PENDAHULUAN
bahwa secara global, 422 juta orang dewasa berusia di atas 18 tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini
2-3 kali lipat pada tahun 2035. International Diabetes Federation (IDF)
dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035
(Perkeni, 2015).
tiga urutan penyakit tertinggi, yaitu stroke 26,9%, darah tinggi 12,3%, dan
425 juta orang di seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang
dengan DM yaitu berada di wilayah Pasifik Barat 159 juta dan Asia Tenggara
dengan 114 juta penderita, kemudian diikuti oleh India 72,9 juta, lalu Amerika
serikat 30,1 juta, kemudian Brazil 12,5 juta dan Mexico 12 juta penderita.
(IDF, 2017).
pada penduduk umur ≥15 tahun, pada tahun 2013 dan tahun 2018
Perkemihan 2015 pada penduduk umur ≥15 tahun pada 2018 menunjukan
peringkat ke 3 dengan jumlah kasus 2.983 dan pada tahun 2017 diabetes
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifikasi DM secara umum terdiri atas
2020).
2025 Indonesia akan naik ke nomor lima terbanyak untuk kasus DM di dunia.
dengan asumsi prevalensi DM pada daerah urban 12 juta (14,7%) dan 8,1
Atlas 6th Edition tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ketiga jumlah
2019 diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada
tahun 2030 dan 10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019). Pada tahun
tinggi mengalami komplikasi serius (Siregar & Hidajat, 2017). Hal ini
Mellitus (DM) juga berdampak negatif terhadap dirinya baik secara fisik,
2014).
yang dapat diwariskan pada keturunan berikutnya. Selain itu, dampak buruk
terhadap fluktuasi glukosa darah yang menyebabkan kadar gula darah tidak
2017).
(DM) antaralain ada rasa putus asa, mudah marah, merasa tidak berguna
Amrullah, 2014).
kadar glukosa darah. Penanganan pada pasien diabetes tidak hanya fokus
militus tipe 2 di RSUD Salatiga pada penelitian ini didapatkan p=0,000 dan r=
0,902. Dalam hal ini seseorang dengan penyakit kronis termasuk diabetes
emosi negatif dapat diatasi dengan menerapkan terapi SEFT melalui sugesti
kalimat yang berupa doa dan ketukan ringan dengan dua ujung jari (tapping)
Spiritual Power memiliki lima prinsip utama yaitu ikhlas, yakin, syukur, sabar
emosi dan perilaku (Freinstein dalam Zainudin, 2012). Jika dilihat dari aspek
ngetuk ringan (tapping) pada titik 12 titik meridian tubuh tersebut dapat
(Johnson, 1999; Nopadow etc 2008 dalam Rokade, 2011), dimana hormon
2011). Hal yang diharapkan dari keluarnya hormon endorphin yaitu bisa
atau permasalahan pada waktu yang sama. Ketukan pada titik meridian
negatif) yang dialami individu menjadi penyebab utama dari penyakit fisik
sikap positif bahwa apapun masalah pikiran, jiwa dan rasa sakitnya ia ikhlas
Mellitus.
DM
d. Manfaat bagi perawat, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan
dihindari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifikasi DM secara umum terdiri atas
2020).
Secara garis besar penyebab dari Diabetes mellitus ini digolongkan menjadi
1. Faktor genetik
2014).
sebagai berikut :
sitolitik dalam sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para
Mellitus .
3. Bahan toksik atau beracun. Bahan beracun yang mampu merusak sel
strepzoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang
(Maulana, 2008)
untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak mampu
kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk ke dalam darah
dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula dalam tubuh
juga berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan jarang berolah raga,
zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya
akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses pengubahan
Namun, jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala
2.1.3 Patofisiologi DM
yang berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri
dari karbohidrat (gula dan tepun-tepungan), protein (asam amino) dan lemak
amino dan lemak menjadi asam lemak.Zat glukosa didalam sel dibakar
melalui proses kimia yang rumit yang hasil akhirnya adalah energi. Proses
hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas. Diabetes terjadi karena
risistensi insulin dan adanya kelainan didalam sel hingga glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel untuk dimetebolisme akibatnya glukosa tetap diluar sel
penyakit autoimun. Penyakit ini terjadi karena sistem imun tubuh pada
suatu individu secara spesifik menyerang dan merusak sel- sel penghasil
faktor genetika dan faktor lingkungan. Pada Diabetes Mellitus tipe 2, faktor
Diabetes Mellitus tipe ini terjadi saat kondisi gula darah menjadi
tinggi pada masa kehamilan dan terjadi pada orang yang tidak menderita
sang ibu
adalah sebagai berikut : gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada
saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh
4) Kelelahan.
5) Penglihatan kabur.
sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti
gejala Diabetes Mellitus tipe I, yaitu :
keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin dan
urin tersebut tidak disiram, makan akan dikerubuti oleh semut yang
merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah :
1) Penglihatan kabur.
kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar
gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga
Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala atau tanda
2) Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki.
1) Diet yang baik dan terukur agar berat badan tidak berlebihan.
normal, atau bahkan berat badan ideal. Jangan makan dalam porsi yang
berlebihan, dan kurangi makan gula atau makanan yang manis serta
berlemak tinggi
2) Olah raga secara teratur dan terukur, agar kelebihan gula dan lemak di
itu, dengan olah raga secara teratur, otot-otot tubuh akan menjadi
kencang dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan lebih lancar, baik
Mellitus ada 9 cara untuk berperan aktif dalam perawatan Diabetes Mellitus
sehingga dapat menikmati hidup lebih sehat di masa yang akan datang :
bakteri, maka infeksi juga dapat terjadi pada gusi. Oleh sebab itu sangat
Mellitus atau berusia lebih dari 65 tahun maka akan dibutuhkan vaksinasi
6) Jangan merokok
lainnya daripada penderita Diabetes Mellitus yang tidak merokok. Hal ini
dapat merusak pembuluh darah. Bila kedua keadaan ini muncul, maka
dapat terjadi serangan jantung, stroke atau kondisi lain yang mengancam
jiwa.
untuk merasa lebih baik dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari
9) Penanganan stres
efek dari insulin, yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Bila
sedang terserang stres, maka akan sulit untuk merawat diri sendiri
agar tetap normal dan digunakan pada Diabetes Mellitus tipe II. OHO
jumlah cukup.
dosis yang sesuai, yaitu diperolehnya kadar gula darah yang normal.
b. Sebaiknya dihindari obat OHO efek panjang pada orang tua karena
menyebabkan hipoglikemi.
2.1.7Komplikasi DM
1. Akut
dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Dalam keadaan normal, gula
dan nefropati.
amputasi
2) Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama
sendiri
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Fitri, 2015).
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam mengatasi
1. Teori Psikoanalisis
2. Teori Interpersonal
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan
manusia.
3. Teori Perilaku
selanjutnya
4. Teori keluarga
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang tindih
5. Teori biologis
Respon Respon
yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada
berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi
ketegangan
yang rasional.
tersinggung.
berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor
2. kebutuhan dasarmya.
dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor
psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur
1. Usia
2. Pengalaman
3. Dukungan
seseorang dari efek stress yang buruk. Pada umumnya jika seseorang
4. Jenis kelamin
2017).
kejadian fraktur.
dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan
penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak
adekuat.
Menurut skala HARS terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang
mengalami kecemasan.
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam
2015). Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup
yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan
dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan
reliable.
Keterangan:
Penilaian kecemasan (Nursalam, 2015) adalah dengan
memberikan nilai dengan kategori:
ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur yang
digunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS - A).
1. Perasaan cemas, yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran sendiri,
2. Ketegangan, yang meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
4. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur
menakutkan.
5. Ketakutan yang meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal
sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada
sepanjang hari.
8. Gejala somatik fisik (otot), yang meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-
tusuk.
10. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang meliputi takikardia
11. Gejala respirasi (pernapasan) yang meliputi, rasa tertekan atau sempit di
dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak. Gejala
gatrointerstinal (pencernaan)
12. Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan
mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi),
13. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), yang meliputi sering buang air
kecil. Tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin), menstruasi tidak
teratur. Gejala autonom yang meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada
tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat seluruh
tubuh.
14. Gejala perubahan perilaku, yang meliputi gelisah, ketegangan fisik, gugup
2.3.1 Definisi
Kontrol glikemik pada pasien DM dapat dilihat dari dua hal yaitu glukosa
darah sesaat dan glukosa darah jangka panjang. Pemantauan glukosa darah
glukosa darah puasa, dan glukosa darah 2 jam postprandial. Kontrol glikemik
plasma sekitar 100 mg/dl pada keadaan status makan maupun puasa.
komponen gliserol dari lemak, dan asam amino. Meskipun hanya insulin
kemudian lemak, dan jika masih kurang dari sumber asam amino (Black &
Hawks, 2014).
Peningkatan kadar glukosa darah dapat terjadi setela makan, stress atau
pada diabetes mellitus. Nilai normal antara 70 mg/dL hingga 125 mg/dL.
tidak makan selama 8 jam. Kadar glukosa darah ini menggambarkan level
glukosa yang diproduksi oleh hati dan menunjukkan kadar glukosa darah
basal tubuh. Nilai normal berkisar antara 70 mg/dL sampai 110 mg/dL.
mengukur kadar glukosa darah tepat 2 jam setelah makan atau setelah
pemberian glukosa secara oral (75 g glukosa untuk dewasa atau 1,75
waktu 2-3 bulan yang lalu sesuai dengan umur sel darah merah manusia
(3) Nilai HbA1c >8 % berarti kendali diabetes buruk (Perkeni, 2019)
2) Waktu pemeriksaan
menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak
(Perkeni, 2019)
stres dan sakit. HbA1c juga dapat digunakan sebagai tes saring bagi
psikologi (Dr. Axe, 2017). Terapi EFT pertama kali diperkenalkan pada tahun
kombinasi teknik mind-body dan akupresur yang efektif. Prinsip dasar EFT
adalah bahwa semua emosi dan pikiran adalah bentuk energi (Banerjee,
nyata sehingga dapat mempengaruhi seluruh fungsi tubuh (Dr. Axe, 2017).
2012).
(Hakam, Yetti and Hariyati, 2009). Teknik SEFT ini berfokus pada kata atau
kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur
(Hakam, Yetti and Hariyati, 2009). Teori utama yang menjadi acuan dasar
mempunyai suatu sistem energi yang mengatur seluruh sistem fisik maupun
psikis manusia. Sistem energi tersebut terdiri dari life force atau biasa
sel tubuh manusia, dan 365 jalur meridian tubuh yang berfungsi sebagai
EFT. Terdapat penambahan unsur spiritual dalam SEFT berupa doa kepada
Tuhan (Alifi Karima, Kusnanto and Pradanie, 2016). Kondisi psikologis dan
kelompok, yaitu kelompok yang tidak pernah berdoa, kelompok yang telah
berdoa selama 12 bulan dan kelompok yang tidak pernah berdoa semenjak
tidak berdoa.
1. Set-Up
kalimat “Saya pasrah Ya Tuhan, meskipun sakit sesak ini sudah lama dan
penuh rasa khusyu’, ikhlas, dan pasrah sebanyak 3 kali. Langkah kedua
tepatnya di bagian “Sore Spot” (titik nyeri = daerah di sekitar dada atas
yang jika ditekan terasa agak sakit) atau mengetuk dengan dua ujung jari
2. Tune-In
yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, diikuti dengan
hati dan mulut berdoa, “Ya Tuhan, saya pasrah, saya ikhlas.” Bersamaan
terjadi proses menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik (Zainuddin,
2012).
3. Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik
tertentu di tubuh sambil terus Tune-In. Titik ini adalah titik kunci dari “The
Major Energy Meridians”, jika diketuk beberapa kali akan berdampak pada
Puri and Luqman, 2015). Menurut penelitian Swingle et al. (2004) Tapping
1) Cr = Crown
2) EB = Eye Brow
6) Ch = Chin
7) CB = Collar Bone
rusuk pertama
9) BN = Bellow Nipple
12)Th = Thumb
Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang
terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-
(Zainuddin, 2012).
Ada lima hal yang harus diperhatikan agar SEFT yang dilakukan efektif.
Hal tersebut merupakan kunci keberhasilan SEFT dan harus dilakukan selama
1. Yakin
Terapi dan pasien harus yakin atas Kuasa sang Pencipta. Segala
2. Khusyu’
satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah karena tidak khusyu’, hati dan
pikiran tidak hadir saat berdoa, alias berdoa hanya di mulut saja, tidak
3. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima rasa sakit (baik fisik maupun
emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas artinya tidak mengeluh, tidak protes
4. Pasrah
5. Syukur
Terapi SEFT terdiri dari dua aspek, yaitu spiritual dan biologis. Aspek
spiritual terdiri dari dua langkah, yaitu Set-Up yang bertujuan untuk
memastikan agar aliran energi tubuh terarahkan dengan tepat. Langkah ini
adalah Tune-In dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu
adalah aspek biologi, yang terdiri dari tapping atau ketukan ringan pada 18
titik energi tubuh yang melewati 12 jalur meridian tubuh (The Major Energy
cells” sebagai pusat aktif yang terdiri dari kumpulan sel aktif yang ada di
rangsang berupa sinyal transduksi yang terjadi dalam proses biologik akibat
pada titik acupoint maka terjadi penurunan akitivitas amygdala, dengan kata
lain terjadi penurunan aktivitas gelombang otak, hal tersebut juga membuat
emosi yang dialami individu (Feinstein and Ashland, 2012). Efek ini sama
akupuntur pada titik meridiannya. Sementara itu, jika dilihat dari aspek reaksi
penting dalam otak yang bertanggung jawab untuk membuat orang bahagia
dan berjiwa sosial (Rokade, 2011). Menurut penelitian Swingle et al. (2004)
yang lahir pada 14 Oktober 1939 di Los Angeles. Dia menerima gelar S1
keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint Mary’s College di Los Angeles
bidang sosiologi dan menyelesaikan master tahun 1973 dan doktroral tahun
kerja adaptasi dari Helsen seorang ahli fisiologi dan psikologi. Helsen
adaptasi merupakan fungsi dari stimulus yang datang dan tingkat adaptif (Roy,
1984). tingkat adaptasi merupakan gabungan dari tiga kelas stimulus berikut :
terhadap stimulus dari lingkungan. Kebutuhan fisik dalam model ini antara
Empat proses komplek dalam regulasi aktivitas dalam model ini antara lain
indra/fungsi sensori, cairan dan elektrolit, fungsi saraf dan fungsi endokrin.
Model ini berisi psikologis dan spiritual dari individu. Konsep diri dari
diri sendiri. Konsep diri terbentuk dari persepsi internal dan persepsi orang
lain. Konsep diri terdiri dari 2 komponen yaitu physical self (body sensation
and body image) dan personal self (self consistency, self ideal, and moral
Model ini mengarah pada peran primer, sekunder, dan tersier dari individu
hubungan atau interaksi dengan orang lain dalam memberi dan menerima
1. Manusia
1) Input
2) Proses
regulator.
saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomi. Saraf simpatetik
3) Efektor
internal yang terjadi pada individu yang meliputi : fisiologis, konsep diri,
(1) Fisiologis
etik.
(4) Ketergantungan
4) Output
2. Keperawatan
fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respons yang
relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara
obyektif.
adaptasi dapat terpenuhi. Jika stimulus fokal tidak dapat diubah, perawat
harus meningkatkan respons adaptif dengan memanipulasi stimulus
3. Konsep sehat-sakit
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat relatif dipersepsikan oleh individu.
lain.
4. Konsep lingkungan
kondisi yang berasal dari internal dan eksternal, yang mempengaruhi dan
5. Proses keperawatan
Model ilmu keperawatan adaptasi Roy memberikan pedoman
BAB III
Kesadaran mengambil E F
hikmah E K
Toleransi terhadap stres me , ketegangan T O
otot me R
Respon kognitif + emosional
spiritual
Hipotalamus : CRF
Pituitari : ACTH
Kecemasan OUTPUT
Menghambat glukogenolisis
Penurunan kadar
glukosa
dan Lowry, 1975 dalam Rokade, 2011). Hal yang diharapkan dari
METODE PENELITIAN
K.A O O1-A
I
O1-B
K.B O
Keterangan :
O1-B : Post test untuk mengukur kecemasan, kadar glukosa darah, pada
kelompok kontrol
4.2.1Populasi
4.2.2Sampel
1. Kriteria inklusi
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) > 126 mg/dl dan gula
obat dan terapi diet selama pemberian intervensi dan menjalani diet
rendah garam.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria drop uot pada penelitian ini, yaitu pasien tidak mengikuti
responden.
4.2.3Besar sampel
n1 = n2 = 2σ²[z1- + z1-β]²
(µ1 - µ2)²
n1= n2 = 2 (6,448)². ( 1,96 + 0,84)²
(6,9 – (- 0,1))²
n= 672,295
49
n= 13,72 = 14
Keterangan:
n : besar sampel
2011) :
nʹ = n
1–f
nʹ = 14 = 15,55 ≈ 16
1 - 0, 10
keterangan :
Jadi besar sampel pada penelitian ini sebesar 16 orang pada kelompok
Pasien DM yang mengikuti program Prolanis di Puskesmas Matanauwe dan puskesmas kanawa kab.
Buton
Sampel
Pasien DM yang aktif mengikuti program prolanis di Puskesmas Matanauwe dan Puskesmas Kanawa
Kab Buton yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
Purposive sampling
Intervensi standar program Prolanis dan terapi spiritual emotional Kelompok kontrol hanya diberikan
freedom technique selama 4 minggu dengan pelaksanaan 15 menit
intervensi standar Prolanis
tiap kali intervensi sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang, dan sebelum
tidur malam hari). Pengukuran kadar glukosa darah rata-rata dan
tekanan darah satu kali dalam satu minggu.
Melakukan post test (mengukur tingkat kecemasan, Melakukan post test (mengukur tingkat
kadar glukosa darah rata-rata) pada akhir minggu ke-5 kecemasan, kadar glukosa darah) pada akhir
minggu ke-5
Analisis deskriptif mean, standar deviasi. Analisis inferensial uji normalitas dan homogenitas, Mann Whitney
test, Wilcoxon test, dan Friedman test
spiritual Suatu prosedur kegiatan Responden mampu menarik napas secara perlahan
emotional bernapas dengan melaksanakan terapi melalui hidung kemudian
freedom memusatkan perhatian pada spiritual emotional menghembuskannya secara
technique napas untuk mampu freedom technique dengan perlahan melalui mulut dengan
menerima apa yang terjadi baik dan benar dengan cara merasakan sensasi tiap tarikan dan
tanpa menilai, menolak, atau responden mengatur posisi hembusan napasnya, tiap udara
menghindari kondisi yang senyaman yang masuk dan keluar melalui
dialami saat ini dengan cara mungkin hidungnya, merasakan bagaimana
membawa perasaan dan (duduk/berbaring), boleh dadanya akan mengembang dan
pikiran fokus pada sensasi sambil memejamkan mata terangkat ketika menarik napas.
pernapasan yang dilakukan atau meluruskan pandangan Bagaimana dinding perutnya akan
kemudian melepaskan (bila mata terbuka) kemudian SOP -
ketegangan pikiran, responden diminta untuk
akan diperdengarkan membawa perasaan dan
rekaman audio berupa pikiran pada fisik dari ujung
serangkaian kalimat rambut sampai ujung kaki.
dukungan, kesyukuran dan Selanjutnya pasien diminta
kepasrahan diri atas segala mulai memusatkan perhatian
yang terjadi pada dirinya saat pada pernapasan yaitu
ini.
Variabel Defenisi operasional Parameter Alat ukur Skor
Skala
mengempis ketika
menghembuskan napas, dan mulai
melepaskan ketegangan pikiran,
rasa cemas dan khawatir yang
berlebihan. Selama proses
berlangsung, kesyukuran,
kepasrahan, keyakinan,
kepercayaan diri, adaptasi, dan
penerimaan diri pasien akan
ditingkatkan melalui serangkaian
kalimat motivasi kesabaran,
kesyukuran, dan kepasrahan diri
atas segala yang dialami oleh
dirinya saat ini seraya berucap
syukur pada sang pencipta karena
masih diberikan kesempatan hidup,
menghirup udara dengan nyaman
tanpa beban, masih diberikan
karunia umur yang panjang
sehingga bisa merasakan nikmatny
kehidupan. Latihan ini diberikan
dalam bentuk rekaman suara (MP3
player) bedurasi 15 menit yang
dilakukan sebanyak 3 kali sehari,
yaitu sebelum beraktivitas pada
pagi hari, pada saat istirahat siang,
dan sebelum tidur di malam hari
selama 4 minggu berturut-turut.
Variabel Defenisi operasional Parameter Alat ukur Skor
Skala
Tingkat kecemasan Skor Merasa gelisah dan cemas Keusioner Penjumlah Interval
kecemasan sebagai dari biasanya, takut tanpa Hamilton an nilai
respon
alasan yang jelas, mudah Rating
psikologis yang dapat marah, tersinggung, dan Scale For hasil
diukur melalui instrumen panik, kedua kaki dan tangan Anxiety pengukura
SRAS sering gemetar, sering (HRS) n SARS
terganggu oleh sakit kepala yaitu :
dan nyeri otot, badan lemah
Skor 0 - 80
dan mudah kencing dari
biasanya, mengalami mimpi
buruk. Penilaian tingkat
kecemasan akan
dilaksanakan pada saat pre
test (sebelum pelaksaan
intervensi) dan post test (di
akhir pelaksanaan
intervensi).
Kadar glukosa Nilai kadar glukosa darah Kadar glukosa darah rata-rata glukometer 1. Nilai G
darah rata-rata adalah hasil pasien yang diperiksa satu GDP: DP
penjumlahan dari kali dalam satu minggu P
<100 mg/dl - :
pengukuran gula darah bersamaan dengan
puasa (GDP) ditambah <
pelaksanaan program senam >126
pengukuran gula darah 2 14
Prolanis. mg/dl
0
jam pos prandial (GDPP)
dibagi dua. 2. Nilai
m Interval
g
/
d
l
-
>
2
0
0
4.5 Alat dan Bahan Penelitian
pulpen, tinta.
Kuesioner ini merupakan alat ukur yang cocok digunakan pada pasien
likert, masing- masing kelompok diberi penilaian angka antara 1-4, untuk
pertanyaan unfavorable (5, 9, 13, 19) dengan penilaian (4) yaitu sangat
jarang (dirasakan seminggu sekali), (3) kadang -kadang, (2): sering, dan
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 dan 20) dengan pilihan (1) : sangat
jarang, (2) : kadang-kadang, (3) : sering, dan (4) : selalu. Setiap gejala
analisis data dan skala data kategorik untuk menyajikan informasi yang
gula darah 2 jam postprandial (GDPP) pada responden. Hasil dari kedua
penelitian dimulai.
kuesioner ini adalah r alpha cronbach’s 0,945. Karena hasil r hitung lebih
4.9.1Persiapan
penelitian.
4.9.2Pelaksanaan
berikut:
program Prolanis, jenis terapi obat dan diet yang sedang dijalani,
pikiran pada fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Langkah
4.10Analisis Data
penyakit.
0,05).
4.11Etika Penelitian
breathing exercise.
agar subjek yang akan diteliti paham akan maksud dan tujuan dari
penelitian.
dan adil.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, P.Y, Widianti, E., & Amrullah, A.A. (2014). Tingkat kecemasan orangtua
dengan anak yang akan dioperasi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
2(3), 154–160. https://doi.org/10.24198/jkp.v2n3.3
Marriner T A., & Alligood, M. R. 2014. Nursing theory and their work (8th ed.).
St. Louis: Mosby.
Nursalam. 2016. Metodologi ilmu penelitian keperawatan, ed. 4. Jakarta :
Salemba Medika.
Rahmawati, F., Natosba, J., & Jaji, J. (2016). Skrining diabetes mellitus
gestasional dan faktor risiko yang mempengaruhinya. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 3(2), 33–43. Retrieved from
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/ jk_sriwijaya/article/view/4240
Zainuddin, A.F. 2012. SEFT For Healing And Success, Happiness And
Greatness, Afzan Publishing, Jakarta.