BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) lanjut usia (lansia) adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih, Secara global pada tahun
2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7%
dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukkan pada
tahun 2000 usia harapan hidup orang di dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012
naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi
lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya.
Di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 15 juta jiwa atau
7,2% dari total populasi. Pada tahun 2006 jumlah lansia meningkat menjadi 19
juta jiwa atau 8,5% dari total populasi. Pada tahun 2010 jumlah lansia meningkat
menjadi 24 juta jiwa atau 9,7% dari total populasi dan diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Riskesdas, 2013 dan
Kemenkes RI, 2014). Di provinsi Bengkulu jumlah lansia pada tahun 2011
berjumlah sekitar 99 ribu jiwa. Jumlah lansia meningkat menjadi 103 ribu jiwa
pada tahun 2012. Jumlah lansia meningkat menjadi 109 ribu jiwa pada tahun
2013. Diperkirakan jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya (Badan
Pusat Statistik, 2015).
Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut,
tidak hanya mengalami perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial tetapi seksual
juga kan mengalami perubahan (Azizah, 2011). Perubahan fisik yang tejadi pada
lansia akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit.
Penambahan usia pada manusia sampai menjadi tua terjadi resiko peningkatan
penyakit antara lain kelainan jantung dan pembuluh darah (muniroh, ddk, 2007).
Meningkatnya usia seseorang akan diikuti dengan meningkatnya kejadian
hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya perubahan alami jantung, pembuluh
2
darah dan kadar hormon (Juneidi, dkk, 2013). Akibatnya, masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia adalah hipertensi atau tekanan dengan darah tinggi
(Kowalski, 2010).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
manusia. Kelancaran peredaran darah keseluruh tubuh sangat penting karena
darah berfungsi sebagai media pengangkat oksigen dan zat-zat lain yang
diperlukan dalam pertumbuhan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi
mengangkut sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi dari jaringan tubuh.
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada waktu jantung berkontraksi
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada saat jantung mengendor kembali
(Gunawan, 2001). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik. Dengan nilai normal berkisar 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg (Smelzer dan Bare, 2001).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik yang
melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik yang lebih dari 90 mmHg.
Dari tahun ketahun didapatkan peningkatan prevalensi penderita hipertensi seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi obesitas dan kesadaran
masyarakat akan penyakit ini (Mohani, 2014). Tekanan darah yang meningkat
terjadi karena penurunan elastisitas dari dinding aorta. Pada lansia umumnya juga
akan terjadi penurunan ukuran dari organ-organ tubuh tetapi tidak pada jantung.
Jantung pada lansia umumnya akan membesar. Hal ini nantinya akan berhubungan
kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan gangguan pada
tekanan darah seperti hipertensi (Fatmah, 2010).
Hipertensi di dunia diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau
sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari Disability
Adjusted Life Years (DALY). Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan
wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia. 5% usia 20-39 tahun,
26% usia 40-59, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014). Saat ini
hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena merupakan kondisi
3
yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Riskesdas pada tahun
2018 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 34,1% (Kemenkes
RI, 2018).
Prevalensi penyakit hipertensi di kota Bengkulu cenderung meningkat.
Pada tahun 2005 prevaleni (1,7%) meningkat menjadi (2,6%), tahun 2007
sebanyak (2,7) dan tahun 2008 sebanyak (2,8%) (Dinas Kesehatan Bengkulu,
2010). Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penyakit hipertensi
merupakan sepuluh penyakit terbesar dan jumlah penderita hipertensi cenderung
meningkat di kota Bengkulu. Pada tahun 2012 adalah 8.709 orang menjadi 9.210
pada tahun 2013 (Dinkes Bengkulu, 2014). Pada tauhn 2018 hipertensi meningkat
menjadi 22,22 % (RISKESDAS) (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data di Panti
Soial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengku pada tahun 2017 terdapat jumlah pasien
dengan hipertensi berjumlah 25 pasien, dan pada september 2018 meningkat
menjadi 42 pasien (Panti Sosial Tresna Werdha, 2018).
Lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
tinggal dengan kelompok, tidak ada keluarga yang mengurus, dan tidak mampu
mengatasi hipertensi secara mandiri. (BPPLU, 2018). Berdasarkan latar belakang
di atas penulis tertarik untuk melakukan analisa “Bagaimana gambaran asuhan
keperawatan pada lansia dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar
Dewa Bengkulu 2018 ?”.
B. Masalah Penelitian
Tingginya angka lansia yang mengidap hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Pagar Dewa Bengku serta lansia yang tinggal disana dengan kelompok,
tidak ada keluarga yang mengurus, dan tidak mampu mengatasi hipertensi secara
mandiri. (Panti Sosial Tresna Werda, 2018).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
2018 ?”.
4
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi Laporan Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Gangguan Hipertensi difokuskan pada 1 (satu) lansia dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil Pengkajian pada pasien dengan Hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun.
b. Mendeskripsikan hasil Diagnosa Keperawatan pada lansi dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun
2018.
c. Mendeskripsikan hasil Intervensi keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
tahun 2018.
d. Mendeskripsikan hasil Implementasi keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat.
e. Mendeskripsikan hasil Evaluasi keperawatan yang telah dilaksanakan.
f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui rencana tindakan, dapat melaksanakan tindakan
keperawatan, dapat mengevaluasi hasil asuhan keparawatan yang akan
dilaksanakan, dan dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan, serta menambah pengetahuan, wawasan dan
pengaplikasiannya dalam pengembangan ilmu ksehatan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Lansia
a. Definis Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia apabila usianya 65 tahun keatas (Effendy, 2009). Menurut
BAB 1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan masyarakat Usia Lanjut, lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan (Pudjiastusi, 2013).
b. Karakteristik Lansia
Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup
batasan umur lansia dari beberapa ahli dan sumber dokumen negara
(Nugroho, 2008).
1) Menurut UU No. 13 Tahun 1998 BAB 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia (enam
puluh) tahun ke atas”.
2) Menurur World Health Organization (WHO) lansia dibagi menjadi
:
a) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b) Lanjut Usia (elderly) : 60-74 tahun
c) Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
3) Menurut Departemen Kesehatan dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu : (BKKBN, 2014)
a) Kelompok lansia dini (55-64 tahun)
b) Kelompok lansia (65 tahun keatas)
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia labih
dari 70 tahun.
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia
Bagian tubuh lansia yang paling sering menunjukkan tanda
klinis dalam penurunan fungsinya adalah sistem kardiovaskuler.
7
2. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Istilah Hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension
yang berasal dari bahasa Latin“hyper” dan “tensioan”. “Hyper”
berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti tekanan atau
teganggan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang
populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah
adalah tenaga yng dipakai leh darah yang dipompakan dari jantung
untuk melawan tahanan pembuluh darah, jika tekanan darah seseorang
meningkat dengan tajam dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut
dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Gunawan, 2001).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten, dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut
WHO 1996, batasan tekanan darah normal orang dewasa adalah
maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas
angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda,
orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Penderita
hipertensi memilki resiko lebih besar untuk mendapatkan serangan
jantung dan stroke (Suwarsa, 2006).
b. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya
perubahan-perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, sehingga
9
d. Manifestasi Klinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi :
1) Tidak Bergejala : Maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan darah arteri tenaga kesehatan yang memeriksa, jika
kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.
e. Klasifikasi Hipertensi
f. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi Hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut
(Wijaya dkk, 2016):
1) Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan penyakit jantung koroner. Pada penderita Hipertensi, beban
jantung akan meningkat, otot jantng akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan yang
tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau edema, kondisi ini disebut gagal
ginjal.
2) Otak
Komplikasi Hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko stroke 7 kali lebih besar.
3) Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh.
4) Mata
Pada mata Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya Retinopati
Hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi (Aspiani, 2016) :
1. Laboratorium
14
h. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Tatalaksana Farmakologi yang diterapkan pada penderita
Hipertensi adalah sebagai berikut (Aspiani, 2016) :
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jatung
d. Obat-obatan
a) Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya, juga dapat
menurunkan TPR.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot
polos jantung atau enzim dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
c) Antagonis (penyekat) reseptor beta (-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung
untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
d) Vasodilator arteriol digunakan untuk menurunkan TPR,
misalnya : natrium, nitroprusida, nikardipin, hidrazalin,
nitrogliserin, dll.
2) Penatalaksanaan non Farmakologis pada penderita Hipertensi,
antara lain (Aspiani, 2016) :
a. Pengaturan diet
15
3. Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah (Ronny, 2009). Menurut Sherwood (2011)
tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh dinding pembuluh
darah dan bergantung pada volume darah yang terkandung didalam
pembuluh darah dan compliance, atau distensibilitas dinding
pembuluh darah (seberapa mudah pembuluh darah dapat
direnggangkan). Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah
sistolik dan tekanan darah distolik. Tekanan darah sistolik adalah
tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah
17
5) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari
tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah
pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung memilki
tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut
(Potter dan Perry, 2015).
6) Kebiasaan Sehari-hari
Mengkonsumsi kafein atau merokok dalam waktu 30 menit
sebelum pengukuran dapat meningkatkan tekanan darah (Price dan
Wilson, 2009).
7) Berat Badan pasien dengan obesitas cenderung memilki tekanan
darah lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non obesitas
(Kusmuna, 2007).
d. Fisiologi Tekanan Darah
Menurut (Potter dan Perry, 2015) tekanan darah menggambarkan
hubungan antara curah jantung resistensi perifer, volume darah,
kekentalan darah, dan elastisits arteri.
19
1) Curah Jantung
Tekanan darah bergantung pada curah jantung. Saat volume
pada ruang tertutup (seperti dalam pembuluh darah) bertambah,
maka tekanan akan meningkat. Curah jantung meningkat karena
adanya peningkatan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas otot
jantung, atau volume darah. Perubahan frekuensi jantung terjadi
lebih cepat dibandingkan perubahan kontrkatilitas otot jantung
atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung yang cepat akan
menurunkan waktu pengisian jantung. Akibatnya, terjadi
penurunan tekanan darah.
2) Resistensi perifer
Tekanan darah bergantung pada resistensi vaskuler perifer.
Darah bersikulasi melalui jaringan arteri, arteriola, kapiler, veula,
dan vena. Arteri dan arteriola dikelilingi otot polos yang
berkontraksi atau berelaksasi untuk mengubah ukuran lumen.
Ukuran tersebut akan berubah untuk menyesuaikan diri terhadap
aliran darah sesuai kebutuhan jaringa lokal. Darah bagi organ
utama menjadi lebih banyak karena adanya perubahan resistensi di
perifer. Semakin kecil ukuran lumen pembuluh darah perifer,
maka semakin besar resistensinya terhadap aliran darah. Resistensi
meningkat mengakibatkan tekanan darah arteri meningkat, dengan
dilatasi maka tekana darah akan menurun.
3) Volume Darah
Volume darah yang bersirkulasi dalam sistem vaskular
mempengaruhi tekanan darah. Sebagian besar individu dewasa
memilki volume darah sebesar 500 ml dan volumenya biasanya
tetap. Tekanan dinding arteri meningkat disebabkan peningkatan
volume darah. Tekanan darah menurun apabila volume darah
berkurang.
4) Kekentalan
Kekentalan atau viskositas darah akan mempengaruhi
kemudahan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Hemtokrit
menentukan kekentalan darah. Tekanan arteri meningkat apabila
20
10) Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma
chestpice diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju
klien.
11) Tutup katup balon tekanan searah jarum jam sampai kencang.
13) Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
16) Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari
lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.
17) Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan
kembali lengan atas serta beritahu hasil pengukuran pda klien.
Beberapa hal yang harus diingat dalam pengukuran tekanan darah,
diantaranya :
1) Ukurlah tekanan darah sebelum makan atau 30 menit sesudah
makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun kafein (lili dan
Tantan, 2007).
B. Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data dari sumber primer (pasien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan, dan analisis data) sebagai dasar untuk
melakukan diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005).
a. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
penanggung jawab, status kawin, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
23
2) Sistem penglihatan
3) Sistem pendengaran
e. Pengkajian Kemandirian
Terlampir.
2. Diagnosa Keperawatan
Subjektif Objektif
1. Tekanan darah meningkat
(tidak tersedia)
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Pross berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesit
4. Perilaku emosional
1) Cemas
2) Gelisah
3. Perencanaan Keperawatan
c. D.A.R
Format dokumentasi D.A.R membantu perawat untuk mengatur
pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan
pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan
mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim
kesehatan.
D : Data Data objektif dan subjektif yng mendukung masalah
A : Action Tindakan yang segera harus dilakukan untuk mengatasi
masalah
R : Respon Respon pasien terhadap tindakan perawat sekaligus
melihat tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi
kasus untuk eksplorasi masalah pada kasus asuhan keprawatan pada lansia
dengan gangguan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu tahun. Pendekatan yang digunakan adalah pendakatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencaaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan hipertensi di Panti Sosial
Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu adalah individu yang menderita
dengan gangguan atau penyakit hipertensi. Adapun subyek penelitian yang
41
akan diteliti berjumlah satu orang dengan satu kasus dengan masalah
keperawatan dengan gangguan hipertensi.
3. Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten,
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
E. Prosedur Penenelitian
Penelitian ini diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau
proposal dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teoritis
asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Gangguan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu tahun 2019. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian
berupa hasil pengukuran, observasi, dan wawancara terhadap pasien yang
42
G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara
mengumpulkan data secara langsung pada pasien denggan menggunakan
format pengkajian yang baku dari kampus, yang dilakukan sesuai dengan
jadwal dinas perawata di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat catatan
medis/status pasien, baik kepada pasien langsung, keluarga, dokter dan
tenaga medis lainnya agar mendapat data yang valid. Di samping itu,
43
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian
yang dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Selanjutnya hasil pengumpulan data pengkajian di analisis dengan
membandingkan dengan teori yang telah disusun pada bab sebelumnya
(bab 2) untuk mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk
menyusun tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi dilaksanakn
kepada pasien sesuai rencana-rencana yang telah disusun (implementasi).
Hasil implementasi dianalisis untuk mengevaluasi kondisi
pasien apakah masalah sudah teratasi, teratasi sebagian, dimodifikasi atau
diganti dengan masalah keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian,
penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dituangkan
dalam bentuk narasi pada bab pembahaan, yang dibandingkan dengan
teori-teori yang sudah disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkang teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta
: salemba Medika
44
Pengkajian Kemandirian
tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi 2 /3x/hari
7 Jalan di 0 5 Mandiri/dibantu
permukaan
datar
8 Naik turun 5 10 Tanpa bantuan / dengan bantuan
tangga untuk mengambil makan di
dapur umum BPPLU
9 Mengenakan 5 10 Mandiri / dibantu
pakaian
10 Control bowel 5 10 Frekuensi Rutin
(BAB) 1x/hari/1x/2
hari
Konsistensi
Padat,cair
11 Kontrol 5 10 Frekuensi 4-5 x/hari
bladder Warna Kuning
(BAK) jernih,keruh
12 Olahraga/latih 5 10 Frekuensi Jarang /tidak
an Jenis pernah
-
13 Rekreasi/pem 5 10 Frekuensi 1 x/tahun
anfaatan Jenis Wisata
waktu luang
Total skor adalah
Keterangan:
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
47
Interpretasi hasil:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat.