Proporsi Obesitas Sentral dan Stroke Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018
Jandri D. Mona*, Grace D. Kandou*, Fima L.F.G Langi*
ABSTRAK
Proporsi penyakit tidak menular di Indonesia seperti stroke dan obesitas sentral berdasarkan hasil
Riskesdas 2018 meningkat dibandingkan tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana proporsi obesitas sentral dan stroke, mengetahui hubungan proporsi obesitas sentral dan
stroke menurut provinsi, serta mengetahui pengaruh obesitas sentral dan obesitas sentral menurut
karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, tempat tinggal terhadap proporsi stroke. Penelitian ini
termasuk penelitian epidemiologi dengan desain studi ekologi dan menggunakan data Riskesdas 2018.
Populasi penelitian ini yaitu data agregat 34 provinsi di Indonesia. Jumlah sampel yaitu penduduk yang
berusia 15 tahun menurut provinsi di Indonesia berjumlah 68 data agregat. Analisis data yang
digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji
regresi linier berganda. Hasil penelitian didapatkan yaitu terdapat korelasi antara proporsi obesitas
sentral dan stroke menunjukkan hubungan positif sedang (pearson R=0,43; p=0,012). Hasil uji linier
berganda, didapatkan hasil variabel proporsi obesitas sentral (p=0,033), obesitas sentral usia 45-54
tahun (p=<0,001), obesitas sentral di perkotaan (p=0,015) berpengaruh terhadap proporsi stroke
sedangkan variabel proporsi obesitas sentral usia 25-34 tahun (0,525), usia 35-44 tahun (0,531), usia 55-
64 tahun (0,068), usia 65-74 (0,571), usia >75 tahun (0,822) dan obesitas pada perempuan (0,552) tidak
berpengaruh terhadap proporsi stroke.
ABSTRACT
The proportion of non-communicable diseases in Indonesia such as stroke and central obesity based on
the results of Riskesdas 2018 increased compared to 2013. This study aims to determine the proportion of
central obesity and stroke, to determine the relationship between the proportion of central obesity and
stroke by province, and to determine the effect of central obesity and central obesity. according to the
characteristics of the age group, gender, place of residence to the proportion of stroke. This research
includes epidemiological research with an ecological study design and uses data from Riskesdas 2018.
The population of this study is aggregated data from 34 provinces in Indonesia. The number of samples,
namely the population aged 15 years by province in Indonesia amounted to 68 aggregate data. Analysis
of the data used is univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis using multiple linear
regression test. The results showed that there was a correlation between the proportion of central obesity
and stroke showing a moderate positive relationship (Pearson R=0.43; p=0.012). The results of the
multiple linear test showed that the variable proportion of central obesity (p = 0.033), central obesity
aged 45-54 years (p = <0.001), central obesity in urban areas (p = 0.015) affected the proportion of
stroke while the variable proportion of central obesity was aged 25-34 years (0.525), 35-44 years
(0.531), 55-64 years (0.068), 65-74 (0.571), >75 years (0.822) and obesity in women (0.552) had no
effect to the proportion of stroke.
kematian secara global dan terjadi pada Indonesia pada penduduk berusia di atas 15
negara dengan rata-rata penghasilan rendah tahun berdasarkan diagnosis dokter tahun
dan menengah sebesar 77% dari semua 2018 yaitu 10,9‰ dan diprediksi ada
kematian PTM. Penyumbang sebagian 2.120.362 jiwa mengalami stroke. Provinsi
besar kematian akibat PTM diantaranya dengan proporsi paling tinggi di Indonesia
17,9juta penyakit kardiovaskular, 9,3juta adalah (14,7‰) Kalimantan Utara, (14,6‰)
kanker, 4,1juta penyakit pernapasan, 1,5juta DI Yogyakarta, dan (14,2‰) Sulawesi
diabetes mellitus. Lebih dari 80% kematian Utara. Penyakit pembuluh darah dan
dini PTM disebabkan oleh keempat jantung koroner memiliki faktor risiko yang
kelompok penyakit tersebut. Peningkatan hampir sama dengan penyakit stroke
risiko kematian PTM disebabkan oleh (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Jika
penggunaan alkohol yang berbahaya, dikaitkan dengan teori dari Marc Lalonde,
penggunaan tembakau, aktivitas fisik meningkatnya faktor genetik risiko stroke
kurang dan diet yang kurang sehat (World apabila memiliki anggota keluarga orang
Health Organization, 2021). Risiko tua ataupun saudara kandung yang pernah
kematian paling tinggi disebabkan oleh mengalami stroke, faktor pelayanan
stroke. Kehilangan penglihatan, bicara, kesehatan kurangnya memeriksakan diri ke
kebingungan dan kelumpuhan sering dokter seperti mengecek tekanan darah,
dialami oleh korban. Disebut stroke karena apakah ada penyakit jantung, faktor
caranya menyerang orang (World Health lingkungan seperti sedentary lifestyle yang
Organization, 2021). WHO memperlihatkan dapat menyebabkan obesitas, faktor
sekitar 13,7 juta kasus stroke baru perilaku seperti gaya hidup meliputi
menyebabkan kurang lebih 5,5 juta kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas
kematian setiap tahunnya (World Health fisik dan obesitas sentral (Indrawati, Sari
Organization, 2021) and Dewi, 2016).
Proporsi PTM seperti kanker, stroke, Secara nasional, laporan riskesdas
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit mengenai Analisis Survei Konsumsi
ginjal kronis berdasarkan hasil riskesdas Makanan Individu (SKMI) masyarakat
2018 meningkat dibandingkan 2013. Indonesia 40,7% konsumsi makanan
Proporsi kanker (1,4‰ menjadi 1,8‰), berlemak, 53,1% konsumsi makanan manis,
diabetes mellitus (6,9% menjadi 8,5%), 93,5% kurangnya konsumsi sayur dan buah,
penyakit ginjal kronis (2% menjadi 3,8%), dan 26,1% kurang melakukan aktivitas
hipertensi (25,8% menjadi 34,1%) dan fisik. Anjuran konsumsi sayuran beserta
stroke 7‰ menjadi 10,9‰) (Kementerian olahannya yaitu 200-300 gram per orang
Kesehatan RI, 2019). Proporsi stroke di per hari namun yang dikonsumsi oleh
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 153
masyarakat Indonesia hanya 57,1 gram per memperlihatkan terdapat korelasi yang
orang per hari, begitu juga dengan signifikan antara obesitas abdominal
konsumsi buah-buahan beserta olahannya dengan stroke yaitu sebesar p=0,01 (p
dianjurkan 3-5 penukar buah atau setara <0,05).
150-250 gram pisang dan yang dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia sebesar 33,5 METODE
gram per orang per hari. Angka-angka Penelitian ini merupakan penelitian
tersebut tentunya bisa dikategorikan sangat epidemiologi dengan desain studi ekologi,
rendah karena belum memenuhi kebutuhan yaitu desain studi epidemiologi bertujuan
tubuh akan mineral, vitamin, dan serat mendeskripsikan proposi obesitas sentral
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). dan stroke menurut provinsi di Indonesia.
Salah satu pemicu yang paling kuat Pada penelitian ini, desain studi ekologi
yang menyebabkan timbulnya penyakit menggunakan data RISKESDAS tahun
kardiovaskular adalah obesitas sentral, 2018. Populasi yang digunakan yaitu data
kadar kolesterol HDL dan tidak normalnya agregat provinsi di Indonesia berjumlah 34
kadar trigliserida dan obesitas sentral dapat data. Jumlah sampel yaitu penduduk
memicu terjadinya sindroma metabolik. berusia di atas 15 tahun menurut provinsi di
Obesitas sentral memiliki risiko lebih tinggi Indonesia dengan jumlah 68 data agregat.
terkena penyakit kardiovaskular karena Analisis data yang digunakan yaitu analisis
lemak daerah abdominal bersifat lipolitik univariat, bivariat, dan multivariat dengan
daripada lemak pada subkutan atau lemak uji regresi linier berganda.
tubuh total (Chrisna and Martini, 2016).
Pada penelitian Chrisna dkk Hasil dan Pembahasan
Gambar 3. Prevalensi Stroke berdasarkan Diagnosis Dokter pada Penduduk Usia >15 Tahun
menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 154
Dalam penelitian ini diperoleh Provinsi dan peningkatan kadar lemak merupakan
Kalimatan Timur dan DI Yogyakarta adalah strategi pencegahan yang efektif. Aktivitas
provinsi dengan proporsi stroke paling gaya hidup seperti diet tidak sehat,
tinggi di Indonesia. Menurut penelitian dari merokok, obesitas sentral, dan tingkat
(Setyopranoto et al., 2019) survey berbasis aktivitas fisik rendah perlu juga
masyarakat di Kab. Sleman Yogyakarta, diintervensi. Penatalaksanaan secara
menunjukkan tingginya prevalensi stroke di optimal pada fase akut dapat menentukan
daerah tersebut yang dikaikan dengan proses perbaikan pasca stroke dan dapat
peningkatan usia, diabetes mellitus dan mengurangi kecacatan (Kementerian
hipertensi. Pada kasus tersebut Kesehatan RI, 2019).
menunjukkan untuk tindakan pencegahan, Deteksi dini faktor risiko
apalagi terhadap faktor risiko yang dapat menjadi kendala penanganan stroke di
dikontrol tersebut, harus dijadikan prioritas. negeri ini karena belum optimal dilakukan
Menurut penelitian (Alchriyah, Wahjuni di masyarakat, dilihat dari meningkatnya
and Brawijaya, 2013) faktor risiko obesitas proporsi faktor risiko dan capaikan skrining
memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan usia produktif masih rendah.
kejadian stroke pada usia muda. Menurut Terlambatnya penanganan kasus
(Widyaswara Suwaryo, Widodo and dikarenakan masyarakat belum mengenali
Setianingsih, 2019) ada pengaruh aktivitas tanda-tanda dini serangan dan belum semua
fisik, kontrol tekanan darah dan stres rumah sakit memiliki perangkat diagnostik
dengan kejadian stroke. serta tidak memiliki tim penanganan stroke
Penyakit jantung coroner dan yang lengkap dan terpadu, penyediaan
penyakit pembuluh darah lainnya memiliki fasilitas pelayanan stroke terpadu, serta
faktor risiko yang hampir sama dengan memiliki tim penanganan stroke dengan
penyakit stroke. Dengan memodifikasi kompetensi khusus perawatan penyakit
faktor risiko, antaranya hipertensi, diabetes stroke (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 155
Gambar 1. Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Usia >15 Tahun menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2018
Dalam penelitian ini diperoleh Provinsi cukup (50,5%), asupan lemak berlebih
Sulawesi Utara dan DKI Jakarta adalah (53,7%), asupan serat yang kurang (76,8%).
provinsi dengan proporsi obesitas sentral Menurut penelitian dari (Palupi, Hidayat
paling tinggi di Indonesia. Menurut and Madanijah, 2018) mereka yang berjenis
penelitian dari (Savitri, 2017) Riwayat kelamin perempuan dan berusia >45 tahun
obesitas pada anggota keluarga, pekerjaan merupakan faktor risiko obesitas perut yang
umur, asupan energi, lemak, karbohidrat paling dominan.
dan serat merupakan faktor-faktor yang Penelitian yang dilakukan
berhubungan dengan obesitas. Pada tahun oleh (Pibriyanti, 2018) didapatkan 56,9%
2017 sebagian besar Wanita umur 15-44 mahasiswa berusia >20tahun berisiko
tahun di posbindu wilayah kerja Puskesmas mengalami obesitas perut. Faktor prediksi
Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan terjadinya obesitas perut adalah usia.
mengalami obesitas abdominal (61,2%), Meningkatnya distribusi pada jaringan
memiliki umur yang berisiko mengalami lemak yang disertai dengan peningkatan
obesitas sentral (72,6%), memiliki Riwayat ukuran lingkar pinggang setiap individu
obesitas pada keluarga (62,1%), memiliki dapat disebabkan oleh perubahan umur
pendidikan yang tinggi (61,1%), memiliki (Tchernof and Després, 2013).
pengetahuan yang baik (51,6%), memiliki Obesitas dan obesitas sentral
pekerjaan (65,3%), memiliki asupan energi terjadi ketika ketidakseimbangan antara
berlebih (70,5%), asupan karbohidrat jumlah kalori yang masuk ke tubuh dengan
berlebih (53,7%), asupan protein yang jumlah kalori yang dikeluarkan oleh tubuh.
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 156
Perlunya pencegahan sejak dini untuk dapat merupakan kegiatan deteksi dini obesitas.
mengatasi obesitas perut dan juga hasus Pemerintah juga menerapkan gerakan
menjaga keseimbangan baik itu makanan masyarakat hidup sehat atau GERMAS
yang dimakan dan juga aktivitas fisik. bertujuan untuk mendorong masyarakat
Indonesia perlu melakukan skrining untuk dapat berperilaku hidup sehat dan
obesitas sedini mungkin untuk dapat dimulai dari diri sendiri (Kementerian
menekan jumlah kasus obesitas dan Kesehatan RI, 2017)
memudahkan pemerintah melakukan
tatalaksana seperti posbindu yang
Gambar 5. Proporsi Obesitas Sentral dan Stroke menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2018
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa bawah rata-rata dengan proporsi stroke di
terdapat korelasi antara proporsi obesitas atas rata-rata, diantaranya provinsi Jawa
sentral dan stroke. Dimana nilai R= 0,43 Tengah, Kalimantan Tengah, Jawa Timur,
dan nilai signifikansi atau p=0,012 yang Kalimantan Selatan dan Banten. Kuadran
berarti <0,05 artinya terdapat hubungan kanan atas, provinsi dengan proporsi
positif antara proporsi obesitas sentral dan obesitas sentral di atas rata-rata dan
stroke. Pada gambar 5 grafik dibagi atas proporsi stroke juga di atas rata-rata,
empat kuadran. Kuadran kiri atas yaitu diantaranya provinsi Sulawesi Utara,
provinsi dengan proporsi obesitas sentral di Kalimantan Timur, DI Yogyakarta
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 157
Table 1. Pengaruh antara Proporsi Obesitas Sentral, Obesitas Sentral menurut Karakteristik
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Tempat Tinggal dengan Proporsi Stroke
Hasil penelitian pengaruh proporsi obesitas kelompok umur (0,582), jenis kelamin
sentral, obesitas sentral menurut (0,584), tempat tinggal (0,680) yang berarti
karakteristik kelompok umur, jenis semakin tinggi proporsi obesitas sentral
kelamin, tempat tinggal terhadap proporsi maka semakin tinggi pula proporsi stroke di
stroke yang dapat dilihat pada tabel 5, yaitu Indonesia.
terdapat pengaruh yang signifikan. Hal ini Penelitian yang dilakukan oleh
dapat dilihat dari nilai signifikansi proporsi (Rodríguez-Campello et al., 2017) yang
obesitas sentral (0,018), kelompok umur memasukkan 388 pasien dengan stroke
(0,001), jenis kelamin (0,003), tempat iskemik (berusia <75 tahun) yang dinilai
tinggal (<0,001) atau < 0,05 serta nilai secara berurutan di rumah sakit dan 732
koefisien sebesar obesitas sentral (0,167), kontrol yang disesuiakan dengan usia dan
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 159
jenis kelamin. Faktor risiko vascular dan 4. Terdapat pengaruh yang signifikan
data antropometri (lingkar pinggang, berat proporsi obesitas sentral, obesitas sentral
badan dan tinggi badan) dicatat. menurut karakteristik kelompok umur,
Peningkatan BMI tidak terkait dengan jenis kelamin, tempat tinggal terhadap
peningkatan risiko stroke secara proporsi stroke di Indonesia tahun 2018.
keseluruhan atau pada Wanita, tetapi
merupakan faktor protektif pada pria Saran
(P=0,03). Obesitas abdomen merupakan 1. Pemerintah harus melakukan kegiatan
faktor risiko stroke pada wanita, baik pada evaluasi terkait tingginya proporsi
lingkar pinggang (P=0,001) dan rasio penyakit tidak menular di Indonesia.
pinggang terhadap tinggi (0,001), tetapi 2. Pentingnya dukungan dan peran lintas
tidak signifikan pada pria. Ketika sektor sangat berpengaruh dalam
dipertimbangkan secara independent dari mewujudkan kesehatan, penting untuk
BMI, obesitas perut merupakan faktor mengarusutamakan pembangunan
risiko pada kedua jenis kelamin, tetapi berwawasan kesehatan di segala sektor
kekuatan hubungan secara signifikan lebih agar tercapai SDM unggul.
tinggi pada wanita. Peningkatan BMI 3. Masyarakat harus mendukung program
dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih pemerintah seperti GERMAS
rendah pada pria. Obesitas perut dikaitkan (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
dengan stroke iskemik pada wanita. bertujuan untuk menekan tinggi
Dampak obesitas perut pada risiko stroke proporsi PTM di Indonesia.
berbeda menurut jenis kelamin. 4. Diharapkan penelitian ini bisa
menambah wawasan mengenai
Kesimpulan proporsi obesitas sentral dan proporsi
1. Proporsi stroke tertinggi di Indonesia stroke di Indonesia.
tahun 2018 adalah provinsi Kalimantan 5. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi
Timur, DI Yogyakarta, dan Sulawesi pedoman untuk dilakukan penelitian
Utara. lebih lanjut oleh peneliti lain mengenai
2. Proporsi obesitas sentral tertinggi di proporsi obesitas sentral dan stroke
Indonesia tahun 2018 adalah provinsi menurut provinsi di Indonesia baik
Sulawesi Utara dan DKI Jakarta. variabel, tempat, dan waktu yang
3. Terdapat hubungan proporsi obesitas berbeda sehingga bisa diperoleh hasil
sentral dan stroke menurut provinsi di yang baik.
Indonesia tahun 2018.
Jurnal KESMAS, Vol. 11, No. 2. Februari 2022 160