Diajukan Oleh:
YENI CHARIA
17100002
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tentang kesejahteraan lanjut usia (lansia), yang dimaksud dengan lansia adalah
individu yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Aprilla, dkk, 2019).
Manusia secara alamiah akan mengalami proses penuaan atau menjadi tua.
Lansia adalah salah satu bagian dari proses tumbuh kembang manusia. Lansia
sudah lansia memiliki ciri-ciri rambut beruban, kerutan kulit dan hilangnya
Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada sekitar 500 juta jiwa
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat
mencapai 1,2 milyar jiwa (Padila, 2013 dalam Sengkey, dkk, 2017). Menurut
world Health Organization (WHO) 2020 di dunia jumlah lansia pada tahun
2015 ada 12,3% jiwa, tahun 2020 ada 13,55% jiwa, tahun 2025 ada 14,9%
peningkatan dari tahun 1980 sampai tahun 2020. Sejak tahun 2000, presentasi
masuk dalam kelompok Negara berstruktur tua. Hasil data dari Badan Pusat
Statistik RI, penduduk lansia di Indonesia tahun 2019 mencapai 9,60% atau
sekitar 25,64 juta jiwa, serta didominasi oleh lansia muda (60-69 tahun)
dengan jumlah 63,82%, lansia madya (70-79 tahun) dengan jumlah 27,68%
dan lansia tua (80 tahun ke atas) dengan jumlah 8,50% dan pada tahun 2020
jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 301 juta orang pada tahun
mental dan sosial yang bisa menyebabkan lansia lebih beresiko dan rentan
terhadap suatu penyakit (Andri et, al., 2019 dalam Fitriana dan Salviana,
penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal ginjal, gagal jantung dan diabetes
berbagai rangsangan seperti yang dapat dilakukan pada orang yang lebih
usia. Seiring dengan proses penuaan semakin banyak lansia yang beresiko
pada lansia terjadi karena faktor usia yang menyebabkan penurunan sel fungsi
pankreas dan sekresi insulin. Hal ini terjadi pada lansia karena kurangnya
paling umum didunia, terjadi ketika produksi insulin pada pankreas tidak
mencukupi atau pada saat insulin tidak dapat digunakan secara efektif oleh
tubuh.
melitus tipe II sebanyak 90-95 % dari penderita diseluruh dunia (ADA, 2020).
dari tahun ke tahun baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data IDF
sebanyak 463 juta orang, naik menjadi 10,2% sebanyak 578 juta orang pada
tahun 2030 dan 10,9% sebanyak 700 juta orang pada tahun 2045 (IDF, 2019
dalamWidiastuti, 2020).
tahun 2018 jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 34.990 orang, yang
jiwa (55,80%) dan yang mengalami diabetes melitus, pada tahun 2020
diabetes melitus pada lansia adalah ketoasidosis diabetic (KAD) dan status
empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus, yaitu: edukasi, terapi gizi medis
seperti modifikasi gaya hidup dan latihan jasmani yang rutin. Obat-obat
penelitian terkait menurunkan kadar gula darah dari tanaman herbal sebagai
samping yang lebih minimal. Salah satunya adalah penelitian mengenai efek
kersen dipilih karena berkaitan dengan mudahnya tanaman ini ditemukan dan
iklim tropis. Tanaman ini menyebar diseluruh Indonesia dan dibelahan Asia
Tenggara lainnya, cukup sering ditanam sebagai tanaman rumah dan tanaman
peneduh jalan raya. Tanaman kersen mengandung berbagai senyawa
metabolisme glukosa darah bagi pasien diabetes salah satunya, dengan cara
mengkonsumsi air dari rebusan daun kersen (Program et., al 2016 dalam
Antioksidan tersebut digunakan untuk melindungi sel hati dari kerusakan yang
Rebusan Daun Kersen Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus
pemberian rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah (p=
0,009). Penelitian lain, yang dilakukan oleh Zakiah dan Rosanti (2020)
tentang “Pengaruh Air Rebusan Daun Kersen Terhadap Kadar Gula Darah
oleh Norma dan Nur Hadrayanti tentang “Pengaruh Rebusan Daun Kersen
Terhadap Penurunan Gula Darah Sewaktu Pada Klien Diabetes Melitus Tipe
berarti adanya pengaruh rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula
darah sewaktu.
penelitian tentang pengaruh air rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar
gula darah pada lansia penderita diabetes melitus di Wilayah Desa Kenanga.
dalam menurunkan kadar glukosa darah dan hal ini didukung oleh beberapa
B. Rumusan Masalah
melitus mengalami peningkatan dari tahun 2019 sampai tahun 2020. Pada
tahun 2020 terdapat kasus lansia yang mengalami diabetes melitus sebanyak
salah satu alternatif pengobatan non farmakologi bagi penderita DM. Tanaman
daun kersen antaralain flavonoid, tannin, tripenoid, dan asam askorbat yang
dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah. Oleh karena itu, rumusan
masalah dalam penelitian ini, yaitu “Apakah ada pengaruh konsumsi air
rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia penderita diabetes melitus
2. Tujuan Khusus
Kenanga.
Kenanga.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia
penderita diabetes melitus dan sebagai landasan untuk diterapkan
dilapangan kerja.
manfaat air rebusan daun kersen untuk menurunkan kadar gula darah serta
dan sumber bacaan tentang pengaruh air rebusan daun kersen terhadap
umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
lebih jelas daripada tahap usia baya. Pada usia lanjut, terjadi penurunan
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli mengenai batasan
atas”.
yaitu: usia pertengahan (middle age) dari umur 45-59 tahun, usia lanjut
(elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) dari umur 75-90
tahun dan usia sangat tua (very old) ialah umur di atas 90 tahun.
kedewasaan dibagi empat bagian yaitu fase iuventus (usia 25-40 tahun),
fase verilitas (usia 40-50 tahun), fase prasenium (usia 55-65 tahun), fase
years) atau maturitas usia 25-60 tahun, lanjut usia (geriatric age) usia >
65/70 tahun, terbagi atas: young old (usia 70-75 tahun), old ( usia 75-80
e. Menurut Bee (1996), bahwa tahapan dewasa adalah sebagai berikut: masa
dewasa muda (usia 18-25 tahun), masa dewasa awal (usia 25 -40 tahun),
masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun), masa dewasa lanjut (usia 65-75
f. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap: early old
age (usia 60-70 tahun), advanced old age (usia >70 tahun).
g. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu: young old
(usia 60-69 tahun), middle age old (usia 70-79 tahun), old-old (usia 80-89
old age (usia >65-75 tahun), formal old age (usia >75-90 tahun),
No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008
3. Proses Penuaan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
yang diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia dapat menghambat atau
penurunan masa otot dan susunan saraf. Banyak perubahan dan masalah
terjadi pada lansia seiring dengan proses penuaan, seperti penurunan fungsi
adalah terjadi akumulasi perubahan pada manusia dari waktu kewaktu yang
penurunan daya tahan tubuh dan terjadinya penyakit (Kar, 2019 dalam
a. Teori Biologis
seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada
tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses
needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling
terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan
dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang
c. Teori Kultural
dari kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum
tua. Budaya yang dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai
tua.
d. Teori Sosial
aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori
e. Teori Genetika
anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan
lansia adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial.
pergaulan.
fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat
diabetes melitus, dan radang sendi atau rematik. Adapun penyakit menular
penurunan luas dan gerak sendi, yang akan menimbulkan gangguan berupa
pembengkakan dan nyeri (Azizah, 2011 dalam Andri, dkk, 2019). Penyebab
stress yang tinggi, dan faktor usia yang dapat menyebabkan kelainan
dapat menyebabkan kematian (Harijati et, al., 2017 dalam Sakinah, dkk,
2020).
1. Hiperglikemia
darah melebihi normal (Apriyani, dkk, 2011 dalam Jiwintarum, dkk, 2019).
tergantung pada kemampuan produksi dan sekresi insulin oleh sel beta
2. Hipoglikemia
diabetes melitus yang dapt terjadi secara berulang dan dapat memperberat
sering mengalami pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, tidak mampu
yang berujung pada kematian (Fatimah, 2015 dalam Husna dan Putra, 2020).
Tabel. 1
Kadar gula darah
1. Pengertian
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan selalu disertai dengan
komplikasi. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
dihati dan otot-otot rangka (Umami, 2013 dalam Jiwintarum, dkk, 2019).
berfungsi sebagai sumber energi utama yang dikontrol oleh insulin (Auliya,
dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut hiperglikemia dengan
karena kerusakan dalam produksi insulin dan kerja dari insulin tidak optimal
(Sari dan Purnama, 2019). Diabetes melitus merupakan salah satu kelompok
gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012 dalam Rahmasari dan Wahyuni,
Supriyadi, 2017).
2. Etiologi
insulin yang kurang (yang kemudian dikenal sebagai diabetes melitus tipe
1), atau jaringan tubuh kurang sensitive terhadap insulin (diabetes melitus
tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, ada beberapa jenis diabetes
tetapi diabetes ini sering terjadi pada wanita hamil. Meskipun demikian,
insulin bila obatnya tidak efektif dan diobati secara oral (Adib, 2011 dalam
Azwar , 2021). Pada umumnya, penyakit diabetes melitus terjadi jika tubuh
yang normal. Atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap
insulin. Karena itu, ada dua tipe diabetes melitus, yaitu diabetes melitus tipe
1 (diabetes yang bergantung pada insulin) dan diabetes tipe 2 (diabetes yang
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
(faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas, sebagai
beta pankreas).
pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.
merasa haus dan buang air kecil. Meskipun demikian, penderita diabetes
sangat tinggi yakni >1.000 mg/dl yang biasanya terjadi akibat infeksi atau
obat-obatan, maka penderita akan mengalami dehidrasi berat yang biasa
3. Klasifikasi
Penyakit diabetes melitus terdiri dari 3 tipe utama yaitu diabetes tipe 1,
tipe 2, dan tipe gestasional. Tipe diabetes yang disebut terakhir bersifat
atau diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Perbedaan diabetes tipe
tingkat yang aman bagi si ibu dan janin. Diabetes gestasional didiagnosis
4. Manifestasi klinis
muncul pada seluruh tipe diabetes melitus trias poli, yaitu poliuria,
diinduksi oleh adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein.
Gejala-gejal lain yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang
mendadak, perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit
kering, adanya lesi luka yang penyembuhan lambat dan infeksi berulang
5. Patofisiologi
terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
kadr gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
merupakan ciri khas diabetes melitus tipe 2, namun masih terdapat insulin
(HHNK).
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari empat pilar yaitu edukasi, diet,
a.` Edukasi, tujuan dari edukasi adalah mendukung usaha pasien yang
badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan
ideal dikali kebutuhan kalori basal (30 Kka/kg BB untuk laki-laki dan 25
Kkal/kg BB untuk wanita). Pada dasarnya kebutuhan kalori pada
diabetes melitus tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus dapat
pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga dapat diperbaiki
selalu melakukan latihan pada saat yang sama dan intensitas yang sama
setiap harinya.
badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat
segera diberikan.
e. Non farmakologi, dapat menggunakan obat-obatan herbal, misalnya dari
7. Komplikasi
kadar gula darah yang tidak stabil dapat menyebabkan kerusakan pada mat,
dapat menyerang kulit atau yang biasa disebut dengan diabetes dermopathy,
ditandai dengan adanya bercak merah kecoklatan pada kulit, dan jantung.
abnormal rendah
adanya gangguan pemuluh darah dan saraf akibat kadar gula darah
mengalami infeksi.
kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama
periode 24 jam. Angka gula darah yan normal 2 jam setelah meminum
c. Tes glukosa darah dengan finger stick, jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sebagai acuan untuk monitoring penyakit diabetes melitus karena HbA1c ini
kurun waktu 2-3 bulan atau 120 hari sebelum dilakukan pemeriksaan
hidup jangka pendek, lebih stabil dalam suhu kamar dibanding glukosa
karena dapat memberikan informasi secara jelas tentang keadaan pasien dan
9. Fakto Resiko
f. Obesitas
1. Keturunan
diabetes yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor ini tidak dapat nawar-
kecilnya resiko seseorang untuk terkena diabetes, karena hal ini berkaitan
dengam pola makan dan aktivitas yang dilakukan seseorang sebagai gaya
terhadap pola makan, orang lebih mencari makanan yang enak rasanya
4. Faktor usia
faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau direkayasa. Orang dengan usia
diabetes yang telah diderita. Sama halnya dengan rokok, alkohol juga
rentan dan lemah, bukan hanya secara mental tetapi juga secara fisik.
10. Pencegahan
a. Pencegahan primordial
kebaratan-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup
santai atau kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi
kesehatan.
b. Pencegahan primer
melitus diantaranya:
6) Dyslipidemia (Hvl < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl)
terganggu (GDPT)
makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan resiko
c. Pencegahan sekunder
1) Penyuluhan
2) Perencanaan makanan
3) Latihan jasmani
d. Pencegahan tersier
1. Pengertian
mikrokopis struktur anatomi daun kersen muda dan tua yaitu terdiri dari
et, al, 2017 dalam Rahman dan Rosanti, 2020). flavonoid adalah
untuk menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat
senyawa fenol, biasanya merupakan derivate dari asam garlic dan gula.
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
(aglikon). Saponin ini terdiri dari dua kelompok: saponin triterpenoid dan
salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan untuk bahan pencuci
kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan
yang terdapat pada daun kersen yaitu saponin dan flavonoid dapat
banyak diserap oleh usus, maka dari itu daun kersen dapat membantu
menurunkan kadar gula darah dan dapat dijadikan obat non farmakologi
untuk penderita diabetes melitus (Pahlawan et, al., 2016 dalam Khasanah
dkk, 2020). Daun kersen telah lama digunakan masyarakat untuk berbagai
tujuan pengobatan antara lain sebagai obat batuk, sakit kuning, dan asam
proses penyembuhan luka (Bangun dan Sarwono, 2002 dalam Hadi dan
Permatasari, 2019).
tangkainya. Daun kersen yang telah dipetik lalu dicuci hingga bersih
mendapatkan berat daun 15 gram. Setelah itu Daun kersen direbus dengan
air sebanyak 200 ml dengan menggunakan panci, rebus hingga air tersisa
100 ml, setelah tersisa 100 ml kemudian saring air rebusan tersebut
kedalam botol atau gelas bersih. Diamkan hingga tidak terlalu hangat lalu
diwaktu pagi dan sore hari. Lakukan hal yang sama tiap kali
dilakukan dengan cara, gunakan 100 gram (10 lembar) daun kersen yang
telah dicuci bersih lalu rebus menggunakan panci dengan rebusan 200 cc
air hingga mendidih dan tersisah separuhnya. Hasil rebusan itu diminum
satu kali sehari dengan takaran sebanyak 1 gelas lalu diminum baik dalam
2020).
E. Kerangka Teori
Melitus” adalah :
Diabetes Melitus
Gambar. 1
kerangka teori
Pengaruh Air Rebusan Daun Kersen Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus.
BAB III
A. Kerangka Konsep
konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
penelitian ini adalah variabel independen adalah konsumsi air rebusan daun
kersen dan variabel dependen adalah penurunan kadar gula darah pada lansia
Gambar. 2
Kerangka konsep pengaruh konsumsi air rebusan daun kersen terhadap
penurunan kadar gula darah lansia penderita diabetes melitus.
B. Definisi Operasional
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
Tabel. 2
Definisi Operasional
dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2010 dalam
Setiana dan Nuraeni, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada
pengaruh konsumsi air rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula
darah pada lansia penderita diabetes melitus di Desa Kenanga Tahun 2021.
BAB IV
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja sistematis yang digunakan
penelitian yang baik akan meghasilkan sebuah proses penelitian yang efektif
dan efesien (Nurdin dan Hartati, 2019). Penelitian ini dilakukan dengan
penelitian yaitu, non equivalent control group. Dimana rancangan ini memilih
sampel tidak secara random melainkan dengan tujuan tertentu yaitu melihat
X1 Intervensi X2
X3 X4
Keterangan:
X1: Pengukuran kadar gula darah pada kelompok intervensi sebelum konsumsi air
X2: Pengukuran kadar gula darah pada kelompok intervensi setelah konsumsi air
Gambar. 3
Rancangan penelitian non equivalent control group
1. Populasi
dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami diabetes melitus di Desa
2. Sampel
Setiana dan Nuraeni, 2018). Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah
seluruh dari populasi yang telah ditetapkan yaitu lansia penderita diabetes
sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi
terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008 dalam Setiana dan Nuraeni,
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
a. Klien meninggal
alasan kesehatan
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
3. Teknik sampling
D. Pengumpulan data
1. Sumber data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari dua sumber
a. Data primer
(Riyanto, 2011 dalam Setiana dan Nuraeni, 2018). data primer penelitian
ini diperoleh langsung dari lansia penderita diabetes melitus berupa hasil
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari suatu sumber dan
biasanya data tersebut sudah dikompilasi lebih dahulu oleh instansi atau
pemilik data (Riyanto, 2011 dalam Setiana dan Nuraeni, 2018). data
sekunder pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas
Instrumen penelitian adalah alat ukur untuk penelitian atau suatu alat
untuk mencatat hasil pengukuran kadar gula darah pretest dan posttest.
a. Tahap persiapan
kriteria inklusi.
b. Tahap pelaksanaan
6) Memberikan air rebusan daun kersen 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
E. Pengolahan data
yang dilakukan adalah pengolahan data. Pengolahan data pada penelitia ini
formulir atau kuesioner. Dalam penelitian ini editing yang digunakan yaitu
apakah sudah diisi dengan benar dan semua item sudah dijawab oleh
responden.
2. Decoding (pengkodean)
menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat
Pembersihan data adalah sema data dari setiap sumber data atau
F. Analisa data
dari jenis data pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
2. Analisa Bivariat
pemberian air rebusan daun kersen (independen) dan penurunan kadar gula
menggunakan uji sampel T test, dengan derajat kepercayaan 95% (α= 0,05).
Ha, yaitu terdapat pengaruh konsumsi air rebusan daun kersen terhadap
G. Etika penelitian
Secara garis besar, dalam melakukan penelitian ada empat prinsip yang harus
mencakup:
saja
confidentiality)
untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh
dapat dicegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cedera, stress,
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/933.
Dikutip dari
https://jurnal.mitrahusada.ac.id/index.php/emj/article/download/91/57
Azwar (2021). Terapi Non Farmakologi Pada Pasien Diabetes Melitus. E-ISBN:
http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/170475. Diakses
https://www.bps.go.id/publication/2020/12/21/0fc023221965624a644c11
maret 2021.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1998.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/615.
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/dakwah/article/view/1626.
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1635. Diakses
https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/Semnasmipakes/article/download/157
http://journal.ppnijateng.org/index.php/jikmb/article/download/515/pdf.
Sehat Dan Jalan Kaki. Jurnal Kesehatan Prima. Volume 13. No. 1. E-
april 2021.
http://jurnal.umb.ac.id/index.php/avicena/article/download/648/pdf.
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/748
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/6603.
Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Lansia Dengan Kadar Gula Tidak
https://juke/kedokteran/unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1505.
Misnaniarti. (2017, 1 juli). Analisis Situasi Penduduk Lanjut Usia Dan Upaya
http://ejournal/fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/download/258/204/3
http://ojs.uho.ac.id/index.php/preventifjournal/article/view/6068. Diakses
id=tretDwaAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+pengertian+kerangk
2021.
Purwandari, K, P. Lilis, S. (2021, januari). Efektifitas Rebusan Daun Kersen
dari
https://journal.akpergshwng.ac.id/index.php/gsh/article/download/121/10
http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/article/download/71
http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/170500. Diakses
Rahman, Z. Rosanti. (2020, januari). Pengaruh Air Rebusan Daun Ceri Terhadap
maret 2021.
Rahmasari, I. Endah, S, W. (2019, februari). Efektivitas Memordoca Carantia
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jkg/article/view/4713. Diakses
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Jurnal
1 april 2021.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/2652.
https://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/213. Diakses
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/bjmlt/article/view/1086.
id=wnweEAAAQBAJ&pg=PA114&dq=kerangka+konsep+menurut+not
id=58gFDgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+keperawatan+gero
Dikutip dari
http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/108924. Diakses
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/1200. Diakses
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM/article/view/15874. Diakses