Anda di halaman 1dari 118

Seminar Skripsi

Hari/Tanggal : Rabu, 29 Desember 2021


Jam : 10:00 - Selesai
Tim Penguji :
1. Dr. Wa Ode Salma, S.ST., M.Kes
2. Fithria, S.K.M., MHS
3. Renni Meliahsari, S. Gz., M.Kes
Tim Pembimbing :
1. Ruwiah, SP., M.Kes
2. Paridah, S.SI., M.Kes

HUBUNGAN POLA MAKAN, TINGKAT STRES, DAN DURASI TIDUR


DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA TINGKAT AKHIR
UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Gelar


Sarjana Kesehatan Mayarakat

Oleh :

AGUNG
J1A1 17 174

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
ii
HUBUNGAN POLA MAKAN, TINGKAT STRES, DAN DURASI TIDUR
DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA TINGKAT AKHIR
UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2021

Oleh

AGUNG
J1A117174

ABSTRAK

Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2017 menunjukkan prevalensi masyarakat dewasa Indonesia yang kurus sebesar
5% dan 40,4% tergolong kedalam kategori gemuk dan obesitas. Di Provinsi
Sulawesi Tenggara sendiri proporsi masyarakat dewasa yang kurus sebesar 6,0%
diatas rata-rata nasional (Indonesia 5,0%) dan gemuk serta obesitas sebesar
34,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan,
tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir
Universitas Halu Oleo tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
yaitu observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah
sampel sebanyak 116 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
proportional random sampling serta menggunakan analisis statistik uji Chi-
Square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pola makan
dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021
dengan p value p=0,037 (p<0,05). Tidak ada hubungan antara tingkat stres dan
durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo
tahun 2021 dengan p value masing-masing p=0,934 (p>0,05), p=0,158 (p>0,05).
Mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir disarankan tetap memperhatikan
pola makan, mengendalikan stres yang dialami, serta istirahat yang cukup agar
status gizi yang normal dan kesehatan yang optimal dapat tercapai.

Kata Kunci : Status Gizi, Stres, Durasi Tidur, Mahasiswa Tingkat Akhir.

iii
THE RELATIONSHIP OF EATING PATTERN, STRESS LEVEL, AND
SLEEP DURATION WITH THE NUTRITION STATUS OF FINAL
LEVEL STUDENTS HALU OLEO UNIVERSITY IN 2021

By

AGUNG
J1A117174

ABSTRACT

Nutritional status is a picture of the balance between nutrient intake and


nutritional needs by the body. The results of the Nutrition Status Monitoring
(PSG) in 2017 showed the prevalence of thin Indonesian adults at 5% and 40.4%
belonged to the fat and obese categories. In Southeast Sulawesi Province, the
proportion of underweight adults is 6.0% above the national average (Indonesian
5.0%) and overweight and obese is 34.2%. This study aims to determine the
relationship between diet, stress levels, and sleep duration with the nutritional
status of final year students at Halu Oleo University in 2021 .This study is a
quantitative study, namely analytical observation with a Cross Sectional Study
approach. .The number of samples was 116 people with the sampling technique
using proportional random sampling and using Chi-Square test statistical
analysis . The results of this study indicate that there is a relationship between
diet and nutritional status of final year students at Halu Oleo University in 2021
with p value p = 0.037 ( p <0.05). There is no relationship between stress levels
and sleep duration with the nutritional status of final year students at Halu Oleo
University in 2021 with p values of each p = 0,934 ( p > 0.05), p = 0.177 ( p >
0.05). Students who are working on their final project are advised to pay attention
to their diet, control the stress they experience, and get enough rest so that normal
nutritional status and optimal health can be achieved.

Keywords: Nutritional Status, Stress, Sleep Duration, Final Year Students.

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji dan syukur maha suci Allah yang telah telah

memberikan rahmat, pertolongan dan segala kasih sayang-Nya yang tidak

terhingga jumlahnya. Atas segala karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya

dapat menyusun hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Tingkat

Stres, dan Durasi Tidur Dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir Univeritas

Halu Oleo Tahun 2021” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Sesuai dengan eksistensi

penulis, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini merupakan perwujudan dan

upaya optimal yang penulis lakukan.

Penulis menyadari bahwa selama berlangsungnya penyusunan tulisan ini

banyak kendala yang di hadapi baik itu hambatan dan tantangan, serta masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun atas bantuan, bimbingan,

petunjuk, pengarahan, motivasi dan doa dari berbagai pihak sehingga tulisan ini

dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan cintai, Ayahanda

saya Safrin dan Ibunda saya Ildang yang selalu sabar, ikhlas, penuh pengorbanan,

memberikan motivasi dan dukungan materi dalam menempuh pendidikan saya,

kasih sayang serta doa yang selalu dipanjatkan untuk mengiringi setiap langkah

saya dalam menempuh pendidikan. Tak lupa juga saya mengucapan rasa syukur

terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ruwiah, SP., M.Kes selaku pembimbing I

v
dan Paridah, S.Si., M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.

Selain itu, terima kasih kepada saudara-saudariku tercinta Gunawan, Yulia

Wiranti, dan Sappe Alam atas dukungan dan kasih sayang yang tiada hentinya

kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.

3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Halu Oleo.

4. Ibu Dr. Wa Ode Salma, SST., M.Kes, Ibu Fithria, S.K.M., MHS, serta Ibu

Renni Meliahsari, S. Gz., M.Kes Selaku penguji yang telah memberikan

banyak pengetahuan, saran dan kritik yang membangun, serta motivasi

kepada penulis.

5. Segenap Dosen pengajar lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat yang dengan

sepenuh hati memberikan banyak pengetahuan dalam dan di luar proses

perkuliahan. Terima kasih atas curahan ilmunya yang sangat berguna.

6. Staf Administrasi dalam lingkup Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo. Terima kasih telah membantu

penulis selama pengurusan administrasi.

7. Dekan dan Staf Administrasi FEB, FK, FKIP, FP, FT, FISIP, FMIPA, FPIK,

FIB, FH, FITK, FHIL, FPt, FF, dan FKM Universitas Halu Oleo yang telah

memberikan izin penelitian dan pelayanan administrasi kepada penulis.

vi
8. Seluruh mahasiswa angkatan 2017 yang bersedia menjadi responden di FEB,

FK, FKIP, FP, FT, FISIP, FMIPA, FPIK, FIB, FH, FITK, FHIL, FPt, FF, dan

FKM Universitas Halu Oleo yang memiliki posisi yang sangat penting dalam

penelitian ini.

9. Sahabat-sahabatku di SMPN 2 Palopo dan SMAN 3 Palopo dari kelas X MIA

B, XI IPA B, dan XII IPA B terkhusus Helda, Teteh Safira, Mona, Inna,

Mutmah, Faje, Dinda, Zarah, Arif, Imam, Ikky, dan Mama Udin yang telah

banyak mengukir kenangan indah bersama penulis selama dibangku sekolah.

10. Sahabatku Annisa BP dan Ririn Palopo serta Ririn Unaha yang bersama-sama

peneliti melewati masa perkuliahan di tanah rantau ini, saling berbagi

kebahagian dan motivasi.

11. Kepada PT. Shopee Internasional Indonesia yang menjadi platform belanja

online yang memberikan kemudahan bagi peneliti dalam memenuhi

kebutuhan penelitian dan kebutuhan sehari-hari peneliti.

12. Teman-temanku Rahma Windi, Analia, dan Rifki yang menemani dan

membantu peneliti dilapangan selama proses peneltian.

13. Teman-teman terbaikku ditanah rantau ini Wilda, Ina, Riska, Nissa, Arliani,

Fitriani, Inha, Resky, Cindy, Amla, Alma, Wiwik, Ira, Erick, Anres, Nasta,

Erwin, dan Ernol yang telah menerima peneliti sebagai teman meskipun

peniliti memiliki banyak sifat buruk yang menyakiti teman-teman sekalian.

14. Keluarga dan sahabat-sahabat Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) FKM

Kelurahan Petoaha (Fyda, Alung, Restina, Nunu, Wiwin, Ovi, Puput, Putri,

Ayu, Ummu, Asma, Rahma, dan Zakaria), bapak dan ibu Posko Petoaha,

vii
beserta bapak dan ibu Lurah Petoaha dengan kasih sayangnya memperhatikan

kami selama berada di lokasi PBL.

15. Kepada semua keluarga saya baik dari pihak Bapak dan Ibu yang selama ini

telah memberikan kasih sayang kepada peneliti.

16. Kepada siapapun yang telah memberikan doa, motivasi dan dorongan serta

bantuan, hanya Allah SWT yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Insya

Allah akan dibalas dengan sebaik-baiknya balasan.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.

Kendari, November 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii


ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 8
1.6 Sistematika ............................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................9
2.1 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi ....................................................... 9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Pola Makan ................................................... 16
2.3 Tinjauan Umum Tentang Stres .............................................................. 22
2.4 Tinjauan Umum Tentang Durasi Tidur .................................................. 27
2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................................ 31
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 33
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................... 36
2.8 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................38
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................. 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 38
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 38
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 41
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 41
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 42

ix
3.7 Jenis Data Penelitian .............................................................................. 44
3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data .............................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................49
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 49
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 52
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 60
4.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71
BAB V PENUTUP................................................................................................72
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 72
5.2 Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................74
LAMPIRAN ..........................................................................................................81

x
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 KlasifikasiIMT........................................................................... 16
3.1 Populasi dan Sampel.................................................................. 41

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur.................................. 54

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal................. 55

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh


(IMT)......................................................................................... 55
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo
Tahun 2021................................................................................ 56

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleh
Tahun 2021................................................................................ 57

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo
Tahun 2021................................................................................ 58

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Tidur Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun
2021........................................................................................... 59

4.9 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu OleoTahun 2021..................... 59

4.10 Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021.................... 60

4.11 Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021................... 61

xi
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori......................................................................... 34

2.2 Kerangka Konsep...................................................................... 35

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman
No.

1 Kuesioner Penelitian..................................................................... 82

2. Output Master Tabel SPSS Penelitian.......................................... 87

3. Output Master Tabel SPSS Karakterisitk Responden.................. 92

4. Output Master Tabel SPSS Analisis Univariat............................. 93

5. Output Master Tabel SPSS Analisis Bivariat............................... 94

6. Surat Keterangan Penelitian......................................................... 97

7. Dokumentasi Penelitian................................................................ 106

xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang dan Singkatan Arti

≥ Lebih besar atau sama dengan

< Lebih kecil

BBLR Berat Bayi Lahir Rendah

FFQ Food Frequensy quotionnaire

IMT Indeks Massa Tubuh

KEK Kekurangan Energi Kronik

Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Kg Kilogram

LILA Lingkar Lengan Atas

M Meter

NCD-RisC Non-Communicable Disease Risk

Factor Collaboration

NREM Non-Rapid Eye Movement

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

PGS Pedoman Gizi Seimbang

PSG Pemantuan Status Gizi

PUSTIK Pusat Teknologi dan Informasi

REM Rapid Eye Movement

SPSS Statistical Package For Social Science

xiv
UHO Universitas Halu Oleo

UMPAR Universitas Muhammadiyah Parepare

UNICEF United Nation Children’s Fund

WHO World Health Organization

WUS Wanita Usia Subur

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh

tubuh (Harjatmo et al., 2017). Status gizi adalah ekspresi dari nutritur dalam

variabel yang spesifik. Nutritur merupakan status yang dihasilkan dari

keseimbangan antara suplai gizi dan pengeluaran (Parasmashanti, 2019). World

Health Organization (WHO) membagi kategori status gizi menjadi kekurangan

berat badan/kurus, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas (WHO, 2021)

Gangguan status gizi merupakan salah satu masalah kesehatan yang

menjadi perhatian diseluruh dunia yang meliputi kekurangan dan kelebihan berat

badan yang dikenal dengan masalah gizi ganda (double burden). Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar satu miliar orang di seluruh dunia

mengalami kekurangan gizi, sedangkan hampir dua miliar mengalami kelebihan

gizi (Kemenkes RI, 2019). Kasus gangguan status gizi banyak ditemukan pada

balita dan anak-anak namun angka kejadian pada masyarakat dewasa dengan

rentang usia 18 tahun keatas masih cukup tinggi baik dinegara maju maupun

negara berkembang. Data dari World Health Organization (WHO, 2020)

menunjukkan 12,9% masyarakat negara pendapatan rendah dan 16,8%

pendapatan menengah mengalami kekurangan berat badan sedangkan 60,3%

masyarakat negara pendapatan tinggi mengalami kelebihan berat badan pada

tahun 2016.

1
2

Status gizi perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh terhadap

tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi pada suatu

bangsa. Keadaan gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk,

dan meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan

stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di

Indonesia (Pedoman Gizi Seimbang, 2014). Gangguan status gizi pada usia

dewasa akan mempengaruhi produktivitas seseorang yang kemudian akan

berdampak pada pembangunan, ekonomi, sosial, dan medis suatu bangsa.

Sebagian besar populasi dunia tinggal di negara-negara dimana kelebihan berat

badan dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada kekurangan berat

badan (WHO, 2021).

Terdapat 1,9 milliar orang dewasa diseluruh dunia kelebihan berat badan

ataupun obesitas, sedangkan 462 juta orang dewasa kekurangan berat badan pada

tahun 2016. Mayoritas masyarakat dengan kelebihan berat badan terdapat

dinegara-negara di benua Eropa dan Amerika yang berstatus sebagai negara maju

dengan Amerika Serikat menjadi yang tertinggi diseluruh dunia dimana 70,2%

masyarakatnya kelebihan berat badan. Kasus masyarakat yang kekurangan berat

badan sendiri banyak ditemukan dikawasan benua Asia dan Afrika dengan kasus

tertinggi terdapat di India dimana 23,6% masyarakatnya kekurangan berat badan

(WHO, 2020).

Data dari Non-Communicable Disease Risk Factor Collaboration (NCD-

Risc, 2016) menunjukkan 19,81 juta orang dewasa di Indonesia kekurangan berat
3

badan, 36,2 juta mengalami kelebihan berat badan, dan 13,48 juta mengalami

obesitas. Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 menunjukkan 5%

masyarakat dewasa Indonesia tergolong dalam kategori kurus, 14,6% gemuk, dan

25,8% obesitas. Di Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri proporsi masyarakat

dewasa yang kurus sebesar 6,0%, mengalami penurunan 0,6% dari tahun 2016

namun masih diatas rata-rata nasional (Indonesia 5,0%), 14,9% gemuk, dan

obesitas sebesar 19,3% (Direktorat Gizi Masyarakat, 2018).

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang.

Berbagai penelitian menunjukkan pola makan, aktivitas fisik, pola tidur, tingkat

stres, body image, serta kejadian penyakit infeksi berkontribusi terhadap status

gizi seseorang. Berbagai faktor tersebut saling berkaitan satu sama lainnya,

berbagai kebiasaan dilakukan secara berulang yang kemudian tanpa disadari

menjadi penyebab terjadinya kekurangan ataupun kelebihan berat badan (Abel.,

2020; Angesti., 2020; Wijayanti., 2019).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pola makan. Pola

makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam

dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu (Sulistyoningsih, 2012).

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan

minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan

mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat (Pedoman Gizi Seimbang,

2014). Gangguan pola makan yang sering terjadi berupa frekuensi makan kurang
4

dari tiga kali sehari, melewatkan sarapan, makanan tidak seimbang, dan makanan

tidak beragam. Kesalahan pola makan berpengaruh pada kandungan gizi dalam

makanan dan kesehatan (Hidayah, 2011).

Tinginya pola aktivitas pada usia dewasa diketahui bisa menimbulkan

stres. Nurkhopipah (2017) menyatakan stres dapat memengaruhi asupan dan

status gizi seseorang. Pada saat mengalami stres, seseorang cenderung

mengonsumsi makanan secara berlebih atau over eating sebagai metode coping

stress. Apabila kebiasaan ini terus menerus dilakukan akan menyebabkan

kenaikan berat badan secara signifikan sehingga menjadi overweight ataupun

obesitas. Sebaliknya, ada beberapa orang yang apabila sedang dalam keadaan

stres mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak makan

sama sekali (under eating). Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama,

maka akan mempengaruhi berat badan. Berat badan yang tidak dikontrol akan

mempengaruhi keadaan status gizi (Kupeli., 2018; Yau., 2014).

Aktivitas yang tinggi juga berdampak pada durasi tidur masyarakat usia

dewasa yang berpengaruh terhadap status gizi. Durasi tidur yang pendek dapat

mempengaruhi status gizi terutama terhadap kejadian obesitas, dan dapat mengacu

pada perubahan hormonal dan metabolisme yang berkontribusi menyebabkan

peningkatan berat badan dan obesitas (Relda, 2013). Dua hormon yang sangat

memainkan peranan dalam interaksi antara durasi tidur yang pendek dengan

tingginya IMT yaitu hormon leptin dan hormon ghrelin yang mana terjadi

peningkatan hormon ghrelin dan penurunan hormon leptin, yang menyebabkan

meningkatnya rasa lapar dan nafsu makan (Morselli, 2012).


5

Mahasiswa khususnya yang berada pada semester akhir termasuk kedalam

kategori masyarakat usia dewasa yang memiliki tingkat aktivitas dan

produktivitas yang tinggi. Tingginya aktivitas pada mahasiswa tingkat akhir

berkaitan dengan kegiatan akademik dan organisasi serta adanya beban tambahan

yaitu pengerjaan skripsi. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa sangat rentan

terhadap berbagai macam gangguan terutama pola makan yang buruk, stres, dan

durasi tidur kurang yang berakibat pada timbulnya masalah gangguan gizi.

Penelitian oleh Manikam (2019) menunjukkan bahwa hampir sebagian mahasiswa

tingkat akhir mengalami masalah gizi, yaitu gizi lebih (29,5%) dan gizi kurang

(15,8%). Hasil serupa juga ditemukan oleh Wijayanti et al., (2019) dengan 15,2%

mahasiswa tingkat akhir memiliki status gizi kurang dan 41,3% memiliki status

gizi lebih.

Gangguan gizi yang dialami mahasiswa tingkat akhir utamanya

dipengaruhi oleh pola makan yang buruk. Makan secara berlebih ataupun kurang

banyak dijumpai pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian oleh Purwanto &

Madona (2016) menunjukkan bahwa terdapat 76,9 % mahasiswa tingkat akhir

memiliki pola makan yang kurang baik sedangkan hasil penelitian oleh Angesti

(2020) menunjukkan mahasiswa tingkat akhir dengan kategori under eating atau

kurang makan lebih banyak yaitu 51,6% dibandingkan mahasiswa yang over

eating yaitu 48,4%. Begitu pula dengan stres dan durasi tidur yang kurang juga

banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir, penelitian oleh Angesti (2020)

menunjukkan 47,4% mahasiswa mengalami stres dan 54,7% memiliki durasi tidur

yang kurang.
6

Berdasarkan survei awal diketahui jumlah mahasiswa Universitas Halu

Oleo tahun 2021 yang berada disemester delapan sebanyak 6685 mahasiswa.

Diambil 15 sampel untuk melakukan pengukuran status gizi menggunakan Indeks

Massa Tubuh (IMT) terhadap 15 mahasiswa yang sedang dalam pengerjaan tugas

akhir dimana hasilnya menunjukkan 7 mahasiswa (46,6%) tergolong dalam

kategori kurus dan 2 mahasiswa (13,3) kategori gemuk. Mahasiswa yang diukur

memberikan keterangan bahwa dalam pengerjaan tugas akhir mereka cenderung

sering melewatkan waktu makan sehingga hanya makan sekali dalam satu hari.

Mereka juga lebih sering mengonsumsi makanan instan yang pada dasarnya tidak

memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh. Mahasiswa dengan kategori gemuk

menyatakan dalam mengerjakan tugas akhir mereka mengonsumsi makanan

berlebih terutama dimalam hari serta banyak mengonsumsi cemilan yang berupa

gorengan dan berbagai cemilan yang tinggi glukosa.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis berinisiatif untuk melakukan

sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres, dan

Durasi Tidur Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu

Oleo Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pola makan,

tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021 ?


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola

makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat

akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir di Universitas Halu Oleo tahun 2021.

2. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir di Universitas Halu Oleo tahun 2021.

3. Untuk mengetahui hubungan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir di Universitas Halu Oleo tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai data penunjang dan penambah ilmu pengetahuan tentang

hubungan pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada

mahasiswa tingkat akhir.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa khususnya yang berada ditingkat akhir tentang hubungan pola makan,

tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi. Hasil dari penelitian ini dapat

dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk memperbaiki keadaan gizi


8

pada mahasiswa. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian

selanjutnya, khususnya dibidang kesehatan.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan yang lebih luas akan arti dari sebuah

kehidupan dan mendapatkan pengalaman berharga, serta melatih kemampuan

dalam penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada mahasiswa tingkat akhir

di Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan variabel bebas pola makan, tingkat

stres, dan durasi tidur serta variabel terikat status gizi.

1.6 Sistematika

Penelitian ini berjudul Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres, Dan Durasi

Tidur Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo

Tahun 2021, yang dibimbing oleh Ibu Ruwiah SP, M.Kes (Pembimbing I) dan Ibu

Paridah, S.Si., M.Kes (Pembimbing II).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi (nutritional satus) adalah keadaan yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh

tubuh (Harjatmo et al., 2017).

Status gizi adalah ekpresi dari keseimbangan dalam bentuk variable-

variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau

keadaan fisikologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh

(Supariasa., 2016)

WHO mengkategorikan status gizi menjadi. menjadi kekurangan berat

badan/kurus, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Sedangkan

Kementerian Kesehatan RI mengkategorikan status gizi menjadi kurus

/kekurangan berat badan, normal, dan gemuk/kelebihan berat badan (Kemenkes

RI, 2014).

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, konsep yang

dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (UNICEF) tahun 1990 dalam

(Harjatmo et al., 2017), bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor utama,

yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status

gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan penyakit yang diderita. Seseorang yang

9
10

asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang

dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan

gairah untuk makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan

penyakit mempunyai hubungan yang saling ketergantungan.

Kekurangan asupan makanan disebabkan oleh tidak tersedianya pangan

pada tingkat rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi.

Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang

tua pada anak yang kurang baik. Dalam rumah tangga sebetulnya tersedia cukup

makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat atau pemanfaatan potensi dalam

rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih mementingkan memakai

perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi. Penyakit infeksi

disebabkan oleh kurangnya layanan kesehatan pada masyarakat dan keadaan

lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh

yang kurang baik, misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor (Harjatmo

et al., 2017).

Secara umum status gizi dipengaruhi oleh dua faktor penyebab yaitu

faktor penyebab langsung dan tidak langsung.

a. Faktor penyebab langsung

Terdapat dua faktor penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi

yaitu asupan zat gizi dan penyakit infeksi.

1) Asupan zat gizi

Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi

yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan aman akan
11

mempengaruhi status gizi. Pada tingkat makro, konsumsi makanan individu

dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang ditunjukkan oleh

tingkat produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan beragam

sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh semua

rumah tangga sangat menentukan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga

dan tingkat konsumsi makanan keluarga (Hartono et al., 2017).

2) Penyakit infeksi

Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan

dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan

lingkungan. Infeksi penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasanatas

(ISPA) akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi terganggu dan tidak

optimal sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi (Supariasa, 2016).

b. Faktor penyebab tidak langsung

1) Aksebilitas pangan

Aksesibilitas/keterjangkauan dalam pengukuran ketahanan pangan ditingkat

rumah tangga dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan.

ketersediaan pangan dalam rumah tangga harus memiliki jumlah yang cukup

tersedia untuk makan tiga kali sehari sepanjang tahun sesuai dengan jumlah

anggota keluarganya (Hartono et al., 2017).

2) Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi dan kesehatan

Walaupun bahan pangan tersedia oleh keluarga dan daya beli memadai,

tetapi pengetahuan yang rendah dapat menyebabkan keluarga tidak

menyediakan makanan beraneka ragam setiap harinya, akibatnmya terjadi


12

ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan kebutuhan tubuh (Marimbi,

2010).

3) Pelayanan kesehatan

Secara umum tujuan utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah

pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan)

dengan sasaran masyarakat. Namun secara terbatas pelayanan kesehatan

masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif

(pemulihan) (Hartono et al., 2017)

2.1.3 Dampak Gangguan Status Gizi

Kekurangan gizi berkaitan dengan tingginya insiden penyakit menular.

Pada tahap lanjut kekurangan gizi menyebabkan rusaknya fungsi sistem

kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan peningkatan keparahan serta durasi

penyakit. Seseorang dengan gangguan gizi kurang rentan terhadap penyakit

menular dan memiliki peningkatan risiko kematian (WHO, 2019). Dampak dari

kekurangan gizi diusia dewasa adalah menurunnya kemampuan fisik dan

produktivitas kerja. Selain itu kualitas hidup penderita pun turut terganggu karena

sering sakit. Tak lain karena kondisi kurang gizi menyebabkan benteng

pertahanan tubuh mudah dibobol kuman, sehingga berbagai penyakit infeksi bisa

menyerang (Pritasari et al., 2017).

gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang

dikonsumsi akan disimpan sebagai cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak

yang disimpan di bawah kulit. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus,


13

jantung koroner, hati, kantong empedu, kanker, dan lainnya (Harjatmo et al.,

2017).

2.1.4 Metode Pengukuran Status Gizi

a. Metode Antropometri

Dalam menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan

ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi. Konsep

dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri untuk mengukur

status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan (Harjatmo et al., 2017).

1) Berat Badan

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang

terdapat di dalam tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran

ukuran total tubuh. Beberapa alasan mengapa berat badan digunakan

sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah

perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu singkat dan

menggambarkan status gizi saat ini. Pengukuran berat badan mudah

dilakukan dan alat ukur untuk menimbang berat badan mudah diperoleh.

2) Tinggi Badan atau Panjang Badan

Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran pertumbuhan

massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu tinggi

badan digunakan sebagai parameter antropometri untuk menggambarkan

pertumbuhan linier. Pertambahan tinggi badan atau panjang terjadi dalam

waktu yang lama sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis.

Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
14

berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur dengan berbaring

(belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran

panjang badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun dengan

menggunakan microtoise.

3) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan jaringan otot

dan lapisan lemak bawah kulit. Ukuran LILA digunakan untuk skrining

kekurangan energi kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu hamil

dengan risiko melahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan untuk

mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS) menderita

kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko

KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita

tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat

bayi lahir rendah (BBLR).

4) Tinggi Duduk

Tinggi duduk dapat digunakan untuk memprediksi tinggi badan, terutama

pada orang yang sudah lanjut usia. Tinggi duduk dipengaruhi oleh

potongan tulang rawan antar tulang belakang yang mengalami

kemunduran, juga tulang-tulang panjang pada tulang belakang mengalami

perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Mengukur tinggi duduk

dapat dilakukan dengan menggunakan mikrotoise, dengan dibantu bangku

khusus.
15

5) Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul (Waist to Hip Ratio)

Lingkar pinggang menunjukkan simpanan lemak..Tingginya kandungan

lemak di sekitar perut menggambarkan risiko kegemukan.

6) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan salah satu pengukuran yang sederhana untuk memantau

status gizi khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan. Rumus IMT adalah sebagai berikut

Hasil perhitungan IMT kemudian dibandingkan dengan tabel berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT

Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Kemenkes, 2019)

b. Metode Laboratorium

Penentuan status gizi dengan metode laboratorium adalah salah satu

metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan

penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi

dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan. Metode laboratorium

mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji fungsi fisik.
16

c. Metode Klinis

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang

dapatdigunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan

kekurangan gizi. Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan bagian-

bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat kekurangan atau

kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan bantuan perabaan,

pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan lainnya.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Pola Makan

2.2.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau kelompok orang

untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh

fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Sulistyoningsih, 2011).

Pola makan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan

yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga

penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan pada jumlah maupun jenis makanan

yang dikonsumsi (Istiany, 2013).

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan

minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan

mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. (Kemenkes RI, 2014).

Secara umum pola makan memiliki tiga komponen yang terdiri dari: jenis,

frekuensi, dan jumlah makanan.


17

a. Jenis makan

Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri

dari makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran ,dan Buah yang

dikonsumsi setiap hari Makanan pokok adalah sumber makanan utama di

negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat

yang terdiri dari beras, jangung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

(Sulistyoningsih, 2011).

b. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan

pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes, 2013).

c. Jumlah makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang

atau setiap individu dalam kelompok (Willy, 2011).

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan memberikan gambaran kebiasaan konsumsi pangan seseorang.

Pola makan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ekonomi,

sosial budaya, agama, pendidikan dan lingkungan (Sulistyoningsih, 2011).

a. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi berpengaruh langsung terhadap pendapatan daya beli

dan pemenuhan kebutuhan akan makanan. Status ekonomi rendah akan lebih

banyak membelanjakan pendapatanya untuk makan. Bila pendapatannya

bertambah biasanya mereka akan menghabiskan sebagian besar

pendapatannya untuk menambah makanan. Dengan demikian, pendapatan


18

merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan

(Hartono, 2016).

b. Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya memiliki beberapa Pantangan dalam mengkonsumsi

jenis makanan yang merupakan sebuah kepercayaan budaya adat daerah yang

menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan disuatu masyarakat memiliki cara

mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. Dalam budaya mempunyai

suatu cara bentuk macam pola makan seperti:dimakan, bagaimana

pengolahanya, persiapan dan penyajian, (Sulistyoningsih, 2011).

c. Faktor Agama

Dalam beberapa agama terdapat beberapa pantangan yang membatasi

konsumsi makanan. Pantangan yang didasari agama khususnya islam disebut

haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan

haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi

(Kemenkes RI, 2014).

d. Faktor Pendidikan

Pendidikan berkaitan erat dengan pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya pola makan yang baik. Pengetahuan yang rendah tentang

pentingnya zat gizi untuk kesehatan. Pengetahuan gizi mempengaruhi

ketersediaan makanan keluarga, walaupun keluarga mempunyai keuangan

yang cukup, tetapi karena ketidaktahuannya tidak dimanfaatkan untuk

penyediaan makanan yang cukup. Banyak keluarga lebih mengutamakan hal-


19

hal yang tidak berkaitan dengan makanan, misalnya lebih mengutamakan

membeli perhiasan, kendaraan, dan lainnya (Harjatmo et al., 2017).

e. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan hidup berpengaruh penting terhadap pola makan

dewasa ini. Misalnya waktu kerja yang ketat, waktu di rumah yang singkat,

ibu bekerja diluar rumah, peningkatan risiko terpapar polusi dan makanan

tidak aman, ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan

ketidak-tahuan tentang gizi, yang salah satu akibatnya adalah konsumsi

pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis (Kemenkes RI, 2014).

2.2.3 Pola Makan Seimbang

Pola makan seimbang adalah pola makan yang memenuhi kebutuhan

tubuh setiap harinya dan dilakukann secara berkesinambungan. Pada umumnya

pola makan yang sehat adalah minimal makan tiga kali dalam sehari dan sesuai

pada pedoman gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang menganjurkan konsumsi

pangan yang beragam jeins. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi

semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam

pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya

yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam pangan

merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang

(Kemenkes RI, 2014).

Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu

memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti makanan dan minuman

itu harus bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
20

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Cara

menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap

hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan

pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari

satu jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran

dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik (Kemenkes RI, 2014).

2.2.4 Metode Pengukuran Pola Makan

a. Metode recall 24 hour

Metode recall 24-hour atau sering disebut metode recall adalah cara

mengukur asupan gizi pada individu dalam sehari. Metode ini dilakukan

dengan menanyakan makanan yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu

muai dari bangun tidur pada pagi hari sampai tidur lagi pada malam hari.

Metode pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat gizi individu

dalam sehari, sehingga tergolong pada kelompok metode kuantitatif. Pada

dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi individu pada 1 hari sebelum dilakukan recall

(misal recall dilakukan hari Selasa, maka asupan makanan yang ditanyakan

adalah asupan selama 24 jam pada hari Senin) (Harjatmo et al., 2017) .

b. Metode estimated food record

Metode estiamted food record disebut juga food record atau diary

record adalah metode pengukuran asupan gizi individu yang dilakukan

dengan memperkiraan jumlah makanan yang dikonsumsi responden sesuai

dengan catatan konsumsi makanan. Prinsip pengukuran hampir sama dengan


21

metode recall 24 hour yaitu mencatat semua makanan yang dikonsumsi

selama 24 jam, mulai dari bangun tidur pagi hari sampai tidur kembali pada

malam hari. Perbedaannya adalah responden diminta untuk mencatat sendiri

semua jenis makakan serta berat atau URT yang dimakan selama 24 jam

(Harjatmo et al., 2017).

c. Metode Penimbangan Makanan (food weighing)

Metode penimbangan makanan (food weighing) adalah metode

pengukuran asupan gizi pada individu yang dilakukan dengan cara

menimbang makanan yang dikonsumsi responden. Metode ini mengharuskan

responden atau petugas melakukan penimbangan dan mencatat seluruh

makanan yang dikonsumsi selama 24 jam. Apabila ada makanan yang tersisa,

maka sisa makanan juga ditimbang sehingga dapat diketahui konsumsi

makanan yang sebenarnya. Formulir pengumpulan data yang digunakan

mempunyai kesamaan dengan formulir metode recall 24-hour (Harjatmo et

al., 2017).

d. Metode Frekuensi Makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan sering juga disebut FFQ (Food Frequency

Quotionnaire) adalah metode untuk mengetahui atau memperoleh data tentang

pola dan kebiasaan makan individu pada kurun waktu tertentu, biasanya satu

bulan, tetapi dapat juga 6 bulan atau satu tahun terakhir. Terdapat dua bentuk

metode frekuensi makanan yaitu metode FFQ kualitatif dan metode FFQ semi

kuantitatif (Harjatmo et al., 2017).


22

2.3 Tinjauan Umum Tentang Stres

2.3.1 Pengertian Stres

Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh

mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu ketika dapat

mempengaruhi kesehatan individu tersebut (Indira, 2016).

Stres secara spesifik dapat diartikan sebagai respon fisik otomatis terhadap

tantangan atau situasi lain yang mengharuskan seseorang untuk beradaptasi

dengan perubahan (Permata et al., 2019).

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional

(mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan

seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari

kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan

kita. Meskipun stres dapat membantu menjadi lebih waspada dan antisipasi ketika

dibutuhkan, namun dapat juga menyebabkan gangguan emosional dan fisik

(Kemenkes, 2018).

Terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai definistres yaitu sebagai


berikut.

a. Vincent Cornelli

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu,

2017)

b. Charles D. Speilberger

Stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang misalnya

objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah
23

berbahaya. Stres juga bias diartikan sebagai tekanan, ketegangan, gangguan

yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT

Donsu, 2017).

c. Saam dan Wahyuni (2014)

Stres merupakan reaksi tubuh dan psikis terhadap tuntutan-tuntutan

lingkungan kepada seseorang.

d. Wangsa (2010)

Stres merupakan reaksi yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan yang

diterima seseorang dari lingkungannya, dimana keseimbangan antara kekuatan

dan kemampuan yang dimiliki terganggu.

e. Chaplin (2011: 488)

Stres sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.

Stres juga dapat diartikan sebagai memberikan tekanan atau ketegangan dalam

cara berbicara atau cara menulis.

2.3.2 Faktor Penyebab Stres

Penyebab stres atau disebut stressor dapat bersumber dari berbagai hal

yang terkadang tidak disadari. Secara umum, Priyoto (2014) membagi faktor-

faktor yang dapat menyebabkan stres menjadi tiga, yaitu :

a. Stresor fisik.

Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi

udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi ).


24

b. Stresor sosial

Stresor sosial dapat terjadi dilingkungan umum, keluarga, maupun lingkungan

kerja. Saat seseorang tidak bekerja, kejahatan, masalah keuangan dalam

keluarga, kecemburuan antar anggota keluarga, hubungan yang kurang baik

dikantor dengan atasan ataupun bawahan, serta hubungan sosial yang buruk

dengan orang lain.

c. Stresor psikologis

Seseorang pasti pernah mengalami frustasi dan ketidakpastian. Frustasi

merupakan keadaan dimana tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena

ada hambatan. Sedangkan ketidakpastian merupakan keadaan apabila

seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenai

masa depan atau pekerjaannya. Seseorang merasa selalu bingung dan

tertekan, merasa bersalah bahkan merasa khawatir terhadap sesuatu.

2.3.3 Tingkat dan Gejala Stres

Tingkat stres dapat dinilai dari tahapan stres yang dialami individu

tersebut (Indira, 2016). Stres menurut Hawari dalam Indira (2016) terdiri dari

enam tahapan yang dimana setiap tahapan stres menimbulkan gejala yang

berbeda-beda disetiap tingkatannya.

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu

bekerja yang sangat berat dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan

pekerjaan tanpa memerhitungkan tenaga yang dimilikinya, pada tahapan ini

penglihatan menjadi tajam.


25

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai dengan keluhan dan

ketidaknyamanan fisik seperti perut tidak nyaman, jantung berdebar, otot

tengkuk dan punggung tegang.

c. Stres tahap ketiga merupakan tahapan stres yang disertai dengan keluhan dan

ketidaknyamanan fisik seperti diare, otot semakin tegang, emosional,

insomnia, koordinasi tubuh terganggu dan mudah jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat ditandai dengan tidak mampu bekerja sepanjang hari

(loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, timbul ketakutan dan

kecemasan.

e. Stres tahap kelima ditandai dengan kelelahan fisik dan mental,

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,

gangguan pencernaan ringan dan berat, meningkatnya rasa takut, cemas,

bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam merupakan tahapan stres yang paling berat yang ditandai,

seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak

keluar keringat, pingsan atau collaps.

2.3.4 Pengukuran Tingkat Stres

Dalam Indira (2016) disebutkan beberapa kuesioner yang umumnya

digunakan dalam pengukurang tingkat stres yaitu.

a. Depression Anxiety and Stress Scale (DASS)

Depression Anxiety and Stress Scale adalah kuesioner untuk menilai depresi,

rasa cemas dan stress. Kuesioner ini bukan sebagai alat bantu diagnosis namun

sebagai alat untuk menentuka tingkat keparahan kondisi stres. Depression


26

Anxiety and Stress Scale telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa dan

digunakan secara luas dalam praktik sehari-hari maupun dalam ruang lingkup

penelitian. Kuesioner ini mudah diaplikasikan pada populasi dan tidak

membutuhkan pelatihan khusus dalam penggunaannya. Depression Anxiety

and Stress Scale memiliki dua versi yaitu DASS-42 dan DASS-21. DASS-12

merupakan versi pendek dari DASS-42. DASS-21 terdiri dari dua puluh satu

pernyataan yang terdiri dari masing-masing tujuh pernyataan untuk menilai

depresi, rasa cemas dan menilai stress. Setiap pertanyaan diberikan skor 0

hingga 3, kemudian skor pada masing-masing kategori dijumlahkan dan

dilakukan interpertasi normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

b. Perceived Stress Scale (PSS-10)

Perceived Stress Scale merupakan kuesioner yang telah terstandar dan

memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Kuesioner ini dibuat

oleh Sheldon Cohen, mampu mengukur persepsi global dari stres yang

memberikan beberapa fungsi penting. Perceived Stress Scale dapat

memberikan informasi mengenai kondisi penyebab stres yang dapat

mempengaruhi kondisi fisik atau patologi dan dapat digunakan untuk menilai

tingkat stres. Perceived Stress Scale terdiri dari sepuluh pertanyaan, terdapat

enam pertanyaan negatif dan empat pertanyaan positif. Setiap pertanyaan

diberikan skor dari 0 hingga 4. Skor 0 untuk jawaban tidak pernah, skor 1

untuk jawaban hampir tidak pernah, skor 2 untuk jawabaan kadang-kadang,

skor 3 untuk jawaban sering dan skor 4 untuk jawaban sangat sering. Nilai

skor ini dibalik untuk menjawab pertanyaan positif, sehingga skor 0 = 4, skor
27

1 = 3, skor 2 = 2 dan seterusnya. Pertanyaan positif pada kuesioner ini

terdapat pada pertanyaan nomer 4, 5, 7 dan 8. Tingkat stress diketahui setelah

menjumlahkan semua skor dari sepuluh pertanyaan yang terdapat pada

kuesioner PSS. Total skor 13 menunjukan nilai rata-rata atau masih dikatakan

dalam batas normal. Skor 14 atau lebih dikatan stres dan skor stres sekitar 20

atau lebih menunjukan terdapat stres yang berat.

c. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)

Hamilton Anxiety Rating Scale ini merupakan sistem skoring pertama yang

dikembangkan untuk menilai tingkat kecemasan dan sampai saat ini masih

digunakan secara luas dalam praktek klinis maupun dalam penelitian. Sistem

penilaian ini harus dipandu oleh klinisi dalam waktu 10-15 menit dan dapat

digunakan pada populasi dewasa, remaja, dan anak-anak. Sistem skoring ini

telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Prancis, Spanyol, dan Mandarin. Sistem

skoring HAM-A ini mencakup 14 hal yang didefinisikan dengan serangkaian

gejala untuk menilai baik kecemasan secara psikis, maupun kecemasan secara

somatik. Setiap hal dinilai dengan skala dari 0 (tidak ada) – 4 (berat), dengan

total skor antara 0-56. Skor bernilai <17 menunjukkan kecemasan ringan, 18 -

24 menunjukkan kecemasan ringan-sedang, dan skor 25-30 menunjukkan

kecemasan berat.

2.4 Tinjauan Umum Tentang Durasi Tidur

2.4.1 Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang
28

cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa

perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk

perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang

berikutnya (Potter & Perry, 2010). Tidur merupakan kondisi dimana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan (Mubarak, et al.

2015).

Peneliti menyimpulkan bahwa tidur adalah bentuk yang bervariasi dari

suatu keadaan dimana sistem fisiologis manusia mengistirahatkan tubuhnya dalam

waktu tertentu untuk memulihkan dan memperbaiki sistem tubuh manusia dalam

melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa dibangunkan dengan bantuan stimulus

sensorik, audio maupun stimulus lainnya.

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Durasi Tidur

a. Penyakit

Orang yang sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari tidur yang

normal. Namun sebaliknya, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau

tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti

asma, bronkitis, penyakit kardiovaskular, alzheimer dan penyakit persarafan

(Hahn et al, 2014).

b. Lingkungan

Lingkungan dapat mendukung atau menghambat tidur. Temperatur,

ventilasi, penerangan ruangan, dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh

terhadap tidur seseorang (Dimitriou et al, 2015).


29

c. Stres dan kecemasan

Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu tidur. Seseorang yang

dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur.

Seseorang yang terlalu keras dalam berpikir yang mengakibatkan ia sulit

mengatur tingkat emosi akan berdampak besar pada ketegangan sehingga ia

akan sulit untuk tertidur dengan cepat. Perasaan tegang ini dapat

mempengaruhi seseorang dalam penentuan kualitas tidurnya (Sulana et al.,

2020).

d. Obat-obatan dan alkohol

Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-

obatan yang mengandung diuretik menyebabkan insomnia, anti depresan akan

memsupresi REM. Orang yang minum alkohol terlalu banyak seringkali

mengalami gangguan tidur (Hasler et al, 2012).

e. Merokok

Nikotin mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali

mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang

tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan malam

orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola

tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok (Jaehne et al,

2015).

f. Chronotype

Dalam ranah kajian kronobiologi atau jam biologis pada tubuh

manusia, terdapat dua tipe yang membedakan pola tidur manusia atau yang
30

disebut Chronotype. Kedua tipe itu adalah Morning Types dan Evening Types.

Perbedaan pola tidur manusia ini sangat erat kaitannya dan dipengaruhi oleh

apa yang dinamakan Ritme Sirkadian (Adan et al, 2012).

2.4.3 Kebutuhan Tidur

Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan

dengan jumlah tidur itu sendiri. Secara umum, durasi atau lama waktu tidur

mengikuti pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia. Kebutuhan tidur

sesuai usia menurut Kemenkes RI (2018) yaitu :

a. Usia 0-1 Bulan

Bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan, umumnya membutuhkan tidur

14-18 jam setiap hari.

b. Usia 1- 18 Bulan

Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam setiap hari termasuk

tidur siang. Tidur cukup akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang

baik dan normal.

c. Usia 3-6 Tahun

Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk sekolah ini,

mereka membutuhkan waktu untuk istirahat tidur 11-13 jam, termasuk tidur

siang. Menurut penelitian, anak usia di bawah enam tahun yang kurang

tidur, akan cenderung obesitas di kemudian hari.

d. Usia 6-12 tahun

Anak usia ini membutuhkan waktu tidur 10 jam. Menurut penelitian, anak

yang tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, dapat menyebabkan mereka
31

menjadi hiperaktif, tidak konsentrasi belajar, dan memilki masalah pada

perilaku di sekolah.

e. Usia 12-18 tahun

Menjelang remaja, kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. Studi

menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur, lebih rentan terkena depresi,

tidak fokus dan punya nilai sekolah yang buruk.

f. Usia 18-40 tahun

Orang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam setiap hari. Para dokter

menyarankan bagi mereka yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan

ini pada kehidupannya.

g. Lansia

Seiring bertambahnya usia kebutuhan tidur terus menurun, cukup 7 jam

perhari. Demikian juga jika telah mencapai lansia yaitu 60 tahun ke atas,

kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari.

2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam

penenlitian ini :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Manginte (2015) dengan Judul Hubungan

Antara Stres Dengan Status Gizi Mahasiswa Program S1 Keperawatan

Semester VIII Stikes Tana Toraja Tahun 2015. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional study.

Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Hasil penelitian ini
32

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara stres dengan status gizi

mahasiswa dimana diperoleh nilai p=0,003 dimana nilai α=0,05 jadi p<α.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abel et al (2020) berjudul Stres, Pola

Konsumsi, dan Pola Istirahat Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Nusa Cendana. Jenis penelitian ini adalah

observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Besar sampel

71 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Uji

statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan α= 0,05. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami stress

berat (73,23%), dan memiliki pola konsumsi dan pola istirahat yang buruk

(69,01% dan 63,38%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa stress

berpengaruh pada pola makan (p=0,03) dan pola istirahat (p=0,039)

mahasiswa tingkat akhir FKM Undana.

3. Penenlitian yang dilakukan oleh Angesti & Manikam (2020) yang berjudul

Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir S1

Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin. Penelitian ini menggunakan

desain cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di kampus Universitas

MH. Tahmrin, Jakarta, pada bulan September–Oktober 2019. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir Fakultas Kesehatan

Universitas MH.Thamrin yang terdiri dari 3 jurusan yaitu Keperawatan,

Kesehatan Masyarakat dan Gizi. Hasil penelitian menunjukkan hampir

sebagian mahasiswa tingkat akhir mengalami masalah gizi, yaitu gizi lebih

(29,5%) dan gizi kurang (15,8%).


33

4. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al (2019) yang berjudul

Hubungan Stres Dengan Pola Konsumsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di

Universitas Muhammadiyah Parepare. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional study.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa tingkat akhir di

UMPAR. Sampel sebanyak 94 mahasiswa. Analisis data dengan

menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan antara asupan energi (ρ =0,693) asupan lemak (ρ = 1,000) dan

asupan karbohidrat (ρ = 0,592) dengan tingkat stress mahasiswa) asupan

lemak (ρ = 1,000) dan asupan karbohidrat (ρ = 0,592) dengan tingkat stress

mahasiswa) dengan tingkat stress mahasiswa akhir di Universitas

Muhammadiyah Parepare. Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada hubungan

stres dengan pola konsumsi pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas

Muhammadiyah Parepare.

2.6 Kerangka Teori

Terdapat banyak faktor yang menimbulkan masalah gizi, teori yang

dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) tahun 1990, bahwa

masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak

langsung. Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu pola makan dan

penyakit yang diderita.

Di samping teori dari Unicef, juga ada teori lain tentang penyebab

timbulnya masalah gizi. Teori tersebut adalah teori tentang hubungan timbal

antara faktor pejamu, agen dan lingkungan. Pejamu (host) terdiri dari genetik,
34

umur, jenis kelamin, suku, fisiologik, imunologik, dan kebiasaan. Agen adalah

agregat yang keberadaannya atau ketidakberadaannya mempengaruhi timbulnya

masalah gizi pada diri manusia. Yang termasuk agen penyebab masalah gizi

adalah kimia dari luar tubuh, faktor psikis, dan keadaan biologis. Lingkungan

(environment) yaitu lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial

ekonomi. Keadaan yang tidak seimbang dari ketiga faktor tersebut akan

menyebabkan gangguan gizi.


35

Status Gizi

Asupan Makanan Penyakit Infeksi

Pola Makan Faktor Psikis Kurangnya Pelayanan


dan Durasi Kesehatan dan
Tidur Lingkungan Tidak
Sehat

Ketersediaan Pangan, Kemiskinan, Pola Asuh Orang Tua, Akses


Informasi, dan Pendidikan

Kondisi Sosial, Ekonomi, Politik, Budaya,


Lingkungan Fisik Dan Biologis

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Modifikasi Teori UNICEF 1990 dan Teori Segitiga Penyebab Masalah ( Harjatmo
et al., 2017)
36

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, karena terbatasnya waktu dan biaya serta

kebebasan dalam pengambilan data dilapangan maka peneliti hanya mengambil

beberapa variabel dalam penelitian ini yang tergambar dalam kerangka konsep

berikut :

Pola Makan

Status Gizi
Tingkat Stres

Durasi Tidur

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


Keterangan :

: Variabel Independen / Tidak Terikat

: Variabel Dependen/Terikat

2.8 Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada

mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo.

H1 : Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir Universitas Halu oleo.

H0 : Tidak ada hubungan antara tigkat stres dengan status gizi pada

mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo.


37

H1 : Ada hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir Universitas Halu Oleo.

H0 : Tidak ada hubungan antara durasi tidur dengan status gizi pada

mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo.

H1 : Ada hubungan antara pola tidur dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir Universitas Halu oleo.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu observasional

analitik, dengan pendekatan Cross Sectional Study. Ciri tipe penelitian ini adalah

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di lingkungan Universitas Halu Oleo Kendari

Sulawesi Tenggara pada bulan September hingga bulan Oktober tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah mahasiswa S1

semester delapan tahun 2021 di Universitas Halu Oleo, dengan jumlah 6685 orang

mahasiswa (PUSTIK UHO, 2021).

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

Probability sampling dengan teknik Proportional random sampling. Proportional

random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi

dengan menggunakan cara acak tanpa memperhatikan starata dalam populasi

tersebut(Sugiyono, 2015). Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama

38
39

kepada setiap subjek untuk dipilih sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 116 orang.

Penentuan sampel menggunakan rumus Lameshow :

Keterangan :

n = Jumlah sampel

P = Proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan = 0,1

q = 1-P

d = besar penyimpangan terhadap populasi = 0,05

Z1-α/2 = Statistic Z atau tingkat taraf kepercayaan (95% = 1,96)

N = Besar populasi

Maka perhuitungan sampel sebagai berikut :


40

n = 114,55 dibulatkan menjadi 115. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 115 responden. Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas

dilakukan dengan rumus sampling fraction per cluster agar sampel yang diambil

lebih proporsional dengan cara :

Keterangan :

ni : Jumlah anggota sampel menurut startum

n : Jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni : Jumlah anggota populasi menurut startum

N : Jumlah seluruh populasi

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel

No. Fakultas Jumlah Mahasiswa Jumlah Sampel


1. FEB 678

2. FFARM 160

3. FHIL 136

4. FIB 449

5. FISIP 1115

6. FITK 164

7. FK 83

8. FKIP 1281

9. FKM 267

10. FMIPA 335

11. FP 910
41

12. FPIK 251

13. FPT 166

14. FT 306

15. FH 384
Total 6685 116
(PUSTIK UHO, 2021)

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel independen dan

dependen:

a. Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pola makan,

tingkat stres, dan durasi tidur.

b. Variabel Terikat (dependen)

Variabel terikat ( dependen ) dalam penelitian ini adalah status gizi.

3.5 Instrumen Penelitian

Didalam pengumpulan data dengan cara apapun, selalu diperlukan suatu

alat yang disebut “Instrumen pengumpulan data”(Notoatmodjo, 2012). Adapun

instrumen dalam penelitian ini adalah :

a. Kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti.

b. Data Sekunder jumlah mahasiswa semester 8 tahun 2021 untuk mengetahui

jumlah mahasiswa semester akhir Universitas Halu Oleo Kendari tahun 2021.

c. Alat tulis sebagai alat pencatatan dalam proses penelitian dan pengolahan

data.
42

d. Timbangan digital untuk mengukur berat badan.

e. Microtoise untuk mengukur tinggi badan.

f. Kamera dan Handphone sebagai alat dokumentasi dalam proses penelitian.

g. Software SPSS sebagai pengolah data.

h. Laptop sebagai alat pengolahan dan penyusunan hasil penelitian.

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh

peneliti terhadap variabel penelitiannya sendiri sehingga variabel penelitian dapat

di ukur. Itu sebabnya definisi operasional adalah definisi penjelas, karena akibat

definisi yang diberikan sebuah variable penelitian menjadi jelas (Zaluchu, 2010).

a. Status Gizi

1) Definisi Operasional

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh.

Alat ukur : Timbangan digital dan microtoise

Cara ukur : Antropometri (IMT)

2) Kriteria Objektif

a) Kekurangan berat badan / kurus (IMT <18,5)

b) Normal (IMT 18,5 - 25,0)

c) Kelebihan berat badan / gemuk (IMT > 25,0)

(Kemenkes RI, 2019)


43

b. Pola Makan

1) Definisi Operasional

Pola makan merupakan banyak atau jumlah pangan, secara tunggal

maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang dalam waktu tertentu.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : likert

2) Kriteria Objektif

a) Skor ≥ 26 : baik

b) Skor < 26 : buruk

(Niswah, 2016)

c. Tingkat Stres

1) Definisi Operasional

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional

(mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan

seseorang menyesuaikan diri.

Alat ukur : 10 pertanyaan khusus di dalam kuesioner Perceived Stress

Scale (PSS-10) yang telah dimodifikasi.

Skala ukur : likert.

2) Kriteria Objektif

a) Skor ≥13 : kondisi normal

b) Skor ≥14 : kondisi stres

(Indira, 2016)
44

d. Durasi Tidur

1) Definisi Operasional

Durasi tidur adalah lama waktu tidur yang dilakukan pada malam

hari hingga pagi hari.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

2) Kriteria Objektif

a) < 7 jam : kurang

b) 7-8 jam : cukup

(P2PTM Kemenkes, 2018)

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer adalah data yang langsung di ambil atau diperoleh dari

responden melalui pengisian kuesioner dan pengukuran indeks massa tubuh

(IMT). Data primer yang diperoleh berupa tingkat status gizi dan hasil dari

pertanyaan kuesioner yang dijawab oleh responden mengenai variabel penelitian

yang meliputi pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari berbagai sumber seperti

data dari jurnal, website, hasil penelitian terdahulu, dan data dari Pusat Teknologi

Informasi (PUSTIK) UHO.


45

3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan

dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rums tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Data sekunder yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dengan menggunakan

program SPSS (Statistical Package for Social Science). Selanjutnya dilakukan

pengolahan data lebih lanjut menggunakan SPSS versi 24.00 Windows dan

disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan.

Adapun tahap-tahap pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2012)

sebagai berikut :

a. Editing (pemeriksaan data)

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan pengoreksian data yang

telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data

yang terkumpul tidak logis dan neragukan.Tujuan editing untuk menghilangkan

kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat

koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dilengkapi

atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atapun dengan interpolasi

(penyisipan).

b. Coding (pemberian kode)

Coding adalah pemberian/pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data

yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam

bentuk angka-angka/huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada

suatu inormasi atau data yang akan dianalisis.


46

c. Tabulasi

Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini

diperlukan ketelitian dan kehati-hatian agar tidak terjadi kesalahan, khususnya

dalam tabulasi silang. Tabel tabulasi ini dapat berbentuk sebagai berikut :

1) Tabel pemindahan(transfer tabel)

Tabel pemindahan disebut juga lembaran pemindahan atau lembaran kode

atau lembaran ringkasan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari

kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini terdiri atas kolom dan

baris. Kolom pertama yang terletak paling kiri digunakan untuk nomor urut

atau kode responden. kolom kedua dan selanjutnya digunakan untuk

variabel-variabel yang terdapat dalam kuesioner (pencatatan pengamatan).

Baris digunakan untuk setiap responden.

2) Tabel biasa (main table)

Tabel biasa adalah tabel yang disusun berdasarkan sifat responden tertentu

dan tujuan tertentu. Tabel biasa sifatnya kolektif dan memuat beberapa jenis

informasi.

3) Tabel analisis (talk table)

Tabel analisis adalah tabel yang memuat suatu jenis inormasi yang telah

dianalisis. Dari tabel analisis dapat ditarik kesimpulan (generalisasi), tabel

ini hanya memuat satu jenis informasi.


47

4) Cleaning

Kegiatan terakhir adalah cleaning yaitu pemeriksaan kembali semua data

yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari

terjadinya kesalahan pemasukan data. Data-data yang telah didapat dan

diolah kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel, dan tekstual serta

selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk penjelasan.

3.8.2 Teknik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah menganalisis setiap variabel dari hasil tiap

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2012). Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat

distribusi frekuensi pada masing- masing variabel.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel

(Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa

tingkat akhir Universitas Halu Oleo. Analisis yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu uji Chi Square untuk hubungan yang signifikan antara pola makan,

tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo. Uji Chi Square dilakukan menggunakan program SPSS

(Statistical Package for Social Science)versi 24.00 Windows.

1) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

2) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima


48

(Sumber : Sopiyudin, 2014)

Rumus Chi Square :

Keterangan :

X2 : Nilai Chi Square

fe : Frekuensi ekspektasi/harapan

fo : Frekuensi observasi/pengamatan

Menurut Hastono dan Sutanto (2007) dalam (Santoso, 2018) terdapat

aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti

SPSS adalah sebagai berikut:

1) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5, dan

lebih dari 20% dari jumlah sel.

2) Jika keterbatasan tersebut terjadi pada saat uji Chi-Square, peneliti harus

menggabungkan kategori-kategori yang berdekatan dalam rangka

memperbesar frekuensi harapan dari sel-sel tersebut (penggabungan ini dapat

dilakukan untuk analisis tabel silang 2x2, misalnya 3x2, 3x4, dsb).

3) Andai saja keterbatasan tersebut terjadi pada tabel 2x2, maka dianjurkan

menggunakan uji Fisher exact.

3.8.3 Teknik Penyajian Data

Data-data yang telah didapat dan diolah kemudian ditampilkan dalam

bentuk tabel, distribusi, frekuensi dan tekstual serta selanjutnya di interpretasikan

dalam bentuk penjelasan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Universitas Halu Oleo yang disingkat UHO merupakan Perguruan Tinggi

Negeri di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Universitas Halu Oleo saat ini

memiliki 15 fakultas untuk jenjang S1 diantaranya Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas

Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Peternakan,

Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas

Ilmu dan Teknologi Kebumian, kemudian Program Pendidikan Vokasi dan

Pascasarjana. Universitas Halu oleo memiliki luas kampus ± 250 Ha. Secara

geografis wilayah penelitian berada pada 222 ° 30’ - 222 ° 37’ BT dan 05 ° 00’ -

04°08’ dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kali Wanggu Kecamatan Kadia

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kali Wanggu Kecamatan Wua-Wua.

49
50

4.1.2 Visi Misi Universitas Halu Oleo

a. Visi

1) Visi Universitas Halu Oleo 2019 : Menjadi perguruan tinggi unggul di

Indonesia, bermartabat, berbudaya akademik, menghasilkan SDM cerdas

komprehensif dalam pengembangan pesisir, kelautan, dan perdesaan.

2) Visi Universitas Halu Oleo 2045 : Menjadi 250 perguruan tinggi terdepan

di dunia dalam IPTEKS untuk benua maritim, harmonisasi dan

kesejahteraan berkelanjutan.

3) Maju adalah kemampuan untuk mencapai nilai atau standar tententu yang

diakui dalam pelaksanaan tridharma yaitu pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Standar

disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Pendidikan Nasional. Universitas Halu Oleo yang maju dapat juga

dilihat/diukur dari kualitas karya ilmiah yang dihasilkan termasuk kiprah

civitas akademika dalam berbagai kegiatan ilmiah dan kemasyarakatan

ditingkat regional, nasional dan internasional.

4) Bermartabat adalah tingkat harkat kemanuasiaan atau harga diri. Universitas

yang bermartabat adalah universitas yang menjadikan sivitas akademikanya

mempunyai harga diri yang tinggi berpedoman kepada keyakinan dasar

nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur.

5) Berbudaya akademik berarti dalam semua kegiatannya, sivitas akademika

akan senantiasa berinovasi untuk menemukan cara yang efektif dan efisien,

memiliki kompentensi dan kapabilitas, berwawasan, memahami cara


51

mengimplementasi IPTEKS dengan baik, serta menjunjung tinggi

profesionalisme.

6) Cerdas komprehensif meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas

sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.

b. Misi

1) Mengembangkan pendidikan berbasis riset dengan memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi sehingga lulusannya mampu bersaing, dan beradaptasi

dalam kancah global.

2) Mengembangkan penelitian unggulan yang berorientasi pada publikasi dan

perolehan hak paten.

3) Menerapkan hasil-hasil penelitian dan produk unggul lainnya bagi

kesejahteraan institusi, masyarakat dan kemajuan IPTEKS.

4) Menguatkan sistem tata kelola universitas yang transparan dan akuntabel

sehingga mampu memberikan layanan prima dalam pendidikan.

5) Mengembangkan potensi mahasiswa dibidang penalaran, olahraga, seni

budaya, dan kewirausahaan, untuk membangun citra Universitas Halu Oleo

di tingkat nasional dan internasional.

6) Mengembangkan lingkungan universitas yang nyaman, aman, dan

berwawasan lingkungan.

7) Meningkatkan kualitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu perguruan

tinggi untuk menjamin kepastian layanan kepada stakeholder.


52

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang ditampilkan meliputi jenis kelamin, umur,

dan tempat tinggal. Lebih lanjutnya berikut karakteristik responden tersebut :

a. Umur

Distribusi responden berdasarkan umur dalam penelitian ini disajikan pada

tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Jumlah
No. Umur
n %
1. 20 1 0,9
2. 21 22 19,0
3. 22 54 46,6
4. 23 40 33,6
Total 116 100%
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar responden berusia 22 tahun

(46,6%) dan respoden paling sedikit berusia 20 tahun yaitu 1 responden (0,9%).

b. Jenis Kelamin

Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian

ini disajika pada tabel berikut :

Tabel 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah
No. Jenis Kelamin
n %
1. Laki-laki 37 31,9
2. Perempuan 79 68,1
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
53

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 79 responden (68,1 %) sedangkan responden laki-laki

sebanyak 37 responden (31,9%).

c. Tempat Tinggal

Distirbusi jumlah responden berdasarkan tempat tinggal dalam penelitian

ini disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Jumlah
No. Tempat Tinggal
n %
1. Rumah (bersama keluarga) 35 30,2
2. Kost / kontrakan (tanpa keluarga) 81 69,8
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.3 menunjukkan 81 responden (69,8%) bertempat tinggal di kost /

kontrakan tanpa keluarga dan 35 responden (30,2%) tinggal di rumah bersama

keluarga.

d. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Distribusi jumlah responden berdasarkan IMT dalam penelitian ini dapat

disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Jumlah
No. IMT
n %
1. 13 – 17 21 18,1
2. 18 – 22 71 61,21
3. 23 – 27 20 17,24
4. 28 – 32 4 3,45
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
54

Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar responden memiliki angka IMT

18-22 yaitu sebanyak 71 responden (61,21%) dan paling sedikit pada IMT 28-32

yaitu 4 responden (3,45%).

4.2.2 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah menganalisis setiap variabel dari hasil tiap

penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap

variabel (Natoatmodjo, 2012).

a. Status Gizi

Status gizi merupakan ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang terkait

asupan nutrisi yang diniliai berdasarkan indeks massa tubuh. Distribusi jumlah

responden berdasarkan status gizi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Jumlah
No. Status gizi
n %
1. Kurus 32 27,6
2. Normal 70 60,3
3. Gemuk 14 12,1
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.5 menunjukkan dari 116 responden (100%), 32 responden (27,6%)

tergolong kedalam kategori kurus, 70 responden (60,3%) kategori normal, dan 14

responden (12,1%) tergolong kedalam kategori gemuk.

b. Pola Makan

Pola makan merupakan kebiasaan mengonsumsi makanan yang meliputi

frekuensi, waktu, dan menu makanan yang dikonsumsi responden dalam kurun
55

waktu satu bulan terakhir sebelum dilakukannya penelitian. Distiribusi responden

berdasarkan pola makan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Makan Pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleh Tahun 2021

Jumlah
No. Pola Makan
n %
1. Baik 57 49,1
2. Buruk 59 50,9
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.6 menunjukkan dari total 116 responden (100%), 59 responden

(50,9%) memiliki pola makan yang buruk dan 57 responden (49,1%) memiliki

pola makan yang baik.

c. Tingkat Stres

Stres secara spesifik dapat diartikan sebagai respon fisik otomatis terhadap

tantangan atau situasi lain yang mengharuskan seseorang untuk beradaptasi

dengan perubahan (Permata et al., 2019). Distribusi responden berdasarkan

tingkat stres dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Jumlah
No. Tingkat Stres
n %
1. Kondisi normal 20 17,2
2. Kondisi stres 96 82,8
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.7 menunjukkan dari total 116 responden (100%), 96 responden

(82,8%) mengalami stres dan 20 responden (17,2%) dalam kondisi normal.


56

d. Durasi Tidur

Durasi tidur merupakan lama waktu tidur seseorang dari malam hingga

pagi hari. Distiribusi responden berdasarkan durasi tidur dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Tidur Pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

No. Jumlah
Durasi Tidur
n %
1. Kurang 61 52,6
2. Cukup 55 47,4
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.8 menunjukkan dari 116 responden (100%), 61 reponden (52,6%)

memiliki durasi tidur yang kurang sedangkan 55 responden (47,3%) memiliki

durasi tidur yang cukup.

4.2.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel

(Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu uji Chi Square dengan syarat pengambilan keputusan

sebagai berikut :

Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

(Sumber : Sopiyudin, 2014).


57

a. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir


Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Hasil analisis univariat antara pola makan dengan status gizi mahasiswa

tingkat Akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.9 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Status Gizi
P
Pola Jumlah
No Kurus Normal Gemuk Value
Makan
n % n % n % N %
1. Baik 12 21,1 34 59,6 11 19,3 57 100
0,037
2. Buruk 20 33,9 36 61,0 3 5,1 59 100
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.9 menunjukkan status gizi kurus pada responden dengan pola

makan baik sebanyak 12 responden (21,1%), responden dengan status gizi normal

yang memiliki pola makan baik sebanyak 34 responden (59,6%), dan status gizi

gemuk dengan pola makan baik sebanyak 11 responden (19,3%). Responden

dengan pola makan buruk yang tergolong kedalam kategori status gizi kurus

sebanyak 20 responden (33,9%), 36 responden (61,0%) dengan status gizi normal

dan pola makan yang buruk, serta 3 responden (5,1%) dengan pola makan buruk

pada kategori status gizi gemuk. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai

p=0,037 (p<0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat

hubungan antara pola makan dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021.


58

b. Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir


Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Hasil analisis univariat tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat

akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.10 Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat
Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Status Gizi
P
No Tingkat Jumlah
Kurus Normal Gemuk Value
Stres
n % n % n % N %
Kondisi
1. 6 30,0 12 60,0 2 10,0 20 100
Normal
0,934
Kondisi
2. 26 27,1 58 60,4 12 12.5 96 100
Stres
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.10 menunjukkan responden yang tergolong status gizi kurus

dengan tingkat stres yang normal sebanyak 6 responden (30,0%), pada status gizi

normal dengan tingkat stres yang normal sebanyak 12 responden (60,0%), dan 2

responden (10,0%) status gizi gemuk tergolong kedalam kondisi tingkat stres

yang normal. Responden dengan status gizi kurang dengan kondisi stres sebanyak

26 responden (27,1%), status gizi normal dengan kondisi stres sebanyak 58

responden (60,4%), dan responden dengan status gizi gemuk yang mengalami

stres sebanyak 12 responden (12,5%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan

nilai p=0,934 (p>0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak

terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa tingkat

akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021.


59

c. Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir


Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Hasil analisis univariat antara durasi tidur dengan status gizi mahasiswa

tingkat akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.11 Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat
Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Status Gizi
P
No Durasi Jumlah
Kurus Normal Gemuk Value
Tidur
n % n % n % N %
1. Kurang 18 29,5 39 63,9 4 6,6 61 100
0,158
2. Cukup 14 25,5 31 56,4 10 18,2 55 100
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021

Tabel 4.11 menunjukkan responden dengan status gizi kurus yang

memiliki durasi tidur yang kurang sebanyak 18 responden (29,5%), status gizi

normal dengan durasi tidur kurang sebnayak 39 responden (63,9%), dan 4

responden (6,6%) yang tergolong kedalam status gizi gemuk dengan durasi tidur

yang kurang. Terdapat 14 responden (25,5%) dengan status gizi kurang memiliki

durasi tidur yang cukup, 32 responden (56,4%) status gizi normal dengan durasi

tidur yang cukup, dan 10 responden (18,2%) responden yang gemuk memiliki

durasi tidur yang cukup. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p=0,158

(p>0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak terdapat

hubungan antara durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021.


60

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Status gizi merupakan gambaran ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi

yang diperoleh dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (Susetyowati,

2016). Peranan utama gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan

secara menyeluruh, mencegah penyakit dan memperlambat proses penuaan

(Pritasari et al., 2017). Diusia dewasa seseorang berada pada puncak masa

produktivitasnya sehingga golongan usia ini cenderung mengabaikan masalah

kesehatan salah satunya terkait pola makan.

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan

minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi sehingga akan

mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat (Pedoman Gizi Seimbang,

2014). Makanan merupakan salah satu kesenangan dalam kehidupan, pemilihan

makanan secara bijak di usia dewasa dapat menunjang kemampuan seseorang

dalam menjaga kesehatan fisik, emosional, mental dan mencegah penyakit

(Pritasari et al., 2017).

Hasil analisis bivariat mengenai hubungan pola makan dengan status gizi

mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkam hasil

terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan hasi uji statistik Chi Square

menunjukkan nilai p=0,037 (p<0,05).


61

Saat melakukan banyak aktivitas, seseorang cenderung akan fokus pada

aktivitas tersebut dan melupakan waktu makan bahkan saat dirinya merasa lapar

sehingga tercipta kebiasaan makan yang tidak sehat. Mahasiswa yang berada

ditingkat akhir merupakan golongan masyarakat usia dewasa dengan tingkat pola

aktivitas yang padat sehingga sangat rentan terhadap pola makan yang buruk.

Banyak responden yang cenderung tidak mengatur pola makan dengan baik dan

tidak memperhatikan jenis makanan yang mereka konsumsi.

Berdasarkan kuesioner penelitian, mahasiswa yang tinggal bersama

keluarga dirumah cenderung memiliki pola makan yang baik sedangkan

mahasiswa yang tinggal dikost atau kontrakan lebih banyak yang memiliki pola

makan yang buruk. Jenis makanan yang dikonsumsi mahasiswa yang tinggal

bersama keluarga dirumah dan mahasiswa yang tinggal dikost atau kontrakan

tidak bersama keluarga tidak jauh berbeda. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa

banyak mengonsumsi makanan yang dibeli disekitaran kampus. Sogari et al.,

(2018) menyatakan lingkungan fisik juga mempengaruhi perilaku makan

seseorang. Lingkungan universitas dapat memiliki pengaruh positif dan negatif

pada kebiasaan makan dimana jenis makanan yang tersedia dilingkungan

universitas akan membetuk kebiasaan makan mahasiswa. Perbedaan yang paling

jelas terlihat pada frekuensi makan responden dimana mahasiswa yang tinggal

bersama orang tua lebih banyak yang memiliki frekuensi makan tiga kali sehari

dengan jadwal yang tepat dibandingkan mahasiswa kost yang cenderung hanya

mengonsumsi makanan satu hingga dua kali sehari.


62

Nasi adalah makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi responden

dalam penelitian ini, sagu menjadi makanan pokok kedua yang banyak

dikonsumsi responden tapi tidak terlalu sering karena hanya akan dikonsumsi

pada saat tertentu saja seperti ketika responden mengonsumsi makanan tradisional

yaitu sinonggi atau kapurung. Tempe, tahu, telur, ikan, dan ayam adalah sumber

protein yang banyak dikonsumsi responden karena jenis bahan makanan tersebut

merupakan jenis bahan makanan yang paling banyak dijual di warung maupun

rumah makan disekitaran kampus Universitas Halu Oleo.

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian, dari 59 responden (50,9%) yang

memiliki pola makan yang buruk, terdapat 20 responden (33,9%) dengan status

gizi kurus. Mayoritas responden sering melewatkan sarapan pagi dan baru

mengonsumsi makanan disiang hari dan makan malam diwaktu yang terlalu

malam dengan menu makanan yang tidak lengkap. Kebiasan ini dianggap sebagai

hal yang wajar dikalangan mahasiswa tingkat akhir karena pola aktivitas yang

padat sehingga menyempatkan diri untuk mengonsumsi makanan terasa sebagai

hal yang sangat sulit. Mayotritas responden yang melewatkan sarapan pagi tidur

terlalu malam dan bangun terlambat sehingga sulit untuk mengonsumsi makanan

sebelum beraktivitas dan baru mengonsumsi makanan disiang hari. Responden

dengan status gizi kurus cenderung kurang mengonsumsi makanan sumber protein

dan lemak serta jarang mengonsumsi cemilan, diperburuk dengan frekuensi

makanan yang kurang sehingga tubuh kehilangan suplai energi dalam waktu yang

lama selama beraktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Tok et
63

al., (2018) yang menunjukkan hasil sangat sedikit mahasiswa yang mengonsumsi

makanan dengan menu yang lengkap sesuai dengan pola makan yang seimbang.

Sarapan dipagi hari sangat penting karena saat bangun tidur sistem cerna

dalam keadaan kosong sehingga harus diisi melalui makan pagi atau sarapan.

Sarapan tidak hanya berfungsi sebagai penghilang rasa lapar, namun juga

berfungsi sebagai penyuplai energi yang dibutuhkan bagi tubuh agar dapat

beraktivitas secara optimal. Suplai energi yang optimal dan menyehatkan bagai

bahan bakar yang akan membuat organ tubuh bekerja dengan baik (P2PTM,

2018). Makan siang dan makan malam juga sangat penting untuk dipenuhi karena

setelah beraktivitas tubuh memerlukan suplai energi dari makanan yang

dikonsumsi.

Hasil kuesioner penelitian menunjukkan responden dengan pola makan

buruk namun memiliki status gizi normal sebanyak 36 responden (61%).

Responden dengan status gizi normal namun memiliki pola makan yang buruk

memiliki frekuensi makan yang kurang. Meskipun begitu, saat makan responden

tersebut mengonsumsi makanan dengan jenis yang beragam yang terdiri dari

makanan pokok berupa nasi, lauk pauk hewani dan nabati yaitu ayam, ikan, tahu,

dan tempe, serta sayuran. Hal tersebut dikarenakan responden mengonsumsi

makanan yang dibeli di rumah makan yang pada umumnya makanan tersebut

sudah memiliki menu yanng lengkap. Responden dengan pola makan buruk

namun memiliki status gizi normal juga sering mengonsumsi cemilan dan

minuman manis. Hasil penelitian Sprake et al., (2018) menunjukkan konsumsi

cemilan berhubungan secara positif terhadap asupan energi bagi tubuh. Dalam
64

penelitian ini meskipun responden memiliki frekuensi makan yang kurang namun

mereka tetap mendapatkan asupan energi dari makanan saat makan dan cemilan

yang mereka konsumsi.

Responden dengan pola makan baik namun memiliki status gizi lebih

sebanyak 11 responden (78,6%). Responden tersebut sering mengonsumsi makan

sumber protein nabati dan hewani serta karbohidrat namun mereka juga sering

mengonsumsi gorengan dan minuman manis. Penelitian oleh Malik et al. (2013)

menunjukkan bahwa asupan minuman manis terutama dalam jumlah berlebih

dapat meningkatkan resiko kenaikan berat badan atau gemuk. Konsumsi makanan

berminyak utamanya dengan jumlah yang berlebih bisa meningkatkan resiko

penambahan berat badan. Gorengan merupakan sumber lemak jenuh, asupan

asam lemak trans yang tinggi dan berlebihan dapat beresiko terjadinya

penambahan berat badan dan peningkatan kegemukan atau overweight (Wismoyo,

2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanah

(2020) dengan hasil terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi

pada mahasiswa (p=0,001) dimana semakin baik pola konsumsi makanan

mahasiswa maka semakin besar kemungkinan untuk memiliki status gizi dengan

kategori yang baik pula.

4.3.2 Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Hans Selye dalam Nicholas (2016) menyatakan bahwa stres adalah

keadaan yang "tidak spesifik" sebagai tanggapan tubuh terhadap setiap tuntutan

yang dibuat atasnya. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan.
65

Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika

berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang tepat. Akumulasi stres

merupakan akibat dari ketidak mampuan individu dalam mengatasi dan

mengendalikan stresnya (Hasmawati et al., 2021). Saat seseorang dalam kondisi

yang berbeda dari biasanya dan merasakan tekanan akibat dari perubahan tersebut

maka disitulah stres mulai timbul.

Mahasiswa yang berada pada semester akhir cenderung lebih mudah

mengalami stres akibat banyaknya tuntutan utamanya mengenai pengerjaan tugas

akhir yang menjadi syarat kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana. Saat

mengalami stres, seseorang bisa mnegalami perubahan pola makan sebagai

metode pengendalian stres. Dalam hal ini, makan digunakan untuk

menghilangkan tekanan atau beban yang terlampau berat atau mengonsumsi

makanan secara berlebih (over eating), sehingga memunculkan perilaku makan

yang tidak sehat yang dapat memengaruhi asupan gizi atau yang dikenal dengan

emotional eating. Akan tetapi, tidak jarang pula dengan adanya tekanan atau

beban yang berat, mahasiswa memilih untuk makan sedikit atau tidak makan yang

dapat menurunkan status gizinya (under eating) (Angesti & Manikam, 2020).

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan tingkat stres dengan status gizi

mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkan hasil

tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat

akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan hasil analisis uji chi square

menunjukkan hasil p=0,934 (p>0,05).


66

Mayoritas responden mengalami stres dalam proses pengerjaan tugas

akhirnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami rasa takut

dan kecewa terhadap proses pengerjaan tugas akhir yang mereka lakukan.

Responden menyatakan terkadang proses pengerjaan tugas akhir yang mereka

lakukan mengalami kendala seperti kesulitan dalam menemukan waktu untuk

konsultasi dengan pembimbing, kesulitan dalam menemukan ide penyusunan

tugas akhir, dan merasa takut terhadap hasil penelitian yang dikerjakan maupun

respon dari dosen pembimbing dan penguji saat konsultasi dan ujian. Responden

kadang-kadang hingga sangat sering merasakan pengerjaan tugas akhir yang

mereka lakukan sangat berat sehingga rasa lelah dan tidak percaya diri dalam

pengerjaan tugas akhirnya sulit untuk diatasi. Meski begitu, responden tetap

berusaha membangkitkan rasa percaya dirinya dan berusaha mengotrol berbagai

kendala yang mereka alami dalam proses pengerjaan tugas akhir. Mayoritas

responden menyatakan meskipun terasa sulit, pengerjaan tugas akhir memberi

banyak pengalaman berharga yang akan selalu dikenang dan dirindukan ketika

mereka berhasil menyelesaikan tugas akhirnya dan mendapatkan gelar sarjana.

Responden mengaku merasa senang dengan proses yang mereka lalui dan

berusaha agar tidak menyerah sebelum tujuan mereka tercapai.

Secara umum terdapat dua jenis stres yaitu stres akut dan stres kronis.

Stres akut terjadi dalam jangka waktu yang terbilang singkat dengan tekanan yang

kuat dan menghilang dengan cepat. Stres yang dialami secara akut telah dikaitkan

dengan nafsu makan yang terhambat (Sominsky & Spencer, 2014). Hal tersebut

dikarenakan oleh aktivitas kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon adrenalin


67

yang menekan nafsu makan sehingga seseorang akan kehilangan nafsu makan

(Sukianto et al., 2020). Sedangkan stres kronis sendiri merupakan stres yang

terjadi dalam jangka waktu panjang. Stres kronis menyebabkan peningkatan

produksi hormon stres atau kortisol. Kortisol memicu keinginan untuk makan

makanan yang asin, manis, dan juga tinggi lemak karena memberikan energi dan

kesenangan. Hormon kortisol memiliki fungsi sebagai pengaturan glukosa darah

sebagai cadangan energi tubuh (Gryzela & Ariana, 2021). Guyton dalam

Trimawati & Wakhid (2018) mennyatakan bahwa kortisol akan menstimulasi

metabolisme karbohidrat dan lemak, pelepasan insulin dan glukosa darah

sehingga hasil akhir dari respon tersebut dapat meningkatkan nafsu makan.

Reaktivitas kortisol dibawah stres adalah prediktor kuat dari perilaku makan yang

diinduksi stres dan dapat mempengaruhi indeks massa tubuh (IMT) (Herhaus et

al., 2020).

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa responden yang mengalami stres

cenderung memiliki status gizi normal. Stres yang dialami responden cenderung

tidak konstan atau sering berubah-ubah sehingga stres yang dialami responden

tidak benar-benar mempengaruhi pola makan responden secara signifikan yang

dapat mempengaruhi status gizi. Dalam proses penelitian diketahui responden

yang mengalami stres cenderung kehilangan nafsu makannya, namun dalam

beberapa waktu kemudian responden kembali memiliki nafsu makan yang normal.

Perubahan perilaku makan akibat stres tidak cukup kuat untuk bisa mempengaruhi

status gizi dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh Banyak faktor lain yang

bisa mempengaruhi status gizi seperti aktivitas fisik, pengetahuan gizi, kontrol
68

orang tua, pengaruh teman sebaya, uang saku, dsb (Wijayanti et al., 2019). Stresor

atau penyebab stres pada responden dalam penelitian ini juga tidak menimbulkan

ancaman pada responden dimana respon stres yang jauh lebih kuat lebih mungkin

menghasilkan perubahan perilaku makan akibat stresor dengan ancaman (Hill et

al., 2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Angesti & Manikam (2020) dengan hasil p=0,151 (p>0.05) yang berarti tidak

terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa tingkat

akhir S1 Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin.

4.3.3 Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Tidur adalah suatu keadaan dimana terdapat perubahan kesadaran saat

beristirahat dengan menurunnya respon individu terhadap lingkungan (Mufidah &

Dewi Soeyono, 2021). Kualitas tidur seseorang dilihat dari durasi tidurnya,

dimana kurangnya waktu tidur adalah salah satu penyebab buruknya kualitas

tidur. Peran yang dimiliki oleh durasi tidur, salah satunya adalah pengaturan

metabolisme hormon, seperti hormon leptin dan ghrelin, seseorang yang tidak

mendapatkan tidur yang cukup maka hormon ghrelin (hormon yang menimbulkan

rasa lapar) akan meningkat, serta hormon leptin (menahan rasa lapar) akan

menurun. Kondisi ini berpengaruh pada konsumsi energi dan Indeks Massa Tubuh

(IMT) (Kurniawati et al., 2016).

Hasil uji bivariat untuk melihat hubungan antara durasi tidur dengan status

gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkan
69

hasil p=0,158 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara durasi tidur

dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021.

Hasil kuesioner penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki

durasi tidur yang kurang serta mulai tidur diwaktu yang terlalu malam yaitu diatas

jam 11 malam bahkan banyak responden yang baru mulai tidur diatas jam 1 pagi.

Hasil penelitian menunjukkan responden mengonsumsi makanan dijam yang

terlalu malam dan banyak mengonsumsi cemilan saat begadang. Selama tidur

normal, penggunaan glukosa dan produksi glukosa turun secara bersamaan selama

bagian pertama malam dan meningkat secara bersamaan selama jam-jam

menjelang fajar (Vargas et al., 2014). Penelitian Scheen dalam Vargas et al

(2014) menemukan bagaimanapun subjek dipertahankan saat istirahat tetapi

kurang tidur, pola pemanfaatan glukosa diubah dan kadar glukosa menjadi

konstan sepanjang malam. Kekurangan tidur dapat meningkatkan asupan energi

berlebih dengan memengaruhi perilaku makan dan komposisi makanan. Ada

hubungan yang mapan antara durasi tidur pendek dan total energi dan asupan

lemak yang lebih tinggi. Misalnya, individu yang tidur kurang dari 7 jam per

malam memiliki proporsi asupan energi total yang jauh lebih tinggi dari lemak,

dibandingkan dengan mereka yang tidur 7-9 jam per malam yang

direkomendasikan (Frank et al., 2017).

Responden yang memiliki durasi tidur yang kurang cenderung banyak

mengonsumsi makanan dan cemilan dimalam hari namun sering melewatkan

sarapan pagi dan baru mengonsumsi makanan disiang hari. Beberapa responden

yang terjaga dimalam hari juga hanya fokus mengerjakan tugas akhirnya sehingga
70

tidak semua waktunya dimalam hari dihabiskan untuk menyantap makanan

maupun minuman dimana hal tersebut sesuai dengan teori yang mengemukakan

bahwa gaya hidup dan motivasi seseorang untuk tetap terjaga mampu mengatasi

kelelahan, sehingga membuat seseorang memperoleh jumlah jam tidur yang

pendek (Rachmadianti & Puspita, 2020). Konsumsi makanan dimalam hari yang

berelebih berisiko meningkatkan penambahan berat badan, namun keseimbangan

antara antara asupan kalori dan aktivitas fisik merupkanan faktor kunci utama

perubahan status gizi (Vargas et al., 2014). Dalam studi lain pada mahasiswa,

bagaimanapun, durasi tidur tidak secara signifikan terkait dengan status berat

badan karena berbagai faktor lain (Sa et al., 2020). Hasil penelitian Garfield

(2019) menunjukkan faktor demografi, perilaku kesehatan, dan masalah kesehatan

mampu mempengaruhi perubahan IMT akibat dari durasi tidur. Meskipun

responden memiliki durasi tidur yang kurang namun banyak faktor lain yang bisa

mempengaruhi status gizi responden dalam penelitian ini seperti ketersedian

bahan makanan karena meskipun seseorang merasa ingin mengonsumsi makanan,

jika tidak terdapat makanan yang tersedia makan keinginan untuk mengonsumsi

makanan tidak bisa terpenuhi.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mufidah & Dewi Soeyono (2021) dimana hasil penelitian menunjukkan

nilai p-value sebesar 0.769 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara durasi tidur terhadap status gizi mahasiswa Program Studi Gizi

Unesa.
71

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian dilakukan diera pandemi covid-19.

2. Dalam proses penelitian banyak responden utamanya perempuan yang

menolak melakukan pengukuran berat badan.

3. Banyak responden yang menolak untuk didokumentasikan saat mengukur

berat dan tinggi badan karena merasa malu.

4. Penelitian ini dilakukan didalam lingkup kampus Universitas Halu Oleo

sehingga banyak mahasiswa menolak menjadi responden karena alasan

sedang sibuk.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo mengenai hubungan pola makan, tingkat stres, dan durasi

tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo Tahun

2021 dapat disimpulkan bahwa :

a. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi mahasiswa tingkat akhiSSSSr

Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan p=0,037 (p<0,05).

b. Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan p=0,934 (p>0,05).

c. Tidak ada hubungan antara durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir

Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan p=0,158 (p>0,05).

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswa Universitas Halu Oleo

Peneliti berharap mahasiswa yang sedang dalam proses pengerjaan skripsi

agar lebih memperhatikan pola hidupnya seperti mengontrol status gizi, menjaga

pola makan, mengendalikan tingkat stres, dan menjaga waktu istirahat sehingga

gangguan kesehatan bisa dihindari. Mahasiswa diharapkan bisa mengurangi

beragam aktivitas yang tidak terlalu mendesak yang dapat memperpadat kegiatan

mahasiswa seperti kegiatan organisasi yang berlebih, bermain game hingga subuh

hari, jalan-jalan, dsb. Tubuh yang sehat dan hidup yang produktif adalah dambaan

semua orang dan hal tersebut bisa tercapai dengan menerapkan pola hidup yang

72
73

sehat sejak dini karena cara kita menjalani hidup saat ini akan mempengaruhi

kehidupan kita diwaktu yang akan datang.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi data awal bagi institusi pendidikan

terkait agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga masalah yang

berkaitan mengenai kesehatan fisik, mental, dan gangguan istirahat pada

mahasiswa utamanya yang berada ditingkat akhir bisa mendapatkan perhatian.

Pihak Universitas diharapkan bisa mengambil tindakan intervensi seperti

mengadakan pendidikan kesehatan disemua jurusan sehingga semua mahasiswa

setidaknya memiliki ilmu mengenai kesehatan dasar. Pihak Universitas

selanjutnya diharapkan memiliki program khusus terkait pemantauan kesehatan

mahasiswa utamanya mengenai status gizi sehingga mahasiswa bisa mengetahui

keadaan kesehatannya dan program tersebut diharapkan bisa dijangkau oleh

semua kalangan mahasiswa. Selain itu pihak Universitas juga diharapkan bisa

gencar mempromosikan gaya hidup sehat dikalangan mahasiswa baik melalui

media sosial maupun media lainnya.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan bisa mengembangkan penelitian ini

sehingga berbagai macam faktor lain yang bisa menyebabkan gangguan gizi pada

mahasiswa dapat dibahas lebih lanjut dan bisa melengkapi kekurangan dalam

penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abel, Y., Nur, M. L., Toy, S. M., & Jutomo, L. 2020. Stres, Pola Konsumsi, dan
Pola Istirahat Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana. Timorese Journal of Public Health, 1(2).
https://doi.org/10.35508/tjph.v1i2.2126
Adan, A.,Archer, S. N., Hidalgo, M. P., Dimilia, L., Natale, V., Randler, C., 2012.
Circardian Typology: A Comprehensive Review. Chronobiol Int. 29(9):
1153-75.
Adiningsih, S. 2010. Waspada Gizi Balita Anda. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
Angesti, A. N., & Manikam, R. M. 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(1).
https://doi.org/10.37012/jik.v12i1.135
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dimitriou, L., Hill, J.A., Jehnali, A. et al. 2015. Influence of a montmorency
cherry
juice blend on indices of exercise-induced stress and upper respiratory tract
symptoms following marathon running—a pilot investigation. J Int Soc
Sports Nutr 12, 22. https://doi.org/10.1186/s12970-015-0085-8
Direktorat Gizi Masyarakat. 2018. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Kemenkes RI. Jakarta.
Dimitriou, L., Hill, J. A., Jehnali, A., Dunbar, J., Brouner, J., McHugh, M. P., &
Howatson, G. 2015. Influence of a montmorency cherry juice blend on
indices of exercise-induced stress and upper respiratory tract symptoms
following marathon running--a pilot investigation. Journal of the
International Society of Sports Nutrition, 12, 22.
https://doi.org/10.1186/s12970-015-0085-8
Donsu, Jenita DT. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. 2021. Dampak Pembelajaran Jarak
Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi
COVID-19. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan,

74
75

1(2). https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656
Frank, S., Gonzalez, K., Lee-Ang, L., Young, M. C., Tamez, M., & Mattei, J.
2017. Diet and sleep physiology: Public health and clinical implications. In
Frontiers in Neurology (Vol. 8, Nomor AUG, hal. 393). Frontiers Media
S.A. https://doi.org/10.3389/fneur.2017.00393
Garfield, V. 2019. The association between body mass index (BMI) and sleep
duration: Where are we after nearly two decades of epidemiological
research? In International Journal of Environmental Research and Public
Health,16(22), 4327. Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
https://doi.org/10.3390/ijerph16224327
Gryzela, E., & Ariana, A. D. 2021. Hubungan antara Stres dengan Emotional
Eating pada Mahasiswa Perempuan yang sedang Mengerjakan Skripsi.
Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), 18.
https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.24328
Hahn, A., Judd, C. M., Hirsh, H. K., & Blair, I. V. 2014. Awareness of implicit
attitudes. Journal of Experimental Psychology: General, 143(3), 1369–1392.
https://doi.org/10.1037/a0035028
Hartono. 2016. Status Gizi dan Interaksinya. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/.
Tersedia pada:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-
balita-dan-interaksinya/ (Diakses: 2 Juli 2021).
Hartono, A. S., Zulfianto, N. A., & Rachmat, M. 2017. Surveilans Gizi (Bahan
Ajar Gizi). Kemenkes RI. Jakarta.
Hasler, B. P., Smith, L. J., Cousins, J. C., & Bootzin, R. R. 2012. Circadian
rhythms, sleep, and substance abuse. Sleep medicine reviews, 16(1), 67–81.
https://doi.org/10.1016/j.smrv.2011.03.004
Hasmawati, Usman, & Umar, F. 2021. Hubungan Stres dengan Pola Konsumsi
pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Muhammadiyah Parepare.
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, 4(1), 122–134.
https://doi.org/10.31850/MAKES.V4I1.409
Hidayah, Ainun. 2011. Kesalahan-kesalahan pola makan pemicu seabrek
penyakit mematikan. Jogjakarta : Penerbit Buku Biru.
Herhaus, B., Ullmann, E., Chrousos, G., & Petrowski, K. 2020. High/low cortisol
reactivity and food intake in people with obesity and healthy weight.
Translational Psychiatry, 10(1), 1–8. https://doi.org/10.1038/s41398-020-
0729-6
Hill, D. C., Moss, R. H., Sykes-Muskett, B., Conner, M., & O’Connor, D. B.
2018. Stress and eating behaviors in children and adolescents: Systematic
76

review and meta-analysis. Appetite, 123, 14–22.


https://doi.org/10.1016/j.appet.2017.11.109
Indira, I. E. 2016. Stress Questionnaire: Stress Investigation From Dermatologist
Perspective. Psychoneuroimmunology in Dermatology. Denpasar.
Istiany, Ari & Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jaehne A, Unbehaun T, Feige B, Cohrs S, Rodenbeck A, Schutz AL, et al. 2015.
Sleep changes in smokers before, during and 3 months after nicotine
withdrawal. Addiction Biology;20(4):747–755. doi: 10.1111/adb.12151.
Kanah, P. 2020. Hubungan Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi
Pada Mahasiswa Kesehatan. Medical Technology and Public Health Journal,
4(2), 203–211. https://doi.org/10.33086/mtphj.v4i2.1199
Kemenkes RI. 2018. Apakah Stres itu?. Direktorat P2PTM, P2PTM Kemenkes RI.
Tersedia pada: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-
stres-itu (Diakses: 2 Juli 2021).
___________. 2019. Peneliti : Pola makan buruk/menu tidak sehat penyebab
satu dari lima kematian. P2PTM Kemenkes RI. Tersedia pada:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/peneliti-pola-makan-
burukmenu-tidak-sehat-penyebab-satu-dari-lima-kematian (Diakses: 5 Juni
2021).
__________. 2019. Tabel Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT).
Kementerian Kesehatan RI. Tersedia pada:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/tabel-batas-
ambang-indeks-massa-tubuh-imt (Diakses: 21 Juli 2021).
Kupeli N, Norton S, Chilcot J, Campbell IC, Schmidt UH, Troop NA. 2017.
Affect systems, changes in body mass index , disordered eating and stress :
an 18-month longitudinal study in women. J J Heal Psychol Behav Med
[Internet];5(1):1–18. Available from:
http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21642850.2017.1316667 1/30
Kurniawati, Y., Fakhriadi, R., & Yulidasari, F. 2016. Hubungan antara Pola
Makan, Asupan Energi, Aktifitas Fisik, dan Durasi Tidur dengan Kejadian
Obesitas pada Polisi. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia,
3(3), 112–117. https://doi.org/10.20527/JPKMI.V3I3.2759
Manginte, A. B. 2015. Hubungan Antara Stres Dengan Status Gizi Mahasiswa
Program S1 Keperawatan Semester Viii Stikes Tana Toraja Tahun 2015.
Jurnal Agrosaint, VI(3).
Morselli, D., & Passini, S. 2012. Rights, democracy and values: A comparison
between the representations of obedience and disobedience in Italian and
Finnish students. International Journal of Intercultural Relations, 36(5), 682–
77

693. https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2012.03.008
Lestari, R. 2018. Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Durasi Tidur dengan
Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 1–9.
Malik, V. S., Pan, A., Willett, W. C., & Hu, F. B. 2013. Sugar-sweetened
beverages and weight gain in children and adults: a systematic review and
meta-analysis. The American journal of clinical nutrition, 98(4), 1084–1102.
https://doi.org/10.3945/ajcn.113.058362
Morselli, Guyon, Spiegel. 2012. Sleep And Metabolic Function. European
Journal Of Physiology. 463 (1): 139-160.
Mubarak, I.W., et al., 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1).
Salemba Medika : Jakarta
Mufidah, R., & Dewi Soeyono, R. 2021. Pola Makan, Aktivitas Fisik, Dan Durasi
Tidur Terhadap Status Gizi Mahasiswa Program Studi Gizi Unesa. Jurnal
Gizi Unesa, 01(2014), 60–64.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/GIZIUNESA/article/view/41499
Niswah, M. 2016. Hubungan Antara Pola Makan Sehari-Hari Dan Gaya Hidup
Sehat Dengan konsentrasi dan prestasi Belajar. Naskah Publikasi Hasil
Skripsi. Universitas Islam Walisongo. Tersedia pada:
http://eprints.walisongo.ac.id/5931/1/123811054.pdf.
NCD-Risc. 2016. Body-Mass Index. NCD Risk Factor Collaboration. Tersedia
pada: https://ncdrisc.org/underweight-population-sunburst.html (Diakses: 17
Juni 2021).
Nicholas, S. E. 2016. The Effect of Stress on Undergraduate College Students in
Relation to Eating Out Behaviors and Weight Status. Journal of Medicine
and Health Sciences Commons Syracuse University, May.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nurkhopipah, Aisyah. 2017. Hubungan kebiasaan makan, tingkat stress,
pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh
mahasiswa s-1 universitas sebelas maret Surakarta. Tesis. Surakarta:
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
P2PTM, K. R. 2018. Kebutuhan Tidur sesuai Usia. Direktorat P2PTM, P2PTM
Kemenkes RI. Tersedia pada: http://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-
p2ptm/obesitas/kebutuhan-tidur-sesuai-usia (Diakses: 4 Juli 2021).
_________. 2018. Mengapa Sarapan Tak Boleh Dilewatkan?.
http://p2ptm.kemkes.go.id. Tersedia pada:
78

https://promkes.kemkes.go.id/mengapa-sarapan-tak-boleh-dilewatkan
(Diakses: 24 Oktober 2021).
Paramashanti, B. A. 2019. Gizi Bagi Ibu dan Anak. PT. Pustaka Baru.
Yogyakarta.
Permata, T. B. M., Octavianus, S., Khumaesa, N. E., Maharani, P., Rahmartani, L.
T., Nicholas, Giselvania, A. dan Panigoro, S. S. 2019. Pedoman Strategi &
Langkah Aksi Pengelolaan Stres. Seri 3. Diedit oleh S. A. Gondhowiardjo,
C. P. Arianie, dan A. Taher. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker
Nasional (KPKN) Periode 2014-2019
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Gizi Seimbang. 24 Juli 2014. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1110. Jakarta.
Pritasari, Damayanti, D. dan Lestari, N. T. 2017. Bahan Ajar Gizi: Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Jakarta.
Priyo Harjatmo, T., M.Par’i, H. dan Wiyono, S. 2017. Bahan Ajar Penilaian
Status Gizi. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Jakarta.
Priyoto., 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba
medika.
Purwanto, A. dan Madona, R. 2016. Gambaran Status Gizi Dan Pola Makan
Mahasiswa Program Studi Diii Keperawatan Tingkat Akhir Stikes Abdi
Nusantara Jakarta Tahun 2016. 40.
Rachmadianti, D., & Puspita, I. D. 2020. Hubungan Asupan Protein,Serat Dan
Durasi Tidur Dengan Status Gizi Mahasiswa S-1 Ilmu Gizi. Jurnal Riset
Gizi, 8(2), 85–89. https://doi.org/10.31983/jrg.v8i2.6274
Relda, dkk, 2013. Gambaran Durasi Tidur Pada Remaja dengan Keleihan Berat
Badan. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 849-
853.
Sa, J., Choe, S., Cho, B. Y., Chaput, J. P., Kim, G., Park, C. H., Chung, J., Choi,
Y., Nelson, B., & Kim, Y. 2020. Relationship between sleep and obesity
among U.S. And South Korean college students. BMC Public Health, 20(1),
1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-020-8182-2
Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. 2014. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pers.
79

Sogari, G., Velez-Argumedo, C., Gómez, M. I., & Mora, C. 2018. College
students and eating habits: A study using an ecological model for healthy
behavior. Nutrients, 10(12). https://doi.org/10.3390/nu10121823
Sominsky, L., & Spencer, S. J. 2014. Eating behavior and stress: a pathway to
obesity. Frontiers in psychology, 5, 434.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2014.00434
Sopiyudin, D. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan (K. Wawan (ed.);
6 ed.). Epidemiologi Indonesia.
Sprake, E. F., Russell, J. M., Cecil, J. E., Cooper, R. J., Grabowski, P.,
Pourshahidi, L. K., & Barker, M. E. 2018. Dietary patterns of university
students in the UK: A cross-sectional study. Nutrition Journal, 17(1), 1–17.
https://doi.org/10.1186/s12937-018-0398-y
Sukianto, R. E., Marjan, A. Q., & Fauziyah, A. 2020. Hubungan tingkat stres,
emotional eating, aktivitas fisik, dan persen lemak tubuh dengan status gizi
pegawai Universitas Pembangunan Nasional Jakarta. Ilmu Gizi Indonesia,
3(2), 113. https://doi.org/10.35842/ilgi.v3i2.135
Sulana, I. O., Sekeon, S. A., & Mantjoro, E. M. 2020. Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kesmas, 9(7).
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susetyowati. 2016. ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
Syarofi, Z. N. 2018. Hubungan Tingkat Stress Dan Emotional
Eating Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Program Studi
S-1 Gizi Reguler Tahun Keempat Universitas Airlangga (Vol.
10, Nomor 2) [Universitas Airlangga]. http://lib.unair.ac.id
Tok, C. Y., Ahmad, S. R., & Koh, D. S. Q. 2018. Dietary habits and lifestyle
practices among university students in universiti Brunei Darussalam.
Malaysian Journal of Medical Sciences, 25(3), 56–66.
https://doi.org/10.21315/mjms2018.25.3.6
Trimawati, T., & Wakhid, A. 2018. Studi Deskriptif Perilaku Emotional Eating
Mahasiswa yang Mengerjakan Skripsi di Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran. Jurnal Smart Keperawatan, 5(1), 52.
https://doi.org/10.34310/jskp.v5i1.164
Vargas, P. A., Flores, M., & Robles, E. 2014. Sleep quality and body mass index
80

in college students: The role of sleep disturbances. Journal of American


College Health, 62(8), 534–541.
https://doi.org/10.1080/07448481.2014.933344
Wangsa, Teguh G.H.W. 2010. Menghadapi Stres dan Depresi. Yogyakarta:
Oryza.
WHO. 2019. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Interpretation
Guide. Nutrition Landacape Information System (NLIS).
_____. 2020. Prevalence of underweight among adults, BMI < 18.5, World health
organisation. Tersedia pada: https://www.who.int/data/gho/indicator-
metadata-registry/imr-details/4804 (Diakses: 5 Juni 2021)
____. 2021. Malnutrition. World health organisation. Tersedia pada:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition (Diakses: 5
Juni 2021).
Wijayanti, A., Margawati, A., & Wijayanti, H. S. 2019. Hubungan Stres, Perilaku
Makan, Dan Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat
Akhir. Journal of Nutrition College, 8(1).
https://doi.org/10.14710/jnc.v8i1.23807
Wismoyo & Putra N . 2018. Meta Analysis of Malnourished Children in
Indonesia View project My Students Research View project. Jurnal Berkala
Epidemiologi 5(September): 298–310.
Willy. 2011. Pola Asuh Makan. Jakarta: EGC.

Yau YHC, Potenza MN. 2014. Stress and Eating Behaviors. Natl Institutes Heal;
38(3):255–67.
81

LAMPIRAN

LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN POLA MAKAN, TINGKAT STRES DAN DURASI TIDUR


DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2021

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan jujur!

2. Berilah tanda centang (√) pada kolom pertanyaan yang sesuai!

3. Setelah mengisi jawaban pada kuesioner ini, mohon diperiksa kembali agar

pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat (kosong)!

A. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur : Tahun

Jenis Kelamin :L/P

Fakultas :

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : cm

Tempat Tinggal selama pengerjaan tugas akhir : a. dirumah bersama orang tua /
keluaraga

b. kost/kontrakan tanpa keluarga


(merantau)
B. PERTANYAAN

a. Pola Makan

Selama mengerjakan tugas akhir dalam kurun waktu minimal 1 bulan terakhir,

apakah anda :

Jawaban Item
No. Pernyataan
Sangat Sering Kadang- Tidak
Sering kadang pernah
1. Sarapan sebelum jam 9 pagi 4 3 2 1
Makan siang tidak lewat dari
2. 4 3 2 1
jam 1 siang.
Makan malam diatas jam 7
3. 1 2 3 4
malam
Mengonsumsi nasi/ ubi/ sagu/
4. 4 3 2 1
jagung saat makan
Mengonsumsi tempe atau tahu
5. 4 3 2 1
saat makan
Mengonsumsi telur/ ikan/
6. daging/ ayam / makanan laut 4 3 2 1
saat makan
7. Mengkonsumsi buah dan sayur 4 3 2 1
Mengonsumsi minuman manis
(sirup, minuman kemasan, teh/
8. 1 2 3 4
kopi kemasan, minuman energi,
thai tea dan sejenisnya)
Mengonsumsi makanan
9. 4 3 2 1
selingan (cemilan)
Mengonsumsi gorengan saat
10. 1 2 3 4
makan atau sebagai cemilan
(Modifikasi Niswah, 2016)
b. Tingkat Stres

Dalam pengerjaan tugas akhir anda, apakah anda sering :

N
Hampir
Pertanyaan Tidak Kadang Sangat
tidak Sering
No. pernah -kadang sering
pernah
1. merasa kecewa
karena proposal/
hasil/ skripsi
0 1 2 3 4
penelitian yang
dikerjakan tidak
memenuhi harapan
pembimbing/penguji
2. merasa tidak dapat
mengendalikan hal-
hal penting dalam 0 1 2 3 4
pengerjaan tugas
akhir anda
3. merasa gelisah dan
tegang terhadap
segala proses ataupun
hasil yang akan anda 0 1 2 3 4
dapatkan dari
penyusunan/
penelitian tugas akhir
anda
4. merasa yakin
mengenai
4 3 2 1 0
kemampuan anda
dalam pengerjaan
tugas akhir?
5. merasa bahwa segala
rencana dan jalannya
pengerjaan tugas 4 3 2 1 0
akhir berjalan sesuai
dengan keinginan
anda?
6. mendapatkan bahwa 0 1 2 3 4
anda tidak dapat
menjalani segala
proses pengerjaan
tugas akhir anda
7. mampu mengontrol
berbagai kendala dan
gangguan dalam 4 3 2 1 0
pengerjaan tugas
akhir
8. merasa senang
dengan proses
4 3 2 1 0
pengerjaan tugas
akhir yang sedang
anda lakukan
9. Seberapa sering anda
merasa marah karena 0 1 2 3 4
sesuatu yang terjadi
diluar kendali anda?
10. Seberapa sering anda
merasa begitu banyak
kesulitan dalam
0 1 2 3 4
pengerjaan tugas
akhir sehingga anda
tidak mampu
mengatasinya?
(Modifikasi Indira, 2016)

c. Durasi Tidur

1) Pada jam berapa anda biasanya mulai tidur di malam hari ?

2) Pada jam berapa anda biasanya bangun di pagi hari ?

3) Berapa lama anda tidur di malam hari ?

a. kurang dari 7 jam

b. 7-8 jam.
Lampiran 2. Output Master Tabel SPSS Penelitian

Berat Tinggi
Status Tempat
Nama Umur Jenis Kelamin Fakultas Badan Badan IMT Pola Makan Tingkat Stres Durasi Tidur
Gizi Tinggal
(kg) (cm)
AAI 22 Perempuan FP 52,5 152 22,72 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
AAR 22 Perempuan MIPA 50 156 20,54 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
ABF 23 Laki-Laki FIB 82 167 29,4 Gemuk Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
AD 22 Perempuan FISIP 45 155 18,73 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
ADC 22 Laki-Laki FIB 46 170 15,91 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ALD 21 Laki-Laki FP 56,2 156 23,09 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
AMA 21 Perempuan FPIK 50,2 153 21,44 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AND 21 Perempuan FISIP 80 165 29,38 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
AND 22 Perempuan FP 46,7 151 20,48 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
ANG 22 Laki-Laki FKM 48,95 168 17,34 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
ANN 22 Perempuan FEB 64 155 26,63 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AR 22 Perempuan FKM 63 143 30,88 Gemuk Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AS 22 Laki-Laki FHIL 65,25 180 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
AS 21 Perempuan FISIP 49 150 21,77 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
ASM 23 Perempuan FKIP 40,5 153 17,3 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
ASM 22 Laki-Laki FEB 48 156 19,72 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
ATH 21 Laki-Laki FP 69,4 175 22,66 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
AUT 22 Laki-Laki FKIP 48,8 160 19,06 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
AVA 20 Perempuan FISIP 60 165 22,03 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AY 21 Laki-Laki FKIP 58,5 160 22,85 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
AYA 21 Perempuan FEB 48 150 21,33 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
DCD 23 Perempuan FKIP 53,3 154 22,47 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
DHN 22 Perempuan MIPA 55 159 21,75 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
DKK 22 Laki-Laki FEB 77,7 163 29,24 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
EAB 22 Laki-Laki FEB 68 162 25,91 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
ELF 23 Perempuan MIPA 52 153 22,21 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ELI 22 Perempuan FH 56,3 155 23,43 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
EPS 21 Perempuan FKM 70 163 26,41 Gemuk Kost Baik Kondisi Normal Kurang
HRW 22 Perempuan FPT 50,15 148 22,89 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
HSN 22 Perempuan FP 50 154 21,08 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
IDD 22 Laki-Laki FIB 61,5 159 24,32 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
IF 23 Laki-Laki FITK 66,75 171 22,82 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IIK 22 Laki-Laki FT 57,25 172 18,69 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IKM 23 Laki-Laki FKIP 53 166 19,23 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
IL 23 Perempuan FKIP 50 150 22,22 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
INS 23 Perempuan FP 45,35 149 20,42 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
IR 23 Perempuan FPT 40,85 150 18,15 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IRN 23 Perempuan FKIP 45 153 18,22 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IRS 23 Perempuan FP 51,8 154 21,84 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ISH 22 Laki-Laki FT 75 170 25,95 Gemuk Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
IYL 23 Laki-Laki FKIP 55 160 21,48 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
JL 23 Perempuan FITK 38,3 160 14,95 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
KAI 22 Laki-Laki FP 56,85 152 24,6 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
KNT 22 Perempuan FK 43,2 155 17,98 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
LND 22 Perempuan FISIP 49 165 17,99 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
LOA 22 Laki-Laki FH 65,15 169 22,81 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
LSA 22 Perempuan FIB 49,5 156 20,34 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
LTH 23 Perempuan FKIP 40,1 150 17,82 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
MAN 23 Perempuan FISIP 60 155 24,97 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MF 21 Laki-Laki FT 50 165 18,36 Kurus Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
MHR 22 Laki-Laki FISIP 45 161 17,36 Kurus Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
MRD 22 Laki-Laki FEB 49 156 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MRF 22 Perempuan FP 42 152 18,17 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MRS 22 Perempuan FPIK 43,2 153 18,45 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MRT 22 Perempuan FKIP 68,3 163 25,7 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MSR 23 Perempuan FP 41,8 153 18,28 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
MT 23 Perempuan FKIP 43,05 147 19,92 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MTA 22 Perempuan FISIP 45 150 20 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
N 22 Perempuan FKM 36,75 160 14,35 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
NN 21 Perempuan FP 47,4 153 20,24 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
NNN 22 Perempuan FEB 33,8 156 13,88 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
NRH 21 Perempuan FISIP 38,85 147 17,97 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
NRH 23 Perempuan FITK 47 159 18,59 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
NRL 23 Perempuan FKIP 53 160 20,7 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
NRN 23 Perempuan FISIP 41,15 151 18,04 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
NSR 22 Perempuan FKIP 45 159 17,79 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Kurang
NVA 23 Laki-Laki FISIP 58 165 21,3 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
RAS 22 Perempuan FARMASI 32,9 140 16,78 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
RFK 22 Laki-Laki FISIP 80 170 27,68 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
RHM 22 Perempuan FISIP 45 150 20 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
RHM 21 Laki-Laki FP 60 170 20,76 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
RI 21 Laki-Laki FT 54,35 176 17,54 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
RMA 23 Laki-Laki MIPA 59 178 18,62 Normal Kost Baik Kondisi Normal Cukup
RMP 21 Laki-Laki FISIP 42,5 160 16,6 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
RR 21 Perempuan FKM 39,45 155 16,43 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
RSM 22 Perempuan FKIP 65 155 27,05 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
RST 22 Perempuan FP 50 155 20,81 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
RSY 21 Perempuan FISIP 52,4 167 18,78 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
S 23 Laki-Laki FKIP 48,4 159 19,14 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
SH 23 Perempuan FH 60 150 26,66 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
SKM 22 Perempuan FEB 51,55 150 22,91 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
SLD 22 Laki-Laki FISIP 89 181 27,16 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
SLN 22 Perempuan FEB 40,55 156 16,63 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SLS 22 Perempuan FP 48,7 158 19,5 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
SLV 21 Perempuan FISIP 49 156 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SMA 21 Perempuan FARMASI 56,2 153 24,01 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
SMH 22 Perempuan FIB 48,38 155 20,13 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
SRI 23 Perempuan FIB 44,5 151 19,51 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SRY 23 Perempuan FP 43,7 150 19,42 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
SSR 23 Perempuan FEB 50,35 155 20,95 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
STA 23 Perempuan FKIP 50,4 160 19,68 Normal Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
STN 21 Perempuan FPIK 46,65 159 18,45 Kurus Kost Baik Kondisi Normal Kurang
SW 21 Perempuan FH 45 159 17,79 Kurus Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
SYI 22 Laki-Laki FISIP 76 176 24,53 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
TRA 23 Perempuan FEB 51 150 22,66 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
TRS 23 Perempuan FPT 38,7 148 17,66 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
TTI 22 Perempuan FPIK 42 153 18,3 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
UCN 23 Perempuan MIPA 45 145 21,4 Normal Rumah Buruk Kondisi Normal Kurang
VF 23 Laki-Laki FH 57,25 163 21,54 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
VHD 23 Laki-Laki FIB 62 165 22,77 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
VLW 23 Perempuan FH 55 155 22,89 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
WAA 23 Perempuan MIPA 42 155 17,58 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
WHL 23 Perempuan FIB 59 149 26,57 Gemuk Kost Baik Kondisi Normal Cukup
WMS 22 Perempuan FARMASI 43 153 18,37 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
WNN 22 Perempuan FKIP 57 155 23,72 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
WOD 22 Perempuan FISIP 55 158 22,03 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
WOH 22 Perempuan FKIP 50 159 19,77 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
WOR 22 Laki-Laki FEB 51,7 158 20,7 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
Y 22 Laki-Laki FHIL 58 172 19,66 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
YN 23 Perempuan FKIP 61,2 152 26,45 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Kurang
YNA 23 Perempuan FKIP 47 152 20,34 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
YU 22 Laki-Laki FT 42 165 15,42 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
YYI 22 Perempuan FKIP 42,65 153 18,21 Kurus Rumah Buruk Kondisi Normal Cukup
YYJ 23 Perempuan FKIP 47 164 21,75 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
YYN 21 Laki-Laki FP 70 170 24,22 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
ZHN 21 Perempuan FH 51,15 160 19,98 Normal Kost Baik Kondisi Normal Cukup
Lampiran 3. Output Master Tabel SPSS Karakteristik Responden

A. Umur Responden

Umur responden
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
valid 20 1 ,9 ,9 ,9
21 22 19,0 19,0 19,8
22 54 46,6 46,6 66,4
23 39 33,6 33,6 100,0
Total 116 100,0 100,0

B. Jenis Kelamin Responden


Jenis kelamin responden
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Laki-Laki 37 31,9 31,9 31,9

Perempuan 79 68,1 68,1 100,0

Total 116 100,0 100,0

C. Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden

IMT responden
Frequenc Valid Cumulative
Percent
y Percent Percent
valid 13-17 21 18,1 18,1 18,1
18-22 71 61,21 61,21 79,31
23-27 20 17,24 17,24 96,55
28-32 4 3,45 3,45 100,0
Total 116 100,0 100,0
Lampiran 4. Output Master Tabel SPSS Analisis Univariat

A. Status Gizi

Status Gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Kurus 32 27,6 27,6 27,6

Normal 70 60,3 60,3 87,9

Gemuk 14 12,1 12,1 100,0

Total 116 100,0 100,0

B. Pola Makan

Pola Makan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Baik 57 49,1 49,1 49,1

Buruk 59 50,9 50,9 100,0

Total 116 100,0 100,0

C. Tingkat Stres

Kriteria Tingkat Stres


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kondisi Normal 20 17,2 17,2 17,2

Kondisi Stres 96 82,8 82,8 100,0

Total 116 100,0 100,0

D. Durasi Tidur

Kriteria Durasi Tidur


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 61 52,6 52,6 52,6

Cukup 55 47,4 47,4 100,0

Total 116 100,0 100,0


Lampiran 5. Ouput Master Tabel SPSS Analisis Bivariat

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kriteria Pola Makan *
Status Gizi 116 100,0% 0 0,0% 116 100,0%

Kriteria Tingkat Stres *


Status Gizi 116 100,0% 0 0,0% 116 100,0%
Kriteria Durasi Tidur *
Status Gizi 116 100,0% 0 0,0% 116 100,0%

A. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir


Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Crosstab

Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Baik Count 12 34 11 57
Pola
% within Kriteria Pola 21,1% 59,6% 19,3% 100,0%
Makan
makan
% within Status Gizi 37,5% 48,6% 78,6% 49,1%
Buruk Count 20 36 3 59
% within Kriteria Pola 33,9% 61,0% 5,1% 100,0%
Makan
% within Status Gizi 62,5% 51,4% 21,4% 50,9%
Total Count 32 70 14 116
% within Kriteria Pola 27,6% 60,3% 12,1% 100,0%
Makan
% within Status Gizi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. Point
Significance (2- (2-sided) (1-sided) Probability
sided)
Pearson Chi-Square 6,596a 2 ,037 ,037
Likelihood Ratio 6,904 2 ,032 ,035
Fisher's Exact Test 6,523 ,035
b
Linear-by-Linear 5,650 1 ,017 ,022 ,012 ,007
Association
N of Valid Cases 116
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,88.
b. The standardized statistic is -2,377.
B. Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021

Crosstab

Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Kondisi Count 6 12 2 20
Tingkat Stres Normal
% within Kriteria 30,0% 60,0% 10,0% 100,0%
Tingkat Stres

% within Status Gizi 18,8% 17,1% 14,3% 17,2%


Kondisi Count 26 58 12 96
Stres
% within Kriteria 27,1% 60,4% 12,5% 100,0%
Tingkat Stres

% within Status Gizi 81,3% 82,9% 85,7% 82,8%


Total Count 32 70 14 116
% within Kriteria 27,6% 60,3% 12,1% 100,0%
Tingkat Stres
% within Status Gizi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. Point
Significance (2-sided) (1-sided) Probability
(2-sided)
Pearson Chi- ,137a 2 0,934 1,000
Square
Likelihood 0,140 2 0,932 1,000
Ratio
Fisher's Exact 0,168 1,000
Test
Linear-by- ,129b 1 0,719 0,841 0,438 0,150
Linear
Association
N of Valid 116
Cases
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,41.
b. The standardized statistic is ,360.
C. Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo tahun 2021
Crosstab

Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Kurang Count 18 39 4 61
Durasi
Tidur % within Kriteria 29,5% 63,9% 6,6% 100,0%
Durasi Tidur
% within Status Gizi 56,3% 55,7% 28,6% 52,6%

Cukup Count 14 31 10 55
% within Kriteria 25,5% 56,4% 18,2% 100,0%
Durasi Tidur
% within Status Gizi 43,8% 44,3% 71,4% 47,4%

Total Count 32 70 14 116


% within Kriteria 27,6% 60,3% 12,1% 100,0%
Durasi Tidur
% within Status Gizi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson 3,685a 2 0,158 0,177
Chi-Square
Likelihood 3,764 2 0,152 0,177
Ratio
Fisher's 3,605 0,177
Exact Test
Linear-by- 1,892b 1 0,169 0,176 0,110 0,047
Linear
Association
N of Valid 116
Cases
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,64.
b. The standardized statistic is 1,376.
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai