Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi penyakit kronis


Penyakit adalah setiap penyimpangan berbahaya dari keadaan

structural normal atau fungsional suatu orgnisme, umumnya terkait dengan

tanda dan gejala terntentu serta terlihat berbeda dari dalam maupun dari

luar tubuh. Penyakit kronis merupakan sebuah penyakit atau sebuah

gangguan kesehatan jangka panjang yang tanpa disadari bersarang didalam

tubuh. Penyakit kronis sangatlah berbahaya karena sulit untuk

didefinisikan dan Sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang kurang

sehat (Hekki Arja Wahyudi, Mitra Istiar Wardhana, 2021)

2.2 Demografi

PTM (Penyakit Tidak Menular) merupakan penyakit kronik atau

kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu

lainnya. PTM saat ini merupakan masalah serius dan masih mendapat

perhatian khusus dibidang kesehatan karena menjadi penyumbang terbesar

penyebab kematian secara global maupun nasional. Prevalensi PTM terus

meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Menurut laporan World

Health Organization (2017), penyakit tidak menular menyebabkan 40 juta

atau sekitar 70% dari 56 juta kematian di dunia di tahun 2015 dan sekitar

52% kematian usia <70 tahun (Erma, 2020). Riskesdas 2018,

menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan

jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Prevalensi kanker naik dari

1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7%

menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes mellitus naik dari 6,9%

menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari

25,8% menjadi 34,1% (Kemenkes RI, 2018)

Data riset kesehatan dasar pada tahun 2018 menyatakan bahwa

penyakit kronis didominasi oleh penyakit hipertensi dan diabetes melitus.

Fakta menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi naik dari 25,8% pada

tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018. Kondisi ini mengakibatkan

kematian sekitar 8 juta orang per tahun, demikian pula dengan diabetes

prevalensi penyakit ini naik dari 6,9% menjadi 8,5% per tahun 2018.

Kondisi ini juga membuat harapan hidup berkurang 5 hingga 10 tahun

(Kemenkes RI, 2018).

2.3 Masalah Kesehatan

Penyakit kronis disebut-sebut menjadi penyebab utama kematian

dan kecacatan di seluruh dunia. Sejumlah 80% orang dewasa yang berusia

65 tahun dan lebih tua memiliki setidaknya satu kondisi kronis, sementara

68% memiliki dua atau lebih. Tetapi tidak bisa dipungkiri penyakit kronis

juga dapat menyerang seseorang sejak usia muda. Hal ini dapat terjadi

akibat perubahan gaya hidup modern yang semakin tidak sehat. Penyakit

kronis akan sangat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari penderitanya.

Berikut merupakan jenis-jenis penyakit kronis yaitu :

1. Diabetes

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang

disebabkan karena kelainan hormon insulin, kerja insulin atau

keduanya, sehingga tubuh mengalami gangguan metabolisme


karbohidrat, protein dan lemak yang berdampak pada peningkatan

kadar glukosa darah. Berdasarkan data World Health Organization

(WHO), Indonesia menempati urutan keempat di dunia dengan

jumlah penderita DM mencapai 8,6%. Data dari Riskesdas (2013)

penderita DM pada tahun 2007 sebanyak 1,1% dan pada tahun 2013

meningkat menjadi 2,4%. International Diabetes Federation (2015)

memperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia akan terus

mengalami kenaikan, pada tahun 2014 penderita DM sebanyak 9,1

juta, dan akan meningkat pada tahun 2035 menjadi 14,1 juta.

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang membutuhkan

perawatan jangka panjang, pengelolaan yang tidak adekuat

menyebabkan penderita mengalami komplikasi yang dapat

mempengaruhi kualitas hidupnya (Luthfa and Fadhilah, 2019).

2. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg. Hipertensi menjadi salah satu penyakit kronik yang banyak

terjadi pada populasi dewasa dan lanjut usia. Kebanyakan dari kasus

hipertensi adalah hipertensi esensial yang tidak diketahui

penyebabnya dengan pasti. Sisanya merupakan akibat dari penyakit

lain seperti diabetes, penyakit ginjal, gangguan organ, efek samping

dari obat-obatan lain, kehamilan dan penyakit jantung. Semakin

tinggi tekanan darah maka semakin tinggi morbiditas dan mortalitas.


Kondisi pasien bisa tiba-tiba memburuk dengan cepat atau menetap

menjadi kronik.

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler kedua yang

banyak diderita orang di dunia. Menurut Riskesdas (2018), prevalensi

hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia sebesar 34,1%.

Berdasarkan data yang diperoleh hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor tiga di Indonesia, dan penyebab kematian nomor

satu di Dunia. Hipertensi biasanya bersifat asimptomatik, tetapi

memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang relative tinggi.

Semakin tinggi tekanan darah maka semakin beresiko terkena

penyakit jantung koroner, gagal jantung, stoke dan penyakit ginjal

(Putri Dafriani, 2019).

3. Gagal Jantung

Penyakit jantung terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya

penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung, penyakit jantung

bawaan, gagal jantung, penyakit katup jantung. Salah satu gangguan

kardiovaskuler yang paling banyak terjadi yakni gagal jantung yang

memiliki angka mortalitas dan mobiditas yang tinggi baik di negara

maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia.

Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana

seseorang pasien memiliki berbagai gejala berupa nafas pendek saat

istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai dengan kelelahan,

munculnya tanda retensi cairan dilihat dengan adanya kongestif paru

atau edema tungkai dan adanya bukti objektif dari gangguan struktur
atau fungsi jantung saat istirahat. Dengan tanda dan gejala tersebut,

gagal jantung membutuhkan regimen pengobatan yang lama dan

kompleks selama periode hidup (Idu, Tamaela and Wicaksana, 2021).

Hal ini menyebabkan kemungkinan lama rawat atau tingginya

kekambuhan untuk dirawat kembali di rumah sakit yang berdampak

bukan hanya bagi kondisi pasien secara umum tetapi juga kondisi

sosial dan ekonomi.

4. Stroke

Stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah

suatu keadaan dimana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat

berupa defisit neurologis fokal dan global yang dapat memberat dan

berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat

menyebabkan kematian. Penyakit stroke merupakan penyebab

kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Data World

Stroke Organization (WSO) menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang

dewasa diatas usia 25 tahun akan mengalami stroke setiap tahunnya,

ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi

akibat penyakit stroke. Secara nasional, prevalensi stroke berdasarkan

Riskesdas tahun 2018 meningkat dibandingkan tahun 2013, dari 7%

menjadi 10,9. Berdasarkan kelompok umur kejadian penyakit stroke

terjadi lebih banyak pada lansia yaitu usia 55-64 tahun sebesar

33,3%, usia 65-74 tahun sebesar 22,5%, dan usia lebih dari 75 tahun

sebesar 11,5%, dengan demikian 67,3% penderita stroke adalah

lansia (Kemenkes RI, 2018).


Stroke merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak

diderita oleh lansia yang membutuhkan bantuan yang optimal dari

pelaku rawat. Dengan mengetahui gambaran kualitas hidup pelaku

rawat, diharapkan informasi ini dapat menjadi dasar pelayanan

asuhan keluarga yang merawat lansia stroke (Vesdiana, 2022).

5. Asma

Asma adalah penyakit kronis ditandai dengan serangan

berulang berupa sesak nafas dan bengek, dimana tingkat keparahan

dan frekuensinya bergantung dari orang per orang. Menurut WHO,

diperkirakan 300 juta orang di dunia mengalaminya dan juga

merupakan penyakit kronis paling umum yang terjadi pada anak pada

tahun 2018.

6. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

Chronic Obstructive Pulmonary Disease adalah penyakit

peradangan paru kronis yang menyebabkan saluran pernafasan dari

paru-paru terganggu. Gejala termasuk sulit bernafas, batuk, dahak

dan berbunyi. Penderita COPD berisiko tinggi mengalami penyakit

jantung, kanker paru-paru dan berbagai kondisi lainnya. Pada tahun

2016, terdapat 251 juta orang dan diperkirakan 3,17 juta orang

meninggal dunia.

2.4 Program Pemerintah

BPJS Kesehatan merupakan badan pelaksana berbadan hukum

publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan


kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (PROLANIS) adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan

peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka

pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita

penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya

pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Farhan, 2020).

1. Definisi Prolanis

Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dengan

pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang

melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan agar

mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan

kesehatan yang efektif dan efisien. Sasaran dari kegiatan Prolanis

adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis

khususnya Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi (BPJS, 2017)

Jumlah peserta Prolanis yang berkunjung dihitung jika peserta

mengikuti salah satu atau lebih kegiatan Prolanis, seperti edukasi klub,

konsultasi medis, pemantauan kesehatan melalui pemeriksaan

penunjang, senam Prolanis, home visit dan pelayanan obat secara rutin

di puskesmas.

2. Tujuan Prolanis

Tujuan dilaksanakannya Prolanis adalah mendorong peserta

penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan


indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Fasilitas kesehatan

tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik

terhadap Diabetes Melitus tipe 2 dan Hipertensi sesuai panduan klinis

terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit

(BPJS, 2017)

3. Bentuk Pelaksanaan Prolanis

a. Konsultasi Medis

Konsultasi dilakukan dengan cara berkonsultasi antara peserta

Prolanis dengan tim petugas kesehatan, jadwal konsultasi

disepakati bersama antara peserta dengan fasilitas kesehatan. Saat

kegiatan konsultasi, juga dilakukan pemantauan status kesehatan

meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kepada

peserta pada setiap kali kunjungan atau kontrol bulanan, pemberian

resep obat-obatan untuk terapi 30 hari, dan dua pencatatan laporan

perkembangan status kesehatan yaitu Medical Record disimpan

oleh FKTP dan buku monitoring status kesehatan peserta yang

dibawa oleh peserta (BPJS, 2017). Pencatatan yang dilakukan

meliputi perkembangan status kesehatan peserta, pencatatan Indeks

Massa Tubuh, Tekanan Darah, Gula Darah Puasa, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan penunjang diagnostik, pemberian obat-obatan

serta catatan lain terkait pelayanan kesehatan bagi peserta.

b. Edukasi/Aktivitas kelompok

Edukasi kesehatan adalah suatu kegiatan aktivitas klub yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya


memulihkan dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta

meningkatkan status kesehatan bagi peserta Prolanis. Sasaran dari

kegiatan ini yaitu, terbentuknya kelompok peserta (Klub) Prolanis

minimal satu Faskes Pengelola satu Klub dan frekuansi

dilaksanakan edukasi rutin minimal satu kali dalam sebulan (BPJS,

2017)

c. Reminder SMS Gateway

Reminder SMS Gateway adalah kegiatan memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin dan disiplin kontrol bulanan kepada

Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal konsultasi ke Faskes

Pengelola tersebut (BPJS, 2017). Reminder sms gateway berfungsi

mengingatkan peserta prolanis beberapa hari sebelum pelaksaan

senam dan penyuluhan, bila ada yang tidak aktif petugas tetap

memberikan motivasi lewat sms.

d. Home Visit

Home visit adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan dengan

mengunjungi rumah peserta untuk pemberian informasi

/pendidikan kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis

dan keluarganya. Syarat kegiatan home visit/kunjungan rumah

yaitu pada penderita yang baru terdaftar, penderita yang tidak hadir

pada kegiatan Prolanis 3 bulan berturut-turut, dan peserta yang

baru selesai di opname, kemudian hasil dari kunjungan rumah

dicatat dibuku pemantauan kesehatan dan dilaporkan kepada pihak

puskesmas dan BPJS Kesehatan (BPJS, 2017).


2.5 Strategi Intervensi
Dalam pelaksanaan prolanis terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

1. Pada saat pengisian formulir kesediaan anggota, petugas harus

memastikan bahwa peserta Prolanis sudah mendapatkan penjelasan

mengenai program dan menyatakan bersedia untuk bergabung.

2. Melakukan validasi diagnosa medis calon peserta Prolanis. Peserta

Prolanis adalah peserta yang memiliki kartu BPJS dengan diagnosa

DM tipe 2 dan hipertensi yang di diagnosa oleh dokter spesialis pada

faskes tingkat lanjutan.

3. Petugas harus memasukkan data dan memberikan tanda pengenal pada

peserta Prolanis. Begitu juga dengan peserta yang keluar dari program.

4. Melakukan pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi pelayanan

primer (BPJS, 2017).


DAFTAR PUSTAKA

BPJS (2017) Program Prolanis, BPJS Kesehatan. Available at: https://bpjs-


kesehatan.go.id/bpjs/index.php/post/read/2018/646/Program-Prolanis-Permudah-
Pelayanan-Peserta-JKN.

Erma, Y. (2020) ‘Inovasi Geli Si Dian’, in. Bogor: Puskesmas Suliwer.

Farhan, A. (2020) ‘PENGARUH KEPATUHAN MENGIKUTI PROGRAM


PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) TERHADAP KADAR
HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN DISLIPIDEMIA’,
Jurnal Bagus, 02(01), pp. 402–406.

Hekki Arja Wahyudi, Mitra Istiar Wardhana, A.S. (2021) ‘The Designing of an
Infographic Book as a Medium of Information about Chronic Diseases for
Adolescents’, Journal of Language and Arts, 1(6), pp. 794–807.
doi:10.17977/um064v1i62021p794-807.

Idu, C.J., Tamaela, J.M. and Wicaksana, A.L. (2021) ‘Pemanfaatan Teknologi
Dalam Mengurangi Readmission Pada Pasien Dengan Gagal Jantung: Systematic
Review’, Jurnal Kesehatan, 14(1), pp. 48–58. doi:10.23917/jk.v14i1.11442.

Kemenkes RI (2018) ‘Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018’, Kementrian


Kesehatan RI, 53(9), pp. 1689–1699.

Luthfa, I. and Fadhilah, N. (2019) ‘Self Management Menentukan Kualitas Hidup


Pasien Diabetes Mellitus’, Jurnal Endurance, 4(2), p. 402.
doi:10.22216/jen.v4i2.4026.

Putri Dafriani (2019) ‘Pendekatan Herbal Dalam Menangani Hipertensi’, p. 98.

Vesdiana, A.Y.N. (2022) ‘Gambaran Kualitas Hidup Pelaku rawat Lansia Stroke’,
Jurnal Kesehatan, 13(1), pp. 021–028. doi:10.24252/kesehatan.v7i2.54.

Anda mungkin juga menyukai