN FOOD RECALL 24 JAM
PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR

NURMALA FITRI
K21111608

Skripsi ini Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh Gelar Sarjana Gizi

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

i
SKRIPSI

STUDI VALIDASI SEMI-QUANTITATIF FOOD FREQUENCY


QUESTIONNAIRE DENGAN FOOD RECALL 24 JAM
PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR

NURMALA FITRI
K21111608

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii
RINGKASAN

Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Ilmu Gizi

Nurmala Fitri
“Studi Validasi Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire Dengan
Foood Recall 24 Jam Pada Asupan Zat Gizi Mikro Remaja Di SMA Islam
Athirah Makassar”

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa


dewasa, ditandai dengan datangnya masa pubertas, adanya perkembangan fisik
yang maksimal.Remaja membutuhkan vitamin dan mineral untuk pendukung
pertumbuhan fisik, perkembangan serta menjaga agar sel serta jaringan baru tidak
cepat rusak.
Studi yang membandingkan dua pegukuran yaitu antara pengukuran yang
baru dengan pengukuran yang sudah diterima karena terpecaya dalam akurasi
( gold standard) disebut studi validasi. Dalam hal ini recall 24 jam sebagai gold
standar yang akan menvalidasikan metode SQ-FFQ Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui rata-rata asupan zat gizi mikro dengan metode SQ-FFQ dan metode
Recall 24 jam pada remaja serta mengetahui perbedaan dan korelasi dari kedua
metode tersebut.
Metode penelitian adalah Survey Analitik, dengan uji validasi, dilakukan
pada bulan April 2013, di SMA Islam Athirah Makassar sebanyak 93 sampel
dengan metode purposive sampling, setiap sampel dilakukan pengukuran
sebanyak tiga kali, dua kali recall 24 jam, dan satu kali metode SQ-FFQ.Asupan
zat gizi mikro dianalisis menggunakan nutri survey, kemudian perbedaan kedua
metode menggunakan uji pairedt-test atau wilcoxon dan korelasi menggunakan uji
Formula Pearson atau Spearman’s rho.
Hasil penelitian, memperlihatkan rata-rata asupan zat gizi mikro
menggunakan metode SQ-FFQ lebih tinggi dari pada food recall 24 jam,pada
Asupan vitmin A, E, B12, Fosfor, dan Fe, sedangkan vitamin D, AF, C, Ca, dan Zn
rata-rata asupan menggunakan metode food recall 24 jam lebih tinggi dari pada
SQ-FFQ. Tidak ada perbedaan antara kedua metode dalam mengukur asupan
vitamin D, E, AF, Ca, dan Fe atau H0 diterima dan Ha ditolak. dan terdapat
perbedaan dalam mengukur asupan vitamin A, B12, C, Zn, dan Fosfor atau H0
ditolak dan Ha diterima. ada korelasi antara kedua metode diamana p= 0,000
(p<0,05). Metode SQ-FFQ valid dalam mengukur asupan zat gizi mikro pada
remaja, khususnya untuk vitamin D,E,AF,kalsium,Fe, dan Zn.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa penggunaan metode SQ-FFQ
sebaiknya dilakukan minimal dua kali, dan recall 24 jam lebih dari dua kali agar
hasilnya lebih baik jika akan divalidasi antara kedua metode tersebut.
Daftar Pustaka : 38 ( 1989 – 2011)
Kata Kunci : Validasi, Semi-quantitatif FFQ, Recall 24 jam, zat gizi Mikro

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Skripsi yang

berjudul ”Studi Validasi Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnare Dengan

Food Recall 24 Jam Pada Asupan Zat Gizi Mikro Remaja di SMA Islam Athirah

Makassar ” dapat terselesaikan

Penyusunan skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan

dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan pada kesempatan

ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr.dra. Nurhaedar Jafar Apt., M.Kes selaku Ketua Program Studi ilmu

Gizi FKM-UH, Pembimbing Akademik, Dan sekaligus Pembimbing I Dan

Ibu Rahayu Indriasari, SKM, MPHCN,Ph.D Selaku Pembimbing II yang

dengan sabar dan tulus memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

Skripsi ini.

2. Ibu Dr.dr. Citrakesumasari, M.Kes, Ulfah Nadjamuddin, S.Si,M.Kes,

Bpk Dian Sidiq Arsyad, SKM, MKM. Selaku Tim pengujin yang telah

meluangkan waktu dan menberikan saran selama penyusunan hasil ini.

3. Prof.Dr.dr Alimin Maidin, MPH, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

iv
4. Kepala Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla

Makassar, Kepala SMA Islam Athirah Makassar berserta Staf yang telah

memberikan izin dan membantu penulis selama Penelitian ini berlangsung.

5. Seluruh responden siswa-siswi SMA Islam Athirah Makassar, yang telah

dengan ikhlas membantu menjadi responden dan memberikan informasi yang

penulis sangat butuhkan.

6. Tim validasi remaja Fatmah Makuituin atas kebersamaan dan motivasi yang

diberikan dari awal hingga penelitian berakhir.

7. Seluruh dosen-dosen pengajar beserta staf di Program Studi Gizi Fakultas

Kesehatan Massyarakat.

8. Teman-teman Tubel 2011, adik-adik angkatan 2009 dan 2010 Program Studi

Gizi Fakultas Kesehatan Massyarakat Universitas Hasanuddin Makassar atas

semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

9. Terkhusus ucapan terima kasih tak terhingga untuk Ayah dan Ibu sumber

motivasi dan sumber semangat. Karya kecil ini kupersembahkan untuk

kalian.

10. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu hingga penulisan skripsi ini selesai sesuai dengan yang

diharapkan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya.

v
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca umumnya sebagai bahan lanjutan serta

perkembangan ilmu pengetahuan.

Makassar, Agustus 2013

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Mikro ........................... 10

B. Tinjauan Umum Tentang Survey Konsumsi Makanan .................... 14

C. Tinjauan Umum Tentang Validasi Konsumsi Makanan .................. 22

D. Tinjauan Umum tentang Remaja ...................................................... 25

E. Kerangka Teori Penelitian ................................................................ 35

F. Kerangka Fikir ................................................................................. 37

G. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ...................................... 37

H. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 39

vii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 40

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 40

D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 42

E. Pengumpulan Data ............................................................................ 43

F. Pengolahan dan Penyajian Data........................................................ 44

G. Analisis Data ..................................................................................... 44

H. Diagram Alur Penelitian ................................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

A. Hasil Penelitian................................................................................. 47

B. Pembahasan ...................................................................................... 55

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................... 65

B. Saran ................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Angka Kecukupan Zat Gizi Mikro usia remaja ......................................... 32

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMA Islam Athirah

Makassar .................................................................................................... 49

4.3 Distribusi Rerata Metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnaire dan Food Recall 24 Jam Pada Asupan Vitamin Remaja

di SMA Islam Athirah Makassar................................................................ 50

4.4 Distribusi Rerata Metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnaire dan Food Recall 24 Jam Pada Asupan Mineral Remaja

di SMA Islam Athirah Makassar................................................................ 51

4.5 Distribusi Normalitas Data Pada Asupan Vitamin pada metode

Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food

Recall 24 Jam ............................................................................................. 52

4.6 Distribusi Normalitas Data Pada Asupan Mineral pada metode

Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food

Recall 24 Jam ............................................................................................. 53

4.7 Distribusi Rerata Uji Perbedaan dan Uji Korelasi pada metode

Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food

Recall 24 Jam ............................................................................................ 54

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 36

2.2 Kerangka Fikir ........................................................................................... 37

2.3 Gambar Alur Penelitian.............................................................................. 46

x
DAFTAR SINGKATAN

SQ-FFQ : Semi-Quantitatif Food Frequency Questionare

FR 24 Jam : Food Recall 24 Jam

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Tabel Sintesa Penelitian Terkait

2. Diagram Proses Pengumpulan dan Analisis Data

3. Persetujuan Responden

4. Identitas Responden

5. Form Food Recall 24 Jam

6. Kuesioner Food Frequensi semi- quantitatif

7. Master Tabel

8. Hasil Analisis

9. Surat Izin Penelitian

10. Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian

11. Foto Kegiatan Penelitian

12. Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Salah satu modal dasar pembangunan di Indonesia adalah Sumber Daya

Manusia (SDM) yang potensial dan produktif. Untuk itu diperlukan derajat

kesehatan yang tinggi, dimana salah satu faktor yang berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan adalah status gizi yang baik. Remaja kelak akan

menjadi SDM yang melanjutkan tongkat estafet pembangunan, sehingga perlu

dipersiapkan untuk dapat menjadi tenaga yang berdaya kerja tinggi dan produktif

(Sayogyo. S dkk, 2001 dalam Lydya Fanny, 2010).

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Meskipun sampai saat ini belum ada kesepakatan ahli tentang batasan

remaja baik melalui usia dan kapan mulai serta berakhirnya, akan tetapi masa

remaja ini ditandai dengan datangnya masa pubertas, adanya perkembangan fisik

yang maksimal dan sudah mampu bereproduksi. Bersamaan dengan pertumbuhan

fisik tersebut berkembang pula aspek psikologis dan aspek sosialnya

(Tarmudji, 2001).

Menurut Soetardjo (2011) transisi masa remaja merupakan masa

perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang

relative terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat

memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan

1
2

perubahan – perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini

membutuhkan zat gizi secara khusus.

Remaja membutuhkan mineral seperti kalsium, besi, dan seng untuk

pendukung pertumbuhan fisik juga vitamin A dan C untuk menjaga agar sel serta

jaringan baru tidak cepat rusak (Khomsan, 2004). Defisiensi mineral seperti zat

besi, zinc, dan kalsium merupakan masalah gizi kurang yang banyak diderita oleh

remaja (Ruel, 2001). Menurut Soekatri (2004), zat gizi yang diperlukan bagi

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak remaja yaitu zat besi, kalsium,

zinc, vitamin A, dan vitamin C. Namun masalah gizi kurang dalam bentuk

defisiensi vitamin dan mineral seperti vitamin A, kalsium, yodium, zat besi, dan

zinc masih menimpa dua milyar manusia termasuk remaja (Arisman, 2004).

Konsumsi zat besi pada sebagian remaja Indonesia masih berada di bawah

standar konsumsi seharusnya. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) tahun 2001, ditemukan ada sebanyak 26,5% remaja Indonesia yang

berusia 15-19 tahun mengalami anemia atau kekurangan zat besi (Subeno, 2007).

Penelitian yang dilakukan pada 106 mahasiswa Universitas Andalas Padang

berusia 17-22 tahun menunjukkan rata-rata asupan zat besi remaja tersebut adalah

6.56mg/hari (Purnakarya dkk, 2009), sedangkan berdasarkan ALG (Acuan Label

Gizi) remaja seharusnya mendapat asupan zat besi sebanyak 26 mg/hari

(BPOM, 2007).

Kalsium merupakan salah satu zat gizi yang kurang diperhatikan remaja

Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan hariannya. Asupan kalsium untuk

masyarakat Indonesia masih rendah. Departemen Kesehatan RI tahun 2002


3

menunjukkan bahwa asupan rata-rata kalsium orang Indonesia hanya 254 mg/hari

(Sulaiman, 2009 dan Syamsir, 2008) sedangkan berdasarkan ALG (Acuan Label

Gizi), asupan harian kalsium untuk kelompok konsumen umum termasuk remaja

seharusnya adalah 800 mg/hari (BPOM, 2007).

Berikutnya, zat gizi lainnya yang belum diperhatikan sebagai asupan

harian yang penting bagi remaja di Indonesia adalah zinc, vitamin A, C, E dan

asam folat, asupan harian zinc, vitamin A, C, E dan asam folat pada remaja di

Indonesia masih kurang karena menu konsumsi remaja yang mengandung zat

tersebut masih di bawah konsumsi seharusnya (BPOM, 2007). Berdasarkan

penelitian Aryani, dkk (2010) pada 21 anak usia sekolah di Bandung dapat

dilihat bahwa asupan harian zinc cukup rendah. Sebesar 85,71% data berada di

bawah nilai Estimated Average Recommended (EAR) dan menunjukkan bahwa

setengah dari populasi ini yaitu 42,85% mengalami gejala defisiensi. Penelitian

yang dilakukan oleh Riyadi (1995) di pedesaan Bogor menunjukkan bahwa

prevalensi defisiensi zinc pada remaja sebesar 44,3%.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnakarya pada mahasiswa

Andalas di Padang menunjukkan bahwa terdapat 94,3% remaja yang belum

memenuhi kebutuhan asupan vitamin A hariannya. Penelitian yang dilakukan oleh

Elnovriza, dkk (2008) menunjukkan bahwa asupan rata-rata vitamin A pada 107

mahasiswa asrama dengan rata-rata umur 19 tahun di Andalas padang adalah

513.50 IU, sedangkan kebutuhan vitamin A konsumen umum termasuk remaja

tercantum pada Acuan Label Gizi sebesar 600 RE atau 2000 IU (BPOM, 2007),

serta untuk vitamin C penelitian yang dilakukan oleh Purnakarya pada mahasiswa
4

di Padang ini juga menunjukkan bahwa rata-rata asupan vitamin C adalah 25.58

mg perhari (Purnakarya, dkk, 2009), sedangkan asupan vitamin C yang memenuhi

kebutuhan remaja berdasarkan Acuan Label Gizi adalah 90 mg/hari (BPOM,

2007).

Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena

pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung

vitamin E merupakan tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya

mengandung lemak tinggi. Hasil penelitian Seahaan (2007) pada remaja yang

mengkonsumsi suplemen antioksidan vitamin E yaitu sebanyak 8,3%. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Emma Bennila Bangun, dkk (2012) di SMK 1 jorlang

Hataran Kab. Simalungun menujukan asupan asam folat < 125µg bahwa asupan

asam folat tidak sesuai dengan angka kecukupan asam folat yaitu 125 µg.

Kekurangan asupan harian beberapa zat gizi mikro pada remaja Indonesia

perlu diatasi dengan memperkaya zat gizi pada makanan yang dikonsumsi. Hal ini

penting karena remaja Indonesia mengalami gangguan tumbuh kembang dan

penurunan tingkat kecerdasan (Untoro, 2004). Beberapa remaja cenderung

menabukan jenis makanan tertentu. Sikap ini terbentuk karena sifat remaja

memang sering mencoba hal baru dan dapat melekatkan ciri khusus pada diri

mereka. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan

psikososial. Dalam masa pencarian identitas diri ini, remaja cepat sekali

terpengaruhi oleh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk

menjadi vegetarian dan konsumsi fast food merupakan sebagian contoh

keterpengaruhan ini (Arisman, 2004).


5

Menurut Melbyet al (2008) bahwa peran gizi tidak hanya berhubungan

dengan penanggulangan penyakit dan defesiensi karena makanan itu sendiri,

tetapi juga pada pencegahan sehingga fokus saat ini adalah meninjau kembali

makanan yang dikonsumsi setiap hari utama nya bagi para remaja. Sehingga

menurut Wijono (2011) remaja sebaiknya tahu atau mengerti makanan yang ia

makan.

Kebiasaan makan yang diperoleh pada masa remaja akan berdampak pada

kesehatan dalam kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Salah

satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan

olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Makanan

ini meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu

banyak mengandung gula dan lemak, dan juga additive. Konsumsi makanan ini

secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain (Arisman, 2004).

Berdasarakan data Litbangkes dalam Suhendro (2003) terdapat Sepuluh

faktor resiko utama penyebab kesakitan/kematian pada usia remaja adalah:

Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, perilaku makan/jajan,

hygiene individu dan sanitasi, kesehatan mental, aktifitas fisik, faktor protektif,

aspek demografi, kesehatan reproduksi, merokok, kekerasan dan cedera.

Sementara menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2010) banyak persoalan yang

dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi

dan kesehatan yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Menurut Supariasa (2001) menyatakan bahwa penilaian konsumsi

makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat


6

kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan

perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan

tersebut. Sedangkan secara lebih khusus bertujuan antara lain untuk menentukan

tingkat kecukupan konsumsi makanan nasional dan kelompok masyarakat,

menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, menentukan

pedoman kecukupan makanan dan program pengembangan gizi, sebagai sarana

pendidikan gizi yang berkenan dengan makanan, kesehatan gizi masyarakat.

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi

makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu data yang bersifat kualitatif

dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui

frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali

informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh

bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat

kualitatif antara lain metode food frequency, dietary history, telephone,dan food

list. Sedangkan metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi BahanMakanan (DKBM) atau

daftar lainnya. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif

antara lain metode food recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food

records), penimbangan makanan (food weighing), food account, inventory

method, dan pencatatan (household food records) (Gibson, 2005).

Berdasarkan penelitian Betzabeth Slater, dkk (2010) tentang variasi

konsumsi zat gizi (konsumsi karotenoid, buah dan sayur-sayuran) dengan metode

FR 24 jam dan SQ-FFQ pada remaja menujukan koefisien validitas di hitung


7

dengan metode triad menujukan SQ-FFQ lebih besar dari pada FR 24 jam.

Sementara hasil penelitian Moh razif, dkk, (2008) di Malaysia pada 79 orang

wanita menujukan untuk metode SQ-FFQ dan FR 24 jam tidak ada perbedaan

yang signifikan pada asupan energi, lemak, vitamin A, C dan E yang dikonsumsi

pada wanita melayu dan india.

Sementara hasil penelitian Driekie Rankin, dkk (2009) di Afrika Selatan

pada remaja, menunjukan bahwa hasil validitas SQ-FFQ di kalangan remaja

adalah moderate dengan koefesien korelasi lebih dari 0,3 sedangkan untuk metode

FR 24 jam menunjukan korelasi yang rendah jika dibandingkan dengan SQ-FFQ.

Hasil penelitian Faldon Magkos, dkk (2004) di yunani pada masyarakat umum

tentang asupan kalsium menujukan bahwa asupan rata-rata kalsium yang

dibandingkan dengan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam diperoleh hasil SQ-FFQ

dapat memberikan perkiraan asupan kalsium dari 533 mg/hr diatas sedangkan

untuk FR 24 jam 799 mg/hr dibawah.

Di Indonesia dan khususnya di Kota Makassar belum ada penelitian yang

menunjukkan penilaian konsumsi yang membandingkan metode SQ-FFQ dengan

FR 24 jam terhadap asupan gizi Mikro pada remaja selain itu juga belum ada

metode Semi-Quantitatif Food frequency Questionnaire yang di kembangkan

untuk remaja sehingga penulis tertarik untuk mengembangkan kedua metode

tersebut terhadap Remaja di SMA Islam Athirah Makassar.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan asupan zat gizi mikro dengan metode Semi-

Quantitatif Frequency Questionnaire dengan Food Recall 24

jam pada remaja di SMA Islam Athirah Makassar?

2. Bagaimana korelasi dari metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnaire Terhadap Food Recall 24 jam dalam mengestimasi

asupan zat gizi Mikro pada remaja di SMA Islam Athirah

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengembangkan Metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnaire Khususnya untuk menilai asupan Zat gizi Mikro Remaja

yang mana untuk memvalidasi digunakan metode Food Recall 24 Jam

sebagai Standar Acuan di SMA Islam Athirah Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui asupan zat gizi Mikro dengan menggunakan

metode Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire pada

remaja di SMA Islam Athirah Makassar

b. Untuk mengetahui asupan zat gizi Mikro dengan menggunakan

metode Food Recall 24 jam pada remaja di SMA Islam Athirah

Makassar
9

c. Untuk mengetahui perbedaan metode Semi-Quantitatif Food

Frequency Questionnaire dengan Food Recall 24 jam pada remaja

Siswa di SMA Islam Athirah Makassar.

d. Untuk mengetahui korelasi dari metode Semi-Quantitatif Food

Frequency Questionnaire Terhadap Food Recall 24 jam dalam

mengestimasi asupan zat gizi mikro pada remaja siswa di SMA

Islam Athirah Makassar.

D. ManfaatPenelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang

metode penelitian penilaian konsumsi dalam memilih metode yang tepat

dalam mengukur konsumsi dan asupan zat gizi.

2. Manfaat institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

pengembangan metode penilaian konsumsi pada anak remaja.

3. Manfaat bagi peneliti

Merupakan pengalaman berguna bagi peneliti dalam memperluas

wawasan dan pengalaman dan menjadi salah satu syarat di dalam

penyelesaian studi di program studi ilmu gizi, fakultas kesehatan

massyarakat UNHAS.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Mikro

Asupan Zat Gizi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang untuk

memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari

(Suharjo, 1999). Asupan makanan perlu diperhatikan sepenuhnya, Asupan

makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar ataupun memenuhi selera,

tetapi juga harus mencukupi kebutuhan gizi.

Produksi energi serta pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh guna

mempertahankan kehidupan dan kesehatan membutuhkan berbagai kegiatan

fisiologis dan metabolisme yang saling berkaitan. Hal ini membutuhkan

pengaturan dan pengontrolan oleh berbagai unsur berupa hormon-hormon dan

enzim-enzim. Zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral terutama berperan

sebagai faktor koenzim untuk membantu enzim tertentu dalam menjalankan

tugasnya. Dalam hal ini vitamin dan mineral berperan sebagai zat pengatur.

1. Vitamin

Vitamin adalah ikatan organik yang terdapat dalam pangan, Jumlah

vitamin yang dibutuhkan oleh manusia relatif sangat kecil, namun

kekurangan dari salah satu vitamin dapat menyebabkan gangguan

metabolisme pada tubuh. Pada umumnya kebutuhan vitamin diperoleh

dari makanan, meskipun ada bebrapa jenis vitamin yang dapat diproduksi

oleh tubuh namun kebutuhan belum dapat terpenuhi tanpa suplementasi


11

dari bahan makanan yang dikonsumsi. Setiap vitamin berbeda-beda di

dalam hal susunannya, sifat - sifatnya maupun pengaruhnya. Oleh sebab

itu vitamin yang digolongkan atas dua kelompok yaitu vitamin yang larut

dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam

air adalah Vitamin B kompleks, dan Vitamin C. Sedangkan yang larut

dalam lemak adalah Vitamin A, D, E, dan Vitamin K (Almatsier, 2011) .

a. Vitamin Larut Lemak

1) Vitamin A (Retinol)

Vitamin A terdapat dalam makanan dalam dua

bentuk pertama vitamin A dalam bentuk jadi, yang

terdapat di dalam makanan hewani, biasanya bersama

lemak dan yang kedua dalam bentuk prekursor, yang pada

tubuh diubah menjadi vitamin A, prekursor vitamin A

terutama dalam bentuk β-karoten, yaitu pigmen dalam

makanan nabati, yang menyumbang kurang lebih dua

pertiga kebutuhan vitamin A sehari. Fungsi utama A

adalah untuk penglihatan, pembentukan dan pemeliharaan

jaringan epitel, yang merupakan penghalang utama

terjadinya infeksi.

2) Vitamin D (Kalsitrol)

Vitamin D berupa hormon yang di bentuk dalam

tubuh, pertama melalui radiasi cahaya matahari terhadap

prekursor ikatan kolesterol di bawah kulit, produk antara

11
12

yang disentesis di dalam hati, kemudian pembentuk aktif

dalam ginjal. Fungsi utama vitamin D adalah pengaturan

metabolisme tulang dan mineral, mengatur proses dasar

sel yang berkaitan dengan perkembangbiakan dan

diferensiasi sel.

3) Vitamin E (Tokoferol)

Vitamin E atau Tokoferol mempunyai fungsi vital

sebagai antioksidan yaitu mencegah pemecahan jaringan

tubuh oleh oksigen atau proses oksidasi. Sebagai

antioksidan larut lemak, vitamin E melindungi asam

lemak membran sel dari kerusakan.

b. Vitamin Larut Air

1) Vitamin B

Vitamin golongan ini disebut vitamin urat syaraf

oleh karena mempunyai pengaruh terhadap urat syaraf.

Vitamin ini terdiri beberapa derivat/turunan antara lain

Vitamin B1(thiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3

(niasin), Vitamin B6 (piridoksin), Asam pantotenat, Biotin,

Vitamin B11 (asam folat), dan Vitamin B12 (kobalamin).

2) Vitamin C

Dari semua jenis vitamin yang ada, Vitamin C

paling mudah rusak oleh panas dan cahaya, oleh sebab itu

vitamin ini merupakan suatu zat reaktor yang kuat. Fungsi


13

utama dari Vitamin C adalah membantu proses

pembentukan kalogen yakni sejenis protein yang

merupakan komponen utama dalam jaringan ikat, tulang

rawan, matriks tulang, gigi dan lapisan enddothelium

pembuluh darah. Kekurangan vitamin ini dapat

menyebabkan gusi berdarah, luka sukar sembuh, bentuk

tulang tidak normal, kekurangan darah dan penyakit

skorbut.

2. Mineral

Mineral merupakan unsur-unsur anorganik tunggal yang luas

terdapat di alam. Tubuh manusia memerlukan elemen tertentu yang

disebut mineral. Mineral berperan aktif dalam pengontrolan proses

metabolisme secara keseluruhan yang disebut juga sebagai zat pengatur,

disamping itu mineral juga berperan sebagai zat pembangun. Hampir 4%

dari berat tubuh manusia terdiri dari mineral. Setiap hari 10-30 gram

mineral dibuang oleh tubuh dan harus diganti secara teratur. Mineral

dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah yang sangat bervariasi, sehingga

mineral dibedakan dalam mineral makro dan mineral mikro.

a. Mineral makro

Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh

sebanyak lebih dari 100 mg/hr. Mineral ini merupakan 60%-80%

dari bahan organik didalam tubuh. Ada tujuh jenis mineral makro
14

yaitu Kalsium (Ca), Fosfor (P), Natrium (Na), Kalium (K),

Magnesium (Mg), Klor (Cl), dan Sulfur (S).

b. Mineral mikro

Mineral mikro terdapat dalam jumlah lebih kecil dalam

tubuh, yang merupakan 20%-40% dari bagian anorganik didalam

tubuh. Mineral mikro diperlukan untuk membantu proses

metabolisme spesifik dalam tubuh, dibutuhkan oleh tubuh kurang

dari 100 mg/hari. Terdapat 10 jenis mineral mikro yaitu: Besi

(Fe), Yodium (I), Zinc (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn),

Kromium (Cr), Kobal (Co), Selenium (Se), Molibdenum (Mo)

dan Fluor (F).

B. Tinjauan Umum Tentang Survey Konsumsi

Untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian

konsumsi pangan individu. Penilaian konsumsi pangan dilakukan untuk

mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam

jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam survey konsumsi pangan terdapat

tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta

gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui

frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali

informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk

mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi

zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau
15

daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar

Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM)

(Supariasa, 2002).

Metode Penilaian konsumsi makanan merupakan salah satu metode yang

digunakan dalam menilai asupan zat gizi. Metode dan pengukuran jumlah dan

jenis konsumsi makanan untuk individu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Food Recall 24 jam

Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka

metode FR 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling

banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan

metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak

memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian

diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode FR

24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di

samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga

(URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan

pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang

dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti, 2009).

Prinsip dari metode FR 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang la1u.

Dalam metode FR 24 jam, responden, disuruh menceritakan semua yang

dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu termasuk cara memasak

dan merek makanan bila dibeli dalam bentuk kemasan. Biasanya dimulai
16

sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya,

atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke

belakang sampai 24 jam penuh (Supariasa, 2002).

Recall satu kali 24 jam cukup untuk mengetahui rata-rata asupan zat

gizi untuk kelompok besar. Kelamahan Metode ini kurang cocok untuk

mengetahui asupan makan perorangan. Sehingga hendaknya metode FR 24

jam dilakukan bersamaan dengan metode lain seperti metode kuesioner

dan Frekuensi makanan (Moesijanti, 2011).

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dengan FR 24 jam data

yang diperoleh lebih bersifat kualitatif. Oleh karna itu untuk mendapatkan

data yang kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan

secara teliti dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (sendok, gelas,

piring dan lain-lain) (Supariasa, 2002).

Keberhasilan FR 24 jam tergantung pada daya ingat responden,

kemampuan responden memperkirakan porsi atau berat makanan dan

minuman yang di konsumsi, tingkat motivasi responden dan kegigihan

pewawancara (Moesijanti, 2011).

Untuk membantu responden mengingat makanan yang

dikonsumsinya, maka metode ini sering membutuhkan alat bantu yang

disebut food model, akan tetapi kadangkala responden memperkirakan

secara berlebihan (overestimate) terhadap asupan rendah atau menduga

kerendahan (underestimate) terhadap asupan yang tinggi.


17

Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam)

maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu. Pengukuran FR 24 jam sebaiknya dilakukan

berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya

dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat

menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan

variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson, 2005).

Menurut Achadi (2007) Food Recall 24 jam memiliki berbagai

kelebihan, yaitu:

a. Mendapatkan informasi yang detail tentang jenis dan jumlah

makanan dan minuman yang di konsumsi.

b. Beban responden rendah

c. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok.

d. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk

memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2

atau kali dan dipilih weekend dan weekday.

Selain memiliki berbagai kelebihan, food recall juga memiliki

berbagai keterbatasan, yaitu :

a. Sering terjadi under/over reporting

b. Bergantung pada memori.

c. Bila dilakukan hanya satu hari, tidak dapat menggambarkan

kebiasaan makan.

2. Food record (pencatatan makanan)


18

Metode ini disebut juga diary records, yang digunakan untuk

mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Food record biasanya lebih

akurat jika makanan yang dimakanan dicatat pada hari yang sama. Asupan

zat gizi individu dikalkulasikan dan dirata-ratakan pada akhir waktu, lalu

dibandingkan dengan anjuran asupan makanan (Krause, 2000).

Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang dimakan

dan diminum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga, atau

menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari

berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut

(Supariasa, 2002). Lamanya hari pencatatan disesuaikan dengan keadaan,

dapat saja tiga, lima atau tujuh hari bila variasi makanannya beragam

(Moesijanti, 2011).

3. Penimbangan makanan ( food weight )

Metode penimbangan adalah metode paling akurat untuk

memperkirakan konsumsi makanan dan asupan zat gizi. Pada metode ini

petugas atau responden menimbang dan mencatat seluruh makanan yang

dikonsumsi responden selama satu hari bila terdapat sisa makanan setelah

makan, maka sisa tersebut perlu ditimbang untuk mengetahui jumlah

sesungguhnya makanan yang dikonsumsi (Supariasa, 2002). Metode ini

menuntut responden tidak buta huruf, memahami cara menghitung dan

mencatat, metode ini lebih banyak membebani responden dari pada FR 24

jam, sehingga tingkat menjawabnya rendah dan jumlah sampel menjadi

kecil dan tidak representatif (Moesijanti, 2011).


19

4. Metode riwayat makan (dietary history)

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran tentang

asupan makanan berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama.

Seperti selama satu bulan atau satu tahun yang lalu. Metode ini

dikembangkan oleh Burke pada tahun 1940, kelebihan metode ini adalah

dapat memperoleh keterangan tentang asupan zat gizi responden pada

umumnya. Metode ini merupakan salah satu cara terbaik untuk

memperoleh perkiraan asupan zat gizi yang biasanya diperoleh responden.

Sedangkan kelemahannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan wawancara antara 1-2 jam, dibutuhkan pewawancara terlatih,

mahal dan asupan zat gizi cenderung dilaporkan secara berlebihan, metode

ini tidak cocok untuk digunakan dalam survey besar (Moesijanti, 2011).

5. Metode frekuensi makanan ( food frekuensi)

Tujuan dari Metode ini adalah untuk memperoleh data tentang

frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi pada waktu lalu.

Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makanan. Cara

ini merekam tentang berapa kali konsumsi bahan makanan sehari,

seminggu, sebulan atau waktu tertentu (Supariasa, 2002). Pada metode

food frekuensi tidak dilakukan standar ukuran porsi yang digunakan hanya

frekuensi berapa sering responden memakan makanan tersebut dan tidak

dilakukan dilakukan penimbangan ukuran porsinya sedangkan metode

Semi- Quantitatif suatu penelitian menerangkan hubungan antara nutrisi

dan asupan makan. Semi- Quantitatif memberikan gambaran ukuran porsi


20

yang dimakan seseorang dan frekuensi makan dalam waktu tahun, bulan,

mingggu dan hari makanan yang dimakan oleh responden serta

memberikan gambaran ukuran yang dimakan oleh responden dalam

bentuk, besar, sedang dan kecil.

Prinsip dan penggunaan metode frekuensi makanan (FFQ), (Khonson,

2002 dalam Rahmawati 2010):

1. Kuesioner Frekuensi makanan (FFQ) menilai energy dan atau

intake gizi dengan menentukan seberapa sering seseorang

mengkonsumsi sejumlah makanan yang merupakan sumber nutrisi

utama atau dari komponen makanan tertentu dalam pertanyaan per

hari, minggu atau bulan selama periode waktu tertentu (biasa nya 6

bulan sampai 1 tahun).

2. Menyediakan data tentang kebiasaan asupan nutrisi yang dipilih,

makanan tertentu atau kelompok-kelompok makanan.

3. Kombinasi khusus dari makanan dapat digunakan sebagai predictor

untuk asupan nutrisi tertentu atau non-gizi, asalkan komponen

asupan makanan terkonsentrasi dalam jumlah yang relative kecil

makanan atau kelompok makanan tertentu, misalnya konsumsi

vitamin C diperkirakan dari buah-buahan segar dan jus buah.

4. FFQ sering dirancang untuk mendapatkan informasi tentang aspek-

aspek tertentu dari diet, seperti lemak makanan atau vitamin

tertentu atau mineral dan aspek lain nya mungkin kurang baik

dicirikan.
21

5. Kuesioner ini terdiri dari daftar sekitar 100 atau lebih sedikit

makanan individu atau kelompok makanan yang contributor

penting untuk intake energy penduduk atau nutrisi khusus menarik

lainnya.

6. FFQ biasanya dikelola sendiri dan karena itu dirancang mudah

untuk diselesaikan oleh subyek penelitian (diwawancarai oleh

pewawancara atau mengisi kuesioner computer atau melalui

telepon).

FFQ terbagi dalam beberapa jenis antara lain (Gibson, 2005):

1) Simple or nonquantitatif FFQ

Jenis FFQ seperti ini biasanya tidak memberikan pilihan tentang

porsi yang biasa dikonsumsi, sehingga menggunakan standar porsi.

2) Semi- Quantitatif FFQ

Metode ini tidak hanya melihat bahan makanan yang dikonsumsi

oleh sampel, melainkan juga melihat besar porsi atau banyaknya

bahan makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Metode SQ-FFQ

(Semi-Quantitatif Food Frequency) adalah metode yang digunakan

untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah

bahan makanan yang dikonsumsi selama periode tertentu seperti

setiap hari, minggu, bulan dan tahun. Selain itu dengan metode

frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi

bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode

pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu


22

berdasarkan asupan zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan

dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa dkk, 2002). Bahan

makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah bahan

makanan yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh

responden.

3. Quantitatif FFQ

Jenis FFQ yang memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi

responden, seperti kecil, sedang dan besar.

Metode ini relatif murah dan sederhana, dan dapat dilakukan

sendiri oleh responden, kelemahannya tidak bersifat kuantitatif,

dibutuhkan kejujuran responden, serta memerlukan percobaan

pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan di

masukkan ke dalam kuesioner (Moesijanti, 2011).

C. Tinjauan Umum Tentang Validitas konsumsi Makanan

Validitas menentukan adekuasi pengukuran. Valid artinya apabila apa

yang dihasilkan adalah refleksi atau interprestasi dari situasi sebenarnya.

Pengukuran dianggap valid bila metode atau alat yang digunakan mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Gibson, 2005). Studi yang

membandingkan dua pegukuran yaitu antara pengukuran yang baru dengan

pengukuran yang sudah diterima karena terpecaya dalam akurasi ( gold standard)

disebut studi validasi.


23

Validitas dapat didefenisikan sebagai perbandingan dari metode

"pengujian" dengan metode lain, yang diistilahkan sebagai metode "referensi",

yang memiliki tingkat yang lebih besar dari validitas (Gibson, 2005).

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi

dari suatu instrumen dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang

digunakan dalam suatu penelitian. Validitas didasarkan pada nilai koefisien

korelasi, koefisien korelasi merupakan ketetapan peneliti, nilai koefisien korelasi

minimal yang dianggap valid tentunya berbeda-beda bergantung pada keputusan

peneliti. Walaupun demikian terdapat nilai korelasi yang cukup populer

digunakan yaitu sebesar 0,3.

Menurut Willet (1990) ada beberapa cara untuk menguji validitas suatu

metode survey konsumsi, yaitu :

- melakukan observasi langsung terhadap makanan yang

dikonsumsi responden.

- menimbang semua bahan makanan yang sudah dipilih sebelum

mulai makan

- membandingkan dua metode yang digunakan dalam survey

konsumsi

- melakukan analisis kimia dari sebagian contoh makanan yang

diambil dari responden pada waktu makan.

- melakukan pemeriksaan biokimia terhadap variabel yang

berhubungan secara fisiologis dengan zat gizi yang dimaksud.


24

Validitas pengukuran dipengaruhi oleh bias pengukuran, makin besar bias,

makin kurang valid pengukuran (Sastroasmoro, 2002). Validitas yang rendah

dipengaruhi dari sistematik error (bias) pada pelaporan asupan makanan (Barbara,

2003).

Presisi dan akurasi metode pembanding harus lebih tinggi dari metode

yang diuji, dan pengujian harus menguji parameter yang sama dan kerangka

waktu yang sama pula (Supariasa, 2002).

Presisi adalah kemampuan suatu metode dapat memberikan hasil yang

relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi ditentukan oleh

kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di antara

kedua pengukuran. Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi

ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :

a. Lama waktu pengamatan yang digunakan

b. Macam populasi yang diteliti

c. Zat gizi yang ingin diketahui

d. Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya

e. Varians antara dan intra responden.

f. Besar sampel memiliki nilai yang baik untuk memperkirakan nilai

mean serta menguji hipotesisi (Sastroasmoro, 2002).

Presisi dapat dilihat dari beberapa cara seperti : beda mean absolut, beda

mean sebagai persentase mean asupan, koefisien korelasi, koefisien variasi yang

berbeda pada tiap individu (Barbara, 2003).


25

D. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh

atau menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas

lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik

(Hurlock, 1992). Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004), masa

remaja adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang

mengalam perkembangan semua aspek/fungsi untuk mamasuki masa

dewasa. Masa remaja dan berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21

tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Sedangkan

menurut zakaria derajat dalam masa remaja, anak akan mengalami masa

pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

psikisnya. Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja

(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara anak-

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, konginitif, dan

sosial emosional (Anonim,2010).

Batasan usia remaja yang umumnya digunakan oleh para ahli

adalah antara 12-21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya

dibedakan atas tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun masa remaja awal, 15-18

tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Tetapi

Maonks, Knores dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat

bagian yaitu masa pra remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun,
26

masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun

(Anonim, 2010).

2. Kebutuhan zat gizi mikro pada remaja

Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramastis dalam

diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan

kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia

remaja (Soetardjo, 2011). Periode remaja merupakan salah satu tahapan

kehidupan seseorang dimana pertumbuhan berat badan dan tinggi badan

mengalami puncaknya. Untuk mendukung proses pertumbuhan yang cepat

ini maka seorang remaja membutuhkan dukungan zat gizi yang cukup.

Remaja yang memiliki asupan gizi yang cukup akan memiliki kondisi

tubuh yang lebih sehat dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari dengan

baik (Kuniasih, 2010).

Remaja membutuhkan energi dan nutrient untuk melakukan

deposit jaringan. Jika asupan nutrisi berlangsung optimal maka

pertumbuhan potensialnya akan terpenuhi/berlangsung optimal pula. Total

nutrien yang dibutuhkan jauh lebih tinggi pada masa remaja dari pada

ketika menjalani siklus kehidupan yang lain. Kegagalan mengkonsumsi

diet yag adekuat pada waktu ini dapat menyebabkan kematangan seksual

terlambat dan pertumbuhan mengalami perlambatan atau terhenti.

Kebutuhan nutrien tertinggi terjadi pada puncak percepatan pertumbuhan.

Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya, dan

selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutriennya.


27

a. Kebutuhan Mineral Pada Masa Remaja

Kebutuhan semua mineral selama masa remaja menigkat.

Remaja yang berada dalam masa puncak pertumbuhan zat gizi

dalam jumlah besar. Pada tahun-tahun masa pertumbuhann cepat,

remaja membutuhkan mineral kalsium, besi, zinc, magnesium dan

nitrogen dua kali lebih besar dibandingkan tahun yang lain.

1) Kebutuhan Kalsium

Kebutuhan kalsium pada usia remaja lebih banyak

dibandingkan dengan usia anak dan usia dewasa karena

peningkatan perkembangan otot, kerangka tubuh dan

kelenjar endokrin. Pada puncak pertumbuhan cepat,

penyimpanan kalsium harian dapat mencapai dua kali

lipat dari rata-rata penyimpanan selama periode usia

10-20 tahun.

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat

menyebabkan pengurasan massa dan kekerasan tulang

yang sedang dibentuk. Sedangkan kelebihan kalsium

dapat berpengaruh negatif terhadap penyerapan zinc,

besi, dan mangan. Kebutuhan kalsium di pengaruhi

oleh ketersediaan biologis, aktivitas fisik dan

keberadaan zat gizi lain. Angka kecukupan kalsium

pada remaja adalah 1000 mg/hari, baik untuk laki-laki

maupun perempuan. Hasil survey makanan yang


28

dilakukan oleh National institute of health

( worthington dan williams, 2000) menunjukkan bahwa

remaja perempuan mempunyai resiko lebih besar

kekurangan asupan kalsium. Banyaknya konsumsi

minuman ringan bikarbonat merupakan salah satu

faktor menurunnya asupan kalsium, selain itu minuman

bikarbonat umumnya mengandung kafein yang dapat

meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urin.

2) Kebutuhan Besi

Kebutuhan besi selama masa remaja meningkat.

Peningkatan tajam terjadi terutama pada anak laki-laki,

karena diperlukan untuk penambahan volume darah dan

kenaikan konsentrasi hemoglobin, sehubungan dengan

terjadinya kematangan seksual. Laju pertumbuhan pada

remaja perempuan tidak secepat laki-laki, tetapi haid

biasanya dimulai satu tahun setelah puncak

pertumbuhan. Tambahan besi diperlukan untuk

mengganti besi yang hilang selama haid.

3) Kebutuhan Zinc

Zinc berperan dalam sintesis DNA dan RNA. Selain

itu Zinc juga berperan dalam pertumbuhan dan

kematngan seksual. Asupan makanan yang

mengandung seng yang terbatas dapat mempengaruhi


29

pertumbuhan fisik dan perkembangan karakteristik

seksual sekunder.

Angka kecukupan Zinc pada remaja laki-laki usia

10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun secara

berturut-turut adalah 14,0 mg, 17,4 mg, dan 17,0

mg/hari, sedangkan untuk remaja putri dengan usia

yang sama secara berturut-turut adalah 12,6 mg, 15,4

mg dan 14,0 mg/hari.

4) Kebutuhan Fosfor

Kebutuhan Fosfor pada remaja dibutuhkan untuk

pembentukan tulang dan gigi, Fosfor diabsorbsi

bersama kalsium dan dibantu Vitamin D, sehingga

kekurangan fosfor pada remaja dapat mengakibatkan

gangguan pertumbuhan dan kehilangan pada massa

tulang.

b. Kebutuhan Vitamin

Kebutuhan vitamin selama remaja meningkat. Karena

kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan tiamin, riboflafin,

meningkat untuk melepas energi yang berasal dari metabolisme

karbohidrat. Kebutuhan vitamin B6, asam folat, dan vitamin B12

meningkat karena peningkatan sintesis jaringan. Peningkatan

kebutuhan vitamin D terjadi untuk pertumbuhan cepat kerangka


30

tubuh. Vitamin A,vitamin C, dan vitamin E dibutuhkan untuk

pertumbuhan sel-sel baru.

Kebutuhan vitamin berhubungan dengan tingkat

kematangan remaja dibandingkan dengan usia kronologis, karena

tuntutan pertumbuhannya. Pada umumnya kebutuhan vitamin

dapat terpenuhi dengan cara memilih makanan yang baik. Tanpa

suplemen, kecuali pada remaja yang memerlukan diet khusus,

mempunyai gangguan makan atau penyakit kronis, atau kebiasaan

memilih makanan yang kurang baik yang sukar diperbaiki.

1) Kebutuhan Vitamin A

Kebutuhan Vitamin A bagi remaja untuk Mencegah

masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun,

juga berperan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel termasuk sel-sel tulang, vitamin

A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah,

kemungkinan melalui interaksi sel darah merah

sehingga dapat mencegah anemia, serta menjaga

kesehatan kulit.

2) Kebutuhan Vitamin D

Vitamin D Diperlukan untuk memperkuat dan

pemeliharaan tulang bersama dengan Vitamin A dan

Vitamin C serta kalsium dan fosfor, fungsi khusus

vitamin D membantu penyerapan kalsium dan fosfor


31

oleh tubuh sehingga dapat membantu pengerasan

tulang.

3) Kebutuhan Vitamin E

Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat

melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting

untuk kesehatan sel darah merah dan mencegah

terjadinya Anemia pada remaja putri.

4) Kebutuhan Asam Folat

Asam folat adalah salah satu vitamin B yang

merupakan komponen kunci dalam pembuatan DNA

dan RNA, Folat yang memainkan peran sangat penting

dalam perkembangan otak dan fungsi otak, penelitian

menunjukkan bahwa asupan folat memiliki hubungan

positif dengan prestasi akademis siswa di sekolah,

selain itu Asam Folat juga berperan dalam Membantu

proses pembentukan sel darah merah, sehingga dapat

mencegah terjadinya anemia megaloblastik pada

remaja.

5) Kebutuhan Vitamin B12

Selain berfungsi untuk merubah karbohidrat

menjadi energi. Vitamin B12 juga bermanfaat dalam

proses pembentukan sel darah merah sehingga dapat

mencegah terjadinya Anemia perininosa pada remaja.


32

6) Kebutuhan Vitamin C

Vitamin C pada remaja Dibutuhkan untuk

pembentukan kolagen, yaitu jaringan tissue yang

menahan sel. Juga penting untuk pertumbuhan tulang,

gigi & gusi, serta pembuluh darah. Vitamin C juga

membantu penyerapan zat besi & kalsium, membantu

dalam proses penyembuhan luka dan meningkatkan

fungsi otak.

Angka kecukupan gizi pada Usia remaja dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1. Angka kecukupan Zat gizi Mikro usia remaja
Zat gizi Laki-laki Perempuan
Kelompok Usia (Tahun) Kelompok Usia (tahun)
10-12 13-15 16-18 10-12 13-15 16-18
Vitamin A (RE) 600 600 600 600 600 600
Vitamin D(µg) 5 5 5 5 5 5
Vitamin E (mg) 11 15 15 11 15 15
Vitamin K (µg) 35 55 55 35 55 55
Tiamin (mg) 1,0 1,2 1,3 1,0 1,1 1,1
Riboflavin (mg) 1,0 1,2 1,3 1,0 1,0 1,0
Niasin (mg) 12 14 16 12 13 14
Asam Folat (µg) 300 400 400 300 400 400
Piridoksin (mg) 1,3 1,3 1,3 1,2 1,2 1,2
Vitamin B12 (µg) 1,8 2,4 2,4 1,8 2,4 2,4
Vitamin C (mg) 50 75 90 50 65 75
Kalsium (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Fosfor (mg) 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Magnesium (mg) 170 220 270 180 230 240
Besi (mg) 13 19 15 20 26 26
Yodium (µg) 120 150 150 120 150 150
Seng (mg) 14,0 17,4 17,0 12,6 15,4 14,0
Selenium (µg) 20 30 30 20 30 30
Mangan (mg) 1,9 2,2 2,3 1,6 1,6 1,6
Fluor (mg) 1,7 2,3 2,7 1,8 2,4 2,4

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004.


33

3. Masalah gizi pada remaja

Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab.

Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan

pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramastis. Kedua, perubahan

gaya hidup dan kebiasaan makan remaja yang mempengaruhi baik asupan

maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja mempunyai kebuthan gizi

khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olah raga, menderita

penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet yang berlebihan, pencandu

alkohol atau obat terlarang (Soetardjo, 2011).

Masalah yang sering timbul pada masa remaja yaitu makan tidak

teratur. Pada masa remaja aktivitas tinggi, baik kegiatan di sekolah

maupun diluar sekolah. Mereka sering makan dengan cepat lalu keluar

rumah. Tidak jarang mereka makan diluar rumah, dengan risiko mereka

makan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang. Banyak iklan

makanan dengan sasaran remaja, antara lain restoran fast food. Oleh

karena itu sebaiknya di rumah di sediakan sayur dan buah segar, untuk

menjaga agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Pola makan remaja sering

kacau, tidak jarang mereka makan pagi dan siang dijadikan satu, remaja

perempuan cenderung sering melakukan diet dibanding remaja laki-laki.

Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka

memerlukan makan lebih sering atau dalam Jumlah yang banyak, agar

pertumbuhannya optimal (Soetjiningsih, 2002).


34

Banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan

dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi

remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain, adapun masalah gizi yang

biasa dialami pada fase remaja akibat defisensi zat gizi mikro adalah

anemia (Khomsan, 2003).

Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin

dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada umumnya anemia

lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan

dengan pria. Penyebab aneima gizi besi adalah kurangnya asupan

zat besi, berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya

kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit

malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan

yang kurang tentang anemia.

Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja

berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang

lebih tinggi termasuk zat besi. Adanya siklus menstruasi setiap

bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah

terkena anemia defisiensi besi. Selain itu, remaja putri biasanya

sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang

membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap

makanan seperti pada diet vegetarian (Sediaoetama, 2006).


35

Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi ini pada

remaja puteri adalah apabila remaja puteri nantinya hamil, maka ia

tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga

janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia

ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian

maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian pranatal

(Hayati, 2010).

E. Kerangka Teori

Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramastis dalam diri

seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan

yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. (Soetardjo,

2011).

Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh

untuk pertumbuhan dan perkembangannya, jumlah makanan yang cukup sesuai

dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna

menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut

kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta

prestasinya. Konsumsi makanan remaja yang salah akan mengakibatkan

munculnya masalah gizi karena ketidak seimbangan konsumsi makanan secara

fisik.
36

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Faktor Asupan Zat SQ- FFQ


psikologi Gizi Mikro
(pola makan)
- Gaya hidup
- Praktek dan
pola budaya
- Gangguan FR 24 jam
makan
Status Gizi
Remaja

Faktor sosial
ekonomi
- Penyediaan
makanan
- Kurangnya
ketersediaan
pangan
- Kurangnya
akses terhadap
makanan
bergizi dan
keamanan
makanan

Sumber : WHO (2005) modifikasi oleh peneliti.


37

F. Kerangka Fikir
Gambar 2.2. Pola Fikir Variabel Yang Diteliti.

Asupan Zat Gizi Mikro :


Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Asam Folat
Vitamin B12
Vitamin C
Kalsium
Fosfor
Besi
Zinc

Metode Metode
Validasi
Semi-Quantitatif FFQ Food Recall 24 jam

Keterangan:
: Variabel Yang diteliti

: Perbandingan

G. Defenisi Operasional

1. Asupan Zat Gizi Mikro

Defenisi operasional :

Asupan zat gizi Mikro (Vitamin A,Vitamin D, Vitamin E, Asam Folat,

Vitamin B12, Vitamin C, Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc) adalah semua zat

gizi mikro yang berasal dari makanan, minuman dan suplemen yang di

konsumsi remaja.
38

2. Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire

Defenisi Operasional:

Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire adalah kuesioner

makanan yang berisi sejumlah bahan makanan maupun makanan jadi yang

mangandung vitamin dan mineral dalam kurun waktu sebulan terakhir.

Dengan menambahkan perkiraan jumlah porsi yang dikonsumsi remaja

melalui metode wawancara yang dilakukan sebanyak 1 kali.

3. Food Recall 24 jam

Defenisi Operasional :

Food Recall 24 jam adalah metode yang dilakukan melalui wawancara

dengan mencatat semua jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, yang

dilakukan selama 2 kali 24 jam pada hari yang berbeda, yakni Satu hari

mewakili hari kerja dan satu hari untuk mewakili hari libur.

4. Validasi

Definisi Operasional:

Validasi adalah membandingkan asupan zat gizi mikro sebagai hasil dari

metode Semi-Quantitatif FFQ dalam memperkirakan atau mengukur

asupan gizi, dengan rata-rata asupan metode Food Recall 24 jam sebagai

standar acuan, yang dilakukan 2 x 24 jam.


39

H. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada perbedaan jumlah rata-rata asupan zat gizi mikro

(Vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium,

Fosfor, Besi, Zinc) menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ

dengan metode Food Recall 24 jam.

b. Tidak ada korelasi asupan zat gizi mikro (Vitamin A, D, E, B12,

Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc)

menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food

Recall 24 jam.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada perbedaan jumlah rata-rata asupan zat gizi mikro (Vitamin A,

D, E, B12, Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc)

menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food

Recall 24 jam.

b. Ada korelasi asupan zat gizi mikro (Vitamin A, D, E, B12, Asam

Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc) menggunakan

metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food Recall 24 jam


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey analitik dengan

uji validasi untuk melihat perbedaan dan korelasi jumlah asupan zat gizi mikro

dengan metode Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dengan Food

Recall 24 jam pada remaja.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Athirah

Makassar. Waktu dilaksanakannya penelitian pada Tanggal 8 sampai 22 April

2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu.

Kumpulan yang diukur atau diamati ciri-ciri disebut populasi studi

(Budiarto, Eko. 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

dan XI yang berada di SMA Islam Athirah Makassar. Jumlah populasi

dalam penelitian adalah 247 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian subjek atau invidu dalam populasi yang diteliti.

Sampel di ambil dengan metode purposive sampling. Jumlah Sampel

adalah siswa kelas X dan XI yang dipilih dengan kriteria khusus di SMA

65
41

Islam Athirah makassar sebanyak 93 siswa. Dimana pemilihan besar

sampel dalam uji validasi sebagai berikut ( Dahlan MS,2010 ) :

( )
n ={ [( )⁄( )]
} +3

( )
n ={ [( )⁄( )]
}

n = 93 orang (sampel minimum)

Dimana:r = Kofisien Korelasi (0,3)

= Kesalahan tipe 1 (5% : 1,64)

= Kesalahan tipe 2 (10% : 1,282)

Dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang dipenuhi oleh

responden sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian, yang

termaksud krteria inklusi adalah :

1) Siswa kelas X dan XI

2) Bersedia menjadi responden

3) Berada ditempat saat penelitian berlangsung

b. Kriteria Eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan responden yang

memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian, yang

termaksud kriteria eksklusi adalah siswa yang sakit pada waktu

penelitian berlangsung.
42

D. Instrumen penelitian

Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Kuesioner Formulir SQ-FFQ

Proses uji coba kuesioner dilakukan pada siswa SMA Islam Athirah

Makassar yang berjumlah 20 siswa dan bukan termaksud siswa yang

menjadi responden dalam penelitian ini. Siswa tersebut mewakili 20%

dari total responden dalam penelitian. Hasil uji coba kuesioner semi-

Quantitatif food frequency questionnaire dari 189 bahan makanan dan

minuman yaitu 163 item. Apabila ada bahan makanan dan minuman

yang tidak dikonsumsi atau hanya satu dari dua puluh remaja yang

mengkonsumsi bahan makanan tersebut maka kami eksklusi dari

kuesioner SQ-FFQ.

b. Food Recall 24 jam.

c. Food picture

Langkah- langkah dalam proses pembuatan dari Food picture yaitu

1. Dengan mengumpulkan semua bahan makanan mentah, makan jadi,

cemilan dan minuman yang umum dikonsumsi oleh remaja dan

khususnya makanan dan minuman yang berada di SMA Islam

Athirah Makassar.

2. Semua bahan makanan dan minuman disesuaikan dengan porsi yang

biasanya dikonsumsi (porsi sedang) yang merujuk pada standar

ukuran rumah tangga


43

3. Kemudian bahan makanan dan minuman di timbang menggunakan

timbangan digital.

4. Untuk pemotretan menggunakan kamera standar dengan sudut

pandang dan jarak lensa ke objek 50 cm sama pada semua sampel

makanan dan minuman. Pada saat pemotretan built-in flash

dimatikan agar hasil dari foto akan lebih bagus karena flash dari

kamera bisa menyebabkan pantulan cahaya dari benda- benda yang

permukaannya mengkilap seperti sendok, piring dan semacamnya.

5. Selanjutnya food picture inilah yang digunakan sebagai alat bantu

dalam melakukan wawancara FR 24 jam dan SQ -FFQ.

d. Program komputer (Program SPSS, dan NutriSurvey Indonesia).

e. Alat tulis menulis.

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer.

Untuk pengambilan data primer dilakukan wawancara dengan metode

SQ-FFQ dan FR 24 jam, Dimana proses wawancara dilakukan di SMA

Islam Athirah. Sebelumnya siswa diminta kesediaanya untuk menjadi

responden dengan menandatangani surat persetujuan menjadi

responden, Wawancara dilakukan terlebih dahulu untuk metode FR 24

jam selama 2 hari yakni satu hari untuk mewakili hari kerja, dan satu

hari untuk mewakili hari libur melalui prosedur mencatat semua jenis

makanan, minuman dan suplemen yang dikonsumsi responden selama

24 jam sebelumnya. Wawancara pertama untuk FR 24 jam hari libur di


44

lakukan pada hari senin. Dan wawancara kedua FR 24 jam hari kerja

dilakukan pada rentan hari rabu-jumat. Sedangkan untuk metode SQ-

FFQ dilakukan satu minggu sesudah FR 24 jam, dimana responden

ditayakan konsumsi bahan makanan untuk periode satu bulan terakhir.

Dipilih untuk melakukan FR 24 jam terlebih dahulu karena dalam

penelitian ini FR 24 jam menjadi standar acuan untuk memvalidasi

SQ- FFQ serta makanan yang masuk ke dalam daftar SQ-FFQ adalah

bagian dari FR 24 jam sehingga akan mengurangi bias dari kuesioner

tersebut.

2. Data Sekunder.

Data sekunder adalah Data yang diperoleh dari pihak sekolah berupa

data demografi dan data jumlah siswa, serta data lain yang mendukung

dalam penelitian.

F. Pengolahan dan Penyajian data

Data yang telah dikumpulkan dalam kuesioner identitas responden diberi

nomor ID, kemudian dilakukan entry data. Pengolahan data untuk masing-masing

metode dilakukan dengan mengolah data asupan dengan menggunakan software

NutriSurvei Versi Indonesia, untuk kedua metode diambil data rata-rata asupan

perhari. Kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan disertai penjelasan.

G. Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis univariat
45

Analisis asupan zat gizi mikro dalam bahan makan dari metode SQ-

FFQ dan FR 24 jam diolah dengan menggunakan perangkat lunak

(software) program komputer nutrisurvey versi indonesia. Untuk

mengetahui rata-rata asupan dari metode SQ-FFQ dengan FR 24 jam

menggunakan analisis univariat dengan software program komputer.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata

asupan zat gizi mikro dianalisis dengan uji paired t-test untuk sebaran

data normal dan wilcoxon untuk sebaran data tidak normal di gunakan

dari program komputer, dan uji korelasi dianalisis dengan uji pearson

bila sebaran data normal. Bila sebaran data tidak normal digunakan uji

sperman. Dimana Interpretasi hipotesis null (H0) ditolak bila p<0,05

dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dalam penelitian digunakan uji

paired t-test dan wilcoxon untuk uji perbedaan sedangkan untuk

korelasi menggunakan uji pearson dan sperman rho. Untuk

mengetahui kekuatan korelasi digunakan koefisien korelasi.

Interpretasi nilai koefisien korelasi antara 0 – 1 adalah sebagai berikut

(Sopiyudin ,2011).

0,01 – 0,25 : Hubungan Lemah

0,26 – 0,50 : Hubungan Sedang

0,51 – 0,75 : Hubungan Kuat

0,76 – 1 : Hubungan Sangat Kuat


46

Gambar 3.3 Alur penelitian

Populasi
Siswa SMA Islam Athira

Uji Kelayakan Kuesioner


Tahap I SQ-FFQ

Tahap II Sampel siswa SMA


Tahap pemilihan sampel
berjumlah 93 orang

Kriteria Inklusi Kriteria Inklusi

1) Siswa kelas X Siswa yang sakit pada


dan XI waktu penelitian
2) Bersedia berlangsung.
menjadi sampel
3) Berada ditempat
saat penelitian
berlangsung

Tahap III Analisis Univariat


Food recall 24 jam
Pengumpulan data dengan nutrisurvey versi
1) Hari kerja
primer melalui indonesia
2) Hari libur
wawancara
Analisis Bivariat
SQ- FFQ 1) Uji normalitas data:
Uji Klomograov-
Smirnov
2) Uji perbedaan:Uji
Tahap IV SQ-FFQ
pared t
Analisis data Food Recall 24 jam test/willcoxon
3) Uji korelasi:
Formula
pearson/sperman
rho
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai Tanggal 8 April sampai 22 April 2013

tentang study validasi FR 24 jam dan SQ-FFQ pada remaja di SMA Islam

Athirah Makassar dengan jumlah sampel 93 orang. Adapun hasil dari pengolahan

data dapat disajikan sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada tahun 1984 dengan resmi didirikan Yayasan Pendidikan Hadji

Kalla, yayasan ini membangun fasilitas pendidikan di tingkatan Taman

Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mulai

beroperasi pada tahun pelajaran 1984/1985.

Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat pada

akhirnya turut mengubah nama ditiap jenjang pendidikan yang diretas

Yayasan Hadji Kalla dari Perguruan Islam Athirah menjadi Sekolah Islam

Athirah pada tahun ajaran 2006-2007.

Pihak yayasan ingin berupaya memenuhi tuntutan masyarakat akan

sekolah berkualitas dan beridealisme islam. Awal berdiri, sekolah-sekolah

tersebut hadir diatas bekas Gedung Makodau di Jl. Kajaolalido, namun

saat ini sekolah Islam Athirah telah melebarkan sayap hingga ke Bukit

Baruga karena peminat yang bertambah tiap tahunnya.

65
48

Adapun susunan pengurus Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan

Islam Hadji Kalla berdasarkan struktur organisasi adalah:

1. Pembina

Ketua : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

Anggota : Ir. H. Achmad Kalla

Drs. H. Suhaely Kalla

Ir. H. Halim Kalla

H. Muh. Aksa Mahmud

2. Pengurus

Ketua Umum : Dra. Hj. Fatimah Kalla

Ketua I : Muchlisa Jusuf Kalla, SE

Sekretaris Umum : Solichin Jusuf Kalla

Sekretaris I : Muhammad Zuhair, ST

Bendahara : H. Imelda Jusuf Kalla, SE

Bendahara I : Erwin Aksa Mahmud

3. Pengawas

Hj. Nuraini Kalla

Hj. Mufidah Jusuf Kalla

Dra. Hj. Farida Kalla

SMA Islam Athirah 1 Kajaolalido Makassar dibawah naungan Yayasan

Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla. Perguruan Islam Athirah

terletak di jalan Kajaolalido No. 22 Kelurahan Barru Kecamatan Ujung Pandang

kota Makassar. SMA Islam Athirah 1 Kajaolalido Makassar didirikan pada


49

tanggal 24 April 1984 dengan status sebagai sekolah swasta yang berakreditasi

‘A’. System pembelajaran yang diterapkan dalam SMA Islam Athirah 1

Kajaolalido Makassar adalah system moving class, dimana kelas disesuaikan

dengan mata pelajaran yang ada.

2. Deskripsi Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden yang meliputi kelas, umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMA Islam
Athirah Makassar Tahun 2013

Karakteristik N %
Kelas
X 53 57
XI 40 43
Umur (tahun)
14 4 4.3
15 35 37.6
16 38 40.9
17 16 17.2
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 45.2
Perempuan 51 54.8
Total 93 100
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa kelas yang dijadikan sampel

penelitian terbagi menjadi 2 tingkatan kelas, yaitu kelas X dan XI. Kelas X

dan XI masing-masing terdiri dari 2 kelas dengan jumlah secara keseluruhan

adalah 93 orang (57%) dan 40 orang (43%). Responden lebih banyak

tergolong dalam kelompok umur 16 tahun yaitu sebanyak 38 orang (40.9%)


50

dan kelompok umur 15 tahun yaitu 35 orang (37.6%) dibandingkan

kelompok umur 17 tahun yaitu 16 orang (17.2%) dan kelompok umur 14

tahun yaitu 4 orang (4.3%). Jenis kelamin responden yaitu responden laki-

laki sebanyak 42 orang (45.2%) dan responden perempuan sebanyak 51

orang (54.8%).

3. Hasil Pengukuran Asupan Zat Gizi Mikro

a. Rata-rata nilai asupan zat gizi mikro

Data asupan zat gizi mikro diperoleh dengan menggunakan

metode FR 24 Jam dan SQ-FFQ. Dimana asupan zat gizi mikro

meliputi vitamin dan mineral yaitu vitamin A, D, E, B12, C dan

Asam folat sedangkan mineral yaitu kalsium, Fosfor, Besi dan Zn.

Adapun distribusi rerata asupan zat gizi mikro pada kedua metode

tersebut antara lain seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3
Distribusi Rerata Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-Quantitatif
Food Frequency Questionnare Pada Asupan Vitamin Remaja di SMA
Islam Athirah Makassar Tahun 2013
VITAMIN
METODE A (RE) D (µg) E (mg) B12 (mg) Asam Folat C (mg)
(mg)
FR 24jam(1)
min-max 8.9-3357.1 0,3-100.6 0,3-8.2 0,1-8.4 9-256.3 0.1-1072
X±SD/median 3.503±2.219 4.9±1.1 3.1±3.0 1.6±1.4 79.1±193.0 53.2±24.76.

FR 24jam(2)
min-max 19.2-6681 0.3-101.0 1.0-9.0 0.3-5.4 2.0-233.2 0.2-329.0
X±SD/median 4.059±2.863 5.2±1.3 3.27±2.9 1.65±1,5 88.9±79.3 30.6±19.21
FR24jam(1+2)
min-max 18.9-3412 0.4-100.3 0.6-7.3 0.4-6.9 24.6-199.7 3.35-571.8
X±SD/median 3.781±266.7 5.0±1.9 3.2±2.9 1.6±1.6 84.0±74.8 41.9±26.3

SQ-FFQ
min-max 31.6-2051.6 0.2-102.3 1.3-8.8 0.4-113.8 2.0-213.0 6.5-519.0
X±SD/median 4.12±2.99 4.5±1.9 3.2±2.9 3.0±1.6 81.7±77.1 39.0±29.4

Sumber: Data Primer,2013


51

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mean/median±SD

asupan vitamin A, D, E, B12, C dan Asam folat perhari antara metode

FR 24 jam dan SQ-FFQ berbeda. Metode SQ-FFQ memiliki rata-rata

asupan lebih tinggi dari FR 24 jam pada asupan Vitamin A, E, dan B12

sedangkan untuk vitamin D, C dan Asam Folat metode SQ-FFQ

memiliki rata-rata asupan lebih rendah dari FR 24 jam.

Tabel 4.4
Distribusi Rerata Metode Food Recall 24 Jamdan Semi-Quantitatif
Food Frequency Questionnare Pada Asupan Mineral Remaja
di SMA Islam Athirah Makassar Tahun 2013

MINERAL
METODE Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Zn (mg)
FR 24jam(1)
min-max 31.8-762.1 60.1-896.2 1.5-17.6 1.1-9.7
X±SD/median 134.4±152.3 4.38±154.3 5.19±3.91 3.3±3.2
FR 24jam(2)
min-max 34.4-830.8 198.4-1031.0 1.5-16.1 1.2-12.3
X±SD/median 3.455±325.2 5.190±149.8 5.3±4.0 3.8±3.6
FR24jam(1+2)
min-max 58.1-752.8 8.15-796.1 2.1-16.8 1.3-10.4
X±SD/median 2.727±263.8 3.010±251.5 5.2±4.5 3.5±3.4
SQ-FFQ
min-max 55.6-618.3 223.8-851.0 2.2-18.5 2.1-8.8
X±SD/median 2.544±234.0 4.903±125.7 5.3±5.0 3.9±3.7
Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mean/median±SD asupan mineral

Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn perhari antara metode FR 24 jam dan SQ-

FFQ berbeda. Dimana metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan lebih

tinggi dari FR 24 jam pada asupan Fosfor, Besi dan Zn. Sedangkan

untuk kalsium metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan mineral lebih

rendah dari FR 24 jam.


52

b. Uji normalitas distribusi data

Dalam melakukan suatu analisis dengan menggunakan analisis

perbedaan dan korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap

data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas sebaran.

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah

dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini

berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan

apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak,

sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi,

2000). Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample

Kolmogorov-Smirnov test yang dikatakan normal jika p> 0,05.

Tabel 4.5
Distribusi Data Normal pada Asupan Vitamin
dengan Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-
Quantitatif Food Frequency Questionnare

FR24 Jam SQ-FFQ


Vitamin P*) P*) Distribusi Data
A (RE) 0,000 0,000 Tidak Normal
D (µg) 0,000 0,000 Tidak Normal
E (mg) 0,025 0,003 Tidak Normal
B12 (mg) 0,000 0,000 Tidak Normal
Asam Folat(mg) 0,009 0,000 Tidak Normal
C (mg) 0,000 0,000 Tidak Normal
*) Uji Kolmogorov-Smirnov, distribusi normal P>0,05.

Pada Tabel 4.5 Terlihat hasil uji normalitas sebaran terhadap

asupan vitamin A, D, E, B12, Asam Folat dan vitamin C untuk kedua

metode memiliki distribusi data yang tidak normal dimana masing-

masing golongan vitamin memiliki nilai p <0,05.


53

Tabel 4.6
Distribusi Data Normal pada Asupan Mineral
dengan Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-
Quantitatif Food Frequency Questionnare

FR24 Jam SQ-FFQ


Mineral P*) P*) Distribusi Data
Kalsium (mg) 0,024 0,013 Tidak Normal
Fosfor (mg) 0,000 0,080 Normal
Besi (mg) 0,006 0,002 Tidak Normal
Zn (mg) 0,000 0,005 Tidak Normal
*) Uji Kolmogorov-Smirnov, distribusi normal P>0,05.

Pada Tabel 4.6 Terlihat hasil uji normalitas sebaran terhadap

asupan mineral Kalsium, Besi dan Zn dari kedua metode memiliki

nilai p<0,05 sehingga termasuk kategori tidak normal, sedangkan

untuk Fosfor pada metode FR 24 jam memiliki nilai p=0,00 (p<0,05)

dan metode SQ-FFQ memiliki nilai p=0,080 (p>0,05) sehingga

termasuk kategori normal.

c. Hasil uji perbedaan dan uji korelasi asupan zat gizi mikro

Asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E, B12, Asam

Folat dan vitamin C sedangkan mineral Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn

dengan menggunakan metode FR 24 Jam dan SQ-FFQ dilakukan

analisis perbedaan dan analisis korelasi untuk melihat validasi antara

kedua metode tersebut. Adapun hasil analisis yang dapat dilihat pada

Tabel.
54

Tabel 4.7
Distribusi Rerata, Uji Perbedaan dan Uji Korelasi dengan Metode
Food Recall 24 Jam dan Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnare
Pada Remaja di SMA Islam Athirah Makassar Tahun 2013

Zat Gizi
SQ-FFQ
Mikro pa prb %prc Pd re
FR24 jam (1+2)
X/MEDIAN±SD X/MEDIAN ±SD
Vitamin A 3.78±266.7 4.12±2.99 0,001 0.3 8.1 0,000 0,786

Vitamin D 5.0±1.9 4.59±1.90 0,413 -0.5 10 0,000 0,692


Vitamin E 3.2±2.9 3.2±2.90 0,335 0 0 0,000 0,603
Vitamin 1.6±1.6 3.08±1.60 0,004 1.4 87.5 0,000 0,575
B12
Asam 84.0±74.8 81.7±77.1 0,628 -2.3 2.7 0,000 0,425
Folat
Vitamin C 41.9±26.3 39.0±29.4 0,018 -2.9 6.9 0,000 0,704
Kalsium 2.727±263.8 2.544±234.0 0,211 -0.2 7.4 0,000 0,636
Fosfor 3.010±251.5 4.903±125.7 0,000 1.9 63.3 0,002 0,314
Besi 5.2±4.5 5.3±5.0 0,278 0.1 1.9 0,000 0,489
Zeng 3.5±3.4 3.9±3.7 0,000 0.4 11.4 0,000 0,547
Sumber : Data Primer,2013
a.. Ujipairedt-testatau Wilcoxon, Signifikanp<0,05
b. Perbedaan rerata (Mean SQ-FFQ - Mean FR 24 Jam)
c. Persen Perbedaan Rerata, (pr/mean FR 24 Jam)x100%
d. Uji Formula Pearsonatau Spearman’s rho,signifikan p< 0,05
e. Koefisien korelasi

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat

gizi mikro perhari antara metode FR 24 jam dan SQ-FFQ berbeda.

Dimana metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan zat gizi mikro lebih

tinggi dari FR 24 jam pada asupan A, E, B12, Fosfor, Besi dan Zn

Sedangkan untuk vitamin D, Asam Folat, C dan Kalsium perhari antara

metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan mineral lebih rendah dari FR

24 jam

Hasil statistik dengan menggunakan uji perbedaan paired t-test

atau uji Wilcoxon menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara

metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam mengukur asupan zat gizi mikro
55

meliputi vitamin A, B12, C, Fosfor dan Zn yang ditunjukkan dengan nilai p

= 0,000-0,018 (p<0,05) dapat dikatakan hasil uji signifikan secara statistik

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan antara kedua

metode tersebut. Sedangkan asupan vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium

dan Besi ditunjukan dengan nilai p= 0,211-0,628 (p>0,05) dapat dikatakan

hasil uji tidak signifikan sehingga H0 diterima dan Ha ditolak atau tidak

ada perbedaan antara kedua metode tersebut.

Hasil penelitian untuk mengetahui korelasi antara metode FR 24

jam dan SQ-FFQ digunakan uji Formula Pearson atau uji Spearman’s

rho. Pada hasil uji statistik menunjukkan nilai p <0,05 dapat dikatakan

hasil uji signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam mengestimasi jumlah

asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C,

Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn yang dikonsumsi pada remaja.

B. Pembahasan

1. Distribusi hasil pengukuran asupan zat gizi mikro

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran asupan zat gizi mikro

khususnya vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan

Zn pada remaja dengan menggunakan metode FR 24 jam dan SQ-FFQ.

Dimana pada penelitian ini metode FR 24 Jam merupakan gold standar dan

metode SQ-FFQ akan divalidasikan dengan gold standar. Metode FR 24

Jam merupakan suatu metode yamg paling banyak digunakan dalam survey

konsumsi gizi. Hendaknya metode FR 24 jam dilakukan bersamaan dengan


56

metode lain seperti kuesioner dan frekuensi makanan. keberhasilan FR 24

jam tergantung pada daya ingat responden, kemampuan responden

memperkirakan porsi atau berat makanan dan minuman yang di konsumsi

(Moesijanti, 2011). Metode FR 24 jam dilakukan sebanyak satu kali (1x24

jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasaan makan individu. Pengukuran FR 24 jam sebaiknya dilakukan

berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya

dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat

menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan

variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson, 2005).

Pada penelitian ini, kuesioner yang akan diuji validitasnya yaitu SQ-

FFQ dimana metode ini bertujuan untuk menilai frekuensi pangan yang

dikonsumsi pada kurun waktu sebulan terakhir dengan menambahkan

perkiraan jumlah porsi yang dikonsumsi pada remaja melalui metode

wawancara yang dilakukan sebanyak 1 kali. Sebelum dilakukan wawancara

menggunakan formulir SQ-FFQ, terlebih dahulu dilakukan uji coba

koesioner pada 20 siswa SMA Islam Athirah yang bukan termasuk dalam

sampel penelitian. Pada metode SQ-FFQ terdapat 156 item makanan dan

minuman yang dikonsumsi remaja di SMA Islam Athirah Makassar.

Menurut Marjolein (2010) perkiraan konsumsi pangan antara kedua metode

dari kelimpok makanan dan minuman yang dikonsumsi pada umumnya SQ-

FFQ tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari perkiraan FR 24 jam. Oleh

karena itu untuk melihat sejauh mana kemampuan suatu kuesioner untuk
57

dapat secara langsung dievaluasi dengan membandingkan perkiraan asupan

zat gizi individu dari hasil kuesioner dengan perkiraan asupan zat gizi yang

menggunakan metode yang akurat.

Validitas merupakan perbandingan dari metode pengujian dengan

metode lain yang diistilahkan sebagai metode refrensi yang memiliki tingkat

yang lebih besar dari validitas. Pengukuran dianggap valid bila metode atau

alat yang diunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Gibson,

2005). Study yang membandingkan dua pengukuran yaitu antara

pengukuran yang baru dengan pengukuran yang sudah diterima karena

terpercaya dalam akurasi (gold standard) di sebut validasi. Hal ini sejalan

dengan tujuan dilaksanakannya penelitian ini, dimana SQ-FFQ divalidasi

dengan FR 24 jam sebagai gold standar.

2. Distribusi hasil Uji Beda

Analisis stastitik yang dilakukuan untuk mengetahui perbedaan

antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam pengukuran asupan zat gizi

mikro meliputi vitamin dan mineral dengan menggunakan uji perbedaan

paired t-test atau uji Wilcoxon dari program SPSS versi 16, menunjukan ada

perbedaan yang signifikan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam

mengukur asupan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).

Sebelum dilakukan uji perbedaan, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas. Apabila data yang didapatkan normal, makan uji perbedaan

yang digunakan adalah uji Paired t-test, sedangkan apabila data yang
58

didapatkan tidak normal maka uji perbedaan yang digunakan adalah uji

Wilcoxon. Pada uji normalitas, diperoleh distribusi yang tidak normal pada

zat gizi mikro vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Besi dan Zn

hal ini ditunjukkan dengan nilai p<0,05. Sedangkan untuk data yang normal

terdapat pada Fosfor dengan nilai p>0,05. Menurut hasil analisis statistik

pada tabel 4.4 dan 4.5 didapatkan bahwa untuk semua zat gizi mikro nilai p

> 0,05 yang secara statistik nilai ini signifikan atau dengan kata lain ada

perbedaan antara kedua metode tersebut dalam mengukur asupan zat gizi

mikro atau dalam hal ini H0 ditolak dan Ha diterima.

Pada penelitian ini, didapatkan kedua metode ada berbeda dan ada

yang tidak berbeda dalam mengukur asupan zat gizi mikro meliputi vitamin

A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn. Hal ini

dikarenakan pada metode SQ-FFQ, sampel mengutarakan semua jenis

makanan yang dikonsumsi selama sebulan terakhir yang pada saat

penginputannya asupan sebulan tersebut dikonversikan menjadi rata-rata

berat asupan perhari agar hasil metode ini setara dengan hasil rata-rata

asupan perhari dengan menggunakan metode FR 24 Jam. Makanan dan

minuman yang dikonsumsi merupakan pola konsumsi dari sampel penelitian

yang memiliki kandungan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral.

namun tidak semua sumber zat gizi dikonsumsi perhari melainkan

perminggu atau perbulan. pada saat dilakukan wawancara, sampel belum

tentu menyebutkan semua jenis makanan yang ada pada SQ-FFQ.


59

Hal inilah yang menyebabkan hasil uji perbedaan antara kedua

metode terhadap asupan zat gizi mikro pada penelitian ini berbeda secara

signifikan. Hasil analisis asupan vitamin A, B12, C, Fosfor dan Zn. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Betzabeth Slater, dkk pada

tahun 2010 di kalangan remaja di Brazil menujukan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam terhadap konsumsi

buah dan sayuran. Dimana SQ-FFQ lebih besar dari FR 24 jam. Sedangkan

menurut Faidon magkos, dkk pada tahun 2004 di Yunani dalam menilai

asupan kalsium menujukan metode SQ-FFQ lebih tinggi dari FR 24 jam.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi Sulistiani, pada

tahun 2013 terhadap asupan mineral pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-

kassi Kota Makassar dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam

menujukan bahwa asupan mineral Fe dan Zn berbeda dengan nilai p < 0,05.

Sementara penelitian yang dilakukuan oleh Starti Takwin, pada tahun 2013

terhadap asupan vitamin pada ibu hamil menujukan bahwa asupan vitamin

A, B12 dan C berbeda dengan nilai p<0,05 antara metode SQ-FFQ dan FR

24 jam. Demikian penelitian yang dilakukan oleh Boeing, dkk pada tahun

1997 menyatakan bahwa pengambilan data FR 24 jam dilakukan setiap

bulan selama setahun agar tidak ada perbedaan yang signifikan antara hari

kerja dan hari libur.

Hasil penelitian asupan vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi

menujukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode SQ-FFQ

dibandingkan dengan metode FR 24 jam. Hal ini sejalan dengan hasil


60

penelitian Shahril dkk (2008) pada 51 wanita Melayu dan 28 wanita India

di Malaysia dimana rata-rata asupan yang di analisis menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan ketika asupan diperkirakan

menggunakan SQ-FFQ dengan FR 24 jam untuk asupan energi, protein,

karbohidrat, lemak total, asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal

dan polyunsaturated, asam lemak dan vitamin A (retinol dan beta karoten),

C dan E. Perbedaan rata-rata persen antara kedua metode itu lebih rendah

dari 10% di semua nutrisi dipelajari termasuk asupan energi. Perbedaan

persentase tertinggi rata-rata adalah vitamin C (6%) dan terendah adalah

asam lemak tak jenuh tunggal (2%) dimana hasil uji signifikan secara

statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua metode.

Penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi sulistiani, pada tahun

2013 terhadap asupan mineral pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-kassi

Kota Makassar dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam

menujukan bahwa asupan mineral Zn tidak ada perbedaan yang signifikan

dengan nilai p >0,05 sedangkan penelitian yang dilakukuan oleh Starti

Takwin, pada tahun 2013 terhadap asupan vitamin pada ibu hamil

menujukan bahwa asupan vitamin E dan Asam Folat tidak ada berbeda yang

signifikan dengan nilai p > 0,05 antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam.

3. Distribusi Hasil Uji Korelasi

Uji korelasi dalam penelitian ini yaitu analisis statistik dengan

menggunakan Formula Pearson atau uji Spearman’s rho. Hasil uji statistik

dapat dikatakan ada hubungan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam


61

dalam mengestimasi jumlah asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E,

B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn yang dikonsumsi pada

remaja.

Pada uji normalitas, diperoleh distribusi yang tidak normal pada zat

gizi mikro vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Besi dan Zn.

Menurut hasil analisis statistik pada tabel 4.4 dan 4.5 didapatkan bahwa

untuk semua zat gizi mikro secara statistik nilai ini signifikan atau dengan

kata lain ada hubungan antara kedua metode tersebut dalam mengukur

asupan zat gizi mikro atau dalam hal ini H0 ditolak dan Ha diterima.

Dalam analisis uji korelasi dengan sperman rank dan formula

pearson yang ditunjukkan pada tabel 4.6 yaitu untuk asupan vitamin A

memiliki korelasi sangat kuat dan vitamin D, E, B12, C dan kalsium dan Zn

antara kedua metode tersebut memiliki korelasi yang kuat. Untuk beberapa

vitamin dan mineral seperti Asam folat dan Besi menujukan korelasi sedang

antara kedua metode tersebut, ini menujukan metode SQ-FFQ adalah sama

baiknya dengan metode FR 24 jam.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi

sulistiani, pada tahun 2013 terhadap asupan mineral Fe, Zn dan kalsium

pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar dengan

menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam memiliki korelasi yang

sedang berkisar antara 0,461 -0,503. Sedangkan penelitian yang dilakukuan

oleh Starti Takwin, pada tahun 2013 terhadap asupan vitamin pada ibu

hamil menujukan bahwa asupan dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan


62

FR 24 jam memiliki korelasi sedang 0,45 untuk vitamin B12 dan Asam Folat

memiliki korelasi lemah yaitu 0,13.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leena dkk (2004) yang

dilakukan pada 100 wanita yang berumur 34-75 tahun hasil menunjukkan

koefisien korelasi uji Spearman antara tingkat asupan dengan dua metode

yakni SQ-FFQ dengan FR 24 jam memiliki hubungan yang kuat dengan

nilai korelasi r= 0,51 untuk vitamin B12. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Syahril di Malaysia pada tahun 2008, yang mendapatkan

bahwa dalam menilai asupan Energy, Lemak, Protein, Karbohidrat, Vit. A,

Vit C, dan Vit E, metode SQ-FFQ dan metode FR 24 Jam memiliki korelasi

yang kuat. Demikian juga pada penelitian yang dilakukan Faidon Magkos,

dkk pada tahun 2004 di yunani menujukan bahwa metode SQ-FFQ dan FR

24 jam memiliki hubungan yang sangat kuat dengan korelasi 0,639 untuk

kalsium.

Ini menunjukkan bahwa SQ-FFQ dapat menghasilkan hasil yang

sebanding dengan FR 24 jam. Ini sekaligus membuktikan bahwa SQ-FFQ

dapat sama baiknya digunakan untuk menilai asupan zat gizi mikro. FR 24

jam yang digunakan sebagai gold standar yang memiliki kelebihan tidak

membebani responden dengan respon yang cukup tinggi, selain itu

memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu

sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari sehingga validitas dari metode
63

ini juga tinggi untuk menggambarkan actual intake zat gizi dibandingkan

dengan metode lain karena metode ini hanya mencakup konsumsi makan

dalam waktu yang singkat.

Hal inilah yang menyebabkan hasil pengukuran yang berbeda antara

kedua metode. Selain itu FR 24 jam memiliki keterbatasan dimana

keberhasilan metode ingatan 24 jam ini tergantung pada daya ingat subjek,

kemampuan responden memberikan perkiraan ukuran/porsi yang akurat,

tingkat motivasi responden, dan keuletan dan kesabaran pewawancara dan

metode ini tidak cocok untuk menilai kebiasaan asupan pangan/ gizi

individu (Siagian, 2010). Sehingga sangat besar kemungkinan terjadi bias

pada metode ini. Gold standar merupakan alat ukur pembanding untuk

suatu uji validasi, dimana gold standar ini harus lebih baik dari lebih valid

dari metode yang akan dibandingkan, selain itu gold standar juga sebaiknya

memiliki bias yang sedikit agar hasil dari uji validasi kuesioner dapat lebih

valid.

C. Keterbatasan Peneliti

Adapun beberapa keterbatasan yang dapat dikemukakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, masih kurangnya

referensi yang digunakan terutama untuk penelitian di Indonesia,

sehingga pembahasan yang ditampilkan belum beragam


64

2. Waktu penelitian yang kurang memadai karena wawancara dilakukan

sebanyak 3 kali pada 93 sampel. Dimana peneliti tidak diberikan

waktu terbatas sesuai dengan 1 jam belajar untuk kelas di jadikan

sampel.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, terdapat beberapa

hal yang dapat disimpulkan sesuai tujuan penelitian antara lain :

1. Rata-rata asupan zat gizi Mikro dengan metode Semi-Quantitatif Food

Frequenscy Questionnare Lebih tinggi di bandingkan recall 24 jam

pada asupan Vitamin A, E, B12, fosfor , Besi dan Zn.

2. Rata-rata asupan zat gizi mikro dengan metode Recall 24 jam lebih

tinggi di bandingkan dengan metode Semi-Quantitatif Food

Frequenscy Questionnare pada asupan vitamin D, Asam Folat, C dan

Kalsium.

3. Ada perbedaan antara metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnare dan Food Recall 24 Jam dalam mengestimasi asupan

zat gizi mikro meliputi vitamin, A, B12, C, Fosfor dan Zn. dan tidak

ada perbedaan antara kedua metode dalam mengestimasi asupan zat

gizi mikro meliputi vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi. pada

remaja SMA Islam Athirah Makassar.

4. Ada korelasi antara metode Semi-Quantitatif Food Frequency

Questionnare dan Food Recall 24 Jam dalam mengestimasi asupan zat

gizi mikro meliputi vitamin dan mineral pada remaja SMA Islam

Athirah Makassar. Dengan uji formula person/sperman rank yang

65
66

ditujukan nilai p < 0,05 untuk Vitamin A memiliki korelasi sangat

kuat dan vitamin D, E, B12, C, Kalsium dan Zn memiliki korelasi kuat

sedangkan asam folat dan Besi memiliki korelasi sedang sehingga

dapat dikatakan metode semi-Quatitatif FFQ valid dalam

mengestimasi asupan zat gizi mikro pada remaja.

5. Validitas Semi-Quantitatif Food Frequency Questionare sama

baiknya dengan Food Recall 24 jam dalam Mengestimasi Asupan Zat

Gizi Mikro pada remaja SMA Islam Athira Makassar Khususnya

Vitamin D, E, Asam folat, Kalsium, Besi dan Zn .

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi

penyempurnaan penelitian antara lain :

1. Perlu adanya penelitian-penelitian selanjutnya tentang studi validasi

asupan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral dengan

menggunakan metode semi-Quantitatif food frequency questionnaire

dan food recall 24 jam pada remaja sehingga dapat melengkapi yang

kurang dari penelitian sebelumnya.

2. Metode semi-Quantitatif food frequency questionnaire valid di

gunakan dalam menilai asupan zat gizi mikro pada remaja khususnya

Vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi.


DAFTAR PUSTAKA

Achadi, E. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Almatsier Sunita,2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta

Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta

Aryani, WD, Oginawati, K, dan Santoso, M. 2010. Penentuan Total Asupan


Harian Unsur Gizi Mikro dalam Makanan Anak-anak Sekolah
Dasar di Bandung dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Barbara, M. and Black, A. 2003, Markers of Validity of Reported Energy Intake,


The American Society for Nutritional Sciences, J. Nutr, 133:
895S-920S.

Betzabeth slater.,2010.validation of a food frequency quetionare to assess the


consumption of carotenoids,fruits and vegetables among
adolescents the method of triads.cad saude publica,Rio de
janeiro,26(11):2090-2100.

BPOM. 2007. Acuan Label Gizi Produk Pangan. HK.00.05.52.6291. Bahan


Internet.http://pom.go.id/public/hukumperundangan/pdf/Acuan
LabelGizi.

Budiarto,eko,2001.Biostatiska untuk kedokteran dan kesehatan massyarakat.


penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Driekie Rankin,2009.Dietary assessment methodologi for adolescents : a review


of reproducibility and validation studies. S Afr J Clin-nutr,23
(2), P.65-74.

Elnovriza, D, Yenrina, R, dan Bachtiar, H. 2008. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Tingkat Asupan Zat Gizi Mahasiswa
Universitas Andalas Yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa.

Faidon Magkos,2004. Development and validation of a food frequency


questionare forassessing dietary calcium intake in the general
population.osteoporosis in,17,P. 304-312
Gibson, R.S. 2005, Principle of Nutritional Assesment, Oxford University Press:
New York

Hurlock, dkk .remaja rumah belajar psikologi. 2010.


http;//rumahbelajarpsikologi. compowered by joomla.

Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Lydia Fanny,Salmiah,Asmaruddin.2010.Jurnal Tingkat Asupan zat Gizi Dan


Status Gizi Siswa SMU PGRI Kabupaten maros Propinsi
Sulawesi Selatan.Media Gizi Pangan Vol.IX edisi 1,Januari-
Juni.Bagian Gizi Politeknik Kesehatan:Makassar.

Melby MK, Utsugi M, Miyoshi M, and Watanabe S. 2008. Overview of Nutrition


and Dietary Recommendation in Japan. Apliction to Nutrition
Policy in Asian Countries

Moh Razif. 2011, semi-quantitatif food frequency questionare for Assesment of


Energy,total fat,fatty acids, and Vitamin A,C and E intake among
malaysia women.Mal J Nutr, 17 (1), P.1-18

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Poltekkes Depkes Jakarta. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan


solusinya.Salemba Medika: Jakarta.

Purnakarya, I, Elnovriza, D, dan Zulliadi, F. 2009. Studi Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas..

Riyadi, H. 1995. Studi Identifikasi Kandungan Seng Makanan, Bioavailabilitas,


Prevalensi, dan Faktor Penyebab, serta Upaya Mengatasi
Defisiensi Seng. Laporan Penelitian. PAU Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.

Ruel MT. 2001. Can Food-Based Strategies Help Reduce Vitamin A and Iron
Deficiencies? A Review of Recent Evidence. Washington DC
:International Food Policy Research Institute

Sastroasmoro, P, Sarwono. 2002. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian


Penelitian Klinis, edisi 2 (ed-2). Jakarta : CV. Sagung Seto.

Sediaoetama, A. D. 2004, Ilmu Gizi, Jilid 1, Cetakan kelima, Dian Rakyat,


Jakarta
Soetardjo Susirah, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama, Buku
AJAR I, Sagung Seto, Jakarta

Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan Mineral. Angka kecukupan


Vitamin Larut Lemak. Di dalam : Soekirman et al, editor.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta.

Sri Rumini,; Sri Sundari. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka
Cipta.2004

Subeno BT. 2007. Anemia defisiensi besi pada anak sekolah. http://www.
suaramerdeka.com/harian/0706/25/ragam01.htm

Suhendro, 2003, Jurnal Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas
Pada Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang, Banten.

Suhardjo dan Kusnanto, C.M. 1992.Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi .


Kanisius.Yogyakarta

Sulaiman, M. 2009. Double Vitamin D and Calcium for Dislocated. Bahan


internet.http://mardalinasulaiman.blogspot.com/2009_08_01_arc
hive.htm.

Supariasa dkk.2002,Penilaian Status Gizi, EGC : Jakarta.

Tarmudji, 2001, Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Agresivitas
Remaja, http://www.dep diknas. go.id/ journal/ htm.

Todd, K., Mark, H., Doris, H. 1983, Food Intake Measurement : problems and
approaches , Am.J.Clin.Nutr, no :37
Tabel Sintesa Hasil Penelitian Tentang Perbedaan SQ-FFQ dan Recall 24 Jam

No Nama Judul Masalah Metode Penelitian Hasil Keterangan


Peneliti / Penelitian
tahun
1 Driekie Rankin, Dietary assessment Penelitian ini bertujuan untuk Lokasi :afrika selatan Hasil penelitian menujukan validitas S Afr J Clin
Susanna methodologi for mengembangkan dan menguji Desain: : Cross- relatif FFQs di kalangan remaja Nutr
Magrietha adolescents : a validitas dan Reproduksibilitas Sectional adalah moderate dengan koefesien 2010,23(2):65-
Hanekom, review of FFQ semi kuantitatif dengan korelasi lebih dari 0,3 metode recall 74.
Hattie Wright reproducibility and recall 24 jam terhadap pola 24 jam menunjukkan rendah jika di
and Una validation studies. makan remaja. nadingkan dengan FFQs.
Macintyre /2009
2 Marjolein Relative validation Penelitian ini dilakukan untuk Lokasi: Jerman Hasil penelitian menujukan korelasi Nutrition
Haftenberger,Th of a food frequency memvalidasi FFQ terhadap n: 161 orang (berusia rank sperman antara FFQ dan recall journal
orsten Heuar, questionnaire for asupan nutrisi yang berhubungan 18-80 thn) 24 jam berkisar dari 0,15-0,80 untuk 2010,9(1) :36
Christin national health and dengan pemantauan gizi dan Desain: Cross- pizza, untuk teh dengan 2 1/3 dari
Heidemann,Frie nutrition kesehatan nasional pada Sectional koefesien korelasi melebihi 0,30.
derike Kube, monitoring masyarakat Jerman yang berusia semua koefesien korelasi secara
Carolin Krems 10 sampai 80 tahun. statistik signifikan kecuali untuk
and Gert BM pizza dan sayuran yang dimasak.
Mensink /2010 proporsi peserta di klasifikasikan ke
dalam kuartil yang sama atau
berdekatan asupan dinilai oleh kedua
metode berfariasi antara 68% untuk
sayuran yang dimasak dan 94% untuk
kopi tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik pada
perkiraan konsumsi pangan antara
kedua metode dari kelompok
makanan. untuk kelompok makanan
lainnya, perkiraan konsumsi pangan
dengan FFQ itu umumnya tidak lebih
tinggi atau lebih rendah dari recall 24
jam.
3 Betzabeth Validation of a food Tujuan dari penelitian untuk Lokasi:brazil, Hasil penelitian menujukan koefesien Cad Saude
Slater, Carla frequency memvalidasi FFQ terhdap n: 80 sekolah validitas di hitung menggunakan Publica, Rio de
Cristina Enes, quetionnaire to komsumsi karoten pada buah dan Desain : Studi Kohor metode triad dengan pengecualian Janeiro,26(11):2
Rossana assess the sayuran dibandingkan dengan karetonoid persial dari FFQ lebih 090-2100,
Voronica consumption of recall 24 jam di kalangan remaja besar dari recall 24 jam. Buah dan nov,2010
Mendoza Lopez, carotenoids, fruits sayur menunjukkan parsial tertinggi
Nagila Raquel and vegetables ( r= 0,235) dan 24 jam ( r=0,137).
Teixeira among adolescents Yang tertinggi koefesien validitas
Damasceno and the method of triads diperoleh untuk sayuran sebagaimana
Silvia Maria dinilai FFQ lebih besar dari recall 24
Voci /2010 jam.
4 Mohd Razif Semi-Quantitative Penelitian ini dilakukan untuk Lokasi :Malaysia Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mal J Nutr 17
Food Frequency membandingkan semi- (1): 1 – 18, 2011
Shahril, Suhaina N : 88 orang mayoritas subyek penelitian berada
Questionnaire for quantitative FFQ dengan Recall
Sulaiman, Assessment of 24 jam selama 3 hari untuk n : 51 wanita melayu dalam rasio EI/BMR normal apabila
Energy, Total Fat, melihat asupan energi, total
Soraya Hanie dan 28 wanita india asupan energi mereka dinilai dengan
Fatty Acids, and lemak, asam lemak, vit. A, vit. C
Shaharudin, Vitamin A, C and E dan vit. E di kalangan wanita semi-kuantitatif FFQ(70%) dan
Intake among Malaysia
Nurismah Md Recall 24-jam (74%).Namun, 10%
Malaysian Women:
Isa & Sharifah
Comparison with dari subyek penelitian terlalu
Noor Akmal
Three Days 24-
Syed Hussain / melebihkan (over reporting) asupan
Hour Diet Recalls
200
mereka dinilai menggunakan FFQ
semi-kuantitatif. Analisist-test
menunjukkan tidak ada yang
perbedaan yang signifikan (p>0,05)
pada rata-rata konsumsi energi,
lemak total, asam lemak jenuh, asam
lemak tak jenuh tunggal dan asam
lemak tak jenuh gandadanvitamin A,
C dan E antara semi-kuantitatif FFQ
dan recall 24-jam. Persen perbedaan
rata-rata adalah juga kurang dari10%
untuk semua nutrisi termasuk dalam
penelitian ini. Ini menunjukkan
bahwa dengan FFQ semi-kuantitatif
dapat menghasilkan hasil yang
sebanding dengan recall 24-jam.
Klasifikasi silang untuk kedua
metode dalam kuartil asupan
mengakibatkan klasifikasi yang
benar ke dalam kuartil yang sama
atau berdekatan dari 82% menjadi
96% dari subyek penelitian.
Hanya3% dari subjek terjadi
kesalahan klasifikasi.
5 Faidon Magkos, Development and Penelitian ini untuk N: 1001 populasi Metode FFQ dalam menilai asupan Osteoporosis int
et al / 2004 Validation of a food (2006) 17 : 304
mengembangkan dan umum kalsium rata-rata dibandingkan
frequency – 312
Questionnaire memvalidasi FFQ untuk menilai Lokasi: yunani dengan recall 24-jam diperoleh (mean
forassessing dietary
asupan kalsium pada ± SD) -133 ± 333 mg / hari atau - 5,4
calcium intake in
the general Massyarakat Dibandingkan recall ± 47,6% (P <0,001). Kedua metode
population
24 jam yang kuat berkorelasi (r = 0,639, P
<0,001), tetapi batas 95% dari
kesepakatan untuk penilaian individu
yang agak lebar, seperti FFQ dapat
memberikan perkiraan asupan
kalsium dari533 mg / hari di atas
untuk 799 mg / hari di bawah recall
6 Tinna Menilai validitas untuk menguji validasi FFQ Lokasi :islandia, Hasil penelitian menujukan Nutrition
Eysteinsdottir, asupan makanan terhadap asupan nutrisi pada N: 5764, perbandingan FFQ dan metode Journal
Inga dengan lansia di islandia n: 128 lansia referensi usila mempunyai korelasi 2012,11:12
Thorsdottir,Ingi menggunakan Desain : Cross- ≥0,4. untuk golongan buah,produk
bjorg metode FFQ pada Sectional susu,permen, minyak ikan, kopi, teh
Gunnarsdottir lansia (0,40-0,71).sedangkan untuk korelasi
and Laufey sayuran mentah yaitu 0,33 untuk pria
Steingrimsdottir dan wanita ≥0,4.korelasi untuk roti
/2011 gandum lebih rendah tetapi masih
signifikan(r=0.28,p=0,017).
pertanyaan untuk konsumsi daging
dan ikan serta sayuran yang dimasak
dan minuman ringan tidak ditemukan
hubungan yang signifikan.
7 Cyntia A. Measuring dietary Penelitian ini dilakukan untuk Lokasi : Amerika Hasil dari penelitian menujukan Am. J.
Thomson et change in a diet mengukur validitas asupan n : 397 Asupan makanan untuk 397 penderita Epidemiol.
al/2002 intervention trial: makanan pada penderita kanker Desain : Cross kanker payudara termaksud 200 dari (2003) 157
comparing food payudara dengan membandingkan Sectional kelompok pembanding dan 197 dari (8):754-762
freguency metode FFQ dengan recall 24 jam kelompok intervensi . perbandingan
questionnaire and . FFQ dan recall 24 jam menujukan
dietary recalls perubahan signifikan dalam asupan
yaitu dengan korelasi 0,63 dan 0,43.
8 Putu moda Perbedaan rta-rata Untuk mengvalidasi asupan Lokasi : RSU Hasil paired T-test menunjukkan Jurnal
arsana,et intake makanan terhadap penderita DM DR.Saiful Anwar tidak ada perbedaan hasil pengukuran universitas
al/2011 energi,protein,lema dengan menggunakan metode malang. intake Energi,Protein,lemak dan KH brawijaya
k,karbohidrat recall 24 jam dan record Varibel :intake asupan menggunakan metode recall 24 jam
menngunakan Energi,Protein,lemak dan food record.hasil pengukuran
metode recall 24 dengan metode recall menggunakan metode recall dan food
jam dengan food 24 jam dan food record tidak jauh berbeda. Tetapi
record sebagai gold record. underreporting dari intake zat gizi di
standard pada tunjukkan dari hasil penelitian ini di
pasien DM di RSU bandingkan dengan food record,hasil
DR saiful anwar recall 24 jam lebih rendah untuk zat
malang gizi berkisar antara 0,1%-0,8%
9 Nilsen,Katherin Comparison of Penelitian ini dilakukan untuk Lokasi: Nevada Analisis konvensional recall 24 jam Proquest Thesis
e/2009 Children’s 24 –hour membandingkan Recall 24 n : 40 siswa di temukan perbedaan yang (PQDT) AS,
recalls and food dengan record trhadap asupan zat Desain: cross-sectional signifikan dimana protein berarti 2009
records using two gizi pada anak –anak. (p=0,04), karbohidrat (p=0,05), tetapi
methods of tidak untuk energi (p=0,09) dan
analysis. lemak (p=0,33). hasil nya berkisar
(Analisis antara 124%-131%, hal ini
perbandingan menunjukkan over-report.
asupan zat gizi Sedangkan untuk metode record
menggunakan tidak memiliki perbedaan yang
metode recall 24 signifikan antara rata-rata hasil
jam dan metode yang dilaporkan untuk energi dan
record pada anak) makronutrien lainnya berkisar antara
195%-112%.
10 Willem de Repeated 24-hours Penelitian ini dilakukan untuk Lokasi: Belgia Hasil penelitian menujukan Jurnal Food and
keyzer,et al recalls versus membandingkan dan n : 127 orang sebanyak 127 orang sampel dapat Nutrion,vol 55,
dietary records for menganalisis asupan zat gizi Desain :Cross sectional menyelesaikan recall 24 jam selama 2011
estimating nutrien dengan metode recall 24 jam dan 5 hari. kedua metode memiliki rasio
intakes in a national record pada komsumsi pangan. intake sebesar 35% berada di
food consumption bawah kepercayaan 95% sehingga
survey. misreporting. Perbedaan yang
signifikan antara dua metode asupan
makanan yang ditemukan untuk
energi, lemak, kolesterol, vitamin c,
tiamin, dan zat besi.secara umum
asupan recall 24 jam lebih tinggi di
bandingkan dengan metode record
.koefesien korelasi untuk semua
nutrisi berkisar antara 0,60-0,70
untuk tiamin dan air.
Proses Pengumpulan dan Analisis Data
Paired Test, untuk membandingkan nilai gizi yang Pearson correlation coefficient untuk mengetahui
SELESAI diperoleh dari FFQ dan Recall 24 jam hubungan nilai gizi yang diperoleh dari FFQ & Recall 24 jam
MULAI

Persiapan:
1. Kuesioner FFQ dan Recall NILAI GIZI: ENERGI, NILAI GIZI: ENERGI,
24 Jam ZAT GIZI MAKRO & ZAT GIZI MAKRO &
2. Photo model URT MIKRO MIKRO
makanan
3. Alat tulis Diolah menggunakan
prpgram Nutrisurvey
PENJELASAN RENCANA Dgn memasukkan berat
Cara mengisi: bahan makanan yang
PENELITIAN KEPADA SISWA 1. Menanyakan aktifitas yang pertama kali dilakukan pada dikonsumsi ke dalam
SEBAGAI RESPONDEN saat bangun (untuk memudahkan mengingat) program
2. Kemudian menanyakan makanan yang dikonsumsi tiap
aktifitas yang dilakukan
3. Mencatat menu masakan yang dikonsumsi, dan bahan FFQ RECALL
makanan dalam menu tersebut. 24
4. Untuk URT bahan makanan, diperlihatkan kembali photo
model makanan sesuai dengan bahan makanan yang
dikonsumsi untuk mengetahui beratnya
TIDAK 5. Mencatat berat bahan makanan yang dikonsumsi
KESEDIAA STOP
N ANALISIS DATA
Cara Mengisi:
1. Peneliti menanyakan frekuensi konsumsi bahan makanan (FFQ & FOOD
YA yang tersedia di kuesioner (Harian, Mingguan, Bulanan, RECALL)
dll)
WAWANCARA 2. Pada saat menanyakan jenis porsi yang dikonsumsi (K, S,
B) maka peneliti menunjukkan foto model makanan yang DAY 2: FOOD
DILAKSANAKAN peneliti buat sebelumnya (dgn ukuran porsi sedang yang RECALL 24 JAM
disertai ukuran berat (gr))
3. Setelah mengetahui frekuensi konsumsi dan jenis porsi
yang dikonsumsi maka dapat dihitung rata-rata konsumsi
perhari, misalnya Nasi putih dikonsumsi 2x perhari dengan
IDENTITAS RESPONDEN WAKTU :  3 MENIT porsi sedang (200 gr), maka rata-rata konsumsi perhari
(KARAKTERSTIK) adalah 2 dikali 200 gr = 400 gr

Kelompok Makanan
 Makanan pokok = 12
KUESIONER WAKTU :  40 MENIT  Lauk hewani = 30, Lauk nabati = 6, Sayuran = 18, DAY 1: FOOD WAKTU :  10 -15 MENIT
 Buah = 20, Minyak = 6
FFQ  Susu dna hasil olahannya = 6
RECALL 24 JAM
 Minuman = 9, Makanan jajanan = 37
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASSYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


Penelitian Berjudul :

STUDY VALIDASI SEMI-QUANTITATIF


FOOD FREQUENCY QUESTIONARE DENGAN FOOD RECALLS 24
JAM PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO PADA REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR

No. Responden : ………….

Yang bertanda tangan di Bawah ini :


Nama :
Nis :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat Rumah :
Kelas :
Alamat Sekolah :
Tgl wawancara :
Pewawancara :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswa dari Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas
Kesehatan Makassar, Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, 2013

Penelitian Responden
IDENTITAS SAMPEL

No. Kode Sampel :...............

Penelitian Berjudul :

STUDY VALIDASI SEMI-QUANTITATIF


FOOD FREQUENCY QUESTIONARE DENGAN FOOD RECALL 24
JAM PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA

Nama :………………………………………………………

Tempat/ tgl lahir :………………………………………………………

Jenis Kelamin :1 ( ) laki-laki

2 ( ) perempuan

Berat badan : ................... (dalam kg)

Tinggi badan : ................... (dalam cm)

Kelas : 1. ( ) X

2. ( ) XI

Asal sekolah :.............................................................................

Alamat sekolah :.............................................................................

............................................................................

Alamat rumah :................................................................................

...............................................................
FORM FOOD RECALL 24 JAM

No ID

Nama Sampel :
Kelas :
Hari Ke :
Tanggal :

NO Waktu (jam) Menu Bahan URT Berat


Masakan Makanan (gram)
1 Makan Pagi

2 Snack

3 Makan Siang

4 Snack

5 Makan Malam

6 Snack
FORMULIR METODE FREKUENSI MAKANAN
Semi Quantitatif

Nama Responden : Tgl wawancara :


Umur : Kelas :
Jenis Kelamin : No ID :

Nama Makanan Frekuensi komsumsi Jenis Porsi

Rata-rata

Berat
K S B

Tidak Pernah
Berat (g)

1-4 x/M

pernah
1-3 x/H

1-3 x/B

Idak
Porsi

g/H
x/H
T
Makanan Pokok
Nasi putih 200 1 prg sdg

Nasi kuning 200 1 prg sdg

Nasi goreng 200 1 prg sdg

Buras 95 1 bh

Ketupat 110 1 bh
Roti Tawar Putih 30 2 iris
Laksa 20 1 prg sdg

Mi instan 80 1 bks

Singkong 120 1 ptg

Kentang 40 1 bh sdg
Nama Makanan Frekuensi komsumsi Porsi

Rata-rata

Berat
K S B

Tidak Pernah
Berat (g)

1-4 x/M

pernah
1-3 x/H

1-3 x/B

Idak
Porsi

g/H
x/H
T
Lauk hewani

Daging sapi 35 1 ptg sdg

Hati sapi 35 1 ptg sdg


Ayam dengan kulit 45 1 ptg sdg
Ayam tanpa kulit 40 1 ptg sdg

Hati ayam 35 1 bh sdg


Ikan baronang 45 1/3 ekor

Ikan layang 45 1/3 ekor


Ikan kakap 45 1/3 ekor

Ikan cakalang 45 1/3 ekor


Ikan bandeng 45 1/3 ekor
Ikan bete-bete 45 1 ekor kcl
Ikan mairo 50 1 ptg
Ikan bolu 45 10 ekr kcl
Cumi-cumi 45 1/2 ekor
Udang segar 35 4 ekor sdg
Kepiting 30 1 ekor
Kerang 10 1 bh
Sosis 24 1 bj
Bakso 20 1 biji
Nagget 20 1 bj
Kornet 120 1 sdm
Ikan sarden 150 1 klg
Abon sapi 5 1 sdm
Ikan teri 15 2 sdm
Telur ayam kampung 40 1 btr
Telur ayam ras 55 1 btr
Telur bebek 60 1btr
Telur puyu 10 2 btr
Lauk nabati
Tahu 110 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg
Kacang merah 10 1 sdm
Kacang mente 10 1 sdm
Kacang hijau 10 1 sdm

Nama Makanan Frekuensi komsumsi Porsi

Rata-rata

Berat
K S B
Tidak Pernah
Berat (g)

1-4 x/M

pernah
1-3 x/H

1-3X /B

Idak
Porsi

g/H
x/H
T

Sayuran

Buncis 50 7 bh

Kacang panjang 50 3 bh

Brokoli 100 1 gls


Bayam 50 1 prg
Kangkung 50 1 prg
Sawi hijau 50 1 prg
Sawi putih 50 1 prg
Daun singkong 50 1prg

Taoge 50 1 prg
Ketimun 50 3 iris
Wortel 50 1/2 bh

Labu siam 50 1 ptg


sdg
Kol 50 1/8 ptg
Jagung 50 1/3 ptg
Terong 50 ½ ptg

Daun kemangi 3 1 btg


sdg
Daun bawang 2 1 jmp

Tomat 25 1 bj

Nama Makanan Frekuensi komsumsi Jenis Porsi

Rata-rata

Berat
K S B
Tidak Pernah
Berat (g)

pernah
Idak
-x /M
Porsi

x/H

X /B

g/H
x/H
T

Buah
Alpukat 50 ½ bh bsr
Apel 75 ½ bh bsr

Jeruk manis sunkist 150 1 bh sdg

Jeruk manis 107 1 bh sdg

Mangga 90 ½ bh
sdg
Nangka 60 3 biji

Papaya 110 1 ptg


sdg
Rambutan 75 5 bh
Manggis 80 2 bh

Semangka 180 2 ptg


sdg
Lengkeng 75 10 bh

Anggur 125 11 bh
Pir 85 1/2 bh
Pisang ambon 60 1 bh
Kedondong 100 1 bh sdg
Srikaya 100 1 bh sdg
Salak 80 1 bh
Sirsak 60 1 ptg
sdg
Durian 35 3 bj
Langsat 75 5 bh
Melon 190 1 ptg
strawberi 50 4 bh sdg

Nama Makanan Frekuensi komsumsi Porsi

Rata-rata

Berat
K S B
Tidak Pernah
Berat (g)

pernah
1-3 x/H

1-4 x/M

1-3 x/B

Idak
Porsi

g/H
x/H
T

Minyak

Minyak kelapa 10 1 sdm


Margarine 10 1 sdm
Mentega 10 1 sdm
Santan 50 ¼ gls
Susu dan hasil olahannya

Susu bubuk 10 1 sdm


Keju 10 1 sdm
Gula pasir 10 1 sdm
Yoghurt 200 1 gls
Es cream 125 1 cup
Feast 65 1 bks
Pedell pop stik 60 1 bks
Susu UHT 200 1 gls
Milo kaleng 240 1 klg
Milo sacet 14 1 bks
Hilo kotak 200 1 ktk
Boneto 200 1 ktk

Frisian flag 190 1 ktk


Energen 30 1 bks
Minuman
Teh 2 1 ktg
Kopi moca 5 1 sdm
Coca cola 200 1 gls
Sirup 200 1 gls
Jus alpukat 150 1 gls
Es jeruk 200 1 gls
Fanta 350 1 klg
Spirte 350 1 klg
Pepsi 350 1 klg
AW 330 1 klg
Buavita 250 1 ktk
Frestea 250 1 ktk
Teh kotak 250 1 ktk
Teh pucuk 350 1 btl

Teh botol 250 1 ktk


Teh gelas 190 1 gls
Pulpy 350 1 btl
Grentea 500 1 btl
Fruit tea 200 1 ktk
Maizone 500 1 btl
Pocari 500 1 btl
You c 140 1 btl kcl

Nama Makanan Frekuensi komsumsi Jenis Porsi

Rata-rata

Berat
K S B

Tidak Pernah
Berat (g)

1-4x/M

pernah
1-3x/H

1-3x/B
Porsi

Idak

g/H
x/H
T
Makanan Jajanan
Wafer Tango 19 4 bh sdg
Malkist crackers 3 1 bh
Donat 65 1 bh
Risoles 50 1 bh
Pudding 65 1 bh
Brownis 30 1 bh
Ubi jalar goreng 60 1 bh
Sukun goreng 13 1 bh
Pisang goreng 60 1 bh
Bakwan 40 1 bh
Perkedel jagung 40 1 bh
Terang bulan 50 1 ptg sdg
Martabak 40 1 ptg sdg
Pisang ijo 60 1 bh
Pallu butung 220 1 mgk
Tella-tella 120 1 prg
Jalangkote 65 1 bh

Tahu isi 20 1 bh
Soto ayam 225 1 mgk
Coto 400 1 mgk
Kentang goreng 100 1 porsi

Tahu bakso 40 1 bj
Mie bakso 370 1 mgk

Pangsit 390 1 mgk

Gado-gado 430 1 prg


Batagor 220 1 prg
Siomay 160 1 mgk

sMie titi 400 1 prg


Sate ayam 80 5 tsk
Spageti 200 1 prg
Ayam krispi 80 1 ptg
Pizza 60 1 ptg
Kapurung 580 1 mgk
Kondro 340 1 mgk
Hamburger 105 1 bh
Pisang kriuk 78 8 ptg kcl
Krepes 47 1 bh
Roti bakar 35 1 ptg

Pop mie 56 1 cup


Pop mie goreng 60 1 cup
Mie gelas 28 1 bks
Buryam 53 1 bks
Chitato 40 1bks sdg
M patato 75 1 bks bsr
Lays 70 1 bks
Qtela sengkong 60 1 bks sdg
Chetos 40 1 bks sdg

Ring keju 28 1 bks sdg


Chiki balls 12 1 bks kcl
Taro 12 1 bks kcl
Choco mania 90 1 pak sdg
Good time 84 1 pak sdg
Tim tam 120 1 pak sdg
Oreo 29,4 1 bks sdg
Gengi raisan pie 85 1 bks sdg
Butter cookies 150 1 pak sdg
Biskuit roma kelapa 22 4 biji
Take it 17 1 bks
Beng -beng 20 1 bks
Silver quin 33 1 bks

Chaky silver 39 1 bks


Top leron 33 1 bks
Kit ket 17 1 bks
Delf 75 1 bks
Cha cha 45 1 bks
Momogi 10 1 bks
Wafer selamat 20 1 bks
Selai olei 12 1 bks
Bolu apollo 18 1 bks

Astor 40 1 dos
Biskuat 17,5 1 bks kcl
Better 16 1 bks
Hello panda 45 1 bks sdg
Suplemen
Stimuno 1 tablet
Herbalife (shake mix) 22 2 sdm
Analsisis Bivariat
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


R1Kalsium 93 31.80 762.10 1.9990E2 152.31658
R1Fosfor 93 60.10 896.20 4.3817E2 153.32853
R1Besi 93 1.50 17.60 5.1903 3.34474
R1Zn 93 1.10 9.70 3.3959 1.39374
R1VitA 93 8.90 3357.10 3.5033E2 508.82115
R1VitD 93 .30 100.60 4.9172 14.56460
R1VitE 93 .30 8.20 3.1925 1.67755
R1VitB12 93 .10 8.40 1.6225 1.13621
R1VitC 93 .10 1072.00 53.2581 151.67834
R1VitAsamFolat 93 6.90 256.30 79.1118 44.79547
R2Kalsium 93 34.40 830.80 3.4554E2 203.57202
R2Fosfor 93 198.40 1031.00 5.1902E2 149.85824
R2Besi 93 1.50 16.10 5.3705 3.16556
R2Zn 93 1.20 12.30 3.8120 1.70752
R2VitA 93 19.20 6681.00 4.0596E2 757.86255
R2VitD 93 .30 101.00 5.2151 16.30862
R2VitE 93 1.00 9.00 3.2720 1.74427
R2VitB12 93 .30 5.40 1.6503 .98314
R2VitC 93 .20 329.00 30.6516 39.25743
R2VitAsamFolat 93 12.00 233.20 88.9538 47.13402
RTotalKaslium 93 58.15 752.80 2.7272E2 138.97818
RTotalFosfor 93 8.15 796.10 3.0105E2 251.57890
RTotalBesi 93 2.10 16.85 5.2806 2.60729
RTotalZn 93 1.30 10.40 3.5852 1.30341
RTotalVitA 93 18.95 3412.00 3.7815E2 468.41445
RTotalVitD 93 .45 100.30 5.0632 14.80788
RTotalVitE 93 .65 7.35 3.2323 1.34634
RTotalVitB12 93 .45 6.90 1.6357 .81716
RTotalVitC 93 3.35 571.80 41.9565 82.39836
RTotalVitAsamFolat 93 24.60 199.75 84.0328 35.33786
FFQKalsium 93 55.60 618.30 2.5447E2 119.39987
FFQFosfor 93 223.80 851.00 4.9036E2 125.72416
FFQBesi 93 2.20 18.50 5.3645 2.38189
FFQZn 93 2.10 8.80 3.9011 1.16614
FFQVitA 93 31.60 2051.60 4.1286E2 418.29760
FFQVitD 93 .20 102.30 4.5957 14.57111
FFQVitE 93 1.30 8.80 3.2586 1.35960
FFQVitB12 93 .40 113.80 3.0814 11.65603
FFQVitC 93 6.50 519.00 39.0290 55.02881
FFQVitAsamFolat 93 2.00 213.00 81.7237 39.12789
Valid N (listwise) 93
Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
R1Kalsium .189 93 .000 .855 93 .000
R1Fosfor .096 93 .033 .978 93 .125
R1Besi .196 93 .000 .855 93 .000
R1Zn .117 93 .003 .869 93 .000
R1VitA .343 93 .000 .412 93 .000
R1VitD .376 93 .000 .274 93 .000
R1VitE .079 93 .189 .959 93 .005
R1VitB12 .123 93 .002 .809 93 .000
R1VitC .366 93 .000 .262 93 .000
R1VitAsamFolat .121 93 .002 .909 93 .000
R2Kalsium .088 93 .071 .957 93 .004
R2Fosfor .088 93 .075 .959 93 .005
R2Besi .189 93 .000 .867 93 .000
R2Zn .131 93 .000 .849 93 .000
R2VitA .384 93 .000 .307 93 .000
R2VitD .382 93 .000 .273 93 .000
R2VitE .131 93 .000 .883 93 .000
R2VitB12 .110 93 .007 .884 93 .000
R2VitC .219 93 .000 .582 93 .000
R2VitAsamFolat .124 93 .001 .940 93 .000
RTotalKaslium .099 93 .024 .952 93 .002
RTotalFosfor .273 93 .000 .823 93 .000
RTotalBesi .112 93 .006 .889 93 .000
RTotalZn .147 93 .000 .811 93 .000
RTotalVitA .340 93 .000 .465 93 .000
RTotalVitD .389 93 .000 .261 93 .000
RTotalVitE .099 93 .025 .942 93 .000
RTotalVitB12 .151 93 .000 .774 93 .000
RTotalVitC .335 93 .000 .330 93 .000
RTotalVitAsamFolat .108 93 .009 .955 93 .003
FFQKalsium .105 93 .013 .948 93 .001
FFQFosfor .087 93 .080 .977 93 .104
FFQBesi .121 93 .002 .843 93 .000
FFQZn .113 93 .005 .926 93 .000
FFQVitA .285 93 .000 .596 93 .000
FFQVitD .381 93 .000 .226 93 .000
FFQVitE .116 93 .003 .909 93 .000
FFQVitB12 .439 93 .000 .125 93 .000
FFQVitC .277 93 .000 .354 93 .000
FFQVitAsamFolat .145 93 .000 .915 93 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Perbedaan dan Korelasi

Npar Tests
 Vitamin A
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQVitA - RTotalVitA Negative Ranks 27 47.63 1286.00
b
Positive Ranks 66 46.74 3085.00
Ties c
0
Total 93
a. FFQVitA < RTotalVitA
b. FFQVitA > RTotalVitA
c. FFQVitA = RTotalVitA

b
Test Statistics

FFQVitA -
RTotalVitA
a
Z -3.447

Asymp. Sig. (2-tailed) .001


a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalVitA FFQVitA
**
Spearman's rho RTotalVitA Correlation Coefficient 1.000 .786

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitA Correlation Coefficient .786 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Npar Tests
 Vitamin D
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQVitD - RTotalVitD Negative Ranks 49 45.94 2251.00
b
Positive Ranks 41 44.98 1844.00
Ties c
3
Total 93
a. FFQVitD < RTotalVitD
b. FFQVitD > RTotalVitD
c. FFQVitD = RTotalVitD

b
Test Statistics

FFQVitD -
RTotalVitD
a
Z -.819

Asymp. Sig. (2-tailed) .413

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalVitD FFQVitD
**
Spearman's rho RTotalVitD Correlation Coefficient 1.000 .692

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitD Correlation Coefficient .692 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Npar Tests
 Vitamin E
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQVitE - RTotalVitE Negative Ranks 35 52.84 1849.50
b
Positive Ranks 56 41.72 2336.50
Ties c
2
Total 93
a. FFQVitE < RTotalVitE
b. FFQVitE > RTotalVitE
c. FFQVitE = RTotalVitE

b
Test Statistics

FFQVitE - RTotalVitE
a
Z -.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .335
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalVitE FFQVitE
**
Spearman's rho RTotalVitE Correlation Coefficient 1.000 .603

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitE Correlation Coefficient .603 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Npar Tests
 Vitamin B12
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQVitB12 - RTotalVitB12 Negative Ranks 33 40.58 1339.00
b
Positive Ranks 57 48.35 2756.00
Ties c
3
Total 93
a. FFQVitB12 < RTotalVitB12
b. FFQVitB12 > RTotalVitB12
c. FFQVitB12 = RTotalVitB12

b
Test Statistics

FFQVitB12 -
RTotalVitB12
a
Z -2.851

Asymp. Sig. (2-tailed) .004

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations

Correlations

RTotalVitB12 FFQVitB12
**
Spearman's rho RTotalVitB12 Correlation Coefficient 1.000 .575

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitB12 Correlation Coefficient .575 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Npar Tests
 Vitamin C
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 32 49.08 1570.50
FFQVitC - RTotalVitC
b
Positive Ranks 61 45.91 2800.50
Ties c
0
Total 93
a. FFQVitC < RTotalVitC
b. FFQVitC > RTotalVitC
c. FFQVitC = RTotalVitC

b
Test Statistics

FFQVitC - RTotalVitC
a
Z -2.356
Asymp. Sig. (2-tailed) .018
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalVitC FFQVitC
**
Spearman's rho RTotalVitC Correlation Coefficient 1.000 .704

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitC Correlation Coefficient .704 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Npar Tests
 Asam Folat

Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQVitAsamFolat - Negative Ranks 47 49.19 2312.00
RTotalVitAsamFolat b
Positive Ranks 46 44.76 2059.00
Ties c
0
Total 93
a. FFQVitAsamFolat < RTotalVitAsamFolat
b. FFQVitAsamFolat > RTotalVitAsamFolat
c. FFQVitAsamFolat = RTotalVitAsamFolat

b
Test Statistics

FFQVitAsamFolat -
RTotalVitAsamFolat
a
Z -.485
Asymp. Sig. (2-tailed) .628
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nonparametric Correlations

Correlations

RTotalVitAsam FFQVitAsam
Folat Folat
**
Spearman' RTotalVitAsamFolat Correlation Coefficient 1.000 .425
s rho
Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitAsamFolat Correlation Coefficient .425 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93
Correlations

RTotalVitAsam FFQVitAsam
Folat Folat
**
Spearman' RTotalVitAsamFolat Correlation Coefficient 1.000 .425
s rho
Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQVitAsamFolat Correlation Coefficient .425 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Npar Tests
 Kalsium

Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 50 50.24 2512.00
FFQKalsium - RTotalKaslium
b
Positive Ranks 43 43.23 1859.00
Ties c
0
Total 93
a. FFQKalsium < RTotalKaslium
b. FFQKalsium > RTotalKaslium
c. FFQKalsium = RTotalKaslium

b
Test Statistics

FFQKalsium - RTotalKaslium
a
Z -1.251
Asymp. Sig. (2-tailed) .211
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalKaslium FFQKalsium
**
Spearman's RTotalKaslium Correlation Coefficient 1.000 .636
rho
Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQKalsium Correlation Coefficient .636 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Npar Tests
 Besi
Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQBesi - RTotalBesi Negative Ranks 39 48.78 1902.50
b
Positive Ranks 54 45.71 2468.50
Ties c
0
Total 93
a. FFQBesi < RTotalBesi
b. FFQBesi > RTotalBesi
c. FFQBesi = RTotalBesi

b
Test Statistics

FFQBesi - RTotalBesi
a
Z -1.084
Asymp. Sig. (2-tailed) .278
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations

Correlations

RTotalBesi FFQBesi
**
Spearman's rho RTotalBesi Correlation Coefficient 1.000 .489

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQBesi Correlation Coefficient .489 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Npar Tests
 Zn
Wilcoxon Signed Ranks Tes

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
FFQZn - RTotalZn Negative Ranks 25 36.48 912.00
b
Positive Ranks 59 45.05 2658.00
Ties c
9
Total 93
a. FFQZn < RTotalZn
b. FFQZn > RTotalZn
c. FFQZn = RTotalZn

b
Test Statistics

FFQZn - RTotalZn
a
Z -3.894
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalZn FFQZn
**
Spearman's rho RTotalZn Correlation Coefficient 1.000 .547

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93
**
FFQZn Correlation Coefficient .547 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

 Fosfor
Paired T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 RTotalFosfor 3.0105 93 251.57890 26.08752

FFQFosfor 4.9036 93 125.72416 13.03699

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 RTotalFosfor & FFQFosfor 93 .314 .002

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
RTotalFosfor -
Pair 1 -1.89312E2 243.43515 25.24305 -239.44670 -139.17695 -7.500 92 .000
FFQFosfor
Nonparametric Correlations
Correlations

RTotalFosfor FFQFosfor
**
RTotalFosfor Pearson Correlation 1 .314

Sig. (2-tailed) .002

N 93 93
**
FFQFosfor Pearson Correlation .314 1

Sig. (2-tailed) .002

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


FOTO KEGIATAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurmala Fitri

Tempat/Tanggal Lahir : Tual / 02Juni1986

Suku : Bugis

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kancil Utara No. 35 Makassar

E-Mail : vthreezaim26@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. SD Naskat Mathias 1 Tual, Tamat Tahun 1998

2. SMP YP PGRI Makassar, Tamat Tahun 2001

3. SMA YP PGRI 1 Makassar, Tamat Tahun 2004

4. D3 Gizi Poltekes Ambon,Tamatan Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai