Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah sekelompok orang yang mengalami proses
perubahan pada dirinya secara bertahap dan dalam waktu tertentu. Menua
bukanlah suatu penyakit menua atau aging merupakan proses yang memang
terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif yang seiring waktu
terjadi perubahan dan menyebabkan disfungsi organ kemudian menyebabkan
kegagalan organ atau sistem tubuh tertentu (Saputri,2019). Hipertensi
merupakan salah satu penyakit yang sering muncul di kehidupan masyarakat,
dan secara umum penyakit ini sangat berisiko, karena dapat menimbulkan
komplikasi penyakit pada kelompok lanjut usia. Dewasa menengah juga
memiliki risiko untuk terkena hipertensi yang disebabkan oleh beberapa
faktor. (Sumartini, Zulkifli, & Adhitya, 2019). Hipertensi banyak dijumpai
pada kelompok lansia atau lanjut usia (Shanty, 2014). Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada lansia diantaranya, pola
makan, psikologis, kebiasaan sehari-hari dan kualitas tidur, namun yang
sering terjadi pada lansia penyebabnya dikarenakan faktor psikologis seperti
depresi, cemas dan stress (Windani et al, 2019).
Stres merupakan pengalaman yang subjektif, sehingga setiap individu
dapat memiliki respon yang berbeda-beda terhadap stres. Stres adalah suatu
keadaan yang muncul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang
diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres juga mampu memicu
peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi di karenakan dampak
yang di timbulkan akibat stres yang tidak dapat di kendalikan dengan baik.
Stres dapat berdampak secara fisik maupun psikologis. Stres yang dialami
oleh individu biasanya disertai dengan ketegangan emosi dan ketegangan
fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan. Stres terjadi karena adanya
tekanan dari lingkungan terhadap seseorang sehingga merangsang reaksi
tubuh dan psikis. (Ramdani et al., 2017).
Menurut Badan Pusat Statistik (2012) prevalensi kejadian stres di
Indonesia mencapai 8,34%. Di jawa timur jumlah kejadian stres sebanyak
7,18 %, dari penelitian yang di lakukan oleh (Eko Mulyadi, 2015) mengenai
tingkat stres pada lansia di bangkalan madura menunjukkan (45,6%) lansia
mengalami stres. Stres menjadi salah satu problem ganggguan mental yang
sering terjadi pada lanjut usia (Pratiwi, 2016).
Menurut data Depsos RI (2014). Menunjukkan bahwa jumlah lansia di
indonesia diperkirakan akan mencapai 9,77% atau sejumlah 23,9 juta jiwa
pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau
sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hasil Riskesdas (Riset kesehatan
dasar) tahun 2013, menunjukkan bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahun
dan usia lebih dari 54 atau lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok
hipertensi. Resiko hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia
dan kelompok usia >75 tahun beresiko 1,53 kali terserang hipertensi.
Berdasarkan gender, pasien yang menderita penyakit hipertensi lebih banyak
dialami oleh wanita (64,3%) daripada pria (35.7%). Prevalensi penyakit
hipertensi pada kelompok usia produktif cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, namun sebagian besar terjadi pada kelompok lansia (Tarigan et al.,
2018).
Hingga saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup
besar untuk tetap diatasi. WHO (World Health Organization) menyebutkan
bahwa Di seluruh dunia kenaikan tekanan darah diperkirakan 9,4 juta
mortalitas serta memberikan tambahan 57 juta disability adjusted life years.
Kisaran 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia menderita tekanan
darah tinggi, angka ini bisa saja naik sampai 29,2% pada tahun 2025, dari 972
juta penderita tekanan darah tinggi, 333 juta terdapat pada negara maju lalu
639 sisanya ada pada negara berkembang, tak terkecuali Indonesia (Yonata,
2016). Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7% dari
total 1,7 juta kematian di Indonesia tahun 2016. Kasus hipertensi di Asia
sekitar 1,5 juta orang per tahun tetapi hanya sekitar 4% hipertensi yang dapat
dikendalikan. Di indonesia penderita hipertensi cukup tinggi yaitu, 32% dari
masyarakat penduduk dunia, di Indonesia sendiri hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur. Dari hasil riskesdas tahun 2018, angka
kejadian hipertensi di Indonesia sebesar 34.1%. Angka ini meningkat cukup
tinggi dibandingkan hasil riskesdas tahun 2013, Prevalensi hipertensi
mengalami peningkatan yang signifikan pada pasien berusia 60 tahun ke atas.
(Anitasari, 2019).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem
peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas
nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2016). Menurut Sani
dalam Jafar (2014) mengatakan bahwa hipertensi adalah istilah medis untuk
penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia. Hipertensi
merupakan penyebab kematian utama melalui proses terjadinya stroke,
kematian jaringan otot jantung dan kegagalan fungsi ginjal. Penyakit
hipertensi terjadi karena dua faktor yaitu karna faktor eksternal (lingkungan)
atau faktor yang dapat diubah meliputi kelebihan berat badan, kebiasaan
merokok, minuman keras atau alkohol dan kurangnya aktivitas untuk
berolahraga. Sedangkan faktor internal atau yang tidak bisa diubah seperti
genetik (keturunan), usia, gender, ras, dan stres. Lansia yang mengalami stres
salah satu penyebabnya adalah kondisi mental, kesehtan yang menurun dan
keadaan baik ekonomi maupun sosial yang rendah. Stres dapat memicu
hormon adrenalin sehingga memompa jantung lebih cepat mengakibatkan
tekanan darah meningkat. Apabila stres pada penderita hipertensi berlangsung
terus menerus dan tidak dapat diatasi dengan baik akan memicu komplikasi
yang lain. Komplikasi atau dampak yang timbul akibat hipertensi yaitu
penyakit jantung, infark jantung, stroke dan gagal ginjal, komplikasi dari
hipertensi tersebut dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi.
(Kurniawan & Sulaiman, 2019).
Stress merupakan realitas kehidupan setiap hari, stress adalah setiap
perubahan yang memerlukan penyesuaian. Pengalaman stress berasal dari tiga
sumber yaitu lingkungan, tubuh, dan pikiran. Lingkungan yang bersahabat
menuntut untuk menyesuaikan diri. Dimana seseorang diharuskan beradaptasi
dengan cuaca, suara, kepadatan, tuntutan interpersonal, tekanan waktu,
standar penampilan, dan berbagai ancaman rasa aman dan harga diri. Sumber
stress yang kedua adalah fisiologis, pertumbuhan yang cepat pada remaja,
menopause pada wanita, proses menua, penyakit, kecelakaan, kurangnya
latihan (gerak badan), nutrisi yang buruk, dan gangguan tidur, semuanya
membebani tubuh. Reaksi seseorang pada ancaman dan perubahan
lingkungan juga menyebabkan perubahan dalam tubuh yang menyebabkan
keadaan stress. Sumber stress yang ketiga adalah pikiran, otak menafsirkan
dan menterjemahkan perubahan yang kompleks pada lingkungan dan
menetapkan kapan menekan tombol panik. Cara seseorang menafsirkan,
mempersepsikan pengalaman saat ini dan apa yang seseorang perkirakan pada
masa yang akan datang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress.
Pada saat pandemi Covid-19 seperti ini bagi penderita hipertensi akan
sangat beresiko untuk mengalami kenaikan tekanan darah. Kondisi pandemi
Covid-19 menyebabkan sebagian orang merasa khawatir atau takut yang
berlebihan dan berpikir yang tidak masuk akal. Tidak jarang mereka memiliki
kecurigaan dan prasangka pada orang yang memiliki tanda-tanda penderita
Covid-19. Dampak positif yang terjadi karena Covid-19 antara lain
masyarakat lebih memperhatikan kesehatan, hubungan keluarga yang
semakin dekat, munculnya aktivitas-aktivitas baru yang produktif dan hemat,
meningkatnya literasi pemanfaatan IT, dan lainnya. Sementara dampak
negatif yang sangat dirasakan oleh masyarakat antara lain terbatasnya
aktivitas, berkurangnya perputaran ekonomi masyarakat. Dampak negatif
yang di timbulkan akibat Covid-19 akan sangat mungkin menimbulkan stress
jika kekhawatiran dan ketakutan yang di alami tidak dapat di atasi atau di
kendalikan dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yulistina et al., 2017)
mengatakan bahwa apabila tingkat stress semakin merajalela maka resiko
untuk memperoleh hipertensi semakin naik. Hipertensi dapat dikontrol
dengan menjaga tekanan darah agar tetap dalam batas normal sehingga dapat
mengurangi komplikasi terhadap organ lain pada anggota tubuh yang dapat
membahayakan dan mengancam nyawa seseorang dan umumnya penyakit
hipertensi tidak dapat disembuhkan. Penyakit hipertensi dapat di kontrol
dengan cara pola hidup yang sehat, hindari faktor yang dapat memicu
terjadinya tekanan darah meningkat, dan mengendalikan stres. (Ulya &
Iskandar, 2017). Pengendalian stres atau manajemen stres sangat berpengaruh
bagi kenaikan tekanan darah, oleh sebab itu pentingnya memanajemen stres
untuk menangani stres secara tepat dan baik. Manajemen stres merupakan
suatu program untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana
bertujuan untuk mengenal pnyebab stres dan mengetahui tekhnik-tekhnik
pengelolahan stres sehingga orang akan lebih baik dalam menangani stres
(Greenberg, 2011). Stress bisa dialami oleh semua kalangan termasuk lansia.
Stres yang tidak dapat di atasi dengan baik akan mengakibatkan kenaikan
tekanan darah pada penderita hipertensi khususnya lansia. Berdasarkan latar
belakang permasalahan di atas peniliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh manajemen stres terhadap lansia penderita hipertensi pada
saat pandemi covid-19.
B. Batasan Masalah
Hipertensi atau naiknya tekanan darah pada lansia dapat terjadi akibat
beberapa faktor diantaranya, pola makan, psikologis, kebiasaan sehari-hari
dan kualitas tidur, namun yang sering terjadi pada lansia penyebabnya
dikarenakan faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stress. Peneliti hanya
memfokuskan pada hipertensi yang di sebabkan oleh stres atau penderita
tidak dapat mengendalikan stres.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumuskan masalah dalam
penelitian ini “Adakah pengaruh edukasi manajemen stres pada tekanan darah
lansia penderita hipertensi pada saat pandemi Covid-19 di Desa Langkap
Kecamatan Burneh Kabupaten Bangkalan” ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh edukasi manajemen stres pada tekanan darah
lansia penderita hipertensi pada saat pandemi covid-19.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sebelum di
berikan edukasi atau pendidikan kesehatan tentang manajemen stres
b. Mengetahui tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sesudah di
berikan edukasi atau pendidikan kesehatan tentang manajemen stres
c. Menganalisa pengaruh pemberian edukasi manajemen stres terhadap
tekanan darah lansia penderita hipertensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Manfaat yang bisa di peroleh bagi instansi pendidikan sebagai
tambahan refrensi dan pengembangan penelitian tentang pengaruh edukasi
manajemen stres pada tekanan darah lansia penderita hipertensi pada saat
pandemi covid-19.
2. Bagi Peniliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan
mengenai pencegahan kenaikan tekanan darah bagi penderita hipertensi
dengan cara memberikan edukasi memanajemen stres.
3. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu topik pembahasan
terutama di keperawatan mengenai pencegahan kenaikan tekanan darah
bagi penderita hipertensi.
4. Bagi Perawat
Manfaat penelitian ini bagi perawat sebagai pedoman dalam pemberian
asuhan keperawatan khususnya intervensi pemberian edukasi manajemen
stres untuk penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai