Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah sekelompok orang yang mengalami proses
perubahan pada dirinya secara bertahap dan dalam waktu tertentu. Menua
atau aging merupakan proses yang memang terjadi secara umum pada seluruh
spesies secara progresif yang seiring waktu terjadi perubahan dan
menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan organ atau sistem
tubuh tertentu (Saputri,2019).
Berdasarkan data World Population Prospects, pada tahun 2012
memperlihatkan proyeksi jumlah penduduk dunia dan lansia pada tahun 2013,
2050 dan 2100. Dari 7,2 milyar penduduk terdapat 0,554 milyar jumlah lansia
di negara berkembang pada tahun 2013, untuk tahun 2050 dari 9,6 milyar
penduduk terdapat 1,6 milyar jumlah lansia di negara berkembang dan 10,9
milyar penduduk dengan 2,5 milyar jumlah lansia di negara berkembang pada
tahun 2100. Nampak adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk
dunia dan lansia dari tahun ke tahun (Kemenkes RI, 2014).
Penduduk lanjut usia(lansia) di Indonesia(usia 60 tahun atau lebih)
mencapai 23,66 juta jiwa (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun
2020 mencapai 27,08 juta jiwa dan 2035 mencapai 48,19 juta jiwa.1,2
Pertambahan jumlah penduduk lansia di Indonesia dapat membawa dampak
positif dan negatif. Berdampak positif apabila penduduk lansia dalam
keadaan sehat, aktif, dan produktif, namun berdampak negatif apabila
memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat meningkatnya biaya
pelayanan kesehatan dan disabilitas (Hilarius. 2017).
Jumlah lansia dari tahun ketahun mengalami peningkatan (Kemenkes RI,
2013. Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%,
pada tahun 2006 sebesar 19 juta usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun
2010 mengalami peningkatan menjadi 23,9 jiwa (9,77%) dan pada tahun
2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan harapan uria hidup 71,1
tahun (Depkes, 2012) () (Hilarius, Mariyanto Moa, 2017). Provinsi dengan

1
lansia tertinggi di Indonesia adalah Yogyakarta yaitu 30,20% disusul Jawa
Tengah 11,11%, Jawa Timur 10,96% (BPS,2014) (Hilarius. 2017).
Dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di
Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%) dengan UHH
64,5 tahun, pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%)
dengan UHH 69,43 tahun. Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia
diperkirakan mencapai 28.822.879 jiwa (11,34%) dengan UHH 71,1 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten
dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, 2013).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia
menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak
setelah negara China, Inggris dan kanada yaitu berjumlah 430 juta penderita
gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2012). Persentase dari angka
kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada
beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus
dari 238,452,952 jiwa penduduk (WHO. 2012).
Banyaknya penduduk yang berusia tua atau lansia juga berdampak pada
berbagai aspek kehidupan, karena semakin bertambahnya usia maka fungsi
organ tubuh manusia juga akan mengalami penurunan. Penurunan ini
disebabkan oleh faktor ilmiah maupun faktor penyakit (Kemenkes, 2013).
Adanya penurunan fungsi ini menyebabkan lansia sering mengalami
berbagai gangguan seperti sulit mengingat, merasa cemas, menurunnya
sistem imun, proses degeneratif, masalah pada sendi, mudah marah bahkan
sampai gangguan tidur. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh proses
degeneratif adalah gastritis. Gastritis merupakan gangguan pada lambung
yang menimbulkan rasa tidak enak pada epigastrium, biasanya di ulu hati,
disertai perut kembung, mual bahkan sampai muntah (Maryam, dkk, 2008
dalam Samoele, 2017).
Gastritis adalah inflamasi (peradangan) dari mukosa lambung. Inflamasi
ini mengakibatkan leukosit menuju ke dinding lambung sebagai respon
terjadinya kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi

2
ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan
ketidakteraturan bentuk (iregularitas) mukosa. Gastritis terdiri dari dua tipe
yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan
gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat
penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres
fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit
bile reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi
parasit dan gagal hati atau ginjal (Wibowo, 2014).
Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami
kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan lansia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) menyatakan bahwa
hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Nyeri yang terjadi
sebagai gejala kekambuhan gastritis akan mengganggu kemampuan lansia
dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) sehingga dapat mengganggu
kualitas hidup lansia (Wibowo, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Devinisi Lansia ?
2. Apa Saja Batasan Lansia ?
3. Apa Saja Ciri-Ciri Lansia ?
4. Bagaimana Perubahan Pada Lansia ?
5. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan ?
6. Apa Definisi Gastritis ?
7. Bagaimana Etiologi Gastritis ?
8. Apa Saja Klasifikasi Gastritis ?
9. Bagaimana Patofisiologi Gastritis
10. Apa Saja Manifestasi Klinis Gastritis ?
11. Apa Saja Komplikasi Gastritis ?
12. Bagaimana Penatalaksanaan Gastritis ?
13. Bagaimana Pencegahan Gastritis ?

3
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Devinisi Lansia
2. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Saja Batasan Lansia
3. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Saja Ciri-Ciri Lansia
4. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Perubahan Pada Lansia
5. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Anatomi Fisiologi Sistem
Pencernaan
6. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Definisi Gastritis
7. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Etiologi Gastritis
8. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Saja Klasifikasi Gastritis
9. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Patofisiologi Gastritis
10. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Saja Manifestasi Klinis Gastritis
11. Mahasiswa Mampu Memahami Apa Saja Komplikasi Gastritis
12. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Penatalaksanaan Gastritis
13. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Pencegahan Gastritis

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh (Kholifah, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai
sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Kholifah, 2016).
2.1.2 Batasan Lansia
Menurut WHO (1999) dalam Kholifah (2016) menjelaskan batasan
lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2. Usia tua (old) :75-90 tahun dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun
Selain itu menurut Depkes RI (2005) dalam Kholifah (2016)
menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan
2.1.3 Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam

5
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih
lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang
rendah.
2.1.4 Perubahan Pada Lanjut Usia
Menurut Hutapea (2005) dalam Setianto (2017) mengungkapkan,
perubahanperubahan yang dialami oleh lansia adalah :

6
1. Perubahan fisik
a. Menurunya sistem imunologi sehingga lansia rentan terserang
penyakit
b. Menurunya konsumsi energi diikuti dengan menurunya jumlah
energi yang dikeluarkan
c. Air dalam tubuh menurun secara signifikan dikarena
meningkatnya kematian sel sel didalam tubuh
d. Sistem pecenraan mulai menurun seperti gigi ulai tunggal,
penyerapan lambung kurang efesien, dan gerakan pristaltic usus
yang menurun
e. Perubahan pada sistem metabolik, gangguan metabolisme glukosa
karena sekresi insulin yang menurun
f. Sistem saraf menurun yang mengakibatkan terjadinya penurunan
pada alat panca indra dan respon terhadap sesuatu menurun
g. Perubahan pada sistem pernafasan akibat elastisitas paru paru
menurun menyebabkan lansia sering merasakan sesak nafas dan
tekan darah meningkat
h. Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian,tulang mulai
keropos
2. Perubahhan psikososial Perubahan psikososial menyebabkan rasa
tidak nyaman, takut, merasa penyakit selalu mengancam, sering
bingun, panik dan depresif. Hal ini disebabkan antara lain karena
ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
3. Perubahan emosi dan kepribadian. Setiap ada kesempatan lansia
selalu mengadakan instropeksi diri. Terjadi proses kematanagan
sbahkan terjadi pemeranan gendre yang terbalik. Lansia wanita bisa
menjadi lebih tegar dibandingkan lansia pria, apalagi dalam hal
memperjuangkan hak mereka. Sedangkan pada pria tidak segan
segan memerankan peran yang sering distreotipekan sebagai
pekerjaan waniata, seperti mengasuh cucu, menyiapkans arapan,
membersihkan rumah dan sebagainya

7
2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
2.2.1 Anatomi Pencernaan
Semua makluk hidup memerlukan makanan untuk menghasilkan
energi. Makanan yang dimakan kemudian harus dicerna agar dapat
diserap oleh tubuh. Proses pengelolahan makanan agar makanan dapat
diserap tubuh disebut sebagai proses makanan. Sistem pencernaan
terdiri dari suatu saluran panjang yaitu saluran cerna dimulai dari mulut
sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan seperti kelenjar
liur, hati dan prancreas yang letaknya diluar saluran akan tetapi
menghasilkan sekret yang dicurahkan pada saluran tersebut.
Fungsi dari sistem pencernaan adalah memproses makanan menjadi
zat yang mampu diserap dalam peredaran darah. proses pencernaan
dalam tubuh manusia ada dua yaitu;
1. Pencernaan secara mekanis (gerakan), terjadi dimulut. Makanan
pada mulanya dijadikan bagian yang kecil dengan cara dikunyah
kemudian dihaluskan lebih lanjut oleh asam klorida dan enzim-
enzim yang lain. Seperti pada pencernaan karbohidrat oleh mulut
yangdibantuoleh gigi dan dicampur dengan enzim ptyalin bersama
air ludah.
2. Pencernaan secara kimia yaitu pencernaan makanan secara
kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim
pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan
molekul bahan makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul
yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini
memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut
ke seluruh sel yang membutuhkan
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
antara lain adalah :
1. Mulut
Mulut merupakan rongga pada permulaan saluran cerna terdiri
dari Vestibula yang berada diantara bibir dan gusi serta rongga mulut

8
yang merupakan ruangan yang berada dibagian dalam yang dibatasi
oleh tulang maksila dan semua gigi. Proses yang pertama kali terjadi
di mulut merupakan proses mekanis dan khemis. Proses mekanis
yang terjadi adalah pengunyahan menggunakan otot masater, otot
temporalis, otot pteregoid lateral dan medial dibantu dengan ludah,
gigi dan lidah. Pada cavum oris (rongga mulut) mulai dihaluskan
oleh geligi kita dan enzim Ptyaline yang dihasilkan oleh kelenjar
ludah.kelenjar lidah ada 3 yaitu 1). kelenjar parotis 2). kelenjar
submandibularis, dan 3). kelenjar sublingualis. Fungsi kelenjar
ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama
yang mencerna makanan. Deras aliran saliva diransang oleh adanya
makanan dalam mulut. Saliva merupakan cairan yang bersifat alkali
yang mengandung musin dan ptyalin.
2. Kerongkongan (Esofagus).
Merupakan tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm diatas
dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung di bawah.
Makanan berjalan dalam esophagus karena kerja paristaltic,
lingkaran serabut otot didepan makanan mengendor dan yang
dibelakang makanan berkontraksi sehingga makanan dapat terdorong
ke bawah. 
3. Lambung (Gaster atau Ventrikel).
Lambung merupakan bagian saluran cerna yang memiliki
kapasitas mengembang yang paling banyak. Lambung dapat
menampung 2-3 liter makanan dan cairan. lambung terletak di
tengah epigastrik dan terdiri dari kardia, fundus, corpus dan
pylorus.Fungsi lambung adalah menerima makanan dari esofagus,
menampungnya dan berperan dalam proses pencernaan karbohidrat,
protein dan lemak. Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung
mengeluarkan sekret yaitu cairan pencerna penting yang berupa
getah lambung (HCl). Getah ini adalah cairan yang tidak berwarna,
getah lambung mengandung 0,4% asam klorida yang mengasamkan

9
makanan. Enzim yang berada pada getah lambung terdiri dari pepsin,
rennin dan lipase.
Ventrikulum atau maag atau lambung atau gaster merupakan
saluran makanan yang paling dapat mengembang lebih besar
terutama pada epigastrium Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri
atas :
a. Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke
dalam lambung.
b. Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas terletak
disebelah kiri osteum kardiak biasanya terisi gas.
c. Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum kardiak
lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.
d. Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum
kardiak sampai pilorus.
e. Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui
fundus ventrikuli menuju kekanana sampai pilorus inferior.
f. Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung
mempunyai otot tebal yang membentuk sfingter pilorus
Fungsi Gaster antara lain :
a. Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan , dan
menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah
lambung
b. Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua
makan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida.
c. Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin
d. Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
4. Hati
Adalah kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak dibagian atas
rongga abdomen disebelah kanan dan dibawah diafragma. Fungsi
dihati berkaitan dengan metabolisme dan proses detoktifikasi. Proses
metabolisme yang diperankan oleh hati antara lain sintesis

10
protein,penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen serta proses
pengolahan fraksi-fraksi lemak. Fungsi hati : 
1. Tempat pembentukan empedu,
2. Tempat penyimpanan glikogen
3. Metabolisme lemak,
4. Membentuk protein plasma,
5. Memproses beberapa hormon steroid dan vitamin D,
6. Detoktifikasi.
5. Empedu
Dihasilkan oleh hati,kemudian dibawa ke kantong empedu
untuk dipekatkan. Bila memakan makanan yang mengandung lemak,
empedu akan dikeluarkan untuk membantu proses pencernaan
lemak.
2.2.2 Fisiologi Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai
dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan yaitu :
1. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan

11
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Makanan dipotongpotong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Kelenjar air liur
mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna
polisakarida (amilum) menjadi disakarida. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis (Syaifuddin, 2012).
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara
jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari 3 bagian sebagai berikut :
a. Bagian superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga.
b. Bagian media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut.
Bagian media disebut dengan orofaring. Bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah.

12
c. Bagian inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian inferior disebut dengan laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Sering juga disebut dengan esofagus(dari bahasa Yunani).
Panjang kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Organ ini
berfungsi untuk menghubungkan mulut dengan lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Gerak peristaltik kerongkongan meliputi gerakan
melebar, menyempit, bergelombang, dan meremas-remas agar
makanan terdorong ke lambung. Di kerongkongan, zat makanan
tidak mengalami pencernaan. Esofagus bertemu dengan faring pada
ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), dan bagian inferior (terutama
terdiri dari otot halus) (Syaifuddin, 2012).
4. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan
berbentuk seperti kandang keledai . Lambung dibagi menjadi tiga
daerah, yaitu sebagai berikut :
a. Kardiak, yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat
masuknya makanan dari kerongkongan (esofagus).
b. Fundus, yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai
penampung makanan serta proese pencernaan secara kimiawi
dengan bantuan enzim.
c. Pilorus, yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai
jalan keluar makanan menuju usus halus.

13
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup.
Dalam keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting, yaitu sebagai berikut :
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c. Prekursor pepsin Pepsin merupakan enzim yang memecahkan
protein.
5. Usus Halus (Usus Kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding
usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir
(yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak (Syaifuddin, 2012).
Lapisan usus halus terdiri atas lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang
(muskuluslongitudinal), dan lapisan serosa (sebelah luar). Usus halus

14
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Nama duodenum berasal dari bahasa
Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.Usus dua belas
jari memiliki pH yang normal berkisar sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus
dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari
usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Jejunum diturunkan
dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang
berarti “kosong”. Pada orang dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, di mana 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan
usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara

15
histologis dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia) illeum memiliki panjang
sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu (Syaifuddin, 2012).
6. Usus Besar (Colon)
Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki
tambahan usus yang berupa umbai cacing (appedix). Usus besar
terdiri dari tiga bagian yaitu bagian naik (ascending), mendatar
(tranverse), dan menurun (descending). Pada usus besar tidak terjadi
pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan bantuan
bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di bagian akhir usus besar
terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk membuang sisa
makanan. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare. Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Umbai
cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

16
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung
buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Pada orang dewasa,
Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda, bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang
percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),
sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal
sebagai appendektomi (Syaifuddin, 2012).
7. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami

17
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB (Syaifuddin, 2012).
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.
8. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus
dua belas jari).Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu Asini yang
menghasilkan enzim-enzim pencernaan, dan pulau pankreas
yangmenghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan
ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim
yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat
dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk
yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung (Syaifuddin, 2012).
9. Hati
Hati merupakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati
biasanya dimulai dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk
hati, hepar. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme

18
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Hati juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang
kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang
lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena
porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di
dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses
tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan
zatzat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum (Syaifuddin,
2012).
10. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.Pada manusia,
panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau
gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan
hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu
memiliki 2 fungsi penting yaitumembantu pencernaan dan
penyerapan lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah
tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol (Syaifuddin,
2012).
2.3 Konsep Gastritis
2.3.1 Definisi Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis
atropik kronis (Hardi & Huda Amin, 2015).

19
Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar
gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang
kronis. Selain itu, beberapa bahan yang sering dimakan dapat
menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung (Wijaya &
Putri, 2013).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa
lambung, peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa
lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung
(Sukarmin, 2013).
2.3.2 Etiologi Gastritis
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering timbul akibat diet yang
sembrono.Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau
makan makanan yang terlalu berbumbu,makanan yang mengandung
mikroorganisme (H.pylori) penyebab penyakit.Penyebab lain dari
gastritis akut mencakup alcohol,aspirin,refluks empedu atau terapi
radiasi
Adapun beberapa etiologi yang dapat menimbulkan gastritis antara lain
ialah :
1. Inflamsi bakteri H.pylori
2. Stress Akut
3. Pemakaian Obat AINS dalam jangka waktu yang panjang
4. Penyakit Kroni (La,Sarif .2012)
2.3.3 Klasifikasi Gastritis
Gastritis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian,diantaranya :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan
konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan merusak
mukosa gaster,biasanya disebabkan oleh bumbu ,rempah-rempah,

20
alcohol, obat-obatan, radiasi ,kemoterapi,dan mikroorganisme
infektif (La,Sarif).
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah
mengalami gastritis.Kadang-kadang hemoragis memerlukan
intervensi bedah.Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi
mencapai usus,dapat mengakibatkan kolic dan diare.Biasanya,pasien
sembuh kira-kira sehari,meskipun nafsu makan mungkin menueun
selama 2 atu 3 hari kemudian ( Suddarth,Brunner.2001)
2. Gastritis Kronis
Gastritis ini dibgagi menjadi sua tipe yaitu tipe A dan B.Gastritis
tipe A mampu menghasilkan imun sendiri,tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.Penurunan pada
sekresi gastric mempengaruhi produksi antibody.Anemia pernisiosa
berkembang dengan proses ini.Gastritis tipe B lebih lazim,akan
tetapi tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung (La,Sarif.2012).
2.3.4 Patofisiologi Gastritis
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong,terletak
dibagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga.Lambung orang
dewasa memiliki panjang berkisar 10 inci.Bila lambung dalam keadaan
kosong,maka ia akan melipat seperti sebuah akordion.Ketika lambung
mulai terisi dan mengembang,lipatan-lipatan tersebut secara bertahap
terbuka.Lambung memproses dan menyimpan makanan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil.Ketika makanan masuk ke dalam
esophagus dan lambung (esophageal Sphinter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk melewati lambung.Setelah makanan
masuk ke lambung,sphinter menutup kembali.Dinding lambung terdiri
dari lapisan otot yang kuat.Ketika mkanan berada di lambung,dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut.pada saat yang
sama kelenjar-kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung
mulai mengeluarkan cairan lambung termasuk enzim-enzim dan asam
lambung untuk lebih menghancurkan makanan tersebut (La,Sarif.2012).

21
Suatu komponen cairan lambung adalah asam,asam ini sangat
korosif sehingga pakubesipun dapat larut dalam cairan ini.Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bikarbonat (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari
sifr korosif hidroklorida.Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini
adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding
lambung.Adapun terjadi nya proses gastritis yang biasanya terkena oleh
bakteri,obat-obatan anti nyeri yang berlebihan,infeksi bakteri/virus
makan keseluruhan factor diatas akan merusak epitel-epitel sawar pada
lambung.Ketika asam berdifusi ke mukosa,dengan keadaan epitek
sawar yang dihancurkan tadi maka akan terjadi penghancuran sel
mukosa.Dengan sel mukosa yang hancur ini mengakibatkan fungsi dari
mukosa tidak berfungsi yang akhirnya asam tidak dapat dikontrol
sehingga terjadi peningkatan asam hidroklorida di lambung dan ketika
mengenai dinding lambung akan menimbulkan nyeri lambung/perih
karena dinding lambung mengalami inflamasi (La,Sarif.2012)
Dalam penghancuran sel mukosa oleh asam maka mengakibatkan
peningkatan histamine sehingga meningkatkan permeabilitas terhadap
protein meningkat kemudian plasma mengalami kebocoran di
intestinum maka terjadi odem dan akhirnya plasma bocor kedalam
lambung sehingga terjadi (Hematoresis dan melena).Ketika terjadi
peningkatan asam klorida akan merangsang kolinergik sehingga
potilitas (sekresi) pepsinogen meningkat,yang kemudian akan diubah
menjadi pepsin dan berakibat akan menurun fungsi sawar dan kemudian
terjadi hancurnya vena-vena kecil dan kapiler kemudian terjadi
perdarahan (La,Sarif.2012)
2.3.5 Manifestasi Klinis Gastritis
Adapun tanda dan gejala gastritias antara lain :
1. Nyeri epigastrium hebat,dan nyeri ulu hati.
2. Perdarahan
3. Hematomesis

22
4. Melena
5. Anoreksia
6. Mual,muntah
7. Kembung
8. Rasa asam dimulut
2.3.6 Komplikasi Gastritis
1. Perdarahan saluran cerna
2. Ulkus
3. Perforasi
4. Kanker Lambung (La,Sarif.2012)
2.3.7 Penatalaksanaan Gastritis
1. Gastritis Akut
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang.Bila
pasien mampu makan melalui mulut,diet mengandung gizi
dianjurkan.Bila gejala menetap,cairan perlu diberikan secara
parenteral.Bila perdarahan terjadi,maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas.Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang sangat asam atau alkali,pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasi agen penyebab.
a. Untuk menetralisir asam,digunakan antasida umum
(mis,aluminium hidroksida);untuk menetralisir alkali,digunakan
jus lemon encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat,emetic dan lavase dihindari karena
bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi,analgetik dan
sedative,serta cairan intravena.Endoskopi fiberoptik mungkin
diperlukan.Pembedahan darurat mungkin diperlukan.Pembedahan
untuk mengangkat ganggren atau jaringan
perforasi.Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin

23
diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus
(Suddart,Brunner.2001)
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet
pasien,meningkatkan istirahat,mengurangi stress dan memulai
farmaterapi.H.Pylori dapat diatasi dengan antibiotic (seperti
tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismuth (Pepto-Bismol).
Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorpsi vitamin
B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor instrinsik
(Suddart,Brunner.2001)
2.3.8 Pencegahan Gastritis
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah,berikut beberapa
saran untuk dapat selalu dicegah,berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena gastritis :
1. Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas,asam,gorengan atau berlemak.Yang sama pentingnya
dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah
bagaimana cara memakannya.Makanlah dengan jumlah yang cukup
pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2. Hindari Alkohol
Penggunaan alcohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosa lambung serta dapat mengakibatkan peradangan dan
perdarahan.
3. Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung,membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.Merokok juga
dapat meningkatkan asam lambung sehingga menunda penyembuhan
lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
lambung.

24
4. Lakukan olahraga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan
jantung,juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih
cepat.
5. Kendalikan stress
Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke,menurunkan system kekebalan tubuh dan dapat memicu
terjadinya permasalahan kulit.Stress juga dapat meningkatkan
produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan
pencernaan.Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat
dihindari ,maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara
efektif dengan cara diit yang bernutrisi,istirahat yang cukup,olahraga
teratur dan relaksasi yang cukup.
6. Ganti Obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan hindari pengguanan obat anti inflamasi
non steroid (AINS),obat-obatan golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah
ada menjadi lebih parah.Ganti dengan penghilang nyeri yang
mengandung Acthaninophen.
7. Ikuti Rekomendasi Dokter
Untuk mengkomsumsi makanan yang sehat,yang tidak
merangsang asam lambung naik berproduksi banyak dan dapat
menyebabkan perforasi dinding lambung sehingga mengakibatkan
terjadinya perdarahan.Hindari minuman yang mengandung
alcohol,merokok,hindari penggunaan obat-obatan kera dalam jangka
waktu yang panjang.melakukan olahraga teratur.( La,Sarif.2012)
2.4 Teori Asuhan Keperawatan Gerontik
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan
peninjauan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud
menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan

25
dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia
serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang
keluarga dan lingkungan yang ada (Siti Nur, 2016).
1. Karakteristik demografi
a. Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat sebelumnya, dan
hobi.
b. Riwayat Kesehatan : Kaji keluhan yang dirasakan klien saat ini,
keluhan yang dirasakan saat tiga bulan terakhir, penyakit saat ini,
kejadian penyakit tiga bulan terakhir.
c. Status Fisiologis Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, status
gizi dan pemeriksaan fisik yang meliputi kepala, mata, hidung,
mulut dan tenggorokan, telinga, leher, thoraks, abdomen,
genetalia, integumen, dan ekstermitas.
d. Pengkajian Psikososial : Kaji hubungan dengan orang lain dalam
wisma, hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti,
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti,
Stabilitas emosi, berapa kali keluarga berkunjung
e. Riwayat keluarga, keluarga yang bisa dihubungi, jumlah saudara
kandung, jumlah anak, riwayat kematian keluarga dalam satu
tahun, dan riwayat kunjungan keluarga.
f. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi, pekerjaan sebelumnya dan
sumber pendapatan
g. Aktivitas dan rekreasi, meliputi jadwal aktivitas, hobi, wisata, dan
keanggotaan organisasi
Pengkajian Khusus Pada Lansia : Pengkajian Status Fungsional,
Pengkajian Status Kognitif
1. Pengkajian Status Fungsional dengan Pemeriksaan Index Katz
Tabel 1 : Pemeriksaan kemandirian lansia dengan Index Katz

26
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah,
ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu
fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali berpakaian, ke kamar kecil,dan satu fungsi
tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Tabel 1 Index Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia
dengan skor yang diperoleh.

2. Pengkajian Status Kognitif


a. Pengkajian Status Kognitif dengan pemeriksaan SPMSQ
(Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian
fungsi intelektual lansia.
Benar Salah No Pertanyaan
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ?
03 Apa nama tempat ini ?
04 Dimana alamat anda ?
05 Berapa umur anda ?
06 Kapan anda lahir ? (minimal tahun)
07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya
?
09 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.
TOTAL NILAI
Tabel 2 Penilaian SPMSQ

27
Interpretasi :
1) Salah 0-3 : Fungsi intelekstual utuh
2) Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
3) Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
4) Salah 9-10: Fungsi intelektual kerusakan berat
b. MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari
fungsi mental, orientasi,registrasi, perhatian dan kalkulasi,
mengingat kembali dan bahasa
Nilai Maksimum Pasien Pertanyaan
Orientasi
5 Tahun, musim, tgl, hari, bulan,
apa sekarang? Dimana
kita (negara bagian, wilayah,
kota ) di RS mana ? ruang apa
Registrasi
3 Nama 3 obyek (1 detik untuk
mengatakan masing-masing)
tanyakan pada lansia ke 3 obyek
setelah Anda katakan. Beri point
untuk jawaban benar, ulangi
sampai lansia mempelajari ke 3
nya dan jumlahkan skor yang
telah dicapai
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7 huruf,
misal kata “panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1 point tiap
jawaban
benar, kemudian dilanjutkan,
apakah lansia masih ingat
huruf lanjutannya)
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ke 3
obyek di atas, beri 1 point
untuk tiap jawaban benar
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2
point)
30
Tabel 3 Penilaian MMSE
Interpretasi hasil :
1) 24-30 : tidak ada gangguan kognitif

28
2) 18-23 : gangguan kognitif sedang
3) 0-17 : gangguan kognitif berat
2.4.2 Diagnosa
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Rasa Nyaman
3. Resiko Defisit Nutrisi

29
2.4.3 Intervensi
SLKI SIKI
Diagnosa
Kode Hasil Kode Hasil
Nyeri akut L.08066 Tujuan & Hasil: I.08238 Manajemen nyeri
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi : mengidentikasi dan mengelola
selama 2x24 jam diharapkan masalah pengalaman sensorik atau emosional yang
gangguan rasa nyaman dapat teratasi berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
dengan kriteria hasil sebagai berikut. fungsional dengan onset mendadak atau
Luaran : Tingkat Nyeri lambat dan berintansitas ringan hingga
1. Keluhan nyeri dari skala 1 (meningkat) berat dan konstan.
menjadi skala 3 (sedang). Intervensi
2. Kesulitan tidur dari skala 2 (cukup Observasi :
meningkat) menjadi skala 4 (cukup 1. Identifikasi skala nyeri
menurun). 2. Identifikasi factor uang memperberat
3. Mual dari skala 2 (cukup meningkat) dan memperingan nyeri
menjadi skala 4 (cukup menurun). 3. Identifikasi respon nyeri dan non-verbal
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Berikan terapi relaksasi dengan
memberikan aromaterapi Lavender
untuk membantu mengurangi nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :

30
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Gangguan D.0074 Tujuan & Hasil: I.09326 Terapi Relaksasi.
Rasa Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi:
Nyaman selama 2x24 jam diharapkan masalah Menggunakan teknik peregangan untuk
gangguan rasa nyaman dapat teratasi mengurangi tanda dan gejala
dengan kriteria hasil sebagai beriku. ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan
Luaran : Status Kenyamanan otot, atau kecemasan.
Kode : L.08064 Intervensi:
1. Keluhan tidak nyaman dari skala 1 Observasi
(meningkat) menjadi skala 3 (sedang). 1. Identifikasi teknik relaksasi yang
2. Merintih dari skala 2 (cukup pernah efektif digunakan.
meningkat) menjadi skala 4 (cukup 2. Monitor respons terhadap teknik
menurun). relaksasi.
3. Mual dari skala 2 (cukup meningkat) Terapeutik
menjadi skala 4 (cukup menurun). 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan.
Edukasi
1. Ajurkan mengambil posisi nyaman.
2. Anjurkan rileks.

31
Resiko Tujuan & Hasil: I.03119 Manajemen Nutrisi.
Defisit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Definisi :
Nutrisi selama 2x24 jam diharapkan masalah Mengidentifikasi dan mengelola asaupan
Resiko Defisit Nutrisi dapat teratasi nutrisi yang seimbang.
dengan kriteria hasil sebagai berikut. Tindakan.
Luaran : Status Nutrisi Observasi :
Kode : L.03030 1. Identifikasi makanan yang disukai.
1. Nafsu makan dari skala 2 (cukup 2. Monitor asupan makanan.
memburuk) menjadi skala 4 (cukup Terapeutik :
membaik).
2. Membran mukosa dari skala 2 (cukup 1.
memburuk) menjadi skala 4 (cukup
membaik).

32
2.4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan
aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan (Nettina, 2002).
Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siti Nur, 2016).
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak,
dkk., 2011).
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan (Siti Nur, 2016).

33
2.5 Aplikasi Kasus
2.5.1 Pengkajian
1. Data Biografis Klien
Nama : Ny.p
Alamat : Panti social tresna werda Gau Mabaji Gowa
Wisma XI
Jenis kelamin : Perempuan
Kriteria umur :  Middle  Elderly √ Old  Very old
Status perkawinan : √ Menikah  Tidak menikah  Janda  Duda
Agama : √ Islam  Protestan  Hindu  Budha
Suku :  Jawa  Madura  Lainnya √ Makasar
Pendidikan : √ Tidak tamat SD  Tamat SD  SMP  SM
 PT  Buta huruf
Lama di panti : √ ≤ 1 tahun  1-3 tahun  ≥ 3 tahun
Sumber pendapatan : Sumbangan dari pemerintah/relawan
Riwayat pekerjaan : pekerjaan Sebelumnya yaitu Menjahit
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini :
 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam  Sesak napas  Gatal
 Diare  Nyeri sendi  Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya: Nyeri Abdomen
Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir:
 Nyeri dada  Pusing  Batuk  Demam  Sesak napas  Gatal
√Diare  Nyeri sendi  Jantung berdebar  Penglihatan kabur
Lainnya: dan Nyeri Abdomen
Penyakit saat ini:
 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare  Penyakit kulit
 Penyakit jantung  Penyakit mata  Diabetes mellitus  Hipertensi
Lainnya: Nyeri Abdomen
Kejadian penyakit tiga bulan terakhir:
 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik √ Diare  Penyakit kulit
 Penyakit jantung  Penyakit mata  Diabetes mellitus  Hipertensi
Lainnya: Nyering Abdomen

34
3. Status Fisiologis
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status gizi:
TD = 130/90 mmHg
N = 65 kali/menit
Suhu = 38,5 °C
RR = 20 kali/menit
TB = 154 cm
BB = 45 kg
IMT = 467,2
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : √ Bersih  Kotor
Kerontokan rambut :  Ya √Tidak
Keluhan :  Ya √ Tidak
b. Mata
Sklera :  putih √ icterus  merah  perdarahan
Konjungtiva :  pucat √ merah muda
Pupil :  isokor √ anisokor  miosis  midriasis
Strabismus :  Ya √ Tidak
Riwayat katarak :  Ya √ Tidak
Fungsi penglihatan : menurun, kabur
Peradangan: tidak ada
Keluhan :  Ya √ Tidak
c. Hidung
Rinorhea : tidak
Epistaksis : tidak
Obstruksi : tidak
Nyeri tekan pada area sinus : tidak
Alergi : tidak
Riwayat infeksi : tidak
Peradangan: Tidak ada Peradangan
d. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorakan : Tidak
Lesi / Ulkus : Tidak

35
Perubahan Suara : Iya
Peradangan : Tidak
Kesulitan mengunyah :  Ya √ Tidak
Kesulitan menelan :  Ya √ Tidak
Keluhan :  Ya √ Tidak
e. Telinga :  Bersih √ Kotor
Peradangan : Tidak
Fungsi pendengaran : Sedikit Menurun, jika berbicara harus
sedikit bernada tinggi agar bisa mendengar
Keluhan :  Ya √ Tidak
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid :  Ya √ Tidak
JVD : Tidak
Refleks (spesifik) : Tidak
g. Thoraks
Bentuk dada : √ simetris  tidak simetris
Suara napas tambahan
 wheezing lokasi : Tidak ada
 ronchi lokasi : Tidak ada
Suara jantung
√ normal, S1 S2 tunggal
 lainnya,
Keluhan :  Ya √ Tidak
h. Abdomen
Tidak dapat mencerna : Tidak
Disfagia : Tidak
Nyeri Ulu Hati : Iya
Mual/ Muntah : Sering Mual
Hematemesis : Tidak
Perubahan Nafsu Makan : Ya
Intoleransi Makanan : Tidak
Ulkus : Tidak
Nyeri : Iya
Rectum : Tidak Ada
BAB : 1-2 x sehari Konsistensi : Tidak
 diare  konstipasi  feses berdarah  tidak terasa  lavament
kesulitan  melena  colostomy  wasir  pencahar
√ tidak ada masalah
Alat bantu : tidak ada

36
i. Genetalia
Payudara : √ simetris  asimetris  tidak ada benjolan
√ bersih  kotor,
Keluhan :  Ya √ Tidak
j. Integumen
√ bersih  kotor,
Warna kulit :  ikterik  cyanosis  pucat  kemerahan
 pigmentasi √ sawo matang
Akral : √ hangat  panas  dingin basah  dingin kering
Turgor : √ Baik  cukup  buruk/menurun
Keluhan :  Ya √ Tidak
k. Ekstremitas
Kemampuan Pergerakan Sendi : √ Bebas Terbatas
Parese :  Ya √ Tidak
Paralise :  Ya √ Tidak
Kekuatan Otot : Melemah
Postur Tubuh : Tegap
Deformitas :  Ya √ Tidak
Tremor :  Ya √ Tidak
Edema :  Ya √ Tidak
Alat Bantu : √ Tidak  Ya
5. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : nyeri abdomen kuadran atas kir
Sifat keluhan :
a. P : Klien mengatakan nyeri dirasakan paling kuat jika klien
lupa/malas makan.
b. Q : Klien mengatakan nyerinya dirasakan seperti tertarik kuat
(tajam)
c. R : Klien mengatakan sakitnya dirasakan pada daerah uluh hati
d. S : Klien mengatakan nyerinya pada skala 7 (Nyeri berat)
e. T : Klien mengatakan nyerinya dirasakan tidak menentu
waktunya, muncul sesekali selama 5 menit dengan durasinya 15
menit.
Wajah klien nampak meringis
Klien nempak menekan daerah lambung jika nyerinya timbul.
Klien terdengar berteriak kesakitan jika nyerinya muncul.
Pemahaman ttg status kesehatan saat ini : tidak baik.

37
Pemahaman mengenai proses menua; cukup
Status kesehatan umum setahun yang lalu : kurang baik (tidak bisa
berjalan)
Penyakit masa kanak-kanak : Cacar, demam, flu
Penyakit serius kronik : Lumpuh pada kedua kaki
Trauma : Tidak ada.
Perawatan di RS : Tidak pernah
Operasi : Tidak pernah
Obat-obatan
Klien biasanya mengggunakan obat tetra 1x1/ hari.
Nama obat Dosis
Waktu pemakaian Tgl diresepkan
Tetra 1x1 Setelah makan -
siang
Masalah yang berkaitan dengn konsumsi obat : persepsi klien
terhadap keefektifan obat kurang bagus
Riwayat alergi
Obat-obatan : Tidak pernah
Makanan : Tidak ada
Alergen : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada
6. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
Tidak kenal Sebatas kenal √Mampu interaksi
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
 Tidak kenal √ Sebatas kenal  Mampu interaksi  Mampu bekerja
sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
 Selalu  Sering √Jarang  Tidak pernah
Stabilitas emosi:
 Labil √Stabil  Irritable  Datar
Motivasi penghuni panti: √ Kemampuan sendiri  Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
 1 kali/bulan  2 kali/bulan √Tidak pernah

38
7. Pengkajian Fungsional
a. Masalah Emosional
Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
1) Apakah klien mengalami susah tidur? Tidak
2) Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
3) Apakan klien murung atau menangis sendiri? Tidak
4) Apakah klien sering was-was atau khawatir ? Tidak
b. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status
Questionnaire), ajukan beberapa pertanyaan pada daftar di bawah
ini!
Benar Salah No Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Dimana alamat ini?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?
 7 Siapa presiden Indonesia?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu anda?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru secara menurun
Jumlah = Benar : 4
Salah : 6
fungsi intelektual kerusakan sedang
Interpretasi:
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 = fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 = fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 = fungsi intelektual kerusakan berat

c. Identifikasi aspek kognitif dengan menggunakan MMSE (Mini-


Mental State Examination)

39
Nilai
Aspek Nilai
No Maksima Kriteria
Kognitif Klien
l
Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020 (benar)
Musim : Hujan (benar)
1 Orientasi 5 4
Tanggal : 07 (Salah)
Hari : Benar, hari Rabu
Bulan : Benar Juli
Dimana sekarang kita berada?
Negara : Indonesia (Benar)
Provinsi : Jawa Timur (Benar)
2 Orientasi 5 5 Kabupaten/kota : Bangkalan
(benar)
Panti : Benar
Wisma : Benar
Sebutkan 3 nama objek (misal:
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
3 Registrasi 3 3 menjawab:
Kursi : Benar
Meja : Benar
Kertas : Benar
Meminta klien berhitung mulai
dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Perhatian Jawaban :
4 dan 5 1 1. 93 : Benar
kalkulasi 2. 86 : Salah
3. 79 : Salah
4. 72 : Salah
5. 65 : Salah
Minta klien untuk mengulang
Menginga
5 3 0 ketiga objek pada poin ke-2 (tiap
t
poin nilai 1)
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukkan
8 benda tersebut)
1. Gelas (Benar)
2. Sendok (Benar)
Minta klien untuk mengulang
kata berikut:
“ tidak ada, dan, jika atau tetapi)

40
Klien menjawab:
Tidak ada dan tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat
dulu dan taruh dilaci.
1. Ambil kertas ditangan anda
(Benar)
2. lipat dulu (Benar)
3. Taruh di atas laci (Benar)

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk


menulis kalimat dan menyalin
gambar
Total Nilai 30 21 gangguan kognitif sedang
Interpretasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat

8. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan merokok:
 > 3 batang sehari  < 3 batang sehari  Tidak merokok
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Frekuensi makan:
 1x/hari  2x/hari 3x/hari  Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan:
 1 porsi dihabiskan  < 1/2 porsi yang dihabiskan 
1/2 porsi yang dihabiskan Lain-lain

Makanan tambahan:
 Dihabiskan  Tidak dihabiskan  Kadang-kadang
dihabiskan

41
b. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum:
 < 3 gelas/hari  > 3 gelas/hari
Alasannya : Takut kencing malam hari  Persediaan air minum
terbatas  Tidak haus  Kebiasaan minum sedikit
Jenis miuman:
 Air putih  Kopi  Teh  Susu
c. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur:
 < 4 jam  4-6 jam  > 6 jam
Gangguan tidur berupa:
 Insomnia  Sulit mengawali  Sering terbangun  Tidak ada
gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur :
 Santai  Keterampilan  Diam saja  Ibadah/kegiatan
keagamaan
d. Pola eliminasi alvi
Frekuensi BAB :
 1x/hari  2x/hari  Lainnya
Konsistensi : _________________________
Gangguan BAB:
 Inkotinensia alvi  Konstipasi  Diare  Tidak ada
e. Pola eliminasi uri
Frekuensi BAK:
 1-3x/hari  4-6x/hari  > 6x/hari
Warna urine : Kuning
Gangguan BAK :
 Inkotinensia urine  Retensi urine  Tidak Ada
f. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yag sering dilakukan:
Membantu kegiatan dapur  Berkebun  Pekerjaan rumah
tangga  Keterampilan tangan

42
g. Pola perawatan diri
Kebiasaan mandi
 1x/hari  2x/hari  3x/hari  < 1x/hari
Memakai sabun :  Ya  Tidak
Sikat gigi :  1x/hari 2x/hari Tidak pernah
Menggunakan pasta gigi :  Ya  Tidak
Berganti pakaian bersih :  1x/hari  >1x/hari  Tidak
ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Total
1. Makan 0 10 10
2. Minum 0 10 10
3. Berpindah dari kursi roda ke 0 15 15
tempat tidur dan sebaliknya.
4. Kebersihan diri: cuci muka, 0 5 5
menyisir, aktivitas di kamar
5. mandi (toiletting). 0 5 5
6. Mandi 0 5 5
Berjalan di jalan yang datar
(jika tidak mampu berjalan
lakukan dengan kursi roda).
7. Naik turun tangga 0 5 5
8. Berpakaian termasuk 0 10 10
mengenakan sepatu
9. Mengontrol defekasi 0 10 10
10. Mengontrol berkemih 0 10 10
11. Olahraga/ latihan 0 10 10
12. Rekreasi/ pemanfaatan waktu 0 10 10
luang
Total Nilai 105
Keterangan:
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10
Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
120 : Mandiri

9. Pengkajian Lingkungan

43
a. Pemukiman
Luas bangunan :
Bentuk bangunan :
 Permanen  Petak  Asrama  Paviliun
Jenis bangunan :
Permanen  Semi permanen  Non permanen
Atap rumah :
 Genting  Seng  Ijuk  Kayu  Asbes
Dinding :
 Tembok  Kayu  Bambu  Lainnya
Lantai :
 Semen Ubin  Keramik  Tanah  Lainnya
Kebersihan lantai :  Baik  Kurang
Ventilasi :  < 15% luas lantai  15% luas lantai
Pencahayaan :  Baik  Kurang
Pengaturan penataan perabot: Baik  Kurang
Kelengkapan alat rumah tangga:  Lengkap  Tidak Lengkap
b. Sanitasi
Penyediaan air bersih (MCK) :
 PDAM  Sumur  Sungai  Lainnya
Penyediaan air minum :
 Air rebus sendiri  Air biasa tanpa rebus  Beli air
kemasan
Pengelolaan jamban:
Bersama  Pribadi  Kelompok  Lainnya
Jenis Jamban :
 Leher angsa  Cemplung tertutup  Cemplung terbuka
Jarak dengan sumber air :  < 10 meter  > 10 meter
Sarana pembuangan air limbah :  Lancar  Tidak
lancar
Pembuangan sampah :

44
 Ditimbun Dibakar  Didaur ulang  Di buang sembarang
tempat  Di kelola dinas
Polusi udara :
 Pabrik Rumah Tangga  Industri  Lainnya
Pengelolaan binatang pengerat :
 Dengan racun Dengan alat  Lainnya
c. Fasilitas
Peternakan :  Ada Tidak Jenis :
Perikanan :  Ada  Tidak Jenis:
Sarana olahraga :  Ada Tidak Jenis:
Taman : Ada  Tidak Jenis:
Ruang pertemuan : Ada  Tidak Jenis:
Sarana hiburan. :  Ada Tidak Jenis:
Saran ibadah : Ada  Tidak Jenis:
d. Keamanan dan transportasi
Sistem keamanan lingkungan : Ada Tidak
Penannggulangan kebakaran :  Ada Tidak
Penanggulangan bencana : Ada Tida
Kondisi jalan masuk panti :
 Rata Tidak rata  Licin  Tidak licin
Transportasi yang dimiliki :
 Mobil Sepeda motor  Lainnya
e. Komunikasi
Sarana komunikasi  Ada  Tidak
Jenis komunikasi yang digunakan dalam panti:
Telepon  Kotak surat  Fax  Lainnya
Cara penyebaran informasi :
Langsung  Tidak langsung  Lainnya
Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif, dan sosial
1) Indeks KATZ (pengkajian status fungsional)
INDEKS KATZ
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke

45
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
B
kecuali satu dari fungsi tersebut.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
C
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
D
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
E kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan.
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
F kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi
tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak
lain dapat diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G.

Kesimpulan : Skor B. Ny.K mampu beraktifitas hidup sehari-hari,


kecuali satu dari fungsi tersebut.
2) Depresi Beck, berisi 13 hal yang menggambarkan berbagai gejala dan
sikap yang berhubungan dengan depresi.
Inventaris Depresi Beck
Sko Uraian
r
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia, di mana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan sesuatu
dapat membaik tidak
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan.
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seorang (orang tua,
suami, istri).
2 Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat saya
lihat hanya kegagalan.
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya.

46
0 Saya tidak merasa gagal.
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya merasa tidak puas.
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan
diri sendiri
H. Menarik diri dari sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak peduli pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanent
dalam penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk

47
melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Intepretasi:
0-4 = depresi tidak ada atau minimal
5-7 = depresi ringan
8-15 = depresi sedang
>16 = depresi berat
Kesimpulan: Ny. K dengan skor 6 yaitu depresi ringan
3) Skala Depresi Geriatik Yesavage, dengan penilaian jika jawaban
pertanyaan sesuai indikasi di nilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap
respon yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan).
Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.
Skala Depresi Geriatik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? ( 1 )
2. SudakahAnda mengeluarkan aktivitas dan minat Anda? ( 1 )
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? ( 1 )
4. Apakah Anda sering bosan? ( 1 )
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ( 1 )
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda? ( 1 )
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu? ( 1 )
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah setiap waktu malam hari,
dari pada pergi dan melakukan sesuatu yang baru? ( 1 )
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak
masalah dengan ingatan Anda dari pada yang lainnya? ( 1 )
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini?
(1)
11. Apakah Anda merasa Saya sangat tidak berguna dengan keadaan
Anda sekarang? ( 1 )
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? ( 1 )
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan? ( 1 )
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada

48
Anda? ( 1 )

4) Pengkajian status sosial


Status sosial lansia dapat diukur menggunakan APGAR keluarga.
Penilaian: jika pertanyaan-pertanyaan yang dijawab “selalu” (poin 2),
“kadang-kadang” (poin 1), “hampir tidak pernah” (poin 0).
APGAR Keluarga
No Uraian Skor
Fungsi
.
Saya puas bahwa saya dapat kembali 1
pada keluarga (teman-teman) saya
1. Adaptasi
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
Saya puas denga cara keluarga (teman- 2
teman) saya membicarakan sesuatu
2. Hubungan
dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya.
Saya puas bahwa keluarga (teman- 2
teman) saya menerima dan mendukung
3. Pertumbuhan
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru.
Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya mengekspresikan
4. Afeksi afek dan berespons terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih, dan
mencintai.
Saya puas dengan cara teman-teman 2
5. Pemecahan saya dan menyediakan waktu bersama-
sama.
Total Nilai 8
Intepretasi:
<3 = disfungsi berat
4-6 = disfungsi sedang
≥6 = fungsi baik
Kesimpulan : 8 (fungsi baik)

49
2.5.2 Analisa Data
No Data Masalah
. keperawatan
1. Ds Nyeri
1. Klien mengatakan nyeri dirasakan paling kuat
jika klien lupa/malas makan.
2. Klien mengatakan nyerinya dirasakan seperti
tertarik kuat (tajam)
3. Klien mengatakan sakitnya dirasakan pada
daerah uluh hati.
4. Klien mengatakan nyerinya pada skala 7
(Nyeri berat).
5. Klien mengatakan nyerinya dirasakan tidak
menentu waktunya, muncul sesekali selama 5
menit dengan durasinya 15 menit.

Do
1. Wajah klien nampak meringis
2. Klien nampak menekan daerah lambung jika
nyerinya timbul
3. Klien terdengar berteriak kesakitan jika
nyerinya muncul.
TD = 130/90 mmHg
N = 65 kali/menit
Suhu = 38,5 °C
RR = 20 kali/menit
TB = 154 cm
BB = 45 kg
2. Ds Gangguan Rasa
1. Klien mengeluh tidak nyaman dengan kondisi Nyaman
nyeri yang di rasakan
2. Klien mengatakan susah tidur malam
3. Klien mengatakan tidurnya hanya ± 5 jam/ hari
4. Klien mengatakan sering terbangun dari tidur
malamnya.

Do
1. Pasien terlihat hitam di bawah matanya
2. Pasien terlihat pucat dan lemah
3. Wajah klien nampak meringis
4. Klien nempak menekan daerah lambung jika
nyerinya timbul
TD = 130/90 mmHg
N = 65 kali/menit
Suhu = 38,5 °C
RR = 20 kali/menit
TB = 154 cm

50
BB = 45 kg

2.5.3 Diagnosa
1. Nyeri Akut b.d pasien mengeluh nyeri di bagian perut nyeri
dirasakan paling kuat jika klien lupa/malas makan nyerinya pada
skala 7 (Nyeri berat) di tandai dengan pasien tampak meringis.
2. Gangguan Rasa Nyaman b.d pasien mengeluh tidak nyaman
dengan kondisi nyeri yang di rasakan, pasien mengeluh susah tidur
di tandai dengan pasien terlihat merintih dan keadaan pasien lemah.

51
2.5.4 Intervensi
SLKI SIKI
Diagnosa
Kode Hasil Kode Hasil
Nyeri akut L.0504 Tujuan & Hasil: I.08238 Manajemen nyeri
2 Setelah dilakukan intervensi Definisi : mengidentikasi dan mengelola
keperawatan selama 2x24 jam pengalaman sensorik atau emosional yang
diharapkan masalah gangguan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
rasa nyaman dapat teratasi dengan fungsional dengan onset mendadak atau
kriteria hasil sebagai berikut. lambat dan berintansitas ringan hingga
Luaran : Tingkat Nyeri berat dan konstan.
Kode : L.08066 Intervensi
1. Keluhan nyeri dari skala 1 Observasi :
(meningkat) menjadi skala 3 1. Identifikasi skala nyeri
(sedang). 2. Identifikasi factor uang memperberat
2. Kesulitan tidur dari skala 2 dan memperingan nyeri
(cukup meningkat) menjadi 3. Identifikasi respon nyeri dan non-verbal
skala 4 (cukup menurun). Terapeutik :
3. Mual dari skala 2 (cukup 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
meningkat) menjadi skala 4 mengurangi rasa nyeri.
(cukup menurun). 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Berikan terapi relaksasi dengan
memberikan aromaterapi Lavender
untuk membantu mengurangi nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

52
Gangguan Rasa D.0074 Tujuan & Hasil: I.09326 Terapi Relaksasi.
Nyaman Setelah dilakukan intervensi Definisi:
keperawatan selama 2x24 jam Menggunakan teknik peregangan untuk
diharapkan masalah gangguan mengurangi tanda dan gejala
rasa nyaman dapat teratasi dengan ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan
kriteria hasil sebagai beriku. otot, atau kecemasan.
Luaran : Status Kenyamanan Intervensi:
Kode : L.08064 Observasi
1. Keluhan tidak nyaman dari 1. Identifikasi teknik relaksasi yang
skala 1 (meningkat) menjadi pernah efektif digunakan.
skala 3 (sedang). 2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
2. Merintih dari skala 2 (cukup tekanan darah, dan suhu sebelum dan
meningkat) menjadi skala 4 sesudah latihan.
(cukup menurun). 3. Monitor respons terhadap teknik
3. Mual dari skala 2 (cukup relaksasi.
meningkat) menjadi skala 4 Terapeutik
(cukup menurun). 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan.
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik
Edukasi
1. Ajurkan mengambil posisi nyaman.
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi

53
2.5.5 Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi TTD
1. 28-04-2019 / 1. Mengidentifikasi skala nyeri S:
R : Pasien bersedia dan menjawab apa 1. Klien mengatakan nyerinya dirasakan
14.00
yang di tanyakan oleh perawat seperti tertarik kuat (tajam) sudah mulai
2. Mengidentifikasi faktor yang berkurang
memperberat dan memperingan nyeri 2. Klien mengatakan nyerinya sudah tidak
R : Pasien bersedia dan menjawab apa terlalu terasa
yang di tanyakan oleh perawat 3. Klien mengatakan nyeri di skala 4 dari
3. Mengidentifikasi respon nyeri dan non- 10.
verbal O:
R : Pasien bersedia dan memberikan 1. Pasien terlihat sudah lebih tenang dari
respon sesuai dengan apa yang di rasakan sebelumnya keadaan pasien pasien yang
4. Memberikan teknik nonfarmakologis meringis.
untuk mengurangi rasa nyeri. 2. Pasien sudah tidak menekan daerah
R : Pasien bersedia mengikuti arahan lambung
dari perawat ketika di berikan tindakan 3. Pasien sudah tidak mengeluh atau
nonfarmakologi seperti terapi relaksasi berteriak kesakitan
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur yang TD = 130/90 mmHg
nyaman dan aman N = 60 kali/menit
R : Pasien bersedia dan merasa nyaman Suhu = 37,5 °C
dengan fasilitas yang telah di berikan RR = 16 kali/menit
6. Berkolaborasi pemberian analgetik A:
R : Pasien bersedia di lakukan pemberian Masalah nyeri teratasi sebagian, pasien
terapi analgetik masih merasakan nyeri, skala nyeri sudah
berkurang berkurang, waktu timbul nyeri
sudah berkurang
P:
Lanjutkan intervensi selanjutnya
2. 28-04-2019 / 1. Mengidentifikasi teknik relaksasi yang S :

54
08.00 pernah efektif digunakan. 1. Pasien mengatakan keadaannya sudah
R : Pasien bersedia dan menjawab jauh lebih baik di bandingkan dengan
pertanyaan yang di ajukan oleh perawat keadaan sebelumnya yang sangat
2. Melakukan pemeriksaan ketegangan otot, terganggu dengan nyeri yang di rasakan
frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu 2. Pasien mengatakan susah sudah bisa
sebelum dan sesudah latihan. tidur malam
R : Pasien bersedia di lakukan tindakan 3. Klien mengatakan tidurnya terkadang
pemeriksaan ketegangan ototnya dan masih terbangun di tengah malam tetapi
TTV. tidak sering.
3. Memonitor respons terhadap teknik O:
relaksasi 1. Warna hitam di bawah mata pasien sudah
R : Pasien bersedia di lakukan tindakan berkurang
oleh perawat 2. Wajah Pasien terlihat lebih segar dan
4. Menciptakan lingkungan tenang dan bertenaga dari kondisi sebelumnya
tanpa gangguan dengan pencahayaan dan pasien terlihat lemah
suhu ruang nyaman.
R : Pasien bersedia dan pasien merasa TD = 130/90 mmHg
nyaman dengan lingkungan pasien N = 65 kali/menit
5. Menganjurkan pasien mengambil posisi Suhu = 38,5 °C
nyaman. RR = 20 kali/menit
R : Pasien bersedia mengikuti arahan
yang id berikan oleh perawat A:
Masalah gangguan rasa nyaman sudahh
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi

2.6

55
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Proses pengelolahan makanan agar makanan dapat diserap tubuh disebut
sebagai proses makanan. Sistem pencernaan terdiri dari suatu saluran panjang
yaitu saluran cerna dimulai dari mulut sampai anus.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Gastritis
adalah peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus
atau lokal. Menurut penelitian sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi
bacterial mukosa lambung yang kronis. Gastritis merupakan peradangan yang
mengenai mukosa lambung, peradangan ini mengakibatkan pembengkakan
mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa dalam
kepenulisannya masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar
dalam pembuatan makalah dapat lebih baik lagi di kemudian hari. Kami juga
berharap dengan mempelajari “Keperawatan Gerontik Gangguan Sistem
Pencernaan (Gastritis)” ini kita menjadi mengerti dan paham baik teori
maupun penerapannya dalam bidang
keperawatan.

56
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa:
Agung Waluyo, et al, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Craven, R.F & Himle, C.J. 2000. Fundamentals of Nursing: Human Health and
Function (3 rd ed). Philadelphia: J.B Lippincott Company.

Depkes RI. 2012. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut


Usia. Depkes: Jakarta.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba


Medika.

Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakart :


Gosyen Publising.

Hardi, K., & Huda Amin, N. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (2nd ed). Yogyakarta:
Mediaction.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI:
2015.

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Kemkes RI.

La,Sarif.2012. Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogjakarta: Nuha Medika

Mubarak, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba


Medika.

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Nettina. 2002. Pedoman Praktek Keperawatan. EGC: Jakarta.

Mustaqin A., & Kumala S (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakart :


Gosyen Publising.

Saputri, Eka. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah


Inkontinensia Urine Di Panti Sosial Tresna Werdha Magetan.
Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi ke


Empat. Jakarta: Salemba Medika.

57
Syarif, la ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan Nanda, NIC,
dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Nuha Medika:
Yogyakarta.

Sukarmin. 2013. Keperawatan pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

58

Anda mungkin juga menyukai