Anda di halaman 1dari 1

Trend waktu PPOK

Diperkirakan oleh WHO, hampir 210 juta kasus mungkin ditemukan di seluruh dunia.WHO
memperkirakan menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat. PPOK merupakan
penyebab penyakit tersering pada urutan ke lima dan penyebab kematian pada urutan ke tiga.
Beberapa perkiraan menempatkan angka ini mencapai 400-600 juta. Jumlah kasus PPOK
sedang-berat di 12 negara wilayah Asia-Pasifik dengan tingkat prevalensi keseluruhan
sebesar 6,3%.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada tahun 2005, sekitar 80 juta orang
menderita PPOK dan 3 juta di antaranya meninggal dunia, dengan merujuk 5% dari seluruh
kematian secara global.Total kematian akibat PPOK diproyeksikan akan meningkat > 30% pada
10 tahun mendatang. Peningkatan secara drastis pada dua dekade diprediksi akan terjadi di
negara-negara Asia dan Afrika oleh karena peningkatan pemakaian tembakau. WHO
menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Diperkirakan,
PPOK menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%. Laju kematian
selama perawatan di rumah sakit dengan eksaserbasi diperkirakan antara 2,5 –10%. Kematian
setelah perawatan di rumah sakit diperkirakan antara 55 –60% setelah 5 tahun keluar dari rumah
sakit.

Sumber:
Hendrianingtyas, M., Setiawati, E., & Retnoningrum, D. (2018). PERBEDAAN
EFEKTIVITAS HATHA YOGA DAN TAI CHI TERHADAP KEBUGARAN
KARDIORESPIRASI DAN KONDISI INFLAMASI PADA PENDERITA PPOK. Media
Medika Muda, 2(3).
Soeroto, A. Y., & Suryadinata, H. (2014). Penyakit paru obstruktif kronik. Ina J Chest Crit
Emerg Med, 1(2), 83-8
Currie G. ABC of COPD. Chichester, West Sussex, UK: Wiley-Blackwell, BMJ Books;
2011.
Angelis, N., Porpodis, K., Zarogoulidis, P., Spyratos, D., Kioumis, I., Papaiwannou, A.,
Zarogoulidis, K. Airway inflammation in chronic obstructive pulmonary disease. Journal
of Thoracic Disease. 2014; 6(Suppl 1), S167–S172.

<<<Jangan dimasukin ppt yang ini>>>


(Laki-laki memiliki peran sosial yang lebih tinggi sehingga lebih sering kontak dengan
pajanan,12,13tetapi pada saat ini didapatkan kecenderungan perempuan yang berasal dari
lingkungan ekonomi rendah maupun tinggi. Inga melaporkan bahwa perempuan memiliki
kerentanan lebih tinggi terhadap efek merokok dan pajanan walaupun dalam
skalarendah sehingga menyebabkan penurunan dan kerusakan paru lebih berat.
Kerentanan ini tidak berhubungan dengan banyaknya jumlah batang rokok yang
dihisap tetapi karena anatomis salurannapas perempuan lebih kecil. Mizarti, D., Herman, D.,
Sabri, Y. S., & Yanis, A. (2019). Correlation between Anxiety and Depression with Quality of Life
among Chronic Obstructive Pulmonary Disease Patients. Jurnal Respirologi Indonesia, 39(2), 121-
129.)

Anda mungkin juga menyukai