Anda di halaman 1dari 47

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA

LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS BAKTIYA KABUPATEN ACEH UTARA

Proposal Penelitian

RAUZATUL RIZKA
19010666

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS UNIVERSITAS BUMI
PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BAKTIYA KABUPATEN ACEH UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Sarjana Ilmu Keperawatan Strata Satu (S1

RAUZATUL RIZKA
19010666

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS UNIVERSITAS BUMI
PERSADA LHOKSEUMAWE
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Muhammad Nurman (2018) Salah satu ciri bangsa yang

maju atau berkembang adalah bangsa yang mempunyaai derajat kesehatan

yang tinggi dengan mutu kehidupan yang berkualitas. Indonesia merupakan

salah satu Negara yang berkembang tetapi di Indonesia sendiri masih

banyak penyakit yang menjadi masalah kesehatan, salah satu diantaranya

adalah Hipertensi.

Tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di

dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung serangan jantung, dan

kerusakan jantung (Mustafa, dkk, 2021)

Tekanan darah yang meningkat dapat terjadi hipertensi karena tidak

terkontrolnya tekanan darah sehingga dapat mengakibatkan komplikasi

bahkan sampai kematian. Tekanan darah yang tidak terkontrol biasanya

karena rendahnya aktivitas yang dilakukan sehingga dapat menimbulkan

masalah-masalah yang ada pada organ tubuh lansia. Tekanan darah tidak

terkonrol karena beberapa faktor seperti usia, olahraga, ras, stress, jenis

kelamin dan obesitas, maka tekanan darah harus stabil. tekanan darah stabil

bisa dilakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin setiap harinya.

Aktivitas rutin dilakukan setiap harinya dapat melatih organ-organ pada tubuh

dan bias mengurangi resiko terjadinya penyakit pada tubuh lansia (Sumarta,

1
2

2020).
Menurut Muhammad Nurman (2018) Salah satu tolak ukur kemajuan

suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Berdasarkan

data hasil sensus penduduk tahun 2015, menunjukan bahwa penduduk lanjut

usia (lansia) usia 60 Tahun ke atas meningkat secara signifikan. Diperkirakan

penduduk lansia pada Tahun 1960-an dan 1970-an mungkin hanya

sekitar 2 persen, akan tetapi saat ini sudah menjadi sekitar 10 persen dari

238 juta jiwa. Selain memiliki jumlah penduduk terbesar ke-empat di Dunia,

Indonesia juga merupakan Negara ke-empat dengan jumlah lansia terbanyak,

setelah China, Amerika dan India, yaitu sekitar 24 juta jiwa. Tidak hanya

menghadapi angka kelahiran yang semakin meningkat, Indonesia juga

menghadapi beban ganda (double burden) dengan kenaikan jumlah lansia

karena usia harapan hidup yang makin panjang dapat mencapai 77

Tahun.

Perubahan fisik pada lansia yang dapat menjadi suatu kondisi lansia

terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler yaitu menurunnya

elastisitas pembuluh darah, perubahan pada respirasi yaitu menurunnya

kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan

perubahan pada penglihatan. Terdapat beberapa macam penyakit yang bisa

menimpa para lansia antara lain: hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner,

stroke, katarak, dan lain sebagainya.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas pada

bulan maret 2018 menyatakan bahwa hasil pengukuran pada penduduk usia ≥
3

18 Tahun sebesar 34,1% dengan provinsi tertinggi di Kalimantan Selatan

(44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus

hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di

Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (0,7%).

Berdasarkan Profil Kesehatan di Aceh tahun (2019), jumlah penderita

hipertensi di Aceh yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar

sebanyak 283,910 atau 25%. Terdapat kabupaten/kota yang cakupannya

mencapai 100%, yaitu Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Dan Kota

Banda Aceh.

Aktivitas fisik/ bergerak adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori).Aktivitas fisik adalah

pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat

penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan

kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Tetap aktif, artinya

diharapkan lansia hidup sederhana, santai, aktif dalam berorganisasi, aktif

dalam kegiatan sosial, berkarya, selalu mengembangkan hobi dan berolahraga,

dalam melaksanakan aktivtas harus disesuaikan dengan kemampuan, serta

bergerak secara teratur atau kontinu (Nur Afni Karim, 2018)

Tekanan darah pada lansia agar seimbang dapat dilakukan beberapa cara

untuk itu lansia harus melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti latihan fisik

dan olahraga secara teratur dapat meningkatkan kesehatan, peningkatan pada

sistem tubuh selama tingginya berolahraga harus dilakukannya istirahat setelah

berolahraga. Selain melakukan aktivitas fisik faktor lain yang dapat


4

mempengaruhi yaitu faktor keturunan, usia, perilaku merokok, stress, ras,

obesitas atau kegemukan, asupan suplemen. Faktor utama yang sering terjadi

pada lansia yaitu terjadinya elastisitas mulai menurun disebabkan kurangnya

merespon tekanan darah dan terjadinya peningkatan sistolikdan dinding

pembuluh darah tidak bisa kembali sehingga meningkatkan tekanan diastolik.

Ayu Amaliyah (2021) Maka dari itu usia lansia lebih cenderung

meningkat tekanan darahnya. Faktor stress pun juga begitu dapat

mempengaruhi meningkatnya tekanan darah karena meningkatnya stimulasi

pada struktur saraf memiliki efek curah jantung pada lansia mulai meningkat.

lansia harus melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sehingga kesehatan

terkontrol dan tekanan darah pada lansia menjadi seimbang. Olahraga dapat

menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui mekanisme penurunan

denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus simpatik, meningkatkan

diameter arteri koroner, dan sistem kolateralisasi pembuluh darah.Melalui

kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien, frekuensi denyut

nadi berkurang, namun kekuatan memompa jantung semakin kuat. Berdasarkan

penelitian yang sudah dilakukan oleh Ismanto (2013) lebih mengacu pada

tekanan darah lansia dengan hipertensi dan mengkaji aktivitas olahraga, senam,

renang, bersepeda, belum ada penelitian tentang aktifitas fisik pada lansia

sehat, pada lansia yang sehat belum tentu tidak mengalami tekanan darah

tinggi.

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan


5

kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

dan bugar sepenjang hari. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan berupa

kegiatan sehari-hari, yaitu:berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, mencuci

mobil, sepeda motor, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan

dan lain-lain.

Sedangkan untuk olahraga yang biasa dilakukan yaitu:lari ringan,

bermain bola, berenang, bermain teni meja, fitness dan angkat beban berat,

push-up, bermain bola kaki, dan lain-lain (Hartaman, 2008).

Untuk melakukan aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit

30 menit dalam sehari, untuk kesehatan, jantung, paru-paru, serta tubuh

lainnya. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam

waktu 2 minggu kedepan akan terasa hasilnya (Antoni, 2015).

Hasil penelitian Glenn Fredik Lumowa (2020), yang dilakakukan di

Wilayah Kerja Pukesmas Karangjati Kab. Ngawi, berdasarkan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang berjenis kelamin

perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki sedangkan pada pendidikan

penderita yang memiliki pendidikan rendah berjumlah 115 penderita, penderita

hipertensi yang tidak bekerja cenderung lebih banyak mengalami hipertensi

yaitu sebesar 61 penderita, untuk penderita yang memiliki riwayat keluarga

hipertensi lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki yaitu sebesar 78

penderita.

Hasil penelitian Wildan Setyanto (2017), yang mengatakan ada hubungan

aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia Di Desa Plandi


6

Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Dari hasil penelitian ini,

responden lebih aktif dan termotivasi untuk melaukakan cara pencegahan-

pencegahan hipertensi.

Hasil penelitian Linda Waroka (2021), dengan hasil review kelima

artikel yang diperoleh, 3 artikel menunjukkan sebagian besar responden

beraktivitas fisik sedang, 1 artikel hampir separuhnya aktivitas fisik kurang

aktif, dan 1 artikel sebagian besar aktivitas fisik baik. Sedangkan untuk

tekanan darah, sebanyak 3 artikel menunjukkan hampir separuhnya responden

memiliki tekanan darah kategori hipertensi tahap 1, sebanyak 1 artikel

menunjukkan hampir separuhnya prehipertensi, dan 1 artikel menunjukkan

hampir separuhnya hipertensi ringan. Seluruh artikel memiliki nilai p-value ˂ ɑ

(0,05) yang artinya aktivitas fisik berkaitan dengan pengontrolan tekanan darah

pada lansia. Peningkatan tekanan darah dapat terkontrol dengan melakukan

aktifitas fisik ringan sampai dengan sedang sesuai kemampuan lansia.

Aktivitas fisik yang disarankan untuk lansia dimulai dengan melakukan

aktivitas fisik dari kategori rendah kemudian lansia dapat meningkatkannya

sesuai kemampuan.

Keterkaitan antara aktifitas fisik dengan hipertensi adalah Kurangnya

aktivitas fisik meningkatkan resiko menderita hipertensi karena meningkatkan

resiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik

juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
7

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 37 orang lansia

diketahui bahwa 8 orang lansia (80%) tidak mengetahui bahwa aktivitas fisik

dapat menurunkan tekanan darah, hanya 2 orang lansia yang mengetahui

bahwa aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah karena pernah

mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan.

Berdasarkan fenomena penelitian tertarik untuk meneliti lebih lanjut

tentang Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten Aceh

Utara.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada

lansia?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-aktor yang berhubungan antara aktivitas

fisik dengan tekanan darah pada lansia ditinjau dengan literature review.

2. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui hubungan gaya hidup aktivitas fisik dengan tekanan

darah pada lansia

b. untuk mengetahui hubungan kejadian aktivitas fisik dengan tekanan

darah pada lansia

c. U n t u k mengetahui hubungan hubungan antara aktivitas fisik dengan

tekanan darah pada lansia.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menghasilkan perspektif baru untuk membantu mengontrol tekanan

darah pada lansia dengan melakukan aktivitas fisik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi keperawatan

Hasil literature review ini diharapkan dapatmenambah pengetahuan

literature review sebagai informasi bagi keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan secara mandiri dan optimal bagi lansia untuk

mengoptimalkan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu keperawatan peneliti

dalam memberikan informasi kepada lansia dengan melakukan aktivitas fisik

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Lansia

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran

kepada lansia dan keluarga melakukan aktivitas fisik dapat mempengaruhi

keseimbangan tekanan darah.

Hasil literature review ini dapat memberikan informasi atau

pengembangan peneliti selanjutnya yang membahas mengenai hubungan

antara aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan seseorang yang tekanan darah naik. Peningkatan

tekanan darah dimulai dari tekanan darah sistolik dan diasolik meningkat

dari batas yang sudah ditentukan. Seseorang yang tekanan darahnya tinggi

perlu memiliki alat untuk mengukur secara teratur sehingga tekanan darah

mereka dapat dipantau dengan baik. Cara melakukan pencegahan terhadap

hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan menghindari faktor penyebabnya

tekanan darah tinggi: kebiasaan makan, hidup yang layak, kopi, tembakau,

hindari penggunaan alkohol, kurangi mengkonsumsi garam dan hindari

aktivitas yang berlebihan (Silwanah). dkk., 2020)

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Joint National Committee (JNC) VIII, klasifikasi tekanan darah

dapat digolongkan menjadi beberapa katagori : normal, pra hipertensi,

hipertensi grade 1, hipertensi grade 2, hipertensi grade 3. normal dengan

tekanan sistolik <120 tekanan darah diastolik <80 pre hipertensi dengan

tekanan sistolik 120-139mmHg tekanan darah diastolik 80-89mmHg.

hipertensi derajat 1 dengan tekanan darah sistolik 140-159mmHg tekanan

darah diastolik 90-99mmHg. Hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah

sistolik >160mmHg tekanan darah diastolik >100mmHg. Hipertensi derajat

3 dengan tekanan darah sistolik >180 mmhg tekanan darah sistolik > 110mmhg

(Muhadi, 2016)

9
10

B. Konsep Aktifitas Fisik

1. Pengertian Aktivitas Fisik

Ayu Amaliah., (2021) Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan pada

tubuh yang akan disampaikan kepada otot rangka yang dapat mengeluarkan

energi. Latihan adalah subkatagori untuk melakukan aktivitas atau kerja yang

sebenarnya. Latihan yang dilakukan bersifat teratur, terencana, berstruktur dan

berharap untuk dapat mengikuti kegiatan secara aktif (Dasso, 2019).

Aktivitas fisik juga merupakan salah satu bentuk latihan karena kontrksi otot

menyebabkan peneluaran energi lebih tinggi dari pada saat istirahat. Aktivitas

fisik juga merupakan aktvitas sehari- hari yang dapat dikerjakan dirumah

secara rutin setiap hari dan juga latihan ditujukan untuk menjaga kesehatan

(Hasanudin et al., 2018). Aktivitas fisik biasanya terjadi pada tubuh dan

membutuhkan energi atau tenaga untuk melakukan bebagai aktivitas kerja,

seperti aktivitas sehari-hari dari bangun tidur sampai tertidur sesuai dengan

intensitas dan sifat kerja otot (Makawekes et al.,2020).

Aktivitas fisik merupakan kebiasaan seseorang untuk melakukan

kegiatan yang memerlukan sistem gerak, baik berupa pekerjaan fisik maupun

olahraga. Olahraga merupakan suatu kebiasaan gaya hidup yang harus dimulai

sejak dini hingga usia lanjut, agar di masa mendatang kesehatan dan kebugaran

tubuh tetap terjaga serta tidak mudah terserang penyakit. Karena semakin tua

tubuh seseorang secara otomatis daya tahan tubuhnya akan semakin menurun.

Orang yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
11

bekerja lebih keras pada setia kontraksi. Makin keras otot jantung harus

memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga

tahanan perifer yang meningkat menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi

(Novera Hardiani et all, 2021).

2. Manfaat Aktivitas Fisik Bagi Kesehatan Tubuh Antara Lain :

a. Mengontrol berat badan ideal

Tak bisa dipungkiri, sudah pasti semua orang mendambakan untuk

memiliki berat badan ideal. Karena dengan memiliki berat badan ideal akan

membuat tubuh terasa lebih sehat dan bugar. Apabila kita kurang melakukan

aktifitas bergerak pasti dapat mengakibatkan kenaikan berat badan atau

kegemukan. Banyak penelitian menunjukkan kaitan antara tubuh yang kurang

gerak dengan kenaikan berat badan dan kegemukan. Sebaliknya, semakin

banyak bergerak, maka semakin banyak manfaat aktivitas fisik yang

dapat dirasakan. Salah satunya adalah metabolisme tubuh yang meningkat

sehingga dapat menjaga berat badan tetap ideal. Artikel., www.mamfaat

aktifitas fisik.com (2023)

b. Menurunkan risiko penyakit berbahaya

Apabila tubuh yang kurang gerak dapat menyebabkan menumpuknya

kalori dan timbunan lemak dalam tubuh. Hal inilah yang dapat meningkatkan

risiko terkena berbagai macam penyakit berbahaya dan berakibat pada

kematian. seperti penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, tekanan darah

tinggi, hingga stroke. Aktivitas fisik dapat membantu meraih berat badan ideal

sehingga menurunkan risiko berbagai penyakit berbahaya di kemudian hari.


12

Tentunya hal ini harus dibarengi dengan gaya hidup sehat

seperti mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.

c. Menjaga kesehatan tulang dan otot

Mengkombinasikan asupan protein dengan jenis olahraga tertentu,

misalnya angkat beban, dapat merangsang pembentukan otot. Dengan latihan

fisik tubuh akan melepaskan hormon yang dapat meningkatkan penyerapan

asam amino oleh otot sehingga massa dan kekuatan otot terjaga. Otot yang

lemah akan menyebabkan mudah terkena cedera. Selain itu, manfaat latihan

fisik juga dapat meningkatkan kepadatan tulang sehingga dapat mencegah

osteoporosis pada saat lanjut usia.

d. Menjaga kesehatan kulit

Olahraga teratur dalam batas yang wajar dapat mendorong tubuh untuk

menghasilkan antioksidan alami dan meningkatkan sirkulasi darah. Hal ini

dapat menjaga kesehatan sel kulit dan mencegah munculnya tanda-tanda

penuaan dini.

e. Menjaga kesehatan otak

Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan detak jantung dan meningkatkan

sirkulasi darah dan oksigen pada otak. Hal ini mampu meningkatkan kinerja

otak, meningkatkan kemampuan berpikir, dan mengingat.jkh

f. Meningkatkan daya tahan dan sistem kekebalan tubuh.

Aktifitas fisik seperti olahraga teratur dapat meningkatkan sistem

kekebalan tubuh dan membantu melawan infeksi. Sel-sel kekebalan tubuh


13

bekerja secara efektif dan meningkatkan aliran darah, dan peradangan,

serta memperkuat antibodi.

3. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Klasifikasi aktivitas fisik dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan

menurut Aliftitah & Oktavianisya (2020) :

a. Aktivitas fisik ringan

Aktivitas fisik ringan adalah akivitas setiap hari dilakukan dengan energi

yang sedikit dan pernafasan masih bisa terkontrol atau daya tahan ketahanan

(endurance). Jika nilai MET (Metabolic Equivalent) <600, maka aktivitas fisik

disebut aktivitas fisik tingan. Ada beberapa aktivitas ringan yang sering

dilakukan meliputi : mengemudi, berpakaian, duduk santai, merawat anak,

bermain hp, pekerja kantor, memancing dan membaca.

b. Aktivitas fisik sedang

Aktivitas fisik sedang adalah suatu aktivitas dapat dilakukan dengan

tenaga yang cukup berat secara terus-menerus, biasanya dilakukan 20 menit

dalam setiap harinya dan 5 kali dalam seminggu. Aktivitas fisik dikatakan

dalam katagori sedang dengan nilai MET (Metabolic Equivalent) ≥600 sampai

<3000. Ada beberapa aktivitas fisik sedang meliputi : jalan cepat, bersepeda,

jogging, tenis meja, kerja rumah tangga, bowling, berjalan.

c. Aktivitas fisik berat

Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang sering dikaitkan dengan

olahraga atau latihan ketahanan. Aktivitas fisik berat dapat dilakukan 7 hari

dan dapat di imbangi dengan aktivitas fisik ringan dan sedang. Aktivitas fisik
14

dapat dikatagorikan berat berat dengan nilai MET (Metabolic Equivalent)

sekitar 3000. Contoh aktivitas fisik yang berat : lari, sepak bola, bela diri,

aerobik, latihan fisik, bersepeda, mendaki gunung dan menari.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Fisik Lansia

Faktor yang mempengaruhi kondisi fisik lansia menurut British

Heart Foundation (BHF),2014 yaitu :

a. Faktor Biologis

1. Usia yaitu semakin tua seseorang, maka semakin s e d i k it aktivitas

fisik yang dapat dilakukan

2. Jenis kelamin yaitu terutama pada laki-laki secara fisik lebih aktif dari pada

perempuan

b. Faktor Demografis

1. Status sosial ekonomi yaitu seseorang dengan status sosial ekonomi yang

tinggi lebih aktif dari pada orang dengan status sosial ekonomi yang

rendah. Selisih sekitar 10% perbedaan diantara keduanya

2. Ras yaitu golonan kulit putih atau disebut bule cenderung aktif dari pada

etnis lain.

3. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang masih rendah

dapat mempengaruhi aktivitas fisiknya

c. Faktor Sosial

Partisipasi dalam aktivitas fisik adalah faktor pendukung sosial dan

teman, guru, praktisi, tenaga kesehatan, pelatih atau instruktur olahraga dapat

dipengaruhi oleh orang-orang terdekat.


15

d. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja

antara lain :

1. Akses ke program dan fasilitas tersedia seperti, lapangan, taman

bermain dan area untuk aktivitas fisik

2. Ada zona untuk pejalan kaki dan jalur sepeda

3. Ada waktu bermain dengan keadaan terbuka

4. Perbedaan struktur bangunan secara tidak langsung mempengaruhi

pola aktivitas fisik diperkotaan dan pedesaan.

5. Aktivitas Yang Sesuai Dengan Lansia

Aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh lansia menurut (Fatimah, 2010

dalam Sumarta, 2020) sebagai berikut :

a. Ketahanan (edurance)

Aktivitas fisik dapat membantu menjaga darah terutama pada peredaran

darah agar menjadi kuat dan sehat maka diperlukan berolahraga selama 30

menit untuk mendapatkan daya tahan. Contoh kegiatan yang bisa Anda pilih

antara lain lari cepat, naik tangga, jogging ringan, senam, dan berkebun.

b. Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan, menjaga otot-otot dalam

tubuh tetap lemah, dan memungkinkan sendi berfungsi dengan baik. Untuk

menjadi bugar, Anda membutuhkan 30 menit aktivitas fisik. Ada berbagai

kegiatan seperti peregangan, mulai perlahan tanpa tenaga, bisa melakukan


16

dengan rutin paling lama sekitar 10-30 menit untuk melakukan tai chi atau

senam yoga, senam aerobik dll.

c. Kekuatan (strength)

Aktivitas fisik biasanya dapat melakukan latihan kekuatan otot agar tetap

bugar dan meningkatkan pencegahan penyakit seperti osteoporosis.

Dibutuhkan 30 menit aktivitas fisik untuk menjadi lebih aktif. Contoh

aktivitasnya termasuk menaiki dan menuruni tangga, mengangkat beban,

mengantarkan bahan makanan, mengikuti kelas kebugaran terstruktur dan

banyak lagi.

C. Konsep Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh dinding arteri saat

memompa darah dari jantung. Tekanan darah tinggi yang terus-

menerus (persistent) dapat merusak ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit

arteri koroner) dan otak (penyebab stroke) jika didiagnosis dini dan tidak

diobati dengan benar. Berhubungan seks. Oleh karena itu, penting untuk

menjaga agar tekanan darah tetap stabil, termasuk aktivitas fisik sehari-hari

(Sumiyarsi et al., 2021). Tekanan darah normal diperlukan untuk diedarkan

arah ke tubuh dengan cara mengikat oksigen yang ada didalam tubuh. Darah

akan diedarkan di dalam pembuluh darah untuk mendorong dinding pembuluh

darah. Tekanan darah yang ada pada pembuluh darah disebut tekanan darah

yang terendah dan tekanan darah yang ada pada arteri besar disebut tekanan

darah yang tertinggi (Noviyanti, 2015).


17

2. Jenis Tekanan Darah

Menurut (Silwanah et al., 2020) Tekanan darah dapat

dikelompokkan antara lain :

a. Tekanan darah sistolik (digit pertama) adalah tekanan yang ada pada

arteri besar yang disebut tekanan darah tertinggi. Ini karena ventrikel kiri

memompa darah ke arteri dan memompanya dengan tekanan besar.

b. Tekanan darah diastolik (angka rendah) adalah tekanan darah yang ada pada

pembuluh darah yang disebut tekanan darah terendah saat jantung dalam

keadaan istirahat atau rileks untuk menurunkan tekanan darah.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah

menurut (Supriyono, 2019) sebagai berikut

a. Usia merupakan lamanya seseorang yang bisanya diukur dalam satuan

waktu. biasanya diukur dari yang masih bayi hingga dewasa bahkan lansia.

tekanan darah pada bayi biasanya sekitar 75mmHg. Setiap usia mulai

bertambah maka tekanan darah pada seseorang juga semakin meningkat,

ketika pada saat pubertas maka tekanan darah semakin sedikit menurun dan

untuk orang tua kurang elastisitas pada arteri dan kuran responsif pada

tekanan darah. Tekanan darah menjadi menurun, dinding pembuluh tidak

bisa kembali ke posisi semula dengan fleksibel dan bisa menyembabkan

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik.

b. Olahraga adalah latihan atau latihan rutin yang bisa menjaga kesehatan

tubuh, fisik dan mental pada seseorang. Metabolisme meningkat baik


18

secara fisik maupun mental. Individu harus beristirahat selama 20-30 menit

setelah latihan, karena peningkatan sistem tubuh selama latihan

menyebabkan peningkatan tekanan darah.

c. Stres adalah sesuatu yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan

darah pada seseorang. Hal ini karena adanya nyeri yang dirasakan yang

mengakibatkan adanya penekanan pada tekanan darah hingga tekanan

darah menjadi peningkatan.

d. Ras adalah ciri-ciri seseorang yang di atas usia 35 mempunyai tekanan

darah tinggi dari pada seseorang dari luar negeri.

e. Jenis kelamin adalah sering dibilang laki-laki dan perempuan,

seseorang setelah pubertas pada umumnya memiliki tekanan darah

rendah dan ketika manopouse mempunyai tekanan darah tinggi.

f. Obesitas saat anak-anak dan orang dewasa menyebabkan tekanan darah

tinggi.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Cara Mengukur Tekanan Darah

Cara mengukur tekanan darah menurut (Kowlski, 2010 dalam Sari et

al.,2018),adalah :

a. Melakukan posisi berbaring atau bisa duduk

b. Letakkan manset pada bagian lengan atas dengan jarak 23 cm ke lipatan siku

c. Letakkan ujung stetoskop dibagian atas arteri brakialis

d. Kemudian pompo manset dengan pelan sehingga palpasi artei

radialis menghilang

e. Buka katup stetoskop dan turunkan tekanan secara perlahan


19

f. Kemudian dengarkan bunyi pertama yang didengar yaiu tekanan sistolik

jika bunyi terakhir terdengan itu tekanan diastolik

g. Kemudian setelah terdengan bunyi sistolik dan diastolik maka turunkan

sampai 0mmHg

h. Lepas Stetoskop dan manset

D. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan.

Manusia tidak tiba-tiba menua, tetapi mereka berkembang sebagai bayi, anak-

anak dan orang dewasa dan akhirnya menjadi tua. Ketika setiap orang

mencapai usia tahap perkembangan tertentu, perubahan fisik dan perilaku yang

dapat diprediksi terjadi seiring waktu. Setiap orang mengalami proses penuaan

dan penuaan adalah periode terakhir dari kehidupan seseorang.

Perkembangan akhirnya ditandai dengan penurunan fungsi kekebalan tubuh,

termasuk penurunan sistem kardiovaskular (Silwanah et al., 2020).

Salah satu Tekanan darah tinggi adalah salah satu masalah yang

dihadapi orang tua ketika fungsi kardiovaskular mereka menurun. Tekanan

darah tinggi pada lansia merupakan proses alami yang ditandai dengan

kemunduran fisik. Sejumlah kecil pasien yang menerima pengobatan

hipertensi untuk hipertensi tanpa gejala khas dapat diobati dengan obat

peringatan dini. Hipertensi saat ini menjadi penyebab kematian ketiga di

Indonesia setelah stroke dan tuberkulosis (Silwanah et al., 2020). Organisasi


20

Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 menurut

(Widyastuti et al, 2015) yaitu :

a. Lansia pertengahan (middleage) lansia golongan ini berusia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) golongan ini berusia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) golongan ini berusia 75-90 tahun

d. lanjut usia sangat tua (very old) golongan ini berusia diatas 90tahun.

2. Tipe-Tipe Lansia

Menurut Nugroho (2000) tipe lansia tergantung dari karakter, ekonomi,

kondisi fisik, mental, pengalaman hidup, sosial dan lingkungannya. Tipe-tipe

lansia bisa dijabarkan seperti berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan

zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,

dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak

menuntut.

d. Tipe pasrah
21

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agaman, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

Selain itu tipe lansia yaitu tipe konstruktif, tipe optimis, tipe dependen

(ketergantungan), tipe militan dan serius, tipe devensif (bertahan), tipe putus

asa (benci terhadap dirinya) serta tipe pemarah/frustasi (kekecewaan karena

gagal dalam melakukan sesuatu).

Sedangkan jika dilihat dari tingkat kemandiriannya berdasarkan

kemampuan dalam melakukan aktivitas kesehariannya (Indeks kemandirian

Katz), para lansia bisa digolongkan beberapa tipe, yaitu lansia mandiri

sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia

mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan

sosial, lansia di panti werdha, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia

dengan gangguan mental (Maryam, dkk, 2008).

3. Proses Menua

Proses menua merupakan proses untuk mempertahankan kemampuan

jaringan yang ada pada tubuh sehingga dapat memperbaiki kerusakan yang

ada pada tubuh dan lebih baik. Proses menua merupakan suatu gabungan

secara progresif dengan perubhan fisiologi pada tubuh secara

langsung dalam berjalannya waktu, sehingga proses menua dapat

memungkinkan untuk meningkatkan suatu penyakit dan bisa menyebabkan


22

kematian. Terakhir, prose menua menyebabkan terjadinya anatomis menjadi

menurun maka seluler karena akumulasi metabolisme yang ada di dalam

sel. Karena sitotoksisitas metabolit yang terakumulasi, bentuk dan komposisi

sel itu sendiri berubah selama perkembangan (Azizah, 2011).

4. Akibat Proses Menua

Akibat dari proses penuaan dapat menyebabkan suatu perubahan

pada lansia. perubahan akibat penuaan meliputi aspek anatomi dan fisiologis,

sosial dan lingkungan. perubahan anatomi dan fisiologis menurut (Azizah,

2011) antara lain :

a. Penglihatan yaitu penglihatan yang sering terjadi kemunduran pada jaringan

yang ada di lensa mata, pupil dan retina yang bisa menjadi menurunnya

kemampuan untuk melihat yang bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti

katarak dan glaukoma. Pada bentuk kelopak mata lembung dibandingkan

dengan bola mata cekung dikarenakan adanya penyusutan lemak

b. Pendengaran sering kali terjadi permasalahan pada fisiologis yang akan

berdampak pada kehidupan sosial lansia.

c. Kulit adalah sesuatu lapisan terluar yang ada dibagian tubuh biasanya pada

dibagian tubuh seseorang. kulit sebagai pelindung suatu jaringan-jaringan

didalam tubuh saat terjadinya proses menua kulit terlihat mengkerut dan

cenderung mulai kaku.

d. Sistem muskuloskeletal dapat berubah seiiring berjalannya waktu karena

adanya proses menua. Agar tidak terjadi perubahan maka dilakukanyya


23

olahraga secara teratur agar tidak mengalami kehilangan massa otot dan

tulang pada lansia.

e. Sistem kardiovaskuler dapat berubah karena disebabkan proses menua hingga

terjadinya pengecilan pada jantung, penebalan pada katub jantung,

menurunnya kemampuan untuk memompa darah.

f. Sistem pencernaan dapat berubah karena penurunan fungsi sensitifitas saraf

indera pengecap, gerakan peristaltik esofagus dan asam lambung dan

penurunan kekuatan otot rahang maka bisa berdampak pada penurunan nafsu

makan dan penurunan sekresi pankreatik yang biasanya terjadi sekitar usia

40 tahun ke atas. Pada lansia seringnya terjadi konstipasi dikarenakan

memampuan peristaltik mulai menurun.

g. Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan seperti proses menua yang

dapat menimbulkan perubahan secara signifikan pada sistem perkemihan.


24

E. KERANGKA KONSEPTUAL

Berdasarkan tinjaun diatas, maka kerangka konseptuan sebagai berikut:

Lansia:
Aktifitas fisik

Stimulus yang di
dapatkan : Faktor – faktor yang mempengaruhi
aktivitas fisik (Harrison, dkk, 2018,
1. Adanya Indarwati, dkk. 2019) :
perubahan 1. Faktor dalam diri 3. Pekerjaan
jantung 2. Kesejahteraan 4. Faktor Fisik
menjadi 5. Faktor fisik
6. Faktor pengetahuan
mengecil
7. Faktor pendidikan
2. Berkurangnya
kemampuan
untuk
memompa
darah Faktor-faktor
3. Berkurangnya yang mempengaruhi proses
kekuatan menua:
kontraksi otot 1. Hereditas atau genetik
2. Nutrisi/makanan
jantung
3. Status kesehatan
4. Adanya 4. Pengalaman hidup
penurunan 5. Terpapar sinar matahari:
massa otot 6. Lingkungan
7. Stres

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Hastuti, 2022), (Susanti & Khalisoh, 2018), (Harun, 2018),


(Makawekes, Suling & Kallo, 2020), (Faruni,Rahmawati &
Meliianti, 2019), dkk.
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan

Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten Aceh Utara

Variavel independen Variabel dependen

Aktifitas Fisik Tekanan Darah Pada Lansia

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

B. Variabel Penelitian

Variabel ini dibagi menjadi dua variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen:

1. Variabel independen (Bebas)

Variabel indenpenden adalah varibel yang dapat mempengaruhi variabel

lainnya, apabila variabel indenpenden berubah maka dapat dapat

mneyebabkan variabel lain berubah. Nama lain dari variabel indenpenden

atau variabel bebas adalah prediktor, risiko, determina, kausa (Masturo &

Anggi, 2018). Variabel independen dalam penelitin ini adalah aktifitas fisik

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel

independen, artinya varibel dependen berubah karena disebabkan oleh

25
26

perubahan pasa variabel independen (Mastura & Anggi, 2018). Varibel

dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

N Variabel Definisi Cara Ukur Skala Hasil Ukur


O Operasional
1. Aktifitas Aktivitas Membagikan Internal 1. >12=
Fisik fisik adalah konsioner
melakukan Aktifitas
Pysical
pergerakan
Fisik
anggota Activities
tubuh yang Scale For Kurang
menyebabka
The Elderly
n 2. ≥12=
pengeluaran (PASE)
tenaga yang Aktifitas
sangat
Fisik Baik
penting bagi
pemeliharaan
kesehatan
fisik
2. Tekanan Kondisi Menggunaka Internal
Darah dimana n buku state
Pada lansia data 100 orang
Lansia menghadapi sekunder
perasaan
risau,takut
serta
kecemasan
27

D. Hipotesis

H0 : Tidak ada Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten

Aceh Utara

Ha : Ada Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten

Aceh Utara.

E. Metode Pengukuran Variabel

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

tentang keluhan yang dirasakan oleh penderita dan data tekanan darahnya.

Semua data berpasangan untuk data pretest dan posttest. Data keluhan

dikumpulkan lewat anamnesa, sedangkan data tekanan darah menggunakan

sphygmomanometer dan stetoskop data mengenai aktivitas fisik dikumpulkan

dengan cara meminta masyarakat mengisi kuesioner pengisian berupa

aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari disertai dengan alokasi waktu

untuk melakukan aktivitas tersebut. (Ega A. Da Costa). dkk, 2017

1. Metode Pengukuran Aktifitas Fisik

Metode pengukuran aktif

itas fisik adalah Physical Activity Ratio (PAR) menggunakan

Sphygmomanometer lansia yang sudah hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Baktiya Kab. Aceh Utara.

a. Kuesioner Physical Activities Scala for the Elderly (PASE)


28

Cara Pengukuran Berdasarkan Nafidah (2014) menyatakan bahwa kuesioner

Physical Activities Scalafor the Elderly (PASE) diisi berdasarkan aktivitas

fisik yang dilakukan lansia selama 7 hari terakhir dengan memberikan

tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi lansia. Yaitu jawaban

responden menggunakan rentang skala 0 sampai 3, yaitu 0 (tidak pernah), 1

(jarang), 2 (kadang-kadang) dan 3 (sering). Penentuan jawaban kuesioner

menggunakan nilai mean sebagai cut of point.

2. Metode Pengukuran Tekanan Darah Pada Lansia

a. Spygmomanometer Manual dan Stetoskop

1. Cara Pengukuran Berdasarkan Susilo (2013) prosedur pengukuran

tekanan darah menggunakan sphygmomanometer manual yaitu :

a. Responden dalam posisi duduk dengan keadaan rileks dan tenang

sekitar 5 menit.

b. Pemeriksa menjelaskan manfaat dari rileks, agar nilai tekanan darah

saat pengukuran mendapatkan nilai yang stabil.

c. Manset diletakkan pada salah satu lengan dengan jarak sisi manset

paling bawah 2,5 cm dari siku dan direkatkan dengan baik dan benar.

d. Tangan responden diposisikan diatas meja atau posisi santai,

kemudian telapak tangan terbuka keatas dan sejajar dengan jantung.

e. Lengan yang terpasang manset harus bebas dari lapisan apapun.

f. Nadi kemudian diraba pada lipatan tangan, kemudian dipompa alat

hingga denyut nadi tidak teraba kemudian dipompa lagi sampai

tekanan meningkat 30 mmHg.


29

g. Stetoskop diletakkan pada perabaan denyut nadi, kemudian pompaan

dilepaskan secara perlahan-lahan dan dengarkan bunyi denyut nadi.

h. Tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika denyut nadi yang

pertama kali terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi

denyut tidak terdengar atau redup, kemudian menulis hasil nya

dikertas.

i. Pengukukuran sebaiknya dilakukan dalam 2 kali dengan selang waktu

2 menit.

j. Jika terdapat perbedaan hasil pengukuran sebesar 10 mmHg atau

lebih, maka dilakukan pengukuran ke 3.

k. Apabila responden tidak mampu untuk duduk, pengukuran dapat

dilakukan dengan posisi berbaring dan catat kondisi tersebut dilembar

catatan.
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Rangcangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan desain

rancangan cross sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan

pengukuraan atau pengamatan variabel independen dan variabel dependen

saat bersamaan (Hidayat, 2012). Pada penelitian ini peneliti ingin melihat

Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten Aceh Utara.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan direncanakan di Puskesmas Baktiya Kab. Aceh Utara

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan Juni sampai

dengan bulan Juli Tahun 2023

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Notoadmodjo, 2010). Elemen populasi ini biasanya merupakan

satuan analisis dalam penelitian. Populasi merupakan himpunan semua hal

yang ingin diketahui (Mastur & Anggi, 2018). Populasi penelitian ini adalah

seluruh lansia yang ada di Puskesmas Baktiya Kab. Aceh Utara sebanyak 530

orang.

31
32

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakterikstik yang dimiliki oleh populasi (Iskandar, 2007). Jumlah

sampel dalam penelitian adalah sebanyak 100 responden. Penelitian ini

menggunakan Teknik pengambilan Total sampling dengan pendekatan sampel

random sampling yaitu teknik penetapan sampel ini dengan cara memilih

sampel diantara populasi yang sesuai dengan kriteria (Nursalam,2017).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang termasuk dalam

populasi, dimana dalam penentuan sampel, peneliti menggunakan rumus

Slovin:

n=

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikan

Berdasarkan populasi maka dilakukan perhitungan:

n=
,
n=
,
n=
,
n= 1,0025

Maka jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang lansia.


33

D. Etika Penelitian

Penelitian kesehatan umum dan penelitian kesehatan masyarakat pada

khususnya menggnakan manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi dan sisi

lain manusia sebagai peneliti. Hal ini berarti bahwa ada hubungan timbal balik

antara orang sebagai peneliti dan orang yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Maka dari itu sebagai peneliti harus memahami prinsip-prinsip dari etika

penelitian dengan mengutamakan hak-hak responden yang akan digunakan

sebagai subjek penelitian sehingga nantinya tidak ada hal-hal yang dapat

merugikan baik itu pihak responden maupun peneliti.

1. Autonomy or human dignity

Privacy adalah hak setiap orang, semua orang mempunyai hak untuk

meperoleh kebebasan pribadi (Notoatmodjo, 2010). Responden sebagai subjek

penelitian tidak boleh dipaksakan kehendaknya. Peneliti memberikan

kebebasan sepenuhnya kepada calon responden untuk memilih apakah bersedia

atau tidak menjadi responden. Apabila calon responden tidak bersedia maka

pengambilan data tidak akan dilakukan.

2. Confidentiality

Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya sendiri,

tetapi karena peneliti memerlukan informasi tersebut maka kerahasiaan

informasi perlu dijamin oleh peneliti. Nama responden tidak perlu

dicantumkan, cukup dengan memberi kode responden dengan inisial nama atau

dengan nomor kode responden (Notoatmodjo, 2010).

3. Justice
34

Peneliti tidak boleh membeda-bedakan responden berdasarkan usia,

agama, ras, status, sosial ekonomi, politik maupun atribut lainnya dan

dilakukan secara adil dan merata (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini peneliti

memberikan perlakuan yang sama kepada responden.

4. Beneficience and non maleficience

Penelitian hendaknya berprinsip pada askep manfaat sehingga dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Hidayat, 2007). Dalam penelitian

ini manfaat yang dapat diberikan adalah apakah aktifitas fisik berpengaruh

terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi primer.

E. Kriteria Sampel

Sampel penelitian yang diambil adalah responden yang mempunyai yang

menderita tekanan darah dan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Lansia yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kab. Aceh Utara

2. Bersedia menjadi responden

3. Bisa berkomunikasi yang baik

F. Pengumpulan Data Dan Analisa Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang masih murni yang di dapat dari

lapangan secara langsung dan memerlukan pengelolaan lebih lanjut agar


35

memiliki arti. Data yang diperoleh secara langsung dari sumber utama yaitu

responden yang berobat di Pukesmas Baktiya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dengan

mempelajari berbagai tulisan atau literatur berupa buku, jurnal, majalah, serta

situs internet yang mendukung penelitian ini.

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa

bivariat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian

ini penulis menganalisa data secara univariat yaitu analisis yang hanya

meliputi satu variabel yang disajikan dalam bentuk perhitungan mean, standar

deviasi, nilai minimal dan maksimal hasil yang akan digunakan sebagai tolak

ukur dalam pembahasan dan kesimpulan Analisa bivariat digunakan untuk

meliihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Analisa bivariat akan menggunakan uji Chi-Square ( X2 ) dengan

menggunakan tingkat kepercayaan 95%.

a. Analisa Data Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umunya dalam analisa ini hanya

menghasilkan distrubisi dan prosentanse dari setiap variabel (Notoatmodjo,

2012).

Rumus Distribusi Frekuensi


36

= f x 100%

Keterangan :

p : Presentase

f : Frekuensi

n : Jumlah responden yang menjadi sampel

b. Analisa Data Bivariat

Analisis biavariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,2012).Uji statistik

menguji ada tidaknya atau hubungan lama menderita hipertensi dengan tingkat

kecemasan,dikarenakan variabel-variabel dalam penelitian ini berskala ordinal

maka analisa ini digunakan dengan menggunakan uji statistik rank spearman,

yang digunakan untuk menentukan hubungan dua variabel yang memiliki skala

ordinal yang kemudian dibandingkan dengan :

Jika value ≤ α (0,05) berati ada hubungan antara aktifitas fisik dengan tekanan

darah pada lansia.

Jika value > α (0,05) tidak ada hubungan antara akifitas fisik dengan tekanan

darah pada lansia.

Rumus Chi-Square:

=∑

Keterangan:

∶ Chin Square

∶ Frekuensi Observasi
37

∶ Frekuensi yang diharapkan


DAFTAR PUSTAKA

Aliftitah, & Oktavianisya, (2020). Pengaruh Jalan Kaki 30 Menit Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Sistolik Pada Kelompok Lansia Di Desa Errabu. Jurnal Kesehatan

Mesencephalon.

Anggunadi, A., & Sutarina, N. (2017). Manfaat Accelerometer Dalam

Pengukuran Aktivitas Fisik. Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi).

Amaliyah, Ayu(2021). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Sehari-Hari Dengan

Keseimbangan Tekanan Darah Pada Lansia. Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Darah, T., Di, L., Sosial, P., Werdha, T., Sejahtera, B., Bina, D. A. N., Budi, L., Kota, L.,

& Selatan, K. (2016). Gizi indonesia. 39(1), 37–48.

GA Mudamakin, Aryana, & Suastika, (2018). Risiko hipotensi ortostatik pada pasien

geriatri dengan hipertensi di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten

Singaraja, Propinsi Bali. Medicina.

Mustofa, dkk. (2021). Pengaruh Konsumsi Buah Pisang Ambon (Musa Pardiaca) Terhadap

Tekanan Darah Pada Lansia Dengna Hipertensi Di Wilayah Kerja Pukesmas

Kibang Budi Jaya Kecamatan Lambu Kibang Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Jurnal Medika Malahayati, Volume 5. Nomor 1.

Makawekes, Suling & Kallo. (2020). Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Tekanan Darah

Pada Usia Lanjut 60-74 Tahun. Jurnal Keperawatan (Jkp). Volume 8 Nomor 1

Nurman Muhammad.,et all (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah

Pada Lansia Hipertensi Di Desa Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas

Kampar Timur. (Jurnal).

Https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v6i1.186
Herdiani Novera, (2021). Pengaruh Aktivitas Fisik Dan Obesitas Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Klampis Ngasem Kota Surabaya

Kirana.W&Litaqia, (2019) Buku Panduan Self Positive dalamPenurunan Tingkat

Kecemasan dan Stres Garda Terdepan Penanganan COVID-19.

Khairani.I(2016).Pengaruh earning per share (EPS) dan pre share terhadap harga saham

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Jurnal

Manajemen Dan Keuangan,Volume 5,No 1

Yunita, M.Marlina, Nasution, (2021).Pengaruh konsumsi Buah Pisang Ambon(Musa

Paradisiaca)Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Samudra Aceh Utara 2022. Jurnal Ilmiah Mahasiswa.Volume

1,No 1
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepda Yth:
Saudara Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : RAUZATUL RIZKA


NIM : 19010666

Saya adalah mahasiswa Universitas Bumi Persada Lhokseumawe. Penelitian ini


dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Sarjana Keperawatan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan
Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Baktiya Kabupaten Aceh Utara. Saya
mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk memberikan jawabaan atau tanggapan
tanpa dipengaruhi oleh orang lain.Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan
identitas bapak/ibu.Informasi yang diberikan hanya digunakan untuk
pengembangan Ilmu Keparawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian
atau menolak tanpa sangsi apapun. Jika ibu bersedia menjadi anggota penelitian
ini silahkan mendatagani kolom dibawah ini.
Tanda tangan :
Hari / Tanggal : No responden
Matang Kumbang, 27 Februari 2023
Peneliti

RAUZATUL RIZKA
19010666
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Alamat :

Sehubungan diadakan penelitian tentang “Hubungan Aktifitas Fisik Dengan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Baktiya Kabupaten Aceh Utara”. Dan membantu pelaksanaan penelitian ini
secara aktif dengan melibatkan diri sebagai responden.Saya juga tidak menuntut
kapanpun dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi dalampenelitian ini.
Dengan pertanyaan menjadi responden ini saya buat dengan sadar dan
sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun agar dapat digunakan
seperlunya.

Aceh Utara,........................2023
Yang membuat pertanyaan

(..........................................)
Lampira 3

KUESIONER TEKANAN DARAH

Kode responden:

Petunjuk Pengisian :

1. Beritahukan kepada responden bahwa pertanyaan – pertanyaan dibawah ini


berhubungan dengan kebiasaan tidur responden selama satu bulan terakhir.
2. Beritahukan kepada responden bahwa jawaban yang responden berikan harus
menunjukkan jawaban yang paling tepat pada sebagian besar kejadian di siang dan
malam satu bulan terakhir.
3. Pilihlah salah satu dari empat alternatif jawaban dengan cara (√ ) apabila:
(TP) = Tidak Pernah (apabila sama sekali anda tidak melakukan tindakan tersebut pada
kehidupan sehari hari)
(J) = Jarang ( apabila pernyataan tersebut lebih banyak tidak dilakukan dari pada
melakukan atau apabila anda melakukan kegiatan tersebut 1-2 kali seminggu).
(SR) = Sering ( apabila pernyataan tersebut lebih banyak melakukan dari pada tidak
dilakukan atau apabila anda melakukan kegiatan tersebut 4-5 kali seminggu)
(S) = Selalu ( apabila pernyataan tersebut selalu dilakukan pada kegiatan sehari – hari.

No Pernyataan TP J SR S

1. Apakah Bapak/Ibu makan makanan


gorengan < 3 dalam seminggu?

2. Hipertensi dapat menyebabkan stroke

3. Hipertensi dapat disebabkan oleh


keturunan

4. Merokok merupakan salah satu faktor


penyebab hipertensi
5. Gejala yang ditemui pada penderita
hipertensi adalah sakit kepala, rasa
berat ditengkuk dan mudah marah
6. Konsumsi alkohol dan kopi yang berlebih
dapat menyebabkan hipertensi
7. Makan buah, sayur, dan produk susu yang
rendah lemak merupakan makanan
yang dianjurkan pada penderita
8. hipertensi
Apakah Bapak/Ibu makan buah-buahan <
3 dalam seminggu?
9. Makanan yang asin dapat menyebabkan
hipertensi
10. Apakah Bapak/Ibu mengalami susah tidur
< 2 kali dalam seminggu?
Lampiran 4

KUESIONER AKTIFITAS FISIK

Kode Responden :

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah dengan teliti dan cermat setiap pertanyaan dalam kuesioner ini

2. Mohon dengan hormat untuk mengisi semua pertanyaan sesuai dengan keadaan anda yang

sebenarnya dan tidak mengkosongkannya. Apabila anda kurang paham memahami isi

pertanyaan anda bisa bertanya kepada peneliti

3. Pilihlah salah satu dari empat alternatif jawaban dengan cara (√ ) pada kolom sesuai

dengan kondisi anda.

Pertanyaan:

a. Nama (inisial) :

b. Tanggal ;

c. Pendidikan : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA

SD ( ) ( ) NKNPerguruan Tinggi

SMP ( )

d. Pekerjaan : ( ) Tidak Bekerja ( ) PNS

( ) Petani ( ) TNI/Polri

( ) Wiraswasta ( ) Lain lain

( ) Karyawan swasta
INDEKS KERJA SKOR PER HARI
Dalam seminggu apa yang biasa
Bapak/Ibu lakukan saat jam istirahat
sering duduk?
1. Tidak Pernah
1 ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Dalam seminggu berapa kali
Bapak/Ibu melakukan aktifitas fisik
dalam setiap harinya?
1. Tidak Pernah
2 ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Berapa kali dalam seminggu
Bapak/Ibu berjalan kaki atau
bersepeda?
1. Tidak Pernah
3 ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Berapa Lama Dalam Satu Hari
Biasanya Bapak/Ibu Melakukan
Aktifitas Fisik?
1. Tidak Pernah
4 ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Diusia Bapak/Ibu aktifitas apa yang
sering dilakukan?
1. Tidak Pernah
5 2. Jarang ( ) ( ) ( )
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
INDEKS OLAHRAGA SKOR PER HARI
Apakah Ibu/Bapak Biasa Olahraga?
1. Tidak Pernah
2. Jarang
1 ( ) ( ) ( )
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Berapa kali dalam seminggu
Bapak/Ibu melakukan olahraga?
1. Tidak Pernah
2 2. Jarang ( ) ( ) ( )
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Berapa menit biasanya Bapak/Ibu
dalam sehari melakukan olahraga?
1. 5 Menit
3 2. 10 Menit ( ) ( ) ( )
3. 15 Menit
4. 20 Menit
5. 25 Menit
Dalam seminggu seberapa sering
Bapak/Ibu melakukan latihan
khusus untuk meningkatkan
kekebalan pada tubuh?
4 1. Tidak Pernah ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering
Seberapa lama Bapak/Ibu
melakukan aktifitas olahraga ringan
atau rekreasi?
1. Tidak Pernah
5 ( ) ( ) ( )
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Sangat Sering

Anda mungkin juga menyukai