Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LATIHAN FISIK (SENAM LANSIA) TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


RINGAN SEDANG DI REKTORAT UNIBRAW MALANG
ILKAFAH*
Ilkafah. 2004. Influence of Exercise (Elderly Gymnastic) to Decrease of Blood Pressure at
Elderly with Mild-Moderate Hypertension in Rektorat UNIBRAW Malang. Final Paper. Nursing
Science Study Program of Brawijaya University. Counsellor: (1) Budi Susatia, S.Kp, M.Kes. (2) dr.
Bambang Priyadi, MS.
The aging process in elderly will generate changes of physical, mental, social, economics
and psychology. One of effect physical changes is change of structure at big vein which can cause
hypertension. Elderly Gymnastic is form of exercise representing one of nonfarmacology therapy
for hypertension. This research purpose are to know the influence of exercise (Elderly Gymnastic)
to decrease of blood pressure at elderly with mild-moderate hypertension. This research is analytic
observasional with approach of Cohort Study. Sample consisted by 15 responden taken with Total
Sampling technique. Variable measured is blob pressure before and after exercise. According
calculation of systolic t count = 7,555 and diastolic t count = 8,191 > t table = 2,145 with t-test at
level of significancy 0,05 and db = N-1. This means that exercise have an effect on decreasing of
blood pressure in elderly with mild-moderate hypertension. Because of this research is only got by
female elderly, is hence expected there is research continuation with male and female elderly
respondents.
Key Word: Exercise (Elderly Gymnastic), Hypertension and Elderly.
1.

PENDAHULUAN...
Beberapa dekade terakhir ini usia
atau angka harapan hidup penduduk
Indonesia telah meningkat secara bermakna
yaitu 45,7 tahun pada tahun 1970, menjadi
59,8 tahun pada tahun 1990 dan
di`royeksikan menjadi 71,7 tahun pada tahun
2010. Disamping peningkatan angka harapan
hidup, jumlah dan proporsi kelompok lansia
di
negara
kita
pun
menunjukkan
kecenderungan meningkat yaitu 5,3 juta jiwa
atau 4,48% pada tahun 1971, 12,7 juta jiwa
atau 6,56% pada tahun 1990 dan akan
meningkat tajam menjadi 28,8 juta jiwa atau
11,34% pada tahun 2010 (Achir, 2001).
Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia
diperkirakan akan menempati urutan keenam
terbanyak di dunia dan melebihi jumlah
lansia di Brazil, Meksiko, dan negara Eropa
(Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Secara individu, pada usia diatas
55 tahun terjadi proses penuaan secara
alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah
SURYA

fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologi.


Dengan bergesernya pola perekonomian dari
pertanian ke industri maka pola penyakit juga
bergeser dari penyakit menular menjadi
penyakit
tidak
menular
/degeneratif
(Nugroho, 2000). Salah satu penyakit
degeneratif pada lansia adalah penyakit
kardiovaskuler, misalnya; hipertensi (Achir,
2001). Hasil survey kesehatan RI tahun 1995
menunjukkan bahwa 83 per 1000 penduduk
menderita hipertensi (Depkes, 1999). Data
dari studi Framingham dan beberapa
penelitian lainnya membuktikan adanya
peningkatan yang terus menerus dari tekanan
sistolik selama seseorang hidup. Dengan
bertambahnya usia maka kejadian hipertensi
meningkat (Siburian, 2004).
Hipertensi adalah suatu gangguan
pada sistem peredaran darah yang cukup
banyak mengganggu kesehatan masyarakat.
Hipertensi menjadi masalah kesehatan yang
serius, karena jika tidak terkendali akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi
13

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
yang berbahaya misalnya stroke, PJK, dan
gagal ginjal. Hipertensi sebetulnya bukan
suatu penyakit, tetapi hanya merupakan suatu
kelainan dengan gejala gangguan pada
mekanisme regulasi tekanan darah yang
timbul. Pada umumnya terjadi pada usia
pertengahan (usia lebih dari 40 tahun).
Namun, banyak orang yang tidak menyadari
bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini
disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada
stadium awal belum menimbulkan gejala
yang serius pada kesehatannya (Gunawan,
2001).
Dari
banyak
penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa dengan
meningkatnya umur maka tekanan darah
akan meningkat. Hipertensi menjadi masalah
pada usia lanjut karena sering ditemukan dan
menjadi faktor utama stroke, payah jantung,
dan penyakit jantung koroner. Lebih dari
separuh kematian di atas usia 60 tahun
disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler.
Hipertensi
dapat
menyebabkan komplikasi pada otak (terjadi
stroke), jantung (terjadi infark miokard), dan
menyebabkan sakit pada daerah dada (angina
pektoris) dan juga gangguan koroner lainnya
(Nugroho, 2000).
Agar terhindar dari komplikasi
fatal
hipertensi,
beberapa
tindakan
pencegahan
dilakukan
antara
lain;
mengurangi konsumsi garam dan lemak,
menghindari obesitas, tidak merokok dan
minum alkohol, membina hidup yang positif
dan olahraga teratur (Gunawan, 2001).
Menurut penelitian, olahraga
secara teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol pada
pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud
adalah latihan menggerakkan semua sendi
dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik)
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.
Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat
besi, karena latihan yang berat malah dapat
menimbulkan hipertensi (Gunawan, 2001).
Olahraga adalah suatu bentuk
latihan fisik yang memberikan pengaruh
positif terhadap tingkat kemampuan fisik
seseorang apabila dilakukan dengan benar.
Hasil survey pembuatan norma kesegaran
SURYA

jasmani pada usia lanjut yang dilakukan oleh


Departemen Kesehatan pada tahun 19921993 menemukan bahwa sekitar 90% usia
lanjut memiliki tingkat kesegaran jasmani
yang rendah, terutama pada komponen daya
tahan kardio-respirasi dan kekuatan otot. Hal
tersebut dapat dicegah dengan melakukan
latihan fisik yang baik dan benar (Depkes RI,
1998).
Latihan fisik adalah segala upaya
yang dilaksanakan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia.
Kebugaran jasmani adalah suatu aspek fisik
dari kebugaran menyeluruh. Tujuan dari
latihan fisik adalah untuk meningkatkan
kekuatan, daya tahan kardiorespirasi,
kecepatan, ketrampilan, dan kelenturan.
Kebugaran jasmani pada lansia adalah
kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan yaitu kebugaran jantung-paru dan
peredaran darah serta kekuatan otot dan
kelenturan sendi (Pudjiastuti dan Utomo,
2003).
Dari uraian diatas dapat ditarik
kesimpulan
bahwa
penanggulangan
hipertensi (salah satunya adalah latihan fisik
yang teratur) perlu dilakukan agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh latihan fisik
(senam lansia) dalam penurunan tekanan
darah pada lansia yang menderita hipertensi.
2.

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam
penelitian ini
peneliti
menggunakan desain Analitik Observasional
dengan pendekatan Cohort Study. Terdapat 2
variabel dalam penelitian ini, yang menjadi
variabel independen adalah latihan fisik
(senam lansia) dan variabel dependennya
adalah tekanan darah.
Populasi adalah setiap subyek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh lansia yang aktif mengikuti
senam lansia di rektorat Unibraw Malang.
3.

HASIL PENELITIAN
Penelitian terhadap Pengaruh Latihan
Fisik (Senam Lansia) terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia dengan
14

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
Hipertensi Ringan Sedang di Rektorat
Unibraw Malang, dilaksanakan pada
responden sebanyak 15 orang. Dimana
responden mengikuti senam 2 kali/minggu,
senamnya terdiri dari pemanasan, inti, dan
pendinginan. Observasi dan pengukuran
tekanan darah dilakukan setiap sebelum dan
sesudah senam.

dan tidak ada responden yang


mempunyai BMI dibawah normal.
Lama Terkena Hipertensi
Tabel
5.2.4
Distribusi
frekuensi
berdasarkan Lamanya lansia terkena
hipertensi bulan Oktober-Desember 2004

Karakteristik Responden
Usia
Tabel
5.2.1
Distribusi
frekuensi
berdasarkan usia lansia bulan OktoberDesember 2004
No
1.
2.
3.

Usia
56 59 tahun
60 69 tahun
70 80 tahun

Jumlah

f
7

Prosentase
47

6
2

40
13

15

100

2.
3.

11
4

73,33
26,67

1.
2.
3.

6
bulan
terakhir
1
tahun
terakhir
> 2 tahun

9
5
1

60
33,3
6,7

15

100

No
1.
2.
3.
3.

Penyakit
Hiperkolesterol
Stroke
DM
Tidak ketiganya

Jumlah

f
1
0
3
11

Prosentase
6,67
0
20
73,33

15

100

Dari tabel diatas dapat dilihat


3 lansia (20%) yang masih
mempunyai DM dan 1 lansia (6,67%)
hiperkolesterol. Untuk stroke, tidak
ada sama sekali (0%) responden yang
pernah terkena penyakit tersebut.
Hampir seluruh responden (73,33%)
responden bebas dari ketiga penyakit
tersebut.
Jenis dan Frekuensi olahraga selain senam
di Rektorat
Tabel
5.2.6
Distribusi
frekuensi
berdasarkan Jenis dan Frekuensi olahraga
selain senam di Rektorat bulan OktoberDesember 2004

Dari tabel diatas dapat dilihat


bahwa sebagian besar lansia mempunyai
BMI dalam rentang normal (73,33%).
Sedangkan
sebagian
kecil
lansia
mempunyai BMI diatas normal (26,67%)

SURYA

Prosentase

Penyakit yang pernah/masih diderita saat


ini
Tabel
5.2.5
Distribusi
frekuensi
berdasarkan penyakit yang pernah/masih
diderita oleh lansia bulan OktoberDesember 2004

BMI (Body Mass Indeks)


Tabel
5.2.3
Distribusi
frekuensi
berdasarkan BMI lansia bulan OktoberDesember 2004
F Prosentase
No
BMI
0

Berdasarkan
tabel
5.2.4
didapatkan lebih dari setengahnya lansia
sudah 6 bulan terkena hipertensi (60%).
Sedangkan sebagian kecil lansia terkena
hipertensi dalam 1 tahun (33,33%) dan >
2 tahun (6,7%).

Jenis Kelamin
Seluruh lansia yang
menjadi
responden dalam penelitian ini adalah wanita
(100%) karena memang yang kebanyakan
ikut dalam senam adalah wanita.

Underweig
ht
Normal
Overweight

Lamanya

Jumlah

Dari 15 responden yang diteliti


dikelompokkan pada beberapa kelompok
usia. Kelompok usia 5659 tahun (47%),
kelompok usia 6069 tahun (40%),
sedangkan kelompok usia 70-80 tahun
(13%).

1.

No

15

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
No
1

Olahraga
Latihan/senam
pernafasan
2
Jalan kaki (1 3
km)
3enam di luar rektorat
4
Meditasi
5 Bersepeda santai

f
7

%
46,67

13

86,67

10
5
2

66,67
33,33
13,33

No
1.
2.
3.

Kegiatan

Berkebun

9
1
0
1
1

Memasak
Membersihkan
rumah

Prose
ntase
60
66,67
73,33

Berdasarkan tabel 5.2.7


didapatkan hampir seluruh responden
aktif melakukan kegiatan-kegiatan
rumah. Sekitar 60% responden suka
berkebun,
66,67%
responden
memasak sendiri dan 73,33%
responden
aktif
membersihkan
rumah.
Uji Hipotesa Pengaruh Latihan Fisik
(Senam Lansia) terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi Ringan-Sedang.
Hasil penelitian didapatkan dari
observasi yang dilakukan sebelum dan
sesudah senam selama 8 minggu. Selain itu
dalam proses latihan selama 8 minggu juga
dilakukan observasi/pengukuran tekanan
darah tiap sebelum dan sesudah senam.

Dari 15 responden hampir


setengahnya (46,67%) mengikuti
senam
pernafasan,
hampir
seluruhnya olahraga jalan kaki
(86,67%), dan sekitar 66,67%
responden yang mengikuti senam di
tempat lain. Untuk meditasi dan
bersepeda santai hanya beberapa
responden yaitu 33,33% untuk
meditasi dan 13,33% yang bersepeda
santai.
Kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan
di rumah
Tabel 5.2.7 Distribusi frekuensi
berdasarkan Kegiatan-kegiatan yang
sering dilakukan di rumah bulan
Oktober-Desember 2004

Tabel 5.3.1 Distribusi frekuensi berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah sistolik
dan diastolik yang didapatkan dengan observasi pada sebelum dan sesudah latihan selama
2 bulan:
Subyek pada penelitian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rata-rata

SURYA

Pengukuran awal
(pre-senam)
140/90
145/92
148/95
155/100
160/105
160/102
158/98
160/100
157/103
150/95
150/97
165/108
165/107
167/106
165/106
156,33/100,27

16

Pengukuran akhir
(post-senam)
134/86
137/88
140/90
146/96
154/102
153/99
151/94
152/96
150/100
143/92
142/94
163/107
164/105
165/105
165/106
150,60/97,33

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
Tabel 5.3.2 Uji Hipotesa
T-Test tekanan darah sistolik
Paired Samples Statistics
PRE

Mean
156,3333

N
15

POST

150,6000

15

Std. Deviation
8,14745

Std. Error Mean


2,10366

Pair 1
10,32888

2,66690

Paired Samples Correlations


Pair 1

N
15

PRE & POST

Correlation
,977

Sig.
,000

df

Sig (2 -tailed)
.

Paired Samples Test

14

,000

Paired Differences

Std.
Std. Error
Deviation
Mean

Mean
Pair 1
PRE - POST

5,7333

2,93906

,75886

95% Confidence

Interval of the
Difference
Lower
Upper
4,1057
7,3609

7,555

T-Test tekanan darah diastolik


Paired Samples Statistics
Pair 1

Mean

Std. Deviation

PRE

100,2667

15

5,66274

Std. Error
Mean
1,46211

POST

97,3333

15

6,76827

1,74756

Paired Samples Correlations


Pair 1

PRE &

N
15

Correlation
,991

Sig.
,000

POST

Mean

Pair 1
PRE - POST

SURYA

2,9333

1,38701

Lower
2,1652

,35813

17

Upper
3,7014

8,191

df

14

Sig. (2-tailed)

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std.
Std. Error
Interval of the
Difference
Deviation
Mean

,000

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
Berdasarkan
tabel
diatas
dilakukan
perhitungan
hasil
penelitian
dengan
menggunakan uji t-test pada tingkat
kepercayaan 0,05 dan db = 14, didapatkan
nilai t hitung untuk sistolik = 7,555 dan nilai t
hitung diastolik = 8,191. Nilai kedua t hitung
> t tabel (2,145). Jadi hasil t hitung
mempunyai beda yang signifikan dengan ttabel, yang berarti H 1 diterima dan Ho
ditolak. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
senam lansia berpengaruh dalam penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
ringan sedang.

mempengaruhi kemampuan adaptasi fungsi


jantung dan vaskuler terhadap peningkatan
tekanan darah. Hal ini dapat berpengaruh
pada nilai tekanan darah setelah latihan fisik
(senam). Ini juga tergantung dari gaya hidup
lansia itu sendiri. Apabila lansia selalu
membina hidup yang positif dan selalu
mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti
misalnya buah-buahan atau sayuran, maka
fluktuasi tekanan darah lansia terkontrol.
Sedangkan lansia yang jarang mengkonsumsi
makanan tersebut/tidak mengatur dietnya
dengan baik maka fluktuasi tekanan darahnya
tidak akan terkontrol dengan baik.
Berdasarkan
penyakit
yang
pernah/masih
diderita
saat
ini
(hiperkolesterol, stroke, diabetes) hampir
seluruh responden tidak menderita penyakit
tersebut, sebagian kecil ada yang mengalami
DM. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilai
tekanan darah setelah senam yang pada
penderita DM fluktuasinya tidak terkontrol
dengan baik tergantung nilai kadar gulanya.
Selain senam di rektorat sebagian
besar responden berolahraga di tempat lain
dan sebagian besar tiap pagi mereka jalan
santai, jalan santai juga sangat berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah. Riwayat
olahraga lain perlu dinilai karena yang
penulis teliti hanya senam di rektorat 2
kali/minggu. Sedangkan menurut ACSM
dalam Pudjiastuti Utomo dan Pudjiastuti
(2003) bahwa frekuensi olahraga akan
berpengaruh besar terhadap penurunan
tekanan darah bagi penderita hipertensi,
latihan fisik yang dilakukan minimal 3
kali/minggu akan sangat bisa mengontrol
tekanan darah dan bahkan bisa efektif
menurunkan tekanan darah ke nilai normal.
Olahraga secara teratur dapat berpengaruh
pada kemampuan dilatasi vaskuler sehingga
akan memperlancar aliran darah dan
menurunkan tegangan vaskuler yang akan
menurunkan tekanan darah. Beberapa lansia
juga mengikuti senam pernafasan dan
meditasi, meditasi dapat mengontrol system
saraf otonom sehingga ada kemungkinan
menurunkan tekanan darah (Suparman,
1990).
Hampir seluruh responden tidak
menganggur jika sudah berada di rumah,

4.

PEMBAHASAN......
Pada bab ini akan dibahas tentang
karakteristik lanjut usia yang menjadi
responden penelitian, mekanisme senam
dalam penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi ringansedang, implikasi
hasil, kendala dan keterbatasan penelitian.
karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan
usia menunjukkan umur lansia rata-rata
antara 56 69 tahun. Perbedaan usia ini tidak
begitu menyolok. Perbedaan yang menyolok
tentunya
dapat
mempengaruhi
hasil
penelitian, karena berdasarkan teori yang ada
dinyatakan bahwa resiko atherosklerosis
meningkat dengan bertambahnya usia.
Atherosklerosis
yang
terjadi
dapat
mempengaruhi kemampuan dilatasi, sehingga
berpengaruh pada nilai tekanan darah lansia.
Lebih dari separuh responden
mempunyai nilai BMI antara 19-24 (kg/m2)
atau tergolong normal. BMI dapat
mempengaruhi nilai pengukuran tekanan
darah.
Semua responden berjenis kelamin
wanita. Hal ini karena lansia yang
kebanyakan mengikuti dan teratur senam
adalah lansia wanita dan didapatkan tekanan
darahnya tinggi meskipun sebenarnya akan
didapatkan lebih tinggi nilainya pada pria.
Responden dipilih oleh penulis dengan teknik
sampling berdasarkan kriteria inklusi yang
ditetapkan.
Hampir
seluruh
responden
mempunyai riwayat hipertensi masih dalam
rentang antara 6 bulan sampai 1 tahun.
Lamanya mengalami hipertensi tentu

SURYA

18

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
tetapi banyak yang meluangkan waktunya
untuk berkebun, memasak dan membersihkan
rumah. Menurut penelitian-penelitian bahwa
pekerjaan
rumah
yang
ringan-ringan
misalnya berkebun, memasak, atau hanya
bersih-bersih rumah termasuk dalam olahraga
ringan yang bisa mengontrol tekanan darah.
Hal ini tentu saja akan mempengaruhi nilai
tekanan darah sesudah senam.

sering mengkonsumsi obat-obatan bebas


misalnya obat sakit kepala yang mengandung
kafein yang bisa meningkatkan tekanan darah
sehingga efek senam belum tampak dalam 2
bulan senam.
Bagaimana senam lansia dapat
menurunkan tekanan darah pada lansia
dengan
hipertensi
ringan-sedang
berhubungan dengan aktivitas nitrit oksida
(NO) meskipun dengan pertambahan umur
terjadi penurunan aktivitas NO, tapi dengan
aktivitas fisik teratur bisa memproduksi NO
yang ada dalam tubuh yang bisa
merileksasikan pembuluh darah sehingga bisa
melancarkan
peredaran
darah
dan
menurunkan tekanan darah.
Pada latihan fisik yang berupa
kegiatan aerobics mengedepankan gerakangerakan otot-otot yang besar di tubuh, yaitu
otot-otot tungkai atau anggota bawah.
Gerakan otot itu akan mempengaruhi atau
memacu kerja jantung. "Otot jantung
mempunyai sifat seperti otot kerangka tubuh,
yang dapat menjadi lebih besar dan kuat
kalau banyak bekerja. Karena itu, dengan
menggerak-gerakkan
otot-otot
tungkai,
seperti berjalan, lari atau lari-lari kecil
(joging), bersepeda, berenang, diharapkan
jantung dapat berfungsi lebih banyak
(Sumpeno, 2003).
Aktivitas fisik, terutama aerobik,
dapat meningkatkan aliran darah yang
bersifat bergelombang yang mendorong
produksi nitrit oksida (NO) serta merangsang
pembentukan dan pelepasan endothelial
derive relaxing factor (EDRF), yang
merileksi dan melebarkan pembuluh darah
(Dede, 2002). NO berperan sebagai mediator
dalam terjadinya relaksasi otot polos pada
pembuluh darah.
Aliran darah koroner dalam keadaan
istirahat sekitar 200 ml per menit (4 persen
dari total curah jantung). Penelitian di
laboratorium menunjukan bahwa peningkatan
aliran darah 4 ml per menit sudah mampu
menghasilkan nitrit oksida untuk merangsang
perbaikan fungi endotel atau lapisan dinding
pembuluh darah (Dede, 2002). Endothelium
mempunyai peran kunci pada vasodilatasi.
Berbagai stimulus yang berbeda pada sel
endotel dapat menyebabkan

Pengaruh senam terhadap penurunan


tekanan darah lansia
Terbuktinya hipotesis kerja pengaruh
senam lansia terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi ringan
sedang sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hayashi T. et all, thesis yang
menyatakan bahwa aktivitas fisik ringansedang bisa menurunkan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi.
Dari hasil pengukuran tekanan darah
setiap sebelum dan sesudah senam
didapatkan bahwa ada penurunan tekanan
darah secara bertahap. Pada hari pertama
senam rata-rata nilai tekanan darah dari
responden tidak mengalami perubahan
karena mungkin sebagai fase adaptasi. Untuk
selanjutnya terdapat penurunan bertahap
sampai 2 bulan senam. Meskipun pada
olahraga yang mendadak menyebabkan
peningkatan tekanan darah selama olahraga,
pengulangan aktivitas fisik tersebut dapat
menurunkan tekanan darah selama istirahat
dan
peningkatan
terhadap
olahraga
selanjutnya akan lebih rendah baik terhadap
penderita hipertensi maupun pada orang
normal. Karena hipertensi merupakan faktor
resiko mayor PJK, efek potensial olahraga
untuk menurunkan tekanan darah merupakan
pertimbangan kesehatan masyarakat yang
penting.
Dari 15 lansia wanita yang teratur
senam, 11 lansia mengalami penurunan
sekitar 6mmHg untuk sistolik dan 3mmHg
untuk diastolik; 3 lansia mengalami
penurunan hanya sekitar 1,5 mmHg baik
sistolik maupun diastole, hal ini mungkin
dikarenakan ketiga lansia tersebut mengidap
DM dan 1 lansia yang tidak mengalami
penurunan (tetap), hal ini dapat terjadi karena
lansia tersebut mempunyai kolesterol dan
SURYA

19

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
endotel memproduksi EDRF, salah satunya
adalah NO. Dari pengamatan tentang peranan
fisiologis NO adalah ketika beberapa derivate
dari arginin yang bersifat menghambat enzim
NOS (nitrit oxide sintetase) diberikan pada
binatang coba, maka segera terjadi
peningkatan tekanan darah. Hal ini
membuktikan bahwa pelapasan NO dapat
menjaga tekanan darah pada keadaan normal.
Konsentrasi NO yang tinggi mungkin dapat
menolong untuk mempertahankan suplai
darah yang cukup dan secara simultan
melindungi pembuluh darah dari trombosis
(Ganong, 1995).
Nitrit Oksida (NO) baik yang
dihasilkan oleh endotel pembuluh darah,
makrofag, maupun NO donor yang lain akan
menstimulasi soluble guanilate cyclase
(sGC) yang menyebabkan peningkatan
sintesa siklik GMP dari guanosin triphosphat
(GTP). Peningkatan siklik GMP ini akan
menyebabkan otot polos pembuluh darah
tersebut relaksasi. Hasil dari relaksasi ini
akan menyebabkan diameter pembuluh darah
bertambah sehingga tahanan pembuluh darah
menjadi berkurang diiringi dengan penurunan
aliran darah yang menyebabkan tekanan
darah turun (Barnes, et al, 1996).
Manfaat itu baru bisa didapat jika
peningkatan aliran darah lewat aktivitas fisik
berlangsung secara teratur dalam waktu
cukup lama, 20 menit sampai 1 jam, serta
dilakukan secara teratur. Olahraga dan kerja
fisik dua sampai tiga kali per minggu dalam
waktu 20 menit akan meningkatkan denyut
jantung dan aliran darah lebih dari 4
ml/menit. Hal ini melindungi pembuluh
darah dari proses aterosklerosis dan
meningkatkan ketahanan hidup. Aktivitas
apapun asal mampu meningkatkan denyut
jantung
antara
110130
per-menit,
berkeringat, dan disertai peningkatan
frekuensi nafas namun tidak terengah-engah
cukup baik untuk mencegah penyakit jantung
(Dede, 2002).
Mekanisme-mekanisme lokal yang
mempertahankan tingginya aliran darah
sewaktu olahraga adalah penurunan PO 2
jaringan, peningkatan PCO2 jaringan, dan
penumpukan K+ dan metabolit lain. Pada otot
yang aktif suhu meningkat, dan hal ini
SURYA

menambah dilatasi pembuluh. Dilatasi


meningkatkan luas potongan melintang
jaringan vaskuler, dan dengan demikian
kecepatan aliran melambat (Ganong, 1995).
Pada lanjut usia yang mengalami
menopause yang mengakibatkan penurunan
kadar
estrogen
berhubungan
dengan
terjadinya
penurunan
produksi
NO.
Penemuan terbaru bahwa peningkatan
tekanan darah setelah menopause lebih
berhubungan dengan berat badan dan
penuaan daripada terhadap perubahan
fisiologis berupa hormone estrogen (Oulu
University Library, 2003).
Selain itu olahraga juga dapat
menurunkan berat badan yang sudah
diketahui bahwa obesitas dapat meningkatkan
tekanan darah. Olahraga juga memberi
manfaat psikologi secara langsung yang akan
memberikan perasaan santai, mengurangi
ketegangan
dan
kecemasan,
dan
meningkatkan perasaan senang sehingga
keadaan yang
relaks
tersebut
bisa
menurunkan tekanan darah. Hal ini sesuai
dengan Depkes (1998) bahwa olahraga bisa
mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan
jiwa.
Implikasi Hasil Penelitian Terhadap
Keperawatan
Hasil
penelitian
ini
dapat
memberikan implikasi besar terhadap asuhan
keperawatan lansia dengan hipertensi
khususnya
dalam
upaya
mencegah
komplikasi lebih lanjut dari hipertensi.
Karena hipertensi yang tidak dikelola dengan
baik
akan
mengakibatkan
kerusakan
organ/system tubuh yang lain seperti gagal
ginjal, gagal jantung dan kematian akibat
serangan jantung koroner dan stroke,
sehingga senam lansia bisa disosialisasikan
pada seluruh lapisan masyarakat.
Bagi perawat komunitas ataupun
perawat yang bertugas di puskesmas bisa
mensosialisasikan dan mendorong para lansia
untuk selalu aktif dalam kegiatan senam yang
biasanya diadakan oleh puskesmas ataupun
posyandu lansia sehingga diharapkan bisa
meningkatkan harapan hidup lansia.

20

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
5.
KESIMPULAN DAN SARAN...
a. Kesimpulan
Dari hasil uji statistik dengan t-test
diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan senam setelah 2 bulan. Hal ini
berarti senam lansia efektif untuk
menurunkan tekanan darah lansia dengan
hipertensi ringan sedang jika dilakukan
secara teratur dalam waktu yang cukup lama.

..DAFTAR PUSTAKA..
Achir, Yaumil, dkk. 2001. Bunga Rampai
Perkembangan Psikologi Pribadi
dari bayi sampai usia lanjut.
Jakarta: UI Press. Hal: 184 dan 196.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Balipost. 2004. Lansia, Olahraga dan Seks.
(Online).
(http://www.
Balipost.co.id. diakses 22 Mei
2004).
Barnes P. J. ; Kharitonov S. A. 1996.
Exhaled Nitric Oxide: A New Lung
Function Test. Thorax Vol. 51.
Beevers, D.G. 2002. Seri kesehatan
Bimbingan Dokter pada Tekanan
Darah. Jakarta: Dian Rakyat.
Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar
Keperawatan
Medikal-Bedah.
Terjemahan oleh Kuncara dkk.
2002. Jakarta: EGC
Dede. 2002. Kendalikan Tekanan Darah
Dengan
Bergerak.
(Online).
(http://www. Surabaya Post 2002.
com. diakses 22 Mei 2004).
Depkes RI. 1998. Pedoman Pembinaan
Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta.
Ganong, William F. 1995. Review of Medical
Physiologi 17th Edition. USA:
Appleton and Lange Company.
Gunawan, L. 2001. Hipertensi Tekanan
Darah
Tinggi.
Yogyakarta:
Kanisius.
Hazard, W., John D., Walter H., Jeffrey B.,
Joseph G. 1999. Principles of
Geriatric
Medicine
and
Gerontologi. Fourth Edition. USA:
Mc Graw-Hill Company.
Maban, L Kathleen dan Stump, S. 1996.
Krauses Food; Nutrition Diet
Theraphy. 9th edition. USA: W.B.
Saunders Company. Hal: 553 564.

b. Saran
1. Senam lansia dapat digunakan sebagai
salah satu terapi nonfarmakologi dalam
mengatasi hipertensi pada lansia
sehingga perlu dimasukkan dalam
kegiatan
kelompok
lansia/program
pelayanan terpadu lansia.
2. Perlu suatu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan lansia mengenai manfaat
olahraga khususnya senam.
3. Karena dalam penelitian ini hanya
didapatkan
lansia
wanita,
maka
diharapkan ada penelitian lanjutan
dengan menggunakan responden lansia
laki-laki dan wanita.
4. Diharapkan ada penelitian yang sama
dengan jumlah sampel yang lebih besar.
5. Membandingkan pengaruh senam dalam
menurunkan tekanan darah dengan
terapi nonfarmakologi lainnya,seperti
diet rendah garam dan tinggi serat.
6. Membandingkan efektivitas penurunan
tekanan darah berdasarkan lamanya
senam, misalnya antara 1 bulan, 2 bulan,
3 bulan dan 4 bulan.
7. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh senam terhadap
berbagai penyakit pada lansia, misalnya;
DM, asma, depresi dan masalah-masalah
lain yang biasa diderita lansia.
8. Bagi
responden,
disarankan
mensosialisasikan/mengajak yang lain
untuk ikut senam karena selain bisa
mengatasi hipertensi, senam lansia juga
bisa mencegah masalah tersebut.
9. Bagi
perawat,
disarankan
untuk
mengikutkan senam lansia sebagai
pendukung terapi farmakologis dan juga
sebagai alternatif terapi bagi lansia
dengan hipertensi.
SURYA

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik.


Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan: Pedoman skripsi,
Thesis, dan Instrumen Penelitian

21

Vol.2, No. IV, Des 2009

Pengaruh Latihan Fisik (Senam Lansia) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Ringan
Sedang
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Oulu University Library. 2003. Blood
Pressure in Menopause. (Online).
(http://herkules.oulu.fi. diakses 18
Januari 2005).
Purwati, S., Salimar, Sri Rahayu. 2003.
Perencanaan
Menu
Untuk
Penderita Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sastroasmoro, S. 1995. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian
Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Siburian, P. 1997. Perlu Perhatian Khusus
Bagi Lansia Penderita Hipertens.
(Online).
(http://www.
Waspada.co.id. diakses 22 Mei
2004).
Sumpeno, Bambang. 2003. Senam Jantung
Sehat.
(Online).
(http://www
www.bernas.info. diakses 22 Mei
2004).

SURYA

Suparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid


2. Jakarta: FKUI.
Tim Metodologi FKUB. 2001. Dasar-dasar
Metodologi
Penelitian
Keperawatan.
Malang:
Tidak
dipublikasikan.
Tim Pengelola Tugas Akhir. 2001. Pedoman
Penulisan Laporan Tugas Akhir.
Malang: Tidak dipublikasikan.
Utomo, B. dan Pudjiastuti, S. S. 2003.
Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta:
EGC. Hal: 1, 8-17, dan 102-105.
Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia.
Jakarta: EGC.
Welss, Barry D. 2000. 20 Common Problems
in Primary Card International
Edition. Singapore: The Mc GrawHill Book Companies. Hal: 57
149.
*
* Penulis adalah Staf Pengajar STIKES
Muhammadiyah Lamongan

22

Vol.2, No. IV, Des 2009

Anda mungkin juga menyukai