SKRIPSI
Oleh :
AGUNG
J1A1 17 174
Oleh
AGUNG
J1A117174
ABSTRAK
Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2017 menunjukkan prevalensi masyarakat dewasa Indonesia yang kurus sebesar
5% dan 40,4% tergolong kedalam kategori gemuk dan obesitas. Di Provinsi
Sulawesi Tenggara sendiri proporsi masyarakat dewasa yang kurus sebesar 6,0%
diatas rata-rata nasional (Indonesia 5,0%) dan gemuk serta obesitas sebesar
34,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan,
tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir
Universitas Halu Oleo tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
yaitu observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah
sampel sebanyak 116 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
proportional random sampling serta menggunakan analisis statistik uji Chi-
Square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pola makan
dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021
dengan p value p=0,037 (p<0,05). Tidak ada hubungan antara tingkat stres dan
durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo
tahun 2021 dengan p value masing-masing p=0,934 (p>0,05), p=0,158 (p>0,05).
Mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir disarankan tetap memperhatikan
pola makan, mengendalikan stres yang dialami, serta istirahat yang cukup agar
status gizi yang normal dan kesehatan yang optimal dapat tercapai.
Kata Kunci : Status Gizi, Stres, Durasi Tidur, Mahasiswa Tingkat Akhir.
iii
THE RELATIONSHIP OF EATING PATTERN, STRESS LEVEL, AND
SLEEP DURATION WITH THE NUTRITION STATUS OF FINAL
LEVEL STUDENTS HALU OLEO UNIVERSITY IN 2021
By
AGUNG
J1A117174
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji dan syukur maha suci Allah yang telah telah
terhingga jumlahnya. Atas segala karunia nikmat serta hidayahnya sehingga saya
dapat menyusun hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Tingkat
Stres, dan Durasi Tidur Dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir Univeritas
Halu Oleo Tahun 2021” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
penulis, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini merupakan perwujudan dan
banyak kendala yang di hadapi baik itu hambatan dan tantangan, serta masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun atas bantuan, bimbingan,
petunjuk, pengarahan, motivasi dan doa dari berbagai pihak sehingga tulisan ini
dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi dan cintai, Ayahanda
saya Safrin dan Ibunda saya Ildang yang selalu sabar, ikhlas, penuh pengorbanan,
kasih sayang serta doa yang selalu dipanjatkan untuk mengiringi setiap langkah
saya dalam menempuh pendidikan. Tak lupa juga saya mengucapan rasa syukur
v
dan Paridah, S.Si., M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
Wiranti, dan Sappe Alam atas dukungan dan kasih sayang yang tiada hentinya
kepada penulis.
4. Ibu Dr. Wa Ode Salma, SST., M.Kes, Ibu Fithria, S.K.M., MHS, serta Ibu
kepada penulis.
7. Dekan dan Staf Administrasi FEB, FK, FKIP, FP, FT, FISIP, FMIPA, FPIK,
FIB, FH, FITK, FHIL, FPt, FF, dan FKM Universitas Halu Oleo yang telah
vi
8. Seluruh mahasiswa angkatan 2017 yang bersedia menjadi responden di FEB,
FK, FKIP, FP, FT, FISIP, FMIPA, FPIK, FIB, FH, FITK, FHIL, FPt, FF, dan
FKM Universitas Halu Oleo yang memiliki posisi yang sangat penting dalam
penelitian ini.
B, XI IPA B, dan XII IPA B terkhusus Helda, Teteh Safira, Mona, Inna,
Mutmah, Faje, Dinda, Zarah, Arif, Imam, Ikky, dan Mama Udin yang telah
10. Sahabatku Annisa BP dan Ririn Palopo serta Ririn Unaha yang bersama-sama
11. Kepada PT. Shopee Internasional Indonesia yang menjadi platform belanja
12. Teman-temanku Rahma Windi, Analia, dan Rifki yang menemani dan
13. Teman-teman terbaikku ditanah rantau ini Wilda, Ina, Riska, Nissa, Arliani,
Fitriani, Inha, Resky, Cindy, Amla, Alma, Wiwik, Ira, Erick, Anres, Nasta,
Erwin, dan Ernol yang telah menerima peneliti sebagai teman meskipun
Kelurahan Petoaha (Fyda, Alung, Restina, Nunu, Wiwin, Ovi, Puput, Putri,
Ayu, Ummu, Asma, Rahma, dan Zakaria), bapak dan ibu Posko Petoaha,
vii
beserta bapak dan ibu Lurah Petoaha dengan kasih sayangnya memperhatikan
15. Kepada semua keluarga saya baik dari pihak Bapak dan Ibu yang selama ini
16. Kepada siapapun yang telah memberikan doa, motivasi dan dorongan serta
bantuan, hanya Allah SWT yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Insya
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
3.7 Jenis Data Penelitian .............................................................................. 44
3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data .............................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................49
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 49
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 52
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 60
4.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71
BAB V PENUTUP................................................................................................72
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 72
5.2 Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................74
LAMPIRAN ..........................................................................................................81
x
DAFTAR TABEL
2.1 KlasifikasiIMT........................................................................... 16
3.1 Populasi dan Sampel.................................................................. 41
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
No.
1 Kuesioner Penelitian..................................................................... 82
xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Indonesia
Kg Kilogram
M Meter
Factor Collaboration
xiv
UHO Universitas Halu Oleo
xv
BAB I
PENDAHULUAN
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh
tubuh (Harjatmo et al., 2017). Status gizi adalah ekspresi dari nutritur dalam
berat badan/kurus, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas (WHO, 2021)
menjadi perhatian diseluruh dunia yang meliputi kekurangan dan kelebihan berat
badan yang dikenal dengan masalah gizi ganda (double burden). Perserikatan
gizi (Kemenkes RI, 2019). Kasus gangguan status gizi banyak ditemukan pada
balita dan anak-anak namun angka kejadian pada masyarakat dewasa dengan
rentang usia 18 tahun keatas masih cukup tinggi baik dinegara maju maupun
tahun 2016.
1
2
tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi pada suatu
bangsa. Keadaan gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk,
dan meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
Indonesia (Pedoman Gizi Seimbang, 2014). Gangguan status gizi pada usia
badan dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada kekurangan berat
Terdapat 1,9 milliar orang dewasa diseluruh dunia kelebihan berat badan
ataupun obesitas, sedangkan 462 juta orang dewasa kekurangan berat badan pada
dinegara-negara di benua Eropa dan Amerika yang berstatus sebagai negara maju
dengan Amerika Serikat menjadi yang tertinggi diseluruh dunia dimana 70,2%
badan sendiri banyak ditemukan dikawasan benua Asia dan Afrika dengan kasus
(WHO, 2020).
Risc, 2016) menunjukkan 19,81 juta orang dewasa di Indonesia kekurangan berat
3
badan, 36,2 juta mengalami kelebihan berat badan, dan 13,48 juta mengalami
obesitas. Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 menunjukkan 5%
masyarakat dewasa Indonesia tergolong dalam kategori kurus, 14,6% gemuk, dan
dewasa yang kurus sebesar 6,0%, mengalami penurunan 0,6% dari tahun 2016
namun masih diatas rata-rata nasional (Indonesia 5,0%), 14,9% gemuk, dan
Berbagai penelitian menunjukkan pola makan, aktivitas fisik, pola tidur, tingkat
stres, body image, serta kejadian penyakit infeksi berkontribusi terhadap status
gizi seseorang. Berbagai faktor tersebut saling berkaitan satu sama lainnya,
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pola makan. Pola
dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
2014). Gangguan pola makan yang sering terjadi berupa frekuensi makan kurang
4
dari tiga kali sehari, melewatkan sarapan, makanan tidak seimbang, dan makanan
tidak beragam. Kesalahan pola makan berpengaruh pada kandungan gizi dalam
mengonsumsi makanan secara berlebih atau over eating sebagai metode coping
obesitas. Sebaliknya, ada beberapa orang yang apabila sedang dalam keadaan
stres mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak makan
sama sekali (under eating). Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama,
maka akan mempengaruhi berat badan. Berat badan yang tidak dikontrol akan
Aktivitas yang tinggi juga berdampak pada durasi tidur masyarakat usia
dewasa yang berpengaruh terhadap status gizi. Durasi tidur yang pendek dapat
mempengaruhi status gizi terutama terhadap kejadian obesitas, dan dapat mengacu
peningkatan berat badan dan obesitas (Relda, 2013). Dua hormon yang sangat
memainkan peranan dalam interaksi antara durasi tidur yang pendek dengan
tingginya IMT yaitu hormon leptin dan hormon ghrelin yang mana terjadi
berkaitan dengan kegiatan akademik dan organisasi serta adanya beban tambahan
terhadap berbagai macam gangguan terutama pola makan yang buruk, stres, dan
durasi tidur kurang yang berakibat pada timbulnya masalah gangguan gizi.
tingkat akhir mengalami masalah gizi, yaitu gizi lebih (29,5%) dan gizi kurang
(15,8%). Hasil serupa juga ditemukan oleh Wijayanti et al., (2019) dengan 15,2%
mahasiswa tingkat akhir memiliki status gizi kurang dan 41,3% memiliki status
gizi lebih.
dipengaruhi oleh pola makan yang buruk. Makan secara berlebih ataupun kurang
banyak dijumpai pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian oleh Purwanto &
memiliki pola makan yang kurang baik sedangkan hasil penelitian oleh Angesti
(2020) menunjukkan mahasiswa tingkat akhir dengan kategori under eating atau
kurang makan lebih banyak yaitu 51,6% dibandingkan mahasiswa yang over
eating yaitu 48,4%. Begitu pula dengan stres dan durasi tidur yang kurang juga
banyak dialami oleh mahasiswa tingkat akhir, penelitian oleh Angesti (2020)
menunjukkan 47,4% mahasiswa mengalami stres dan 54,7% memiliki durasi tidur
yang kurang.
6
Oleo tahun 2021 yang berada disemester delapan sebanyak 6685 mahasiswa.
Massa Tubuh (IMT) terhadap 15 mahasiswa yang sedang dalam pengerjaan tugas
kategori kurus dan 2 mahasiswa (13,3) kategori gemuk. Mahasiswa yang diukur
sering melewatkan waktu makan sehingga hanya makan sekali dalam satu hari.
Mereka juga lebih sering mengonsumsi makanan instan yang pada dasarnya tidak
berlebih terutama dimalam hari serta banyak mengonsumsi cemilan yang berupa
sebuah penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres, dan
Durasi Tidur Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu
masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan pola makan,
tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat
1. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan status gizi pada mahasiswa
2. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa
3. Untuk mengetahui hubungan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa
hubungan pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada
mahasiswa khususnya yang berada ditingkat akhir tentang hubungan pola makan,
tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi. Hasil dari penelitian ini dapat
pada mahasiswa. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian
Peneliti dapat menambah wawasan yang lebih luas akan arti dari sebuah
dalam penelitian.
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada mahasiswa tingkat akhir
di Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan variabel bebas pola makan, tingkat
1.6 Sistematika
Penelitian ini berjudul Hubungan Pola Makan, Tingkat Stres, Dan Durasi
Tidur Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo
Tahun 2021, yang dibimbing oleh Ibu Ruwiah SP, M.Kes (Pembimbing I) dan Ibu
keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh
variabel tertentu. Status gizi juga merupakan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau
keadaan fisikologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tubuh
(Supariasa., 2016)
RI, 2014).
dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (UNICEF) tahun 1990 dalam
(Harjatmo et al., 2017), bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status
gizi yaitu kurangnya asupan makanan dan penyakit yang diderita. Seseorang yang
9
10
asupan gizinya kurang akan mengakibatkan rendahnya daya tahan tubuh yang
dapat menyebabkan mudah sakit. Sebaliknya pada orang sakit akan kehilangan
gairah untuk makan, akibatnya status gizi menjadi kurang. Jadi asupan gizi dan
pada tingkat rumah tangga, sehingga tidak ada makanan yang dapat dikonsumsi.
Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh orang
tua pada anak yang kurang baik. Dalam rumah tangga sebetulnya tersedia cukup
makanan, tetapi distribusi makanan tidak tepat atau pemanfaatan potensi dalam
rumah tangga tidak tepat, misalnya orang tua lebih mementingkan memakai
lingkungan yang tidak sehat. Tingginya penyakit juga disebabkan oleh pola asuh
yang kurang baik, misalnya anak dibiarkan bermain pada tempat kotor (Harjatmo
et al., 2017).
Secara umum status gizi dipengaruhi oleh dua faktor penyebab yaitu
Konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi
yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang, dan aman akan
11
sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau oleh semua
2) Penyakit infeksi
1) Aksebilitas pangan
ketersediaan pangan dalam rumah tangga harus memiliki jumlah yang cukup
tersedia untuk makan tiga kali sehari sepanjang tahun sesuai dengan jumlah
Walaupun bahan pangan tersedia oleh keluarga dan daya beli memadai,
2010).
3) Pelayanan kesehatan
menular dan memiliki peningkatan risiko kematian (WHO, 2019). Dampak dari
produktivitas kerja. Selain itu kualitas hidup penderita pun turut terganggu karena
sering sakit. Tak lain karena kondisi kurang gizi menyebabkan benteng
pertahanan tubuh mudah dibobol kuman, sehingga berbagai penyakit infeksi bisa
dikonsumsi akan disimpan sebagai cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak
yang disimpan di bawah kulit. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko
jantung koroner, hati, kantong empedu, kanker, dan lainnya (Harjatmo et al.,
2017).
a. Metode Antropometri
ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan status gizi. Konsep
1) Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang
dilakukan dan alat ukur untuk menimbang berat badan mudah diperoleh.
massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu tinggi
waktu yang lama sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis.
Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang diukur dengan cara
14
(belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran
menggunakan microtoise.
dan lapisan lemak bawah kulit. Ukuran LILA digunakan untuk skrining
mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS) menderita
kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS dengan risiko
KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya wanita
4) Tinggi Duduk
pada orang yang sudah lanjut usia. Tinggi duduk dipengaruhi oleh
khusus.
15
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Kemenkes, 2019)
b. Metode Laboratorium
metode yang dilakukan secara langsung pada tubuh atau bagian tubuh. Tujuan
penilaian status gizi ini adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan zat gizi
dalam tubuh sebagai akibat dari asupan gizi dari makanan. Metode laboratorium
mencakup dua pengukuran yaitu uji biokimia dan uji fungsi fisik.
16
c. Metode Klinis
bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat kekurangan atau
Pola makan adalah cara yang ditempuh seseorang atau kelompok orang
Pola makan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga
penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan pada jumlah maupun jenis makanan
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
Secara umum pola makan memiliki tiga komponen yang terdiri dari: jenis,
a. Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri
dari makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati, Sayuran ,dan Buah yang
(Sulistyoningsih, 2011).
b. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan
pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan (Depkes, 2013).
c. Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap orang
Pola makan secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ekonomi,
a. Faktor ekonomi
dan pemenuhan kebutuhan akan makanan. Status ekonomi rendah akan lebih
(Hartono, 2016).
jenis makanan yang merupakan sebuah kepercayaan budaya adat daerah yang
c. Faktor Agama
haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan
d. Faktor Pendidikan
e. Faktor Lingkungan
dewasa ini. Misalnya waktu kerja yang ketat, waktu di rumah yang singkat,
ibu bekerja diluar rumah, peningkatan risiko terpapar polusi dan makanan
tidak aman, ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan
pangan yang tidak seimbang dan tidak higienis (Kemenkes RI, 2014).
pola makan yang sehat adalah minimal makan tiga kali dalam sehari dan sesuai
pangan yang beragam jeins. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi
pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya
yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam pangan
memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti makanan dan minuman
itu harus bebas dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
20
menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap
hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan
satu jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik (Kemenkes RI, 2014).
Metode recall 24-hour atau sering disebut metode recall adalah cara
mengukur asupan gizi pada individu dalam sehari. Metode ini dilakukan
dengan menanyakan makanan yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu
muai dari bangun tidur pada pagi hari sampai tidur lagi pada malam hari.
Metode pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui asupan zat gizi individu
dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
(misal recall dilakukan hari Selasa, maka asupan makanan yang ditanyakan
adalah asupan selama 24 jam pada hari Senin) (Harjatmo et al., 2017) .
Metode estiamted food record disebut juga food record atau diary
selama 24 jam, mulai dari bangun tidur pagi hari sampai tidur kembali pada
semua jenis makakan serta berat atau URT yang dimakan selama 24 jam
makanan yang dikonsumsi selama 24 jam. Apabila ada makanan yang tersisa,
al., 2017).
pola dan kebiasaan makan individu pada kurun waktu tertentu, biasanya satu
bulan, tetapi dapat juga 6 bulan atau satu tahun terakhir. Terdapat dua bentuk
metode frekuensi makanan yaitu metode FFQ kualitatif dan metode FFQ semi
mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu ketika dapat
Stres secara spesifik dapat diartikan sebagai respon fisik otomatis terhadap
seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari
kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak kesehatan
kita. Meskipun stres dapat membantu menjadi lebih waspada dan antisipasi ketika
(Kemenkes, 2018).
a. Vincent Cornelli
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh
2017)
b. Charles D. Speilberger
objek dalam lingkungan atau sesuatu stimulus yang secara obyektif adalah
23
yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang (Jenita DT
Donsu, 2017).
d. Wangsa (2010)
Stres merupakan reaksi yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan yang
Stres sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.
Stres juga dapat diartikan sebagai memberikan tekanan atau ketegangan dalam
Penyebab stres atau disebut stressor dapat bersumber dari berbagai hal
yang terkadang tidak disadari. Secara umum, Priyoto (2014) membagi faktor-
a. Stresor fisik.
Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising, polusi
b. Stresor sosial
dikantor dengan atasan ataupun bawahan, serta hubungan sosial yang buruk
c. Stresor psikologis
seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa tidak pasti mengenai
Tingkat stres dapat dinilai dari tahapan stres yang dialami individu
tersebut (Indira, 2016). Stres menurut Hawari dalam Indira (2016) terdiri dari
enam tahapan yang dimana setiap tahapan stres menimbulkan gejala yang
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai dengan keluhan dan
c. Stres tahap ketiga merupakan tahapan stres yang disertai dengan keluhan dan
d. Stres tahap keempat ditandai dengan tidak mampu bekerja sepanjang hari
(loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, timbul ketakutan dan
kecemasan.
f. Stres tahap keenam merupakan tahapan stres yang paling berat yang ditandai,
seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak
Depression Anxiety and Stress Scale adalah kuesioner untuk menilai depresi,
rasa cemas dan stress. Kuesioner ini bukan sebagai alat bantu diagnosis namun
Anxiety and Stress Scale telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa dan
digunakan secara luas dalam praktik sehari-hari maupun dalam ruang lingkup
and Stress Scale memiliki dua versi yaitu DASS-42 dan DASS-21. DASS-12
merupakan versi pendek dari DASS-42. DASS-21 terdiri dari dua puluh satu
depresi, rasa cemas dan menilai stress. Setiap pertanyaan diberikan skor 0
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Kuesioner ini dibuat
oleh Sheldon Cohen, mampu mengukur persepsi global dari stres yang
mempengaruhi kondisi fisik atau patologi dan dapat digunakan untuk menilai
tingkat stres. Perceived Stress Scale terdiri dari sepuluh pertanyaan, terdapat
diberikan skor dari 0 hingga 4. Skor 0 untuk jawaban tidak pernah, skor 1
skor 3 untuk jawaban sering dan skor 4 untuk jawaban sangat sering. Nilai
skor ini dibalik untuk menjawab pertanyaan positif, sehingga skor 0 = 4, skor
27
kuesioner PSS. Total skor 13 menunjukan nilai rata-rata atau masih dikatakan
dalam batas normal. Skor 14 atau lebih dikatan stres dan skor stres sekitar 20
Hamilton Anxiety Rating Scale ini merupakan sistem skoring pertama yang
dikembangkan untuk menilai tingkat kecemasan dan sampai saat ini masih
digunakan secara luas dalam praktek klinis maupun dalam penelitian. Sistem
penilaian ini harus dipandu oleh klinisi dalam waktu 10-15 menit dan dapat
digunakan pada populasi dewasa, remaja, dan anak-anak. Sistem skoring ini
gejala untuk menilai baik kecemasan secara psikis, maupun kecemasan secara
somatik. Setiap hal dinilai dengan skala dari 0 (tidak ada) – 4 (berat), dengan
total skor antara 0-56. Skor bernilai <17 menunjukkan kecemasan ringan, 18 -
kecemasan berat.
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang
28
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa
perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk
berikutnya (Potter & Perry, 2010). Tidur merupakan kondisi dimana persepsi dan
2015).
waktu tertentu untuk memulihkan dan memperbaiki sistem tubuh manusia dalam
a. Penyakit
Orang yang sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari tidur yang
normal. Namun sebaliknya, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
b. Lingkungan
dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bisa rileks untuk bisa tidur.
akan sulit untuk tertidur dengan cepat. Perasaan tegang ini dapat
2020).
e. Merokok
mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang
tidak perokok. Dengan menahan untuk tidak merokok setelah makan malam
orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola
tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok (Jaehne et al,
2015).
f. Chronotype
manusia, terdapat dua tipe yang membedakan pola tidur manusia atau yang
30
disebut Chronotype. Kedua tipe itu adalah Morning Types dan Evening Types.
Perbedaan pola tidur manusia ini sangat erat kaitannya dan dipengaruhi oleh
Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika dibandingkan
dengan jumlah tidur itu sendiri. Secara umum, durasi atau lama waktu tidur
mengikuti pola sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia. Kebutuhan tidur
b. Usia 1- 18 Bulan
Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam setiap hari termasuk
tidur siang. Tidur cukup akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang
Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk sekolah ini,
mereka membutuhkan waktu untuk istirahat tidur 11-13 jam, termasuk tidur
siang. Menurut penelitian, anak usia di bawah enam tahun yang kurang
Anak usia ini membutuhkan waktu tidur 10 jam. Menurut penelitian, anak
yang tidak memiliki waktu istirahat yang cukup, dapat menyebabkan mereka
31
perilaku di sekolah.
Menjelang remaja, kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. Studi
menunjukkan bahwa remaja yang kurang tidur, lebih rentan terkena depresi,
Orang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam setiap hari. Para dokter
menyarankan bagi mereka yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan
g. Lansia
perhari. Demikian juga jika telah mencapai lansia yaitu 60 tahun ke atas,
penenlitian ini :
Semester VIII Stikes Tana Toraja Tahun 2015. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional study.
Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Hasil penelitian ini
32
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara stres dengan status gizi
mahasiswa dimana diperoleh nilai p=0,003 dimana nilai α=0,05 jadi p<α.
statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan α= 0,05. Hasil
berat (73,23%), dan memiliki pola konsumsi dan pola istirahat yang buruk
3. Penenlitian yang dilakukan oleh Angesti & Manikam (2020) yang berjudul
sebagian mahasiswa tingkat akhir mengalami masalah gizi, yaitu gizi lebih
menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada
Muhammadiyah Parepare.
dikembangkan oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) tahun 1990, bahwa
masalah gizi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi yaitu pola makan dan
Di samping teori dari Unicef, juga ada teori lain tentang penyebab
timbulnya masalah gizi. Teori tersebut adalah teori tentang hubungan timbal
antara faktor pejamu, agen dan lingkungan. Pejamu (host) terdiri dari genetik,
34
umur, jenis kelamin, suku, fisiologik, imunologik, dan kebiasaan. Agen adalah
masalah gizi pada diri manusia. Yang termasuk agen penyebab masalah gizi
adalah kimia dari luar tubuh, faktor psikis, dan keadaan biologis. Lingkungan
ekonomi. Keadaan yang tidak seimbang dari ketiga faktor tersebut akan
Status Gizi
beberapa variabel dalam penelitian ini yang tergambar dalam kerangka konsep
berikut :
Pola Makan
Status Gizi
Tingkat Stres
Durasi Tidur
: Variabel Dependen/Terikat
H0 : Tidak ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada
H1 : Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada mahasiswa
H0 : Tidak ada hubungan antara tigkat stres dengan status gizi pada
H1 : Ada hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa
H0 : Tidak ada hubungan antara durasi tidur dengan status gizi pada
H1 : Ada hubungan antara pola tidur dengan status gizi pada mahasiswa
analitik, dengan pendekatan Cross Sectional Study. Ciri tipe penelitian ini adalah
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
Sulawesi Tenggara pada bulan September hingga bulan Oktober tahun 2021.
semester delapan tahun 2021 di Universitas Halu Oleo, dengan jumlah 6685 orang
38
39
kepada setiap subjek untuk dipilih sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini
Keterangan :
n = Jumlah sampel
q = 1-P
N = Besar populasi
n = 114,55 dibulatkan menjadi 115. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 115 responden. Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas
dilakukan dengan rumus sampling fraction per cluster agar sampel yang diambil
Keterangan :
2. FFARM 160
3. FHIL 136
4. FIB 449
5. FISIP 1115
6. FITK 164
7. FK 83
8. FKIP 1281
9. FKM 267
11. FP 910
41
14. FT 306
15. FH 384
Total 6685 116
(PUSTIK UHO, 2021)
dependen:
peneliti.
jumlah mahasiswa semester akhir Universitas Halu Oleo Kendari tahun 2021.
c. Alat tulis sebagai alat pencatatan dalam proses penelitian dan pengolahan
data.
42
di ukur. Itu sebabnya definisi operasional adalah definisi penjelas, karena akibat
definisi yang diberikan sebuah variable penelitian menjadi jelas (Zaluchu, 2010).
a. Status Gizi
1) Definisi Operasional
antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh.
2) Kriteria Objektif
b. Pola Makan
1) Definisi Operasional
2) Kriteria Objektif
a) Skor ≥ 26 : baik
(Niswah, 2016)
c. Tingkat Stres
1) Definisi Operasional
2) Kriteria Objektif
(Indira, 2016)
44
d. Durasi Tidur
1) Definisi Operasional
Durasi tidur adalah lama waktu tidur yang dilakukan pada malam
2) Kriteria Objektif
Data primer adalah data yang langsung di ambil atau diperoleh dari
(IMT). Data primer yang diperoleh berupa tingkat status gizi dan hasil dari
Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari berbagai sumber seperti
data dari jurnal, website, hasil penelitian terdahulu, dan data dari Pusat Teknologi
pengolahan data lebih lanjut menggunakan SPSS versi 24.00 Windows dan
sebagai berikut :
telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data
koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data atau kesalahan data dilengkapi
atau diperbaiki baik dengan pengumpulan data ulang atapun dengan interpolasi
(penyisipan).
yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
c. Tabulasi
diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Untuk melakukan tabulasi ini
dalam tabulasi silang. Tabel tabulasi ini dapat berbentuk sebagai berikut :
kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini terdiri atas kolom dan
baris. Kolom pertama yang terletak paling kiri digunakan untuk nomor urut
Tabel biasa adalah tabel yang disusun berdasarkan sifat responden tertentu
dan tujuan tertentu. Tabel biasa sifatnya kolektif dan memuat beberapa jenis
informasi.
Tabel analisis adalah tabel yang memuat suatu jenis inormasi yang telah
4) Cleaning
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel
pola makan, tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa
tingkat akhir Universitas Halu Oleo. Analisis yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu uji Chi Square untuk hubungan yang signifikan antara pola makan,
tingkat stres, dan durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir
Universitas Halu Oleo. Uji Chi Square dilakukan menggunakan program SPSS
Keterangan :
fe : Frekuensi ekspektasi/harapan
fo : Frekuensi observasi/pengamatan
aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square untuk program komputerisasi seperti
1) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 5, dan
2) Jika keterbatasan tersebut terjadi pada saat uji Chi-Square, peneliti harus
dilakukan untuk analisis tabel silang 2x2, misalnya 3x2, 3x4, dsb).
3) Andai saja keterbatasan tersebut terjadi pada tabel 2x2, maka dianjurkan
Negeri di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Universitas Halu Oleo saat ini
Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Ilmu Budaya, dan Fakultas
Pascasarjana. Universitas Halu oleo memiliki luas kampus ± 250 Ha. Secara
geografis wilayah penelitian berada pada 222 ° 30’ - 222 ° 37’ BT dan 05 ° 00’ -
49
50
a. Visi
2) Visi Universitas Halu Oleo 2045 : Menjadi 250 perguruan tinggi terdepan
kesejahteraan berkelanjutan.
3) Maju adalah kemampuan untuk mencapai nilai atau standar tententu yang
akan senantiasa berinovasi untuk menemukan cara yang efektif dan efisien,
profesionalisme.
b. Misi
berwawasan lingkungan.
a. Umur
tabel berikut :
Jumlah
No. Umur
n %
1. 20 1 0,9
2. 21 22 19,0
3. 22 54 46,6
4. 23 40 33,6
Total 116 100%
Sumber : Data Primer 2021
(46,6%) dan respoden paling sedikit berusia 20 tahun yaitu 1 responden (0,9%).
b. Jenis Kelamin
Jumlah
No. Jenis Kelamin
n %
1. Laki-laki 37 31,9
2. Perempuan 79 68,1
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
53
c. Tempat Tinggal
Jumlah
No. Tempat Tinggal
n %
1. Rumah (bersama keluarga) 35 30,2
2. Kost / kontrakan (tanpa keluarga) 81 69,8
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
keluarga.
Jumlah
No. IMT
n %
1. 13 – 17 21 18,1
2. 18 – 22 71 61,21
3. 23 – 27 20 17,24
4. 28 – 32 4 3,45
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
54
18-22 yaitu sebanyak 71 responden (61,21%) dan paling sedikit pada IMT 28-32
a. Status Gizi
asupan nutrisi yang diniliai berdasarkan indeks massa tubuh. Distribusi jumlah
Jumlah
No. Status gizi
n %
1. Kurus 32 27,6
2. Normal 70 60,3
3. Gemuk 14 12,1
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
b. Pola Makan
frekuensi, waktu, dan menu makanan yang dikonsumsi responden dalam kurun
55
Jumlah
No. Pola Makan
n %
1. Baik 57 49,1
2. Buruk 59 50,9
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
(50,9%) memiliki pola makan yang buruk dan 57 responden (49,1%) memiliki
c. Tingkat Stres
Stres secara spesifik dapat diartikan sebagai respon fisik otomatis terhadap
Jumlah
No. Tingkat Stres
n %
1. Kondisi normal 20 17,2
2. Kondisi stres 96 82,8
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
d. Durasi Tidur
Durasi tidur merupakan lama waktu tidur seseorang dari malam hingga
pagi hari. Distiribusi responden berdasarkan durasi tidur dapat dilihat pada tabel
berikut :
No. Jumlah
Durasi Tidur
n %
1. Kurang 61 52,6
2. Cukup 55 47,4
Total 116 100
Sumber : Data Primer 2021
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel
dalam penelitian ini yaitu uji Chi Square dengan syarat pengambilan keputusan
sebagai berikut :
Hasil analisis univariat antara pola makan dengan status gizi mahasiswa
tingkat Akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.9 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021
Status Gizi
P
Pola Jumlah
No Kurus Normal Gemuk Value
Makan
n % n % n % N %
1. Baik 12 21,1 34 59,6 11 19,3 57 100
0,037
2. Buruk 20 33,9 36 61,0 3 5,1 59 100
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021
Tabel 4.9 menunjukkan status gizi kurus pada responden dengan pola
makan baik sebanyak 12 responden (21,1%), responden dengan status gizi normal
yang memiliki pola makan baik sebanyak 34 responden (59,6%), dan status gizi
dengan pola makan buruk yang tergolong kedalam kategori status gizi kurus
dan pola makan yang buruk, serta 3 responden (5,1%) dengan pola makan buruk
pada kategori status gizi gemuk. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai
hubungan antara pola makan dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir
Hasil analisis univariat tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat
akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.10 Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat
Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021
Status Gizi
P
No Tingkat Jumlah
Kurus Normal Gemuk Value
Stres
n % n % n % N %
Kondisi
1. 6 30,0 12 60,0 2 10,0 20 100
Normal
0,934
Kondisi
2. 26 27,1 58 60,4 12 12.5 96 100
Stres
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021
dengan tingkat stres yang normal sebanyak 6 responden (30,0%), pada status gizi
normal dengan tingkat stres yang normal sebanyak 12 responden (60,0%), dan 2
responden (10,0%) status gizi gemuk tergolong kedalam kondisi tingkat stres
yang normal. Responden dengan status gizi kurang dengan kondisi stres sebanyak
responden (60,4%), dan responden dengan status gizi gemuk yang mengalami
stres sebanyak 12 responden (12,5%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan
nilai p=0,934 (p>0,05) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa tingkat
Hasil analisis univariat antara durasi tidur dengan status gizi mahasiswa
tingkat akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021 disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.11 Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat
Akhir Universitas Halu Oleo Tahun 2021
Status Gizi
P
No Durasi Jumlah
Kurus Normal Gemuk Value
Tidur
n % n % n % N %
1. Kurang 18 29,5 39 63,9 4 6,6 61 100
0,158
2. Cukup 14 25,5 31 56,4 10 18,2 55 100
Total 32 27,6 70 60,3 14 12,1 116 100
Sumber : Data Primer 2021
memiliki durasi tidur yang kurang sebanyak 18 responden (29,5%), status gizi
responden (6,6%) yang tergolong kedalam status gizi gemuk dengan durasi tidur
yang kurang. Terdapat 14 responden (25,5%) dengan status gizi kurang memiliki
durasi tidur yang cukup, 32 responden (56,4%) status gizi normal dengan durasi
tidur yang cukup, dan 10 responden (18,2%) responden yang gemuk memiliki
durasi tidur yang cukup. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai p=0,158
hubungan antara durasi tidur dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhir
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021
yang diperoleh dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (Susetyowati,
2016). Peranan utama gizi pada usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan
(Pritasari et al., 2017). Diusia dewasa seseorang berada pada puncak masa
keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
Hasil analisis bivariat mengenai hubungan pola makan dengan status gizi
mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkam hasil
terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir
Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan hasi uji statistik Chi Square
aktivitas tersebut dan melupakan waktu makan bahkan saat dirinya merasa lapar
sehingga tercipta kebiasaan makan yang tidak sehat. Mahasiswa yang berada
ditingkat akhir merupakan golongan masyarakat usia dewasa dengan tingkat pola
aktivitas yang padat sehingga sangat rentan terhadap pola makan yang buruk.
Banyak responden yang cenderung tidak mengatur pola makan dengan baik dan
mahasiswa yang tinggal dikost atau kontrakan lebih banyak yang memiliki pola
makan yang buruk. Jenis makanan yang dikonsumsi mahasiswa yang tinggal
bersama keluarga dirumah dan mahasiswa yang tinggal dikost atau kontrakan
tidak bersama keluarga tidak jauh berbeda. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa
jelas terlihat pada frekuensi makan responden dimana mahasiswa yang tinggal
bersama orang tua lebih banyak yang memiliki frekuensi makan tiga kali sehari
dengan jadwal yang tepat dibandingkan mahasiswa kost yang cenderung hanya
dalam penelitian ini, sagu menjadi makanan pokok kedua yang banyak
dikonsumsi responden tapi tidak terlalu sering karena hanya akan dikonsumsi
pada saat tertentu saja seperti ketika responden mengonsumsi makanan tradisional
yaitu sinonggi atau kapurung. Tempe, tahu, telur, ikan, dan ayam adalah sumber
protein yang banyak dikonsumsi responden karena jenis bahan makanan tersebut
merupakan jenis bahan makanan yang paling banyak dijual di warung maupun
memiliki pola makan yang buruk, terdapat 20 responden (33,9%) dengan status
gizi kurus. Mayoritas responden sering melewatkan sarapan pagi dan baru
mengonsumsi makanan disiang hari dan makan malam diwaktu yang terlalu
malam dengan menu makanan yang tidak lengkap. Kebiasan ini dianggap sebagai
hal yang wajar dikalangan mahasiswa tingkat akhir karena pola aktivitas yang
hal yang sangat sulit. Mayotritas responden yang melewatkan sarapan pagi tidur
terlalu malam dan bangun terlambat sehingga sulit untuk mengonsumsi makanan
dengan status gizi kurus cenderung kurang mengonsumsi makanan sumber protein
makanan yang kurang sehingga tubuh kehilangan suplai energi dalam waktu yang
lama selama beraktivitas. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian oleh Tok et
63
al., (2018) yang menunjukkan hasil sangat sedikit mahasiswa yang mengonsumsi
makanan dengan menu yang lengkap sesuai dengan pola makan yang seimbang.
Sarapan dipagi hari sangat penting karena saat bangun tidur sistem cerna
dalam keadaan kosong sehingga harus diisi melalui makan pagi atau sarapan.
Sarapan tidak hanya berfungsi sebagai penghilang rasa lapar, namun juga
berfungsi sebagai penyuplai energi yang dibutuhkan bagi tubuh agar dapat
beraktivitas secara optimal. Suplai energi yang optimal dan menyehatkan bagai
bahan bakar yang akan membuat organ tubuh bekerja dengan baik (P2PTM,
2018). Makan siang dan makan malam juga sangat penting untuk dipenuhi karena
dikonsumsi.
Responden dengan status gizi normal namun memiliki pola makan yang buruk
memiliki frekuensi makan yang kurang. Meskipun begitu, saat makan responden
tersebut mengonsumsi makanan dengan jenis yang beragam yang terdiri dari
makanan pokok berupa nasi, lauk pauk hewani dan nabati yaitu ayam, ikan, tahu,
makanan yang dibeli di rumah makan yang pada umumnya makanan tersebut
sudah memiliki menu yanng lengkap. Responden dengan pola makan buruk
namun memiliki status gizi normal juga sering mengonsumsi cemilan dan
cemilan berhubungan secara positif terhadap asupan energi bagi tubuh. Dalam
64
penelitian ini meskipun responden memiliki frekuensi makan yang kurang namun
mereka tetap mendapatkan asupan energi dari makanan saat makan dan cemilan
Responden dengan pola makan baik namun memiliki status gizi lebih
sumber protein nabati dan hewani serta karbohidrat namun mereka juga sering
mengonsumsi gorengan dan minuman manis. Penelitian oleh Malik et al. (2013)
dapat meningkatkan resiko kenaikan berat badan atau gemuk. Konsumsi makanan
asam lemak trans yang tinggi dan berlebihan dapat beresiko terjadinya
2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanah
(2020) dengan hasil terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi
mahasiswa maka semakin besar kemungkinan untuk memiliki status gizi dengan
4.3.2 Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021
keadaan yang "tidak spesifik" sebagai tanggapan tubuh terhadap setiap tuntutan
yang dibuat atasnya. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan.
65
Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif jika
berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang tepat. Akumulasi stres
yang berbeda dari biasanya dan merasakan tekanan akibat dari perubahan tersebut
akhir yang menjadi syarat kelulusan dan mendapatkan gelar sarjana. Saat
yang tidak sehat yang dapat memengaruhi asupan gizi atau yang dikenal dengan
emotional eating. Akan tetapi, tidak jarang pula dengan adanya tekanan atau
beban yang berat, mahasiswa memilih untuk makan sedikit atau tidak makan yang
dapat menurunkan status gizinya (under eating) (Angesti & Manikam, 2020).
Hasil analisis bivariat terhadap hubungan tingkat stres dengan status gizi
mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkan hasil
tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat
akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 dengan hasil analisis uji chi square
dan kecewa terhadap proses pengerjaan tugas akhir yang mereka lakukan.
tugas akhir, dan merasa takut terhadap hasil penelitian yang dikerjakan maupun
respon dari dosen pembimbing dan penguji saat konsultasi dan ujian. Responden
mereka lakukan sangat berat sehingga rasa lelah dan tidak percaya diri dalam
pengerjaan tugas akhirnya sulit untuk diatasi. Meski begitu, responden tetap
kendala yang mereka alami dalam proses pengerjaan tugas akhir. Mayoritas
banyak pengalaman berharga yang akan selalu dikenang dan dirindukan ketika
Responden mengaku merasa senang dengan proses yang mereka lalui dan
Secara umum terdapat dua jenis stres yaitu stres akut dan stres kronis.
Stres akut terjadi dalam jangka waktu yang terbilang singkat dengan tekanan yang
kuat dan menghilang dengan cepat. Stres yang dialami secara akut telah dikaitkan
dengan nafsu makan yang terhambat (Sominsky & Spencer, 2014). Hal tersebut
yang menekan nafsu makan sehingga seseorang akan kehilangan nafsu makan
(Sukianto et al., 2020). Sedangkan stres kronis sendiri merupakan stres yang
produksi hormon stres atau kortisol. Kortisol memicu keinginan untuk makan
makanan yang asin, manis, dan juga tinggi lemak karena memberikan energi dan
sebagai cadangan energi tubuh (Gryzela & Ariana, 2021). Guyton dalam
sehingga hasil akhir dari respon tersebut dapat meningkatkan nafsu makan.
Reaktivitas kortisol dibawah stres adalah prediktor kuat dari perilaku makan yang
diinduksi stres dan dapat mempengaruhi indeks massa tubuh (IMT) (Herhaus et
al., 2020).
cenderung memiliki status gizi normal. Stres yang dialami responden cenderung
tidak konstan atau sering berubah-ubah sehingga stres yang dialami responden
beberapa waktu kemudian responden kembali memiliki nafsu makan yang normal.
Perubahan perilaku makan akibat stres tidak cukup kuat untuk bisa mempengaruhi
status gizi dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh Banyak faktor lain yang
bisa mempengaruhi status gizi seperti aktivitas fisik, pengetahuan gizi, kontrol
68
orang tua, pengaruh teman sebaya, uang saku, dsb (Wijayanti et al., 2019). Stresor
atau penyebab stres pada responden dalam penelitian ini juga tidak menimbulkan
ancaman pada responden dimana respon stres yang jauh lebih kuat lebih mungkin
al., 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Angesti & Manikam (2020) dengan hasil p=0,151 (p>0.05) yang berarti tidak
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan status gizi pada mahasiswa tingkat
4.3.3 Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021
Dewi Soeyono, 2021). Kualitas tidur seseorang dilihat dari durasi tidurnya,
dimana kurangnya waktu tidur adalah salah satu penyebab buruknya kualitas
tidur. Peran yang dimiliki oleh durasi tidur, salah satunya adalah pengaturan
metabolisme hormon, seperti hormon leptin dan ghrelin, seseorang yang tidak
mendapatkan tidur yang cukup maka hormon ghrelin (hormon yang menimbulkan
rasa lapar) akan meningkat, serta hormon leptin (menahan rasa lapar) akan
menurun. Kondisi ini berpengaruh pada konsumsi energi dan Indeks Massa Tubuh
Hasil uji bivariat untuk melihat hubungan antara durasi tidur dengan status
gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021 menunjukkan
69
hasil p=0,158 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara durasi tidur
dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo tahun 2021.
durasi tidur yang kurang serta mulai tidur diwaktu yang terlalu malam yaitu diatas
jam 11 malam bahkan banyak responden yang baru mulai tidur diatas jam 1 pagi.
terlalu malam dan banyak mengonsumsi cemilan saat begadang. Selama tidur
normal, penggunaan glukosa dan produksi glukosa turun secara bersamaan selama
kurang tidur, pola pemanfaatan glukosa diubah dan kadar glukosa menjadi
hubungan yang mapan antara durasi tidur pendek dan total energi dan asupan
lemak yang lebih tinggi. Misalnya, individu yang tidur kurang dari 7 jam per
malam memiliki proporsi asupan energi total yang jauh lebih tinggi dari lemak,
dibandingkan dengan mereka yang tidur 7-9 jam per malam yang
sarapan pagi dan baru mengonsumsi makanan disiang hari. Beberapa responden
yang terjaga dimalam hari juga hanya fokus mengerjakan tugas akhirnya sehingga
70
maupun minuman dimana hal tersebut sesuai dengan teori yang mengemukakan
bahwa gaya hidup dan motivasi seseorang untuk tetap terjaga mampu mengatasi
pendek (Rachmadianti & Puspita, 2020). Konsumsi makanan dimalam hari yang
antara antara asupan kalori dan aktivitas fisik merupkanan faktor kunci utama
perubahan status gizi (Vargas et al., 2014). Dalam studi lain pada mahasiswa,
bagaimanapun, durasi tidur tidak secara signifikan terkait dengan status berat
badan karena berbagai faktor lain (Sa et al., 2020). Hasil penelitian Garfield
responden memiliki durasi tidur yang kurang namun banyak faktor lain yang bisa
jika tidak terdapat makanan yang tersedia makan keinginan untuk mengonsumsi
Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
nilai p-value sebesar 0.769 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara durasi tidur terhadap status gizi mahasiswa Program Studi Gizi
Unesa.
71
sedang sibuk.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Universitas Halu Oleo mengenai hubungan pola makan, tingkat stres, dan durasi
tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir Universitas Halu Oleo Tahun
a. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi mahasiswa tingkat akhiSSSSr
b. Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir
c. Tidak ada hubungan antara durasi tidur dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir
5.2 Saran
agar lebih memperhatikan pola hidupnya seperti mengontrol status gizi, menjaga
pola makan, mengendalikan tingkat stres, dan menjaga waktu istirahat sehingga
beragam aktivitas yang tidak terlalu mendesak yang dapat memperpadat kegiatan
mahasiswa seperti kegiatan organisasi yang berlebih, bermain game hingga subuh
hari, jalan-jalan, dsb. Tubuh yang sehat dan hidup yang produktif adalah dambaan
semua orang dan hal tersebut bisa tercapai dengan menerapkan pola hidup yang
72
73
sehat sejak dini karena cara kita menjalani hidup saat ini akan mempengaruhi
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi data awal bagi institusi pendidikan
terkait agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga masalah yang
semua kalangan mahasiswa. Selain itu pihak Universitas juga diharapkan bisa
sehingga berbagai macam faktor lain yang bisa menyebabkan gangguan gizi pada
mahasiswa dapat dibahas lebih lanjut dan bisa melengkapi kekurangan dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abel, Y., Nur, M. L., Toy, S. M., & Jutomo, L. 2020. Stres, Pola Konsumsi, dan
Pola Istirahat Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana. Timorese Journal of Public Health, 1(2).
https://doi.org/10.35508/tjph.v1i2.2126
Adan, A.,Archer, S. N., Hidalgo, M. P., Dimilia, L., Natale, V., Randler, C., 2012.
Circardian Typology: A Comprehensive Review. Chronobiol Int. 29(9):
1153-75.
Adiningsih, S. 2010. Waspada Gizi Balita Anda. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
Angesti, A. N., & Manikam, R. M. 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(1).
https://doi.org/10.37012/jik.v12i1.135
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Dimitriou, L., Hill, J.A., Jehnali, A. et al. 2015. Influence of a montmorency
cherry
juice blend on indices of exercise-induced stress and upper respiratory tract
symptoms following marathon running—a pilot investigation. J Int Soc
Sports Nutr 12, 22. https://doi.org/10.1186/s12970-015-0085-8
Direktorat Gizi Masyarakat. 2018. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun
2017. Kemenkes RI. Jakarta.
Dimitriou, L., Hill, J. A., Jehnali, A., Dunbar, J., Brouner, J., McHugh, M. P., &
Howatson, G. 2015. Influence of a montmorency cherry juice blend on
indices of exercise-induced stress and upper respiratory tract symptoms
following marathon running--a pilot investigation. Journal of the
International Society of Sports Nutrition, 12, 22.
https://doi.org/10.1186/s12970-015-0085-8
Donsu, Jenita DT. 2017. Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Fauziyyah, R., Awinda, R. C., & Besral, B. 2021. Dampak Pembelajaran Jarak
Jauh terhadap Tingkat Stres dan Kecemasan Mahasiswa selama Pandemi
COVID-19. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan,
74
75
1(2). https://doi.org/10.51181/bikfokes.v1i2.4656
Frank, S., Gonzalez, K., Lee-Ang, L., Young, M. C., Tamez, M., & Mattei, J.
2017. Diet and sleep physiology: Public health and clinical implications. In
Frontiers in Neurology (Vol. 8, Nomor AUG, hal. 393). Frontiers Media
S.A. https://doi.org/10.3389/fneur.2017.00393
Garfield, V. 2019. The association between body mass index (BMI) and sleep
duration: Where are we after nearly two decades of epidemiological
research? In International Journal of Environmental Research and Public
Health,16(22), 4327. Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
https://doi.org/10.3390/ijerph16224327
Gryzela, E., & Ariana, A. D. 2021. Hubungan antara Stres dengan Emotional
Eating pada Mahasiswa Perempuan yang sedang Mengerjakan Skripsi.
Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), 18.
https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.24328
Hahn, A., Judd, C. M., Hirsh, H. K., & Blair, I. V. 2014. Awareness of implicit
attitudes. Journal of Experimental Psychology: General, 143(3), 1369–1392.
https://doi.org/10.1037/a0035028
Hartono. 2016. Status Gizi dan Interaksinya. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/.
Tersedia pada:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20170216/0519737/status-gizi-
balita-dan-interaksinya/ (Diakses: 2 Juli 2021).
Hartono, A. S., Zulfianto, N. A., & Rachmat, M. 2017. Surveilans Gizi (Bahan
Ajar Gizi). Kemenkes RI. Jakarta.
Hasler, B. P., Smith, L. J., Cousins, J. C., & Bootzin, R. R. 2012. Circadian
rhythms, sleep, and substance abuse. Sleep medicine reviews, 16(1), 67–81.
https://doi.org/10.1016/j.smrv.2011.03.004
Hasmawati, Usman, & Umar, F. 2021. Hubungan Stres dengan Pola Konsumsi
pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Universitas Muhammadiyah Parepare.
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, 4(1), 122–134.
https://doi.org/10.31850/MAKES.V4I1.409
Hidayah, Ainun. 2011. Kesalahan-kesalahan pola makan pemicu seabrek
penyakit mematikan. Jogjakarta : Penerbit Buku Biru.
Herhaus, B., Ullmann, E., Chrousos, G., & Petrowski, K. 2020. High/low cortisol
reactivity and food intake in people with obesity and healthy weight.
Translational Psychiatry, 10(1), 1–8. https://doi.org/10.1038/s41398-020-
0729-6
Hill, D. C., Moss, R. H., Sykes-Muskett, B., Conner, M., & O’Connor, D. B.
2018. Stress and eating behaviors in children and adolescents: Systematic
76
693. https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2012.03.008
Lestari, R. 2018. Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Durasi Tidur dengan
Indeks Massa Tubuh Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 1–9.
Malik, V. S., Pan, A., Willett, W. C., & Hu, F. B. 2013. Sugar-sweetened
beverages and weight gain in children and adults: a systematic review and
meta-analysis. The American journal of clinical nutrition, 98(4), 1084–1102.
https://doi.org/10.3945/ajcn.113.058362
Morselli, Guyon, Spiegel. 2012. Sleep And Metabolic Function. European
Journal Of Physiology. 463 (1): 139-160.
Mubarak, I.W., et al., 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1).
Salemba Medika : Jakarta
Mufidah, R., & Dewi Soeyono, R. 2021. Pola Makan, Aktivitas Fisik, Dan Durasi
Tidur Terhadap Status Gizi Mahasiswa Program Studi Gizi Unesa. Jurnal
Gizi Unesa, 01(2014), 60–64.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/GIZIUNESA/article/view/41499
Niswah, M. 2016. Hubungan Antara Pola Makan Sehari-Hari Dan Gaya Hidup
Sehat Dengan konsentrasi dan prestasi Belajar. Naskah Publikasi Hasil
Skripsi. Universitas Islam Walisongo. Tersedia pada:
http://eprints.walisongo.ac.id/5931/1/123811054.pdf.
NCD-Risc. 2016. Body-Mass Index. NCD Risk Factor Collaboration. Tersedia
pada: https://ncdrisc.org/underweight-population-sunburst.html (Diakses: 17
Juni 2021).
Nicholas, S. E. 2016. The Effect of Stress on Undergraduate College Students in
Relation to Eating Out Behaviors and Weight Status. Journal of Medicine
and Health Sciences Commons Syracuse University, May.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Nurkhopipah, Aisyah. 2017. Hubungan kebiasaan makan, tingkat stress,
pengetahuan gizi seimbang, dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh
mahasiswa s-1 universitas sebelas maret Surakarta. Tesis. Surakarta:
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
P2PTM, K. R. 2018. Kebutuhan Tidur sesuai Usia. Direktorat P2PTM, P2PTM
Kemenkes RI. Tersedia pada: http://p2ptm.kemkes.go.id/infograpic-
p2ptm/obesitas/kebutuhan-tidur-sesuai-usia (Diakses: 4 Juli 2021).
_________. 2018. Mengapa Sarapan Tak Boleh Dilewatkan?.
http://p2ptm.kemkes.go.id. Tersedia pada:
78
https://promkes.kemkes.go.id/mengapa-sarapan-tak-boleh-dilewatkan
(Diakses: 24 Oktober 2021).
Paramashanti, B. A. 2019. Gizi Bagi Ibu dan Anak. PT. Pustaka Baru.
Yogyakarta.
Permata, T. B. M., Octavianus, S., Khumaesa, N. E., Maharani, P., Rahmartani, L.
T., Nicholas, Giselvania, A. dan Panigoro, S. S. 2019. Pedoman Strategi &
Langkah Aksi Pengelolaan Stres. Seri 3. Diedit oleh S. A. Gondhowiardjo,
C. P. Arianie, dan A. Taher. Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker
Nasional (KPKN) Periode 2014-2019
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Gizi Seimbang. 24 Juli 2014. Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1110. Jakarta.
Pritasari, Damayanti, D. dan Lestari, N. T. 2017. Bahan Ajar Gizi: Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Jakarta.
Priyo Harjatmo, T., M.Par’i, H. dan Wiyono, S. 2017. Bahan Ajar Penilaian
Status Gizi. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Jakarta.
Priyoto., 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba
medika.
Purwanto, A. dan Madona, R. 2016. Gambaran Status Gizi Dan Pola Makan
Mahasiswa Program Studi Diii Keperawatan Tingkat Akhir Stikes Abdi
Nusantara Jakarta Tahun 2016. 40.
Rachmadianti, D., & Puspita, I. D. 2020. Hubungan Asupan Protein,Serat Dan
Durasi Tidur Dengan Status Gizi Mahasiswa S-1 Ilmu Gizi. Jurnal Riset
Gizi, 8(2), 85–89. https://doi.org/10.31983/jrg.v8i2.6274
Relda, dkk, 2013. Gambaran Durasi Tidur Pada Remaja dengan Keleihan Berat
Badan. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 849-
853.
Sa, J., Choe, S., Cho, B. Y., Chaput, J. P., Kim, G., Park, C. H., Chung, J., Choi,
Y., Nelson, B., & Kim, Y. 2020. Relationship between sleep and obesity
among U.S. And South Korean college students. BMC Public Health, 20(1),
1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-020-8182-2
Saam, Zulfan dan Sri Wahyuni. 2014. Psikologi Keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pers.
79
Sogari, G., Velez-Argumedo, C., Gómez, M. I., & Mora, C. 2018. College
students and eating habits: A study using an ecological model for healthy
behavior. Nutrients, 10(12). https://doi.org/10.3390/nu10121823
Sominsky, L., & Spencer, S. J. 2014. Eating behavior and stress: a pathway to
obesity. Frontiers in psychology, 5, 434.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2014.00434
Sopiyudin, D. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan (K. Wawan (ed.);
6 ed.). Epidemiologi Indonesia.
Sprake, E. F., Russell, J. M., Cecil, J. E., Cooper, R. J., Grabowski, P.,
Pourshahidi, L. K., & Barker, M. E. 2018. Dietary patterns of university
students in the UK: A cross-sectional study. Nutrition Journal, 17(1), 1–17.
https://doi.org/10.1186/s12937-018-0398-y
Sukianto, R. E., Marjan, A. Q., & Fauziyah, A. 2020. Hubungan tingkat stres,
emotional eating, aktivitas fisik, dan persen lemak tubuh dengan status gizi
pegawai Universitas Pembangunan Nasional Jakarta. Ilmu Gizi Indonesia,
3(2), 113. https://doi.org/10.35842/ilgi.v3i2.135
Sulana, I. O., Sekeon, S. A., & Mantjoro, E. M. 2020. Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kesmas, 9(7).
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Susetyowati. 2016. ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
Syarofi, Z. N. 2018. Hubungan Tingkat Stress Dan Emotional
Eating Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Program Studi
S-1 Gizi Reguler Tahun Keempat Universitas Airlangga (Vol.
10, Nomor 2) [Universitas Airlangga]. http://lib.unair.ac.id
Tok, C. Y., Ahmad, S. R., & Koh, D. S. Q. 2018. Dietary habits and lifestyle
practices among university students in universiti Brunei Darussalam.
Malaysian Journal of Medical Sciences, 25(3), 56–66.
https://doi.org/10.21315/mjms2018.25.3.6
Trimawati, T., & Wakhid, A. 2018. Studi Deskriptif Perilaku Emotional Eating
Mahasiswa yang Mengerjakan Skripsi di Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran. Jurnal Smart Keperawatan, 5(1), 52.
https://doi.org/10.34310/jskp.v5i1.164
Vargas, P. A., Flores, M., & Robles, E. 2014. Sleep quality and body mass index
80
Yau YHC, Potenza MN. 2014. Stress and Eating Behaviors. Natl Institutes Heal;
38(3):255–67.
81
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
3. Setelah mengisi jawaban pada kuesioner ini, mohon diperiksa kembali agar
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur : Tahun
Fakultas :
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
Tempat Tinggal selama pengerjaan tugas akhir : a. dirumah bersama orang tua /
keluaraga
a. Pola Makan
Selama mengerjakan tugas akhir dalam kurun waktu minimal 1 bulan terakhir,
apakah anda :
Jawaban Item
No. Pernyataan
Sangat Sering Kadang- Tidak
Sering kadang pernah
1. Sarapan sebelum jam 9 pagi 4 3 2 1
Makan siang tidak lewat dari
2. 4 3 2 1
jam 1 siang.
Makan malam diatas jam 7
3. 1 2 3 4
malam
Mengonsumsi nasi/ ubi/ sagu/
4. 4 3 2 1
jagung saat makan
Mengonsumsi tempe atau tahu
5. 4 3 2 1
saat makan
Mengonsumsi telur/ ikan/
6. daging/ ayam / makanan laut 4 3 2 1
saat makan
7. Mengkonsumsi buah dan sayur 4 3 2 1
Mengonsumsi minuman manis
(sirup, minuman kemasan, teh/
8. 1 2 3 4
kopi kemasan, minuman energi,
thai tea dan sejenisnya)
Mengonsumsi makanan
9. 4 3 2 1
selingan (cemilan)
Mengonsumsi gorengan saat
10. 1 2 3 4
makan atau sebagai cemilan
(Modifikasi Niswah, 2016)
b. Tingkat Stres
N
Hampir
Pertanyaan Tidak Kadang Sangat
tidak Sering
No. pernah -kadang sering
pernah
1. merasa kecewa
karena proposal/
hasil/ skripsi
0 1 2 3 4
penelitian yang
dikerjakan tidak
memenuhi harapan
pembimbing/penguji
2. merasa tidak dapat
mengendalikan hal-
hal penting dalam 0 1 2 3 4
pengerjaan tugas
akhir anda
3. merasa gelisah dan
tegang terhadap
segala proses ataupun
hasil yang akan anda 0 1 2 3 4
dapatkan dari
penyusunan/
penelitian tugas akhir
anda
4. merasa yakin
mengenai
4 3 2 1 0
kemampuan anda
dalam pengerjaan
tugas akhir?
5. merasa bahwa segala
rencana dan jalannya
pengerjaan tugas 4 3 2 1 0
akhir berjalan sesuai
dengan keinginan
anda?
6. mendapatkan bahwa 0 1 2 3 4
anda tidak dapat
menjalani segala
proses pengerjaan
tugas akhir anda
7. mampu mengontrol
berbagai kendala dan
gangguan dalam 4 3 2 1 0
pengerjaan tugas
akhir
8. merasa senang
dengan proses
4 3 2 1 0
pengerjaan tugas
akhir yang sedang
anda lakukan
9. Seberapa sering anda
merasa marah karena 0 1 2 3 4
sesuatu yang terjadi
diluar kendali anda?
10. Seberapa sering anda
merasa begitu banyak
kesulitan dalam
0 1 2 3 4
pengerjaan tugas
akhir sehingga anda
tidak mampu
mengatasinya?
(Modifikasi Indira, 2016)
c. Durasi Tidur
b. 7-8 jam.
Lampiran 2. Output Master Tabel SPSS Penelitian
Berat Tinggi
Status Tempat
Nama Umur Jenis Kelamin Fakultas Badan Badan IMT Pola Makan Tingkat Stres Durasi Tidur
Gizi Tinggal
(kg) (cm)
AAI 22 Perempuan FP 52,5 152 22,72 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
AAR 22 Perempuan MIPA 50 156 20,54 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
ABF 23 Laki-Laki FIB 82 167 29,4 Gemuk Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
AD 22 Perempuan FISIP 45 155 18,73 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
ADC 22 Laki-Laki FIB 46 170 15,91 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ALD 21 Laki-Laki FP 56,2 156 23,09 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
AMA 21 Perempuan FPIK 50,2 153 21,44 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AND 21 Perempuan FISIP 80 165 29,38 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
AND 22 Perempuan FP 46,7 151 20,48 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
ANG 22 Laki-Laki FKM 48,95 168 17,34 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
ANN 22 Perempuan FEB 64 155 26,63 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AR 22 Perempuan FKM 63 143 30,88 Gemuk Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AS 22 Laki-Laki FHIL 65,25 180 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
AS 21 Perempuan FISIP 49 150 21,77 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
ASM 23 Perempuan FKIP 40,5 153 17,3 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
ASM 22 Laki-Laki FEB 48 156 19,72 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
ATH 21 Laki-Laki FP 69,4 175 22,66 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
AUT 22 Laki-Laki FKIP 48,8 160 19,06 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
AVA 20 Perempuan FISIP 60 165 22,03 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
AY 21 Laki-Laki FKIP 58,5 160 22,85 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
AYA 21 Perempuan FEB 48 150 21,33 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
DCD 23 Perempuan FKIP 53,3 154 22,47 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
DHN 22 Perempuan MIPA 55 159 21,75 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
DKK 22 Laki-Laki FEB 77,7 163 29,24 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
EAB 22 Laki-Laki FEB 68 162 25,91 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
ELF 23 Perempuan MIPA 52 153 22,21 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ELI 22 Perempuan FH 56,3 155 23,43 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
EPS 21 Perempuan FKM 70 163 26,41 Gemuk Kost Baik Kondisi Normal Kurang
HRW 22 Perempuan FPT 50,15 148 22,89 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
HSN 22 Perempuan FP 50 154 21,08 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
IDD 22 Laki-Laki FIB 61,5 159 24,32 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
IF 23 Laki-Laki FITK 66,75 171 22,82 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IIK 22 Laki-Laki FT 57,25 172 18,69 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IKM 23 Laki-Laki FKIP 53 166 19,23 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
IL 23 Perempuan FKIP 50 150 22,22 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
INS 23 Perempuan FP 45,35 149 20,42 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
IR 23 Perempuan FPT 40,85 150 18,15 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IRN 23 Perempuan FKIP 45 153 18,22 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
IRS 23 Perempuan FP 51,8 154 21,84 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
ISH 22 Laki-Laki FT 75 170 25,95 Gemuk Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
IYL 23 Laki-Laki FKIP 55 160 21,48 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
JL 23 Perempuan FITK 38,3 160 14,95 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
KAI 22 Laki-Laki FP 56,85 152 24,6 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
KNT 22 Perempuan FK 43,2 155 17,98 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
LND 22 Perempuan FISIP 49 165 17,99 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
LOA 22 Laki-Laki FH 65,15 169 22,81 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
LSA 22 Perempuan FIB 49,5 156 20,34 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
LTH 23 Perempuan FKIP 40,1 150 17,82 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
MAN 23 Perempuan FISIP 60 155 24,97 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MF 21 Laki-Laki FT 50 165 18,36 Kurus Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
MHR 22 Laki-Laki FISIP 45 161 17,36 Kurus Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
MRD 22 Laki-Laki FEB 49 156 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MRF 22 Perempuan FP 42 152 18,17 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MRS 22 Perempuan FPIK 43,2 153 18,45 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MRT 22 Perempuan FKIP 68,3 163 25,7 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
MSR 23 Perempuan FP 41,8 153 18,28 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
MT 23 Perempuan FKIP 43,05 147 19,92 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
MTA 22 Perempuan FISIP 45 150 20 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
N 22 Perempuan FKM 36,75 160 14,35 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
NN 21 Perempuan FP 47,4 153 20,24 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
NNN 22 Perempuan FEB 33,8 156 13,88 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
NRH 21 Perempuan FISIP 38,85 147 17,97 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
NRH 23 Perempuan FITK 47 159 18,59 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
NRL 23 Perempuan FKIP 53 160 20,7 Normal Kost Baik Kondisi Normal Kurang
NRN 23 Perempuan FISIP 41,15 151 18,04 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Kurang
NSR 22 Perempuan FKIP 45 159 17,79 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Kurang
NVA 23 Laki-Laki FISIP 58 165 21,3 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
RAS 22 Perempuan FARMASI 32,9 140 16,78 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
RFK 22 Laki-Laki FISIP 80 170 27,68 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
RHM 22 Perempuan FISIP 45 150 20 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
RHM 21 Laki-Laki FP 60 170 20,76 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Cukup
RI 21 Laki-Laki FT 54,35 176 17,54 Kurus Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
RMA 23 Laki-Laki MIPA 59 178 18,62 Normal Kost Baik Kondisi Normal Cukup
RMP 21 Laki-Laki FISIP 42,5 160 16,6 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
RR 21 Perempuan FKM 39,45 155 16,43 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
RSM 22 Perempuan FKIP 65 155 27,05 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
RST 22 Perempuan FP 50 155 20,81 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
RSY 21 Perempuan FISIP 52,4 167 18,78 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
S 23 Laki-Laki FKIP 48,4 159 19,14 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
SH 23 Perempuan FH 60 150 26,66 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Cukup
SKM 22 Perempuan FEB 51,55 150 22,91 Normal Kost Baik Kondisi Stres Cukup
SLD 22 Laki-Laki FISIP 89 181 27,16 Gemuk Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
SLN 22 Perempuan FEB 40,55 156 16,63 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SLS 22 Perempuan FP 48,7 158 19,5 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
SLV 21 Perempuan FISIP 49 156 20,13 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SMA 21 Perempuan FARMASI 56,2 153 24,01 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
SMH 22 Perempuan FIB 48,38 155 20,13 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
SRI 23 Perempuan FIB 44,5 151 19,51 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
SRY 23 Perempuan FP 43,7 150 19,42 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
SSR 23 Perempuan FEB 50,35 155 20,95 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
STA 23 Perempuan FKIP 50,4 160 19,68 Normal Rumah Baik Kondisi Normal Cukup
STN 21 Perempuan FPIK 46,65 159 18,45 Kurus Kost Baik Kondisi Normal Kurang
SW 21 Perempuan FH 45 159 17,79 Kurus Rumah Baik Kondisi Stres Kurang
SYI 22 Laki-Laki FISIP 76 176 24,53 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
TRA 23 Perempuan FEB 51 150 22,66 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
TRS 23 Perempuan FPT 38,7 148 17,66 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
TTI 22 Perempuan FPIK 42 153 18,3 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
UCN 23 Perempuan MIPA 45 145 21,4 Normal Rumah Buruk Kondisi Normal Kurang
VF 23 Laki-Laki FH 57,25 163 21,54 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
VHD 23 Laki-Laki FIB 62 165 22,77 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
VLW 23 Perempuan FH 55 155 22,89 Normal Rumah Buruk Kondisi Stres Cukup
WAA 23 Perempuan MIPA 42 155 17,58 Kurus Kost Baik Kondisi Stres Cukup
WHL 23 Perempuan FIB 59 149 26,57 Gemuk Kost Baik Kondisi Normal Cukup
WMS 22 Perempuan FARMASI 43 153 18,37 Kurus Rumah Buruk Kondisi Stres Kurang
WNN 22 Perempuan FKIP 57 155 23,72 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
WOD 22 Perempuan FISIP 55 158 22,03 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
WOH 22 Perempuan FKIP 50 159 19,77 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
WOR 22 Laki-Laki FEB 51,7 158 20,7 Normal Kost Buruk Kondisi Normal Kurang
Y 22 Laki-Laki FHIL 58 172 19,66 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Kurang
YN 23 Perempuan FKIP 61,2 152 26,45 Gemuk Kost Baik Kondisi Stres Kurang
YNA 23 Perempuan FKIP 47 152 20,34 Normal Rumah Baik Kondisi Stres Cukup
YU 22 Laki-Laki FT 42 165 15,42 Kurus Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
YYI 22 Perempuan FKIP 42,65 153 18,21 Kurus Rumah Buruk Kondisi Normal Cukup
YYJ 23 Perempuan FKIP 47 164 21,75 Normal Kost Baik Kondisi Stres Kurang
YYN 21 Laki-Laki FP 70 170 24,22 Normal Kost Buruk Kondisi Stres Cukup
ZHN 21 Perempuan FH 51,15 160 19,98 Normal Kost Baik Kondisi Normal Cukup
Lampiran 3. Output Master Tabel SPSS Karakteristik Responden
A. Umur Responden
Umur responden
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
valid 20 1 ,9 ,9 ,9
21 22 19,0 19,0 19,8
22 54 46,6 46,6 66,4
23 39 33,6 33,6 100,0
Total 116 100,0 100,0
IMT responden
Frequenc Valid Cumulative
Percent
y Percent Percent
valid 13-17 21 18,1 18,1 18,1
18-22 71 61,21 61,21 79,31
23-27 20 17,24 17,24 96,55
28-32 4 3,45 3,45 100,0
Total 116 100,0 100,0
Lampiran 4. Output Master Tabel SPSS Analisis Univariat
A. Status Gizi
Status Gizi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Kurus 32 27,6 27,6 27,6
B. Pola Makan
Pola Makan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Baik 57 49,1 49,1 49,1
C. Tingkat Stres
D. Durasi Tidur
Crosstab
Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Baik Count 12 34 11 57
Pola
% within Kriteria Pola 21,1% 59,6% 19,3% 100,0%
Makan
makan
% within Status Gizi 37,5% 48,6% 78,6% 49,1%
Buruk Count 20 36 3 59
% within Kriteria Pola 33,9% 61,0% 5,1% 100,0%
Makan
% within Status Gizi 62,5% 51,4% 21,4% 50,9%
Total Count 32 70 14 116
% within Kriteria Pola 27,6% 60,3% 12,1% 100,0%
Makan
% within Status Gizi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. Point
Significance (2- (2-sided) (1-sided) Probability
sided)
Pearson Chi-Square 6,596a 2 ,037 ,037
Likelihood Ratio 6,904 2 ,032 ,035
Fisher's Exact Test 6,523 ,035
b
Linear-by-Linear 5,650 1 ,017 ,022 ,012 ,007
Association
N of Valid Cases 116
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,88.
b. The standardized statistic is -2,377.
B. Hubungan Tingkat Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo Tahun 2021
Crosstab
Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Kondisi Count 6 12 2 20
Tingkat Stres Normal
% within Kriteria 30,0% 60,0% 10,0% 100,0%
Tingkat Stres
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. Exact Sig. Point
Significance (2-sided) (1-sided) Probability
(2-sided)
Pearson Chi- ,137a 2 0,934 1,000
Square
Likelihood 0,140 2 0,932 1,000
Ratio
Fisher's Exact 0,168 1,000
Test
Linear-by- ,129b 1 0,719 0,841 0,438 0,150
Linear
Association
N of Valid 116
Cases
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,41.
b. The standardized statistic is ,360.
C. Hubungan Durasi Tidur dengan Status Gizi Mahasiswa Tingkat Akhir
Universitas Halu Oleo tahun 2021
Crosstab
Status Gizi
Kurus Normal Gemuk Total
Kriteria Kurang Count 18 39 4 61
Durasi
Tidur % within Kriteria 29,5% 63,9% 6,6% 100,0%
Durasi Tidur
% within Status Gizi 56,3% 55,7% 28,6% 52,6%
Cukup Count 14 31 10 55
% within Kriteria 25,5% 56,4% 18,2% 100,0%
Durasi Tidur
% within Status Gizi 43,8% 44,3% 71,4% 47,4%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Point Probability
Pearson 3,685a 2 0,158 0,177
Chi-Square
Likelihood 3,764 2 0,152 0,177
Ratio
Fisher's 3,605 0,177
Exact Test
Linear-by- 1,892b 1 0,169 0,176 0,110 0,047
Linear
Association
N of Valid 116
Cases
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,64.
b. The standardized statistic is 1,376.
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian