PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dipadang sebagai kondisi optimal dari pikiran dan fisik
seseorang yang memungkinkan orang tersebut dapat menjalani hidup yang
berkualitas dan produktif baik secara sosial maupun ekonomi, kesehatan
berorientasi pada upaya memaksimalkan potensi individu baik secara fisik,
intelektual, emosional, sosial, spiritual dan lingkungan. Kondisi alami dari
kesehatan adalah terbebas dari penyakit, cedera ataupun segala sesuatu
yang menganggu sistem matabolik makhluk hidup terutama manusia.
Pemeliharaan kesehatan merupakan upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan pemeliharaan khusus.
Dampak kemajuan terutama bidang kesehatan termasuk penemuan
obat-obatan seperti antibiotika yang mampu “melenyapkan” berbagai
penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak,
memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga
kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah
penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung
lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008).
Proses penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau menganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Situasi kesehatan yang demikian, masih
diperparah dengan kecenderungan meningkatnya kertergantungan lanjut
usia (Junita Sundari Miratina, 2014).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun
2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di diantisipasi sejak awal abad
ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap
1
menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya.
Namun, saat ini negara berkembangpun mulai menghadapi masalah yang
sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain
timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan
kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho,
2008, p. 1).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi senam lansia terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan diagnosa hipertensi di desa mekarsari kecamatan
cianjur ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mengimplementasikan senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan diagnosa medis hipertensi di desa
mekarsari kecamatan cianjur ?
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan diagnosa
Hipertensi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada lansia
dengan diagnosa Hipertensi
c. Penulis mampu membuat intervensi pada lansia dengan diagnosa
Hipertensi.
d. Penulis mampu melaksanakan implementasi pada lansia dengan
diagnosa Hipertensi.
e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada lansia dengan diagnosa
Hipertensi.
f. Penulis mampu mengaplikasikan hasil tindakan senam lansia yang
dilakukan pada lansia dengan diagnosa Hipertensi.
g. Penulis mampu menganalisis hasil pemberian tindakan senam lansia
pada lansia dengan diagnosa Hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Definisi
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah
diatas 160/95 mmHg. Sementara itu (Smeltzer dan Bare,2000)
mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persistem
atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
(Sharif, 2012, p. 241).
Hipertensi sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (A.price,
2015, p. 102).
Hipertensi adalah suatu kondisi medis terjadi penngkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
menpunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat dapat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi. (Mubarak, 2015, p. 24).
Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah,
yang mengakibatkan makin tingginya tekanan darah. Penyelidikan
epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah
berhubungan erat dengan morbiditas dan mortaitas penyakit
kardiovaskuler. (Muttaqin, 2009, p. 262).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga
tingkat yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari
gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan
darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya
gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat
III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan fatal dari target organ. sedangkan JVC VII,
Klasifikasin hipertensi adalah :
a. Kategori tekanan sistolik (mmHg) takanan diastolic (mmHg)
b. Normal < sbp =” Sistolik” pressure = ” DBP”> = 160 dan DBP>= 100
(mmHg)
(Sharif, 2012, p. 242).
3. Etiologi
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Kepala
b. Mata
Normal : simetris mata kiri dan kanan, simetris bola mata kiri
dan kanan, warna konjungtiva merah muda, sclera berwarna
putih, fungsi pengelihatan baik.
c. Hidung
d. Telinga
Normal : bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, fungsi
pendengaran baik
f. Leher
g. Dada
h. Abdomen
j. Genitalia
k. Anus
Nama : Tanggal :
Agama : Alamat :
INDEKS KATZ
Score KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan , kontinen berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari kecuali
mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari – hari kecuali
mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain- lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasian sebagai C,D,E,F dan G
Nama klien :
Jenis Kelamin :
Agama :
Tanggal :
Umur :
skor
no Pertanyaan jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?
9 Siapa nama kecil ibu anda?
Kurang 3 dari 20 dan tetap pengangguran 3 angka
10
dari setiap angka baru, semua secara menurun.
Jumlah kesehatan total
SKO
URAIAN
R
A. KESEDIHAN
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak dapat
3
menghadapinya.
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya.
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Spesimisme
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
3
membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu spesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa gagal sebagai orang tua ( suami/istri)
Bila melihat kehidupan kebelakang semua yang dapat saya lihat hanya
2
kegagalan.
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak merasa puas dengan segalanya
2 Saya tidak mendapat lagi keputusan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas.
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahaykan diri
0
sendiri
H. Menarik diri sendiri dari sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
3
pada mereka.
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
2
sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak bisa mendapat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalm membuat keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan.
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubahan gambaran diri.
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan.
Saya merasa bahwa ada perubahan permanen dalam penampilan saya dan
2
ini membuat saya tidak tertarik.
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan kerja sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
2
sesuatu.
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya.
0 Saya tidak merasa lebih leah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu akan saya sangat memburuk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
C. Konsep Lansia
1. Definisi
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2008).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup. (Wahjudi, 2008, p. 11).
2. Batasan Lansia
Menurut WHO,batasan lansia meliputi :
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun
b. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
d. Usia Sangat Tua (Very old), adalah usia 90 tahun keatas
(Wahyudi, 2008, p. 24).
3. Teori-teori Proses Penuaan
Menurut Nugroho Wahyudin (2008) ada beberapa teori proses
penuaan yaitu :
a. Teori Biologi
3) Teori autoimun
4) Teori stress
Teori ini disebut juga teori bunuh diri ( Comnit Suitalic ) sel
jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri
ini diperlukan pada perkembangan persarafan dan juga
diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sek tumor.
Pada teori ini lingkungan yang berubah, termasuk didalamnya
oleh karna stress dan hormon tubuh yang berkurang
konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktfi dan ikut banyak kegiatan sosial.
a. Perubahan fisik
1) Sel
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hunbungan antara persyarafan
menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca
indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon pengelihatan
dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa,
lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin
rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem pengelihatan
4) Sistem pendengaran
5) Sistem Cardiovaskuler
7) Sistem respirasi
8) Sistem gastrointestinal
9) Sistem Genitourinaria
A. Desain Penelitian
Strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan strategi penelitian case study research (penelitian
studi kasus). Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan
atau kata sifat. Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-
betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata
yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat di percaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan)
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, sms, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda dan lain-lain yang dapat
memperkaya data primer (Arikunto, S, 2010, p. 21).
Studi kasus (case study) dilakukan dengan cara meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal
disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu
masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah.
Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi
yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan
kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap perlakuan atau pemaparan
tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit
tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang
cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara integrative (Notoatmodjo,
S, 2012, p. 47).
Metode ini dipilih oleh peneliti untuk mengaplikasikan tindakan Senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi didesa
pakuon kecamatan sukaresmi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Mekarsari Kec.Cianjur Kab.
Cianjur, Jawa barat. dengan pertimbangan tempat tersebut merupakan salah
satu tempat yang berada di Cianjur dengan kasus gerontik.
2) Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan februari- juni 2018.
C. Seting Penelitian
a. 1 Poned
b. 6 Pustu
c. 2 Polindes
d. 1 Poskesdes
e. 1 Pusling
f. 16 Motor
g. 1 Ambulance
2. Data dibaca hingga tiga kali setelah diberi nomor urut. Pada tahap ini
peneliti mulai menyusun koding.
I. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan setelah peneliti meminta izin kepada pihak kampus
AKPER PEMKAB Cianjur dan pengambilan data penelitian dilakukan setelah
peneliti mendapat izin dari pihak Puskesmas. Setelah ada persetujuan barulah
penelitian ini dilakukan dengan menekankan pada masalah kesehatan yang
meliputi (Alimul, 2009, p. 83) :
1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed concent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus memperhatikan persetujuan. Jika responden tidak bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed concent
tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis
data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah
yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan lembar pesetujuan
kepada responden yang akan diteliti, peneliti menjelaskan maksud dari
penelitian serta dampak yng mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani surat persetujuan penelitian, jika responden menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau harus penelitian yang
akan disajikan.
Pada penelitian ini, untuk menjaga kerahasiaan identitas klien,
serta menjaga privasi yang dimiliki klien, peneliti tidak mencantumkan
nama dan lembar pengumpulan data dan cukup dengan menggunakan inisial
dan telah disepakati oleh klien.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
Pada penelitian ini kerahasiaan informasi yang diperoleh dari klien
telah dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan
disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Kasus I
Klien bernama Ny.N berumur 73 tahun, beragama islam berasal
dari suku/bangsa sunda, klien pernah menginjak bangku sekolah dasar,
peneliti mendapatkan informasi langsung dari klien, keluarga yang data
dihubungi adalah suami klien, diagnosa klien adalah hipertensi, kini klien
tinggal di KP. Rawey Rt.07 Rw.04 Desa.Mekarsari , Kec. Cianjur, Kab.
Cianjur, Jawa barat. Sekarang klien tidak memiliki pekerjaan, sumber
pendapatan klien dari anaknya. Hobi klien mamasak. Klien mengatakan
sesekali berpergian dengan keluarga, klien beberapa minggu yang lalu
sempat aktif dalam kegiatan pengajian yang berada dekat dengan rumah.
Klien sebelumnya memiliki kakak, namun sudah meninggal, kakak klien
bernama Tn.K dikarenakan suatu penyakit. Klien tidak memiliki riwayat
keluarga yang meninggal satu tahun terakhir.
Klien mengeluhkan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan dibagian kepala menjalar ke bahu,
skala nyeri 4 (0-10), usaha klien dalam mengurangi nyerinya dengan
beristirahat sejenak dari aktivitas. Gejala yang dirasakan klien adalah
nyeri pada kepala. Faktor pencetus dari nyerinya adalah karena aktivitas
yang berat. Timbulnya keluhan yang klien rasakan adalah bertahap,
lamanya adalah langsung terasa nyeri. Klien sudah mengalami nyerinya
sejak 7 tahun terakhir. Upaya klien dalam mengatasinya adalah
beristirahat sejenak dari aktivitas. Klien terkadang memeriksakan
kesehatannya pada klinik dan RS jika penyakitnya kambuh. Klien
mangatakan rutin meminum obat yang telah diresepkan oleh dokter.
Tidak ada penyakit yang pernah diderita. Tidak ada riwayat imunisasi.
Tidak ada riwayat alergi. Tidak ada riwayat kecelakaan. Tidak ada
riwayat dirawat dirumah sakit. Tidak ada riwayat pemakaian obat.
Pola kebiasaan sehari-hari klien hanya memiliki satu masalah
yakni pada kriteria aktifitas dan latihan tidak memiliki masalah, selain itu
dalam kondisi yang baik, tidak ada masalah seperti pada kriteria nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebiasaan. Dilihat
keadaan umum klien didapatkan klien dalam kondisi kurang baik,
dengan tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 89x/menit, respirasi 21x
menit, serta suhu 36,5°C. Rambut berwarna putih (beruban), kuat,
persebaran merata, tidak ada nyeri tekan. Mata konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, visus baik (dapat melihat jelas jarak jauh dan dekat,
tidak ada nyeri tekan. Hidung simetris, tidak terdapat polip, fungsi
penciuman baik, tidak ada nyeri tekan.
Telinga simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada
nyeri tekan pada aurikel. Mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak
pucat, tidak terdapat stomatitis, gigi sebagian tanggal, tidak ada
peradangan tonsil,fungsi pengecapan baik, lidah bersih. Leher simetris,
tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada nyeri
tekan. Dada simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat retraksi
dinding dada, bunyi nafas vesikuler, tidak terdapat bunyi nafas tambahan,
suara jantung reguer S1 & S2, frekuensi nafas 21x/menit. Abdomen
datar, tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar, bissing usus
16x/menit. Kulit berwarna sawo matang, tidak ada nyeri tekan, turgor
kulit kembali dalam ≤1 detik. Genitalia bersih, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas atas simetris, kekuatan otot +5/+5, CRT kembali dalam ≤1
detik, tidak ada nyeri tekan, reflex bisep dan trisep (+). Ekstremitas
bawah simetris, kekuatan otot +5/+5, CRT kembali dalam ≤1 detik, tidak
ada nyeri tekan, refleks babinski (+).
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan
ruangan yang berada dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup,
penggunaan lampu neon sebagai penerangan setiap ruangan. Sirkulasi
udara terdapat 7 jendela dan ventilasi udara sebagai sirkulasi udara.
Keadaan kamar mandi dan WC berada dalam keadaan bersih.
Pembuangan air kotor cukup. Sumber air minum menggunakan air galon.
Pembuangan sampah menggunakan tempat sampah depan rumah. Tidak
ada sumber pencemaran. Pada penataan halaman terdapat beberapa
tanaman hias yang sudah tertata. Tidak ada resiko injuri. Pada
pemeriksaan masalah kesehatan kronis klien didapatkan hasil skor 4,
dengan termasuk pada kriteria tidak ada masalah kesehatan kronis s/d
masalah kesehatan kronis ringan. Pada pemeriksaan fungsi kognitif klien
didapatkan skor 9, termasuk dalam kriteria tidak ada gangguan. Pada
pemeriksaan status fungsional klien didapatkan skor sebesar 17, termasuk
kedalam kriteria mandiri. Pada pemeriksaan status psikologis (Skala
depresi geriatric Yesavage, 1983) didapatkan hasil sebesar 5, termasuk
kedalam kriteria normal. Pada pengkajian keseimbangan lansia, klien
didapatkan hasil sebesar 3, termasuk kedalam kriteria resiko jatuh
rendah.
Kasus II :
Klien bernama Ny.Y berumur 80 tahun, beragama islam berasal
dari suku/bangsa sunda, klien pernah menginjak bangku sekolah dasar,
peneliti mendapatkan informasi langsung dari klien, keluarga yang dapat
dihubungi adalah anak klien, diagnosa medis klien adalah hipertensi.
Kini klien tinggal di rumah anaknya yang beralamat di Kp.rawey Rt.04
Rw.07 Desa.mekarsari Kec.cianjur, Kab.cianjur. Sekarang klien tidak
memiliki pekerjaan, sumber pendapatan klien dari anaknya. Hobi klien
menonoton tv, klien tidak pernah untuk pergi berwisata, klien masih aktif
dalam kegiatan pengajian didaerah Kp.Rawey.
Klien memiliki saudara kandung sebanyak 2 orang, Tn.S sudah
meninggal kan Tn.H dalam keadaan sehat. Klien tidak memiliki riwayat
keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir.
Klien mengeluh nyeri pada bagian kepala, nyeri timbul seperti
berputar-putar, nyeri dirasakan dibagian kepala menjalar ke punggung,
skala nyeri 5 (0-10) , nyeri timbul bila klien beraktivitas dan berkurang
bila beristrahat. Usaha klien dalam mengurangi nyeri adalah dengan
beristirahat. Gejala yang dirasakan adalah nyeri pada daerah kepala.
Faktor pencetusnya adalah karena adanya riwayat hipertensi. Timbulnya
keluhan adalah bertahap. Lama dari nyerinya adalah langsung terasa
nyeri setelah beraktivitas, tanpa ada jeda. Klien menderita nyeri sejak 10
tahun terakhir. Upaya mengatasi dengan beristirahat sejenak. Klien jika
memeriksakan kesehatannya yakni ke klinik dan RS jika penyakitnya
kambuh. Klien tidak pernah pergi ke bidan/perawat untuk memeriksakan
kesehatannya. Klien rutin meminum obat yang telah diresepkan oleh
dokter. Klien tidak pernah memiliki penyakit yang pernah diderita. Klien
tidak pernah memiliki riwayat imunisasi. Klien tidak memiliki riwayat
alergi. Klien tidak pernah memiliki riwayat kecelakaan. Klien tidak
pernah memiliki riwayat dirawat dirumah sakit. Klien tidak pernah
memiliki riwayat pemakaian obat.
Pola kebiasaan sehari-hari klien hanya memiliki satu masalah
yakni pada kriteria aktifitas dan latihan tidak memiliki masalah, selain itu
dalam kondisi yang baik, tidak ada masalah seperti pada kriteria nutrisi,
eliminasi, personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebiasaan. Pada
pemeriksaan fisik klien didapatkan dari keadaan umum (TTV) adalah
dengan tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi sebesar
19x/menit, suhu sebesar 36°C. Rambut berwarna putih (beruban)
sebagian, kuat, persebaran merata, tidak ada nyeri tekan. Pada mata
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, visus kurang baik (tidak
dapat jelas melihat jarak jauh), tidak ada nyeri tekan. Hidung simetris,
tidak ada polip, fungsi penciuman baik, tidak ada nyeri tekan. Telinga
simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan
pada aurikel. Mulut simetris, mukosa lembab, tidak pucat, gigi sebagian
tanggal, tidak ada peradangan tonsil, fungsi pengecapan baik. Leher
simetris, tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada pembesaran limfe, tidak
ada nyeri tekan. Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, VBS
simetris, taktil fremitus simetris, tidak ada suara paru tambahan, S1>S2
di apeks cordis, S2>S1 di basal cordis, tidak ada suara jantung tambahan.
Abdomen datar, tidak ada massa, tidak ada pembesaran hepar, bissing
usus 18x/menit, tidak ada nyeri tekan. Kulit berwarna sawo matang, tidak
ada nyeri tekan, turgor kulit kembali dalam ≤1 detik. Pada genitalia
berada dalam keadaan bersih, tidak ada nyeri tekan. Ekstremitas atas
simetris, kekuatan otot +5/+5, CRT kembali dalam ≤1 detik, tidak ada
nyeri tekan, refleks bisep & trisep (+). Ekstremitas bawah simetris,
kekuatan otot +5/+5, CRT kembali dalam ≤1 detik,tidak ada nyeri tekan,
refleks Babinski (+).
Lingkungan tempat tinggal memiliki kebersihan dan kerapihan
ruangan dalam keadaan bersih dan rapi. Penerangan cukup,
menggunakan lampu bohlam disetiap ruangan. Sirkulasi udara terdapat 4
jendela disertai ventilasi disetiap jendelanya Keadaan kamar mandi dan
WC dalam keadaan bersih. Pembuangan air kotor ke selokan sejauh 20
meter dari rumah. Sumber air minum adalah air galon. Pembuangan
sampah terdapat pada tempat sampah depan rumah. Tidak ada sumber
pencemaran. Pada penataan halaman terdapat beberapa tanaman hias
depan rumah. Tidak ada resiko injuri.
Masalah kesehatan klien ditemukan skor sebesar 3, termasuk
dalam kriteria tidak ada masalah kesehatan kronis s/d masalah kesehatan
kronis ringan. Pada fungsi kognitif klien didapatkan skor sebesar 10,
yang mana termasuk kedalam kriteria tidak ada gangguan. Lalu pada
status fungsional ditemukan hasil sebesar 17, yakni termasuk kedalam
kriteria mandiri. Selanjutnya pada status psikologis (Skala depresi
geriatric Yesavage, 1983) didapatkan hasil sebesar 2, yang mana
termasuk kedalam kriteria normal. Berikutnya pada pemeriksaan
keseimbangan klien didapatkan skor sebesar 6, yakni termasuk kedalam
kriteria resiko jatuh sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
Kasus I
a. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas utama menurut (Nanda, Jilid
2, 2015, p. 105) pada Ny.N, yaitu; nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia, gangguan perfusi
jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Kasus II
a. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas utama menurut (Nanda, Jilid
2, 2015, p. 153) pada Ny.Y, yaitu; nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia, gangguan perfusi
jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
Kasus I
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan kaji skala nyeri, berikan
posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan
tim medis untuk pemberian analgetik yaitu analgin, monitor tanda-tanda
vital. Tujuan dari intervensi ini adalah nyeri hilang/terkontrol dan tanda-
tanda vital dalam batas normal. Dengan kriteria hasil skala nyeri 0, tanda-
tanda vital dalam batas normal, nyeri hilang/terkontrol.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu gangguan
perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung, berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, penulis membuat rencana asuhan keperawatan monitor status
kardiovaskuler, monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung, monitor balance cairan, pertehankan catatan intake dan output
yang akurat, monitor tanda-tanda vital, berikan terapi senam lansia.
Tujuan dari intervensi ini adalah menunjukan perfusi jaringan yang
membaik. Dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal, tidak
menunjukkan adanya keluhan sakit kepala, pusing, dan nilai-nilai lab
dalam batas normal.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang tiga yaitu intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen, penulis membuat rencana asuhan keperawatan kaji
respon klien terhadap aktivitas, instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, berikan dorongan melakukan aktivitas/perawatan
diri bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan. Tujuan dari intervensi
ini adalah tidak adanya intoleransi aktivitas. Dengan kriteria hasil lien
berpartisipasi dlm aktvitas yang diiginkan, klien akan melaporkan
toleransi aktivitas, klien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi
fisiologi.
Kasus II
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia,
penulis membuat rencana asuhan keperawatan kaji skala nyeri, berikan
posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan
tim medis untuk pemberian analgetik yaitu analgin, monitor tanda-tanda
vital. Tujuan dari intervensi ini adalah nyeri hilang/terkontrol dan tanda-
tanda vital dalam batas normal. Dengan kriteria hasil skala nyeri 0, tanda-
tanda vital dalam batas normal, nyeri hilang/terkontrol.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu gangguan
perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung, berhubungan dengan gangguan
sirkulasi, penulis membuat rencana asuhan keperawatan monitor status
kardiovaskuler, monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung, monitor balance cairan, pertehankan catatan intake dan output
yang akurat, monitor tanda-tanda vital,berikan terapi senam lansia.
Tujuan dari intervensi ini adalah menunjukan perfusi jaringan yang
membaik. Dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal, tidak
menunjukkan adanya keluhan sakit kepala, pusing, dan nilai-nilai lab
dalam batas normal.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang tiga yaitu intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen, penulis membuat rencana asuhan keperawatan kaji
respon klien terhadap aktivitas, instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, berikan dorongan melakukan aktivitas/perawatan
diri bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan. Tujuan dari intervensi
ini adalah tidak adanya intoleransi aktivitas. Dengan kriteria hasil lien
berpartisipasi dlm aktvitas yang diiginkan, klien akan melaporkan
toleransi aktivitas, klien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi
fisiologi.
4. Implementasi
Kasus I
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia.
Hari pertama: 18 April 2018 14.49 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Hari kedua: 21 April 2018 12.45 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Hari ketiga: 03 Mei 2018 15.21 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Kasus II
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia
Hari pertama: 18 April 2018 14.49 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Hari kedua: 21 April 2018 12.45 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Hari ketiga: 03 Mei 2018 15.21 WIB
Penulis melaksanakan tindakan rencana asuhan keperawatan mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital.
5. Evaluasi
Kasus I
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia.
Evaluasi pada hari pertama tanggal 18 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.N mengatakan nyeri kepala . Data
obyektifnya hasil skala nyeri 4 (0-10), klien tampak meringis. Analisa
masalah teratasi sebagian, dengan planning intervensi dilanjutkan
mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik
nafas dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik
yaitu analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi pada hari kedua tanggal 21 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.N mengatakan nyeri berkurang. Data
obyektifnya hasil skala nyeri 3 (0-10) klien masih tampak meringis.
Analisa masalah teratasi sebagian, dengan planning intervensi
dilanjutkan mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman,
mengajarkan teknik nafas dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgetik yaitu analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 03 Mei 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.N mengatakan nyeri hilang/terkontrol. Data
obyektifnya hasil skala nyeri 1 (0-10), klien tampak rileks. Analisa
masalah teratasi, dengan planning intervensi pertahankan.
Kasus II
Diagnosa I: Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral dan iskemia.
Evaluasi pada hari pertama tanggal 18 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan nyeri kepala. Data
obyektifnya hasil skala nyeri 5 (0-10), klien tampak memegangi daerah
kepala, klien tampak meringis kesakitan. Analisa masalah teratasi
sebagian, dengan planning intervensi dilanjutkan mengkaji skala nyeri,
memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam,
berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu analgin,
memonitor tanda-tanda vital.
Evaluasi pada hari kedua tanggal 21 April 2018 yang didapatkan adalah
data subyektifnya Ny.Y mengatakan masih nyeri. Data obyektifnya hasil
skala nyeri 4(0-10), klien tampak memegangi daerah kepala, klien
tampak masih meringis. Analisa masalah teratasi sebagian, dengan
planning intervensi dilanjutkan mengkaji skala nyeri, memberikan posisi
nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam, berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian analgetik yaitu analgin, memonitor tanda-tanda
vital.
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 03 Mei 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan nyeri hilang. Data
obyektifnya hasil skala nyeri 1(0-10), klien tampak nyaman. Analisa
masalah teratasi, dengan planning intervensi dipertahankan.
Diagnosa II: Gangguan perfusi jaringan : serebral, gunjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Evaluasi pada hari pertama tanggal 18 April 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan mudah pusing. Data
obyektifnya tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi
sebesar 19x/menit, suhu sebesar 36°C, klien tampak memegangi daerah
kelapa, klien tampak pucat. Analisa masalah teratasi sebagian, dengan
planning intervensi dilanjutkan, memonitor status kardiovaskuler,
memonitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung,
memonitor balance cairan, mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat, memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi senam
lansia.
Evaluasi pada hari kedua tanggal 21 April 2018 yang didapatkan adalah
data subyektifnya Ny.N mengatakan masih pusing. Data obyektifnya
tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 92x/menit, respirasi sebesar
20x/menit, suhu sebesar 36,3°C, klien tampak masih memegangi daerah
kepala, klien tampak pucat. Analisa masalah teratasi sebagian, dengan
planning intervensi dilanjutkan, memonitor status kardiovaskuler,
memonitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung,
memonitor balance cairan, mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat, memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi senam
lansia.
Evaluasi pada hari ketiga tanggal 03 Mei 2018 yang didapatkan
adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan pusing sudah tidak terasa.
Data obyektifnya tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi
sebesar 18x/menit, suhu sebesar 36,5°C,klien tidak lagi pucat. Analisa
masalah teratasi, dengan planning intervensi dipertahankan.
B. Pembahasan
Pada BAB ini peneliti membahas proses telaah yang terjadi antara
teori dan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang dilakukan pada tanggal
18 April 2018, 21 April 2018 & 03 Mei 2018 meliputi hasil implementasi
dan evaluasi selama 4 hari, pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini
memfokuskan pada pengkajian lansia dengan masalah utama hipertensi.
1. Pengkajian
3. Intervensi Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan teridentifikasi satu rencana
asuhan keperawatan dibuat dan hasil atau tujuanya ditetapkan. Hasil
adalah perubahan yang terprojeksi pada status kesehatan pasien, kondisi
klinis atau perilaku yang terjadi setelah intervensi keperawatan. Sasaran
akhir dari asuhan keperawatan adalah merubah diagnosa keperawatan
menjadi status kesehatan yang diinginkan, rencana harus ditetapkan
sebelum intervensi dapat di buat. Titik akhir dari fase perencanaan
adalah pengembangan rencana asuhan keperawatan (Donna dkk, 2009).
Perbandingan antara teori menurut (Nanda jilid 2, 2015, p. 150)
dengan kasus I dan II tidak terjadi kesenjangan dalam intervensi
keperawatan karena kasus I dan kasus II sesuai dengan teori Pada kasus
I, menurut teori intervensi yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia adalah mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman,
mengajarkan teknik nafas dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgetik yaitu analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Intervensi pada diagnosa keperawatan kedua yakni gangguan
perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi adalah memonitor status kardiovaskuler, memonitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung, memonitor balance
cairan, mempertahankan catatan intake dan output yang akurat,
memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi senam lansia.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen adalah mengkaji respon klien terhadap aktivitas,
menginstruksikan klien tentang penghematan energy (duduk saat
menggosok gigi atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas
perlahan, memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan
diri bertahap jika dapat ditoleransi, memberikan bantuan sesuai
kebutuhan. Pada kasus II, menurut teori intervensi yang dilakukan pada
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan serebral
dan iskemia adalah mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman,
mengajarkan teknik nafas dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgetik yaitu analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Intervensi pada diagnosa keperawatan kedua gangguan perfusi
jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi adalah memonitor status kardiovaskuler, memonitor status
pernafasan yang menandakan gagal jantung, memonitor balance cairan,
mempertahankan catatan intake dan output yang akurat, memonitor
tanda-tanda vital, memberikan terapi senam lansia.Dan Intervensi yang
dilakukan pada diagnosa ketiga yakni intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
adalah mengkaji respon klien terhadap aktivitas, menginstruksikan
klien tentang penghematan energy (duduk saat menggosok gigi atau
menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan, memberikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi, memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Adanya kesesuaian
beberapa intervensi keperawatan kasus I dan kasus II dengan teori
menurut (Nanda jilid 2, 2015).
4. Implementasi Keperawatan
Fase implementasi dimulai ketika perawat menempatkan
intervensi tertentu ke dalam tindakan dan mengumpulkan umpan balik
mengenai efeknya. Umpan balik muncul kembali kedalam bentuk
observasi dan kemunikasi serta memberi dasar data untuk mengevaluasi
hasil intervensi keperawatan. Selama hasil implementasi keaamanan
dan kenyamanan psikologi pasien berkenaan dengan asuhan atraumatik
tetap harus diperhatikan (Donna dkk, 2009, p. 24).
Pada pada kasus I diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia adalah mengkaji
skala nyeri, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik nafas
dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik yaitu
analgin, memonitor tanda-tanda vital. Implementasi pada diagnosa
keperawatan kedua yakni gangguan perfusi jaringan : serebral, ginjal,
jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi adalah memonitor
status kardiovaskuler, memonitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung, memonitor balance cairan, mempertahankan catatan
intake dan output yang akurat, memonitor tanda-tanda vital,
memberikan terapi senam lansia. Implementasi yang dilakukan pada
diagnosa ketiga yakni yakni intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen adalah
mengkaji respon klien terhadap aktivitas, menginstruksikan klien
tentang penghematan energy (duduk saat menggosok gigi atau menyisir
rambut) dan melakukan aktivitas perlahan, memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi,
memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Pada kasus II implementasi diagnosa keperawatan diagnosa
nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
dan iskemia adalah mengkaji skala nyeri, memberikan posisi nyaman,
mengajarkan teknik nafas dalam, berkolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian analgetik yaitu analgin, memonitor tanda-tanda vital.
Implementasi pada diagnosa keperawatan kedua yakni gangguan
perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi adalah memonitor status kardiovaskuler, memonitor
status pernafasan yang menandakan gagal jantung, memonitor balance
cairan, mempertahankan catatan intake dan output yang akurat,
memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi senam lansia.
Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yakni yakni
intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan/ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen adalah
mengkaji respon klien terhadap aktivitas, menginstruksikan klien
tentang penghematan energy (duduk saat menggosok gigi atau menyisir
rambut) dan melakukan aktivitas perlahan, memberikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi,
memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Adanya kesesuaian beberapa
implementasi keperawatan kasus I dan kasus II dengan teori menurut
(Nanda, 2016).
5. Evaluasi
Menurut (Donna dkk, 2009, p. 24) bahwa dalam evaluasi
keperawatan itu menggunakan format SOAP yaitu, S (Subjective)
adalah inormasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diperbaiki. O (Objective) adalah informasi yang didapat
berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh
perawat setelah dilakukan tindakan. A (Analisa) adalah membandingkan
antara inormasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum
teratasi, masalah teratasi sebagian, atau muncul masalah baru. P
(Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai). Ada kesenjangan
dalam evaluasi keperawatan karena kasus I dan kasus II sesuai dengan
teori. Evaluasi keperawatan pada kasus I dan kasus II juga
menggunakan SOAP.
Kasus I:
Pada hari terakhir dilakukan evaluasi pada tanggal 03 Mei 2018
evaluasi pada diagnosa pertama yang didapatkan adalah data
subyektifnya Ny.N mengatakan sudah tidak nyeri. Data obyektifnya
hasil skala nyeri 1(0-10), klien tampak rileks. Analisa masalah teratasi,
dengan planning intervensi pertahankan, evaluasi pada diagnosa kedua
yang didapatkan adalah data subyektifnya Ny.N mengatakan sudah
tidak pusing. Data obyektifnya tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
88x/mnt, respirasi 21x/mnt, suhu 36°C, klien tampak membaik. Analisa
masalah teratasi, dengan planning intervensi pertahankan, dan evaluasi
pada diagnosa ketiga yang didapatkan adalah data subyektifnya Ny.N
mengatakan masih mudah lelah. Data obyektifnya klien masih tampak
lemah.Analisa masalah teratasi sebagian, dengan planning intervensi
dipertahankan.
Kasus II
Pada hari terakhir dilakukan evaluasi pada tanggal 03 Mei 2018
evaluasi pada diagnosa pertama yang didapatkan adalah data
subyektifnya Ny.Y mengatakan nyeri hilang. Data obyektifnya hasil
skala nyeri 1(0-10), klien tampak nyaman. Analisa masalah teratasi,
dengan planning intervensi dipertahankan, evaluasi pada diagnosa
kedua yang didapatkan adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan
pusing sudah tidak terasa. Data obyektifnya tekanan darah 140/90
mmHg, nadi 90x/menit, respirasi sebesar 18x/menit, suhu sebesar
36,5°C,klien tidak lagi pucat. Analisa masalah teratasi, dengan planning
intervensi dipertahankan, dan evaluasi pada diagnosa ketiga yang
didapatkan adalah data subyektifnya Ny.Y mengatakan sudah tidak
lelah. Data obyektifnya ADL secara mandiri. Analisa masalah teratasi,
dengan planning intervensi dipertahankan.
a. Analisis PICOT
Tabel 3.1
Analisis Data PICOT
a. Bagi pasien
b. Bagi peneliti
c. Profesi keperawatan
d. Bagi institusi