Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementrian Kesehatan RI (2013) menyatakan seiring meningkatnya derajat

kesehatan, kesejahteraan, dan semangat hidup pada penduduk akan berpengaruh

pada peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) salah satunya berada di

Indonesia. Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia, di masa depan

membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya jika dalam

keadaan sehat, aktif dan produktif maka akan membantu baik dari segi

pertumbuhan ekonomi maupun lingkungan. Dampak negatifnya, jika dalam

keadaan sakit maka berakibat pada beban biaya pelayanan kesehatan yang

semakin meningkat, penurunan penghasilan, dan peningkatan disabilitas. WHO

memperkirakan akan terjadi peningkatan proporsi lansia di dunia dari 7% pada

tahun 2020 sampai 23% pada tahun 2025 (Novitaningtyas, 2014). Pada usia

lanjut tekanan darah akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko

tekanan hipertensi.

Hipertensi adalah tekanan darah melebihi batas normal, tekanan darah yang

normal adalah 120/80 mmHg. Nilai tekanan darah bukanlah nilai tekanan darah

baku yang menunjukkan seseorang mengalami hipertensi, tergantung pada

aktivitas dan emosional seseorang (Nurrahmani, 2012). Hipertensi merupakan

salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai bagi kesehatan karena

tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar, akan tetapi

1
dapat menyebabkan komplikasi pada organ tertentu (WHO, 2011). Hipertensi

merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat dicegah, namun dapat

menimbulkan berbagai macam komplikasi. Berbagai studi menunjukkan bahwa

hipertensi meningkatkan risiko kematian dan penyakit seperti penyakit jantung,

stroke, dan gagal ginjal (Noviyanti, 2015).

Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas

mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. WHO memperkirakan

akan terjadi peningkatan proporsi lansia di dunia dari 7% pada tahun 2020

sampai 23% pada tahun 2025 (Novitaningtyas, 2014). Pada usia lanjut tekanan

darah akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko tekanan

hipertensi.

Saat ini jumlah orang tua yang berusia >65 tahun telah mendominasi dalam

kehidupan karena jumlahnya yang lebih banyak daripada anak-anak, hal ini

disebabkan oleh tingkat kesuburan yang menurun dan peningkatan semangat

hidup yang dirasakan oleh orang tua lanjut usia (lansia). Jumlah penduduk yang

berusia >65 tahun diperkirakan semakin banyak sekitar 524 juta di tahun 2010,

menjadi sekitar 1,5 miliar pada tahun 2050 (Anthony et al, 2017). Populasi

tertinggi di dunia salah satunya ada dibenua Asia dengan rata-rata tingkat

pertumbuhan populasi lansia di daerah-daerah secara signifikan lebih cepat dari

pada dibenua Eropa (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Menurut data WHO dalam Non Communicable Disease Country Profiles

prevalensi didunia pada usia >25 tahun mencapai38,4%. Prevalensi Indonesia

2
lebih besar jika dibandingkan dengan Bangladesh, Korea, Nepal, dan Thailand

(Krishman, dkk, 2013).

Klasifikasi lansia terbagi menjadi lansia (elderly) berusia 60-74 tahun,

lansia (old) berusia75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) berusia >90

tahun (Wong Wai Yi et al., 2015). The National Sleep Foundation (NSF)

menyebutkan bahwa 40 juta orang di Amerika memiliki masalah tidur, dan rata-

rata lebih dari 60% terjadi pada lansia, dimana hanya memiliki jam tidur sekitar

4-5 jam perhari dan kriteria tidur pada lansia yang normal berkisar 6 jam sehari

(Tarwoto, 2015), hal ini dikarenakan tidur yang larut malam lalu harus bangun

pagi untuk bersiap-siap memulai aktivitas kembali. Hal tersebut akan menjadi

salah satu penyebab terjadinya penurunan kualitas kesehatan, dimana daya tahan

tubuh dapat menurun sehingga mudah terserang penyakit, perubahan suasana

kejiwaan, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi.

Jika kualitas tidur lansia menurun, maka tidak terjadi penurunan tekanan

darah yang seharusnya terjadi pada saat tidur dengan waktu yang tepat, sehingga

tekanan darah pun sebaliknya akan mengalami peningkatan tekanan yang akan

meningkatkan resiko terjadinya hipertensi sekunder (Calhoun & Harding, 2010).

Sedangkan tingkat kemalasan dalam melakukan kegiatan aktivitas fisik pun salah

satu pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah didukung oleh usia dan gaya

hidup yang menyebabkan tubuh pun semakin melemah dan terserang berbagai

penyakit, melemahnya fisik telah di identifikasi sebagai faktor risiko utama

kematian. Mengakibatkan berbagai penyakit yaitu tekanan darah tinggi 13%,

3
glukosa darah tinggi 6%, dan kegemukan 5% yang bertanggung jawab atas

kematian (WHO, 2010).

Di Amerika Serikat, hampir 1 dari 3 orang dewasa (sekitar 73 juta orang)

memiliki tekanan darah tinggi yang merupakan faktor penyebab utama kematian.

Pada tahun 2004, diperkirakan 55.000 kematian secara langsung dikaitkan

dengan hipertensi, karena itu dianggap sebagai faktor yang mendasari atau

berkontribusi tinggi (Martin, 2008). Populasi lansia di Indonesia semakin lama

semakin bertambah. Pada tahun 1990 berjumlah sekitar 11,3 juta jiwa (6,29%)

dengan usia harapan hidup sebesar 59,8 tahun. Pada tahun 2000 berjumlah

sekitar 14,4 juta jiwa (7,18%) dengan usia harapan hidup sebesar 64,5 tahun.

Pada tahun 2010 jumlahnya sekitar 23,9 juta jiwa (9,77%) dan diperkirakan pada

tahun 2020 menjadi sekitar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup

sebesar 71,1 tahun (Muzamil & Martini, 2014). Berdasarkan Riskesdas 2018

prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun

sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di

Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun

(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dan data

Riskesdas (2018), menujukan bahwa berdasarkan pengukuran lebih dari 22,2 %

di Maluku Utara di atas usia 18 tahun menderita penyakit hipertensi. Dan data

yang di ambil di panti Tresna Werda Himo-Himo Kota Ternate di dapatkan

jumlah lansia sebanyak 60 lansia dengan berbagai macam penyakit di antaranya

hipertensi, asam urat, diabetes mellitus. Data pada bulan Januari-Februari 2020

4
yang mengalami hipertensi terdapat 19 lansia dan yang memiliki ketergantungan

obat hipertensi terdapat 10 lansia.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Kualitas Tidur Dan Aktivitas Fisik Dengan

Hipertensi Pada Lansia Di Panti Tresna Werda Himo-Himo Kota Ternate”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Apakah Ada Hubungan Antara Kualitas Tidur Dan Aktivitas Fisik

Dengan Hipertensi Pada Lansia?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas tidur dan aktivitas

fisik dengan hipertensi pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kualitas tidur lansia penderita hipertensi

b. Untuk mengetahui aktivitas fisik lansia penderita hipertensi

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya sebagai berikut :

1. Bagi Institusi

Sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

tentang kualitas tidur dan aktivitas fisik lansia dengan hipertensi.

5
2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta

pengalaman bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

terhadap masyarakat dalam bagaimana menjaga kebiasaan pola tidur yang

baik dan melakukan aktivitas fisik untuk menjaga tekanan darahnya dalam

rentang yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai