Anda di halaman 1dari 52

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) lanjut usia (lansia) adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih, Secara global pada tahun
2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7%
dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukkan pada
tahun 2000 usia harapan hidup orang di dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012
naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun. Jumlah proporsi
lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya.
Di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 15 juta jiwa atau
7,2% dari total populasi. Pada tahun 2006 jumlah lansia meningkat menjadi 19
juta jiwa atau 8,5% dari total populasi. Pada tahun 2010 jumlah lansia meningkat
menjadi 24 juta jiwa atau 9,7% dari total populasi dan diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Riskesdas, 2013 dan
Kemenkes RI, 2014). Di provinsi Bengkulu jumlah lansia pada tahun 2011
berjumlah sekitar 99 ribu jiwa. Jumlah lansia meningkat menjadi 103 ribu jiwa
pada tahun 2012. Jumlah lansia meningkat menjadi 109 ribu jiwa pada tahun
2013. Diperkirakan jumlah lansia akan terus meningkat setiap tahunnya (Badan
Pusat Statistik, 2015).
Bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada tubuh manusia tersebut,
tidak hanya mengalami perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial tetapi seksual
juga kan mengalami perubahan (Azizah, 2011). Perubahan fisik yang tejadi pada
lansia akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap beberapa penyakit.
Penambahan usia pada manusia sampai menjadi tua terjadi resiko peningkatan
penyakit antara lain kelainan jantung dan pembuluh darah (muniroh, ddk, 2007).
Meningkatnya usia seseorang akan diikuti dengan meningkatnya kejadian
hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya perubahan alami jantung, pembuluh
2

darah dan kadar hormon (Juneidi, dkk, 2013). Akibatnya, masalah kesehatan yang
sering terjadi pada lansia adalah hipertensi atau tekanan dengan darah tinggi
(Kowalski, 2010).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh
manusia. Kelancaran peredaran darah keseluruh tubuh sangat penting karena
darah berfungsi sebagai media pengangkat oksigen dan zat-zat lain yang
diperlukan dalam pertumbuhan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi
mengangkut sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi dari jaringan tubuh.
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan pada waktu jantung berkontraksi
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada saat jantung mengendor kembali
(Gunawan, 2001). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik. Dengan nilai normal berkisar 100/60 mmHg
sampai 140/90 mmHg (Smelzer dan Bare, 2001).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah sistolik yang
melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik yang lebih dari 90 mmHg.
Dari tahun ketahun didapatkan peningkatan prevalensi penderita hipertensi seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi obesitas dan kesadaran
masyarakat akan penyakit ini (Mohani, 2014). Tekanan darah yang meningkat
terjadi karena penurunan elastisitas dari dinding aorta. Pada lansia umumnya juga
akan terjadi penurunan ukuran dari organ-organ tubuh tetapi tidak pada jantung.
Jantung pada lansia umumnya akan membesar. Hal ini nantinya akan berhubungan
kelainan pada sistem kardiovaskuler yang akan menyebabkan gangguan pada
tekanan darah seperti hipertensi (Fatmah, 2010).
Hipertensi di dunia diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau
sekitar 12,8% dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari Disability
Adjusted Life Years (DALY). Tidak ada perbedaan prevalensi antara laki-laki dan
wanita tetapi prevalensi terus meningkat berdasarkan usia. 5% usia 20-39 tahun,
26% usia 40-59, dan 59,6% untuk usia 60 tahun ke atas (Aoki dkk, 2014). Saat ini
hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia karena merupakan kondisi
3

yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Riskesdas pada tahun
2018 hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 34,1% (Kemenkes
RI, 2018).
Prevalensi penyakit hipertensi di kota Bengkulu cenderung meningkat.
Pada tahun 2005 prevaleni (1,7%) meningkat menjadi (2,6%), tahun 2007
sebanyak (2,7) dan tahun 2008 sebanyak (2,8%) (Dinas Kesehatan Bengkulu,
2010). Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penyakit hipertensi
merupakan sepuluh penyakit terbesar dan jumlah penderita hipertensi cenderung
meningkat di kota Bengkulu. Pada tahun 2012 adalah 8.709 orang menjadi 9.210
pada tahun 2013 (Dinkes Bengkulu, 2014). Pada tauhn 2018 hipertensi meningkat
menjadi 22,22 % (RISKESDAS) (Kemenkes, 2018). Berdasarkan data di Panti
Soial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengku pada tahun 2017 terdapat jumlah pasien
dengan hipertensi berjumlah 25 pasien, dan pada september 2018 meningkat
menjadi 42 pasien (Panti Sosial Tresna Werdha, 2018).
Lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
tinggal dengan kelompok, tidak ada keluarga yang mengurus, dan tidak mampu
mengatasi hipertensi secara mandiri. (BPPLU, 2018). Berdasarkan latar belakang
di atas penulis tertarik untuk melakukan analisa “Bagaimana gambaran asuhan
keperawatan pada lansia dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar
Dewa Bengkulu 2018 ?”.

B. Masalah Penelitian
Tingginya angka lansia yang mengidap hipertensi di Panti Sosial Tresna
Werdha Pagar Dewa Bengku serta lansia yang tinggal disana dengan kelompok,
tidak ada keluarga yang mengurus, dan tidak mampu mengatasi hipertensi secara
mandiri. (Panti Sosial Tresna Werda, 2018).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
2018 ?”.
4

C. Batasan Masalah
Penulis membatasi Laporan Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan
Pada Lansia Dengan Gangguan Hipertensi difokuskan pada 1 (satu) lansia dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan Hipertensi di Panti
Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil Pengkajian pada pasien dengan Hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun.
b. Mendeskripsikan hasil Diagnosa Keperawatan pada lansi dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu tahun
2018.
c. Mendeskripsikan hasil Intervensi keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
tahun 2018.
d. Mendeskripsikan hasil Implementasi keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat.
e. Mendeskripsikan hasil Evaluasi keperawatan yang telah dilaksanakan.
f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui rencana tindakan, dapat melaksanakan tindakan
keperawatan, dapat mengevaluasi hasil asuhan keparawatan yang akan
dilaksanakan, dan dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan, serta menambah pengetahuan, wawasan dan
pengaplikasiannya dalam pengembangan ilmu ksehatan.
5

2. Manfaat bagi Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu


Laporan proposal studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,
informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan kepada pasien
dengan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu
tahun 2018.
3. Manfaat bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Laporan Karya Tulis Ilmiah studi kasus ini dapat dijadikan sebagai
masukan bagi jurusan keperawatan dalam upaya peningkatan proses
pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi.
4. Manfaat bagi Mahasiswa
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
pengembangan asuhan keperawatan lansia bagi mahasiswa selanjutnya
yang tertarik untuk menulis tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hipertensi.
5. Manfaat bagi peneliti lain
Dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Lansia
a. Definis Lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia apabila usianya 65 tahun keatas (Effendy, 2009). Menurut
BAB 1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan masyarakat Usia Lanjut, lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi
dengan stres lingkungan (Pudjiastusi, 2013).
b. Karakteristik Lansia
Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup
batasan umur lansia dari beberapa ahli dan sumber dokumen negara
(Nugroho, 2008).
1) Menurut UU No. 13 Tahun 1998 BAB 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia (enam
puluh) tahun ke atas”.
2) Menurur World Health Organization (WHO) lansia dibagi menjadi
:
a) Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b) Lanjut Usia (elderly) : 60-74 tahun
c) Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
3) Menurut Departemen Kesehatan dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu : (BKKBN, 2014)
a) Kelompok lansia dini (55-64 tahun)
b) Kelompok lansia (65 tahun keatas)
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia labih
dari 70 tahun.
c. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia
Bagian tubuh lansia yang paling sering menunjukkan tanda
klinis dalam penurunan fungsinya adalah sistem kardiovaskuler.
7

Elastisitas dinding pembuluh aorta menurun, katup jantung menebal


dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berusia 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume darah yang dipompakan. Sesuai
konsep menua menurut Gildman dan Kaltz (2007) dalam Wahjudi
(2008), menyatakan dalam teorinya wear dan tear tubuh dan selnya
mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalah gunakan
(overuse and abuse). Fungsi organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal,
kulit, dan yang lainnya menurun karena toksin di dalam makanan dan
lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol,
nikotin, stres fisik, dan emosional. Kehilangan elastisitas pembuluh
darah, menyebabkan kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk menyalurkan darah, sering terjadi postural hipotensi. Penurunan
sel otot jantung akibat menua, menyebabkan menurunnya kekuatan
otot jantung. Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum
dan fungsi lain jantung juga ikut menurun. Pada lanjut usia tekanan
darah akan naik secara bertahap, elastisitas jantung pada orang berusia
70 tahun menurun sekitar 50% dibandingkan dengan orang muda
berusia 20 tahun. Pada usia 90 tahun, curah jantung menurun dan
menimbulkan efek pada otot, paru, dan ginjal karena berkurangnya
arus darah ke organ tubuh (Wahjudi, 2008).
d. Prevalensi Gangguan Pada Lansia
Ada beberapa penyakit yang sangat erat hubungannya dengan
proses menua sesuai dengan tabel 2.1

Tabel 2.1 Prevalensi Gangguan yang Brersifat Kronis pada Lansia


Masalah Yang terkena (%)
1 2
Hipertensi 57,6
Arthritis 51,9
Stroke 46,1
Masalah gigi dan mulut 19,1
PPOK 8,6
8

Diabetes melitus 4,8


Sumber : Riskesdas, 2013
Penyakit terbanyak yang menyerang lansia adalah hipertensi (57,6%),
dibandingkan dengan penyakit lainnya seperti arthritis (51,9%), stroke
(46,1%), maslah gigi dan mulut (19,1%), PPOK (8,6%), dan diabetes
melitus (4,8%) (Riskesdas, 2013)

2. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Istilah Hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension
yang berasal dari bahasa Latin“hyper” dan “tensioan”. “Hyper”
berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti tekanan atau
teganggan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang
populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah
adalah tenaga yng dipakai leh darah yang dipompakan dari jantung
untuk melawan tahanan pembuluh darah, jika tekanan darah seseorang
meningkat dengan tajam dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut
dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi
(Gunawan, 2001).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten, dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik
90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut
WHO 1996, batasan tekanan darah normal orang dewasa adalah
maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas
angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda,
orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi. Penderita
hipertensi memilki resiko lebih besar untuk mendapatkan serangan
jantung dan stroke (Suwarsa, 2006).
b. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya
perubahan-perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup
jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, sehingga
9

kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas


pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Brunner & Suddarth, 2000).
Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti
penyebabnya, namun beberapa data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi yaitu:
1) Faktor keturunan : Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara
yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia
menderita tekanan darah tinggi lebih besar, statistik menunjukkan
bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar
identik dari pada yang kembar tidak tidak identik. Sebuah penilitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah
tekanan darah tinggi. Faktor genetik tampaknya bersifat
mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada
pengaturan tekanan darah.
2) Ciri perseorangan; Usia; penelitian menunjukkan bahwa seraya
usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat.
Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat
muda akan sama ketika anda bertambah tua. Namun anda dapat
mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal, jenis
kelamin; laki-laki lebih mudah terkena hipertensi daripada
perempuan. Ras; ras kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi
dari pada ras kulit putih.

3) Kebiasaan hidup; Konsumsi garam tinggi (laih dari 30 gram);


garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada
beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita
hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit
hitam. Makan berlebihan (kegemukan); orang yang memilki berat
badan di atas 30 persen berat badan ideal, memilki kemungkinan
lebih besar menderita tekanan darah tinggi. Kandungan lemak yang
10

berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada


dinding pembuluh darah.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan
akibatnya tekanan darah akan meningkat. Stres; stres dan kondisi
emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
Merokok; merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes,
serangan jantung, dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang
terus dilanjutkan ketika memilkiki tekanan darah tinggi, merupakan
kombinasi yang sangat bahaya yang akan memicu penyakit-penyakit
yang berkaitan dengan jantung dan darah. Alkohol; konsumsi alkohol
secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi. Minum
obat-obatan (prednison, epinefrin).
Sedangkan penyakit hipertensi sekunder adalah; lesi arteri
renalis, displasia fibrovaskular, kerusakan ginjal/kelainan ginjal,
kelainan endokrin, kerusakan saraf, sleep-apnea, drug – induced atau
drug-related hypertension, penyakit gunjal kronik, aldosteronisme
primer, penyakit renovaskular, terapi steroid jangka lama dan sindrom
Chuing, feokromositoma, koarktosia oarta, dan penyakit thyroid atau
parathyroid (Brunner & Suddarth, 2000).

c. Patofisologi Hipertensi (Aspiani, 2016)


Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
11

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh


darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstiktor. Klien dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap
norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
struktur dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan terebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya rengang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“Hipertensi palsu” disebabkan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmanometer.
12

d. Manifestasi Klinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi :
1) Tidak Bergejala : Maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan darah arteri tenaga kesehatan yang memeriksa, jika
kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa.

2) Gejala yang lazim : Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah


nyeri kepala, kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang
terlazim pula pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut (Aspiani, 2016), manifestasi klinis pasien hipertensi
diantaranya : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah,
mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang
sering ditemukan : marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang.

e. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi pada lansia sesuai dengan tabel 2.3


Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <140 <90
Mild Hypertension 140-159 90-99
13

Moderate Hypertension 160-179 100-109


Severe Hypertension 180 110
Sumber : Scottish Intercollegiate Guidelines Network, (2008)

f. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam
tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi Hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut
(Wijaya dkk, 2016):
1) Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
dan penyakit jantung koroner. Pada penderita Hipertensi, beban
jantung akan meningkat, otot jantng akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan yang
tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau edema, kondisi ini disebut gagal
ginjal.
2) Otak
Komplikasi Hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati resiko stroke 7 kali lebih besar.
3) Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak
mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam
tubuh.
4) Mata
Pada mata Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya Retinopati
Hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hipertensi (Aspiani, 2016) :
1. Laboratorium
14

a) Albuminuria pada Hipertensi karena kelainan parenkim ginjal


b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada Hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
c) Darah parifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin)
2. EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miokard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3. Foto Rongen
a) Bentuk dan besar jantung Nothing dari iga pada koarktasi
aorta
b) Pembendungan, lebarnya paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vaskuler ginjal

h. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Tatalaksana Farmakologi yang diterapkan pada penderita
Hipertensi adalah sebagai berikut (Aspiani, 2016) :
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jatung
d. Obat-obatan
a) Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya, juga dapat
menurunkan TPR.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot
polos jantung atau enzim dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
c) Antagonis (penyekat) reseptor beta (-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung
untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
d) Vasodilator arteriol digunakan untuk menurunkan TPR,
misalnya : natrium, nitroprusida, nikardipin, hidrazalin,
nitrogliserin, dll.
2) Penatalaksanaan non Farmakologis pada penderita Hipertensi,
antara lain (Aspiani, 2016) :
a. Pengaturan diet
15

Berbagai studi menunjukkn bahwa diet dan pola hidup sehat


dan / atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal
ginjal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi
ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan :
a) Rendah garam, diet rendah garm dapat menurunkan
tekanan darah pada klien Hipertensi. Dengan
pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti Hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100mmol atau setara
dengan3-6 gram garam per hari.
b) Diet kaya buah dan sayur, dapat mengurangi asupan
lemak lemak jenuh dan lemak total.
c) Diet rendah kolestrol, sebagai pencegah terjadinya
jantung koroner.
b. Penurunan berat badan. Mengatasi obesitas, pada sebagian
orang dengan cara menurunkan berat badan mengurangi
tekanan darah dan dengan mengurangi beban kerja jntung dan
volume secukup.
c. Olahraga, olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik dapat juga
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan
untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat Hipertensi.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat, berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol, pentig untuk mengurangi
efek jangka panjang Hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan airan darah ke berbagi organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
16

e. Penurunan stres, sress memang tidak menyebabkan Hipertensi


yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi.
f. Terapi massage (pijat), pada prinsipnya pijat yang dilakukan
pada penderita Hipertensi adalah untuk memperlancar aliran
energi dalam tubuh sehingga gangguan Hipertensi dan
komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi
terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan
otot dan hambatan lain maka resiko Hipertensi dapat ditekan.
3) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Anjurkan istirahat
b) Anjurkan diit rendah natrium dan tinggi protein
c) Anjurkan posisi semi fowler dan tirah baring
d) Anjurkan tidur yang adekuat
e) Anjurkan banyak mengkonsumsi buah dan sayur

3. Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah (Ronny, 2009). Menurut Sherwood (2011)
tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh dinding pembuluh
darah dan bergantung pada volume darah yang terkandung didalam
pembuluh darah dan compliance, atau distensibilitas dinding
pembuluh darah (seberapa mudah pembuluh darah dapat
direnggangkan). Tekanan darah dibedakan menjadi tekanan darah
sistolik dan tekanan darah distolik. Tekanan darah sistolik adalah
tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah
17

disemprotkan ke dalam pembuluh darah, rerata tekanan sistolik adalah


120 mmHg. Tekanan distolik adalah tekanan minimal didalam arteri
ketika darah mengalir keluar menuju pembuluh yang lebih kecil dihilir
waktu, rerata adalah 80 mmHg.
b. Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah diklasifikasikan seperti yang tercantum di Tabel 2.4


Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg)
Hipertensi < 100 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stadium 1 (Hipertensi ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (Hipertensi sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180-209 110-109
Stadium 4 (Hipertensi maligna)  210  120
Sumber : Potter dan Perry, 2015

c. Faktor Yang Memengaruhi Tekanan Darah


1) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalamai kenaikan tekanan darah (Potter an Perry, 2015).
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun, sedangkan
tekanan distolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis
(Anonim, 2010). Pengaruh usia terhadap tekanan darah dapat
dilihat dari aspek pembuluh darah yaitu semakin bertambah usia
akan menurunkan elastisitas pembuluh darah arteri perifer
sehingga meningkatkan resistensi atau tahanan pembuluh darah
perifer. Peningkatan tahan perifer akan meningkatkan tekanan
darah (Guyton, 2001).
2) Stres
18

Rasa cemas, takut, nyeri, dan stres emosi menigkatkan


stimulasi saraf otonom simpatik yang meningkatkan volume
darah, curah jantung, dan tekanan vaskuler perifer. Efek stimulus
saraf bagian simpatik ini dapat meningkatkan tekanan darah
(Potter dan Perry, 2015).
3) Medikasi
Banyak medikasi yang secara berlangsung maupun tidak
langsung mempengaruhi tekanan darah, seperti anthipertensi, dan
analgesik narkotik yang dapat menurunkan tekanan darah (Potter
dan Perry, 2015).
4) Variasi Diurnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari dan tidak
ada orang yang pola dan derajat variasinya sama (Potter dan Perry,
2015). Tekanan darah paling tinggi di waktu pagi hari dan paling
rendah pada saat tidur malam hari yang dapat mencapai 80-90
mmHg sistolik dan 40-60 diastolik (Kusmuna, 2007).

5) Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari
tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah
pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung memilki
tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia tersebut
(Potter dan Perry, 2015).
6) Kebiasaan Sehari-hari
Mengkonsumsi kafein atau merokok dalam waktu 30 menit
sebelum pengukuran dapat meningkatkan tekanan darah (Price dan
Wilson, 2009).
7) Berat Badan pasien dengan obesitas cenderung memilki tekanan
darah lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non obesitas
(Kusmuna, 2007).
d. Fisiologi Tekanan Darah
Menurut (Potter dan Perry, 2015) tekanan darah menggambarkan
hubungan antara curah jantung resistensi perifer, volume darah,
kekentalan darah, dan elastisits arteri.
19

1) Curah Jantung
Tekanan darah bergantung pada curah jantung. Saat volume
pada ruang tertutup (seperti dalam pembuluh darah) bertambah,
maka tekanan akan meningkat. Curah jantung meningkat karena
adanya peningkatan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas otot
jantung, atau volume darah. Perubahan frekuensi jantung terjadi
lebih cepat dibandingkan perubahan kontrkatilitas otot jantung
atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung yang cepat akan
menurunkan waktu pengisian jantung. Akibatnya, terjadi
penurunan tekanan darah.
2) Resistensi perifer
Tekanan darah bergantung pada resistensi vaskuler perifer.
Darah bersikulasi melalui jaringan arteri, arteriola, kapiler, veula,
dan vena. Arteri dan arteriola dikelilingi otot polos yang
berkontraksi atau berelaksasi untuk mengubah ukuran lumen.
Ukuran tersebut akan berubah untuk menyesuaikan diri terhadap
aliran darah sesuai kebutuhan jaringa lokal. Darah bagi organ
utama menjadi lebih banyak karena adanya perubahan resistensi di
perifer. Semakin kecil ukuran lumen pembuluh darah perifer,
maka semakin besar resistensinya terhadap aliran darah. Resistensi
meningkat mengakibatkan tekanan darah arteri meningkat, dengan
dilatasi maka tekana darah akan menurun.
3) Volume Darah
Volume darah yang bersirkulasi dalam sistem vaskular
mempengaruhi tekanan darah. Sebagian besar individu dewasa
memilki volume darah sebesar 500 ml dan volumenya biasanya
tetap. Tekanan dinding arteri meningkat disebabkan peningkatan
volume darah. Tekanan darah menurun apabila volume darah
berkurang.
4) Kekentalan
Kekentalan atau viskositas darah akan mempengaruhi
kemudahan aliran darah melalui pembuluh darah kecil. Hemtokrit
menentukan kekentalan darah. Tekanan arteri meningkat apabila
20

aliran darah melambat. Jantung lebih kuat berkontraksi untuk


memindahkan darah di sepanjang sistem sirkulasi.
5) Elastisitas
Dinding arteri normal brifat elastisitas dan dapat merengang.
Peningkatan tekanan darah dalam arteri mempengaruhi diameter
pembuluh darah semakin bertambah untuk mengakomodasi
perubahan tekanan. Distensibilitas arteri mencegah fluktasi yang
besar dalam tekanan darah.

e. Pengukuran Tekanan Darah


Menurut Potter dan Perry (2015), pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :

1) Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan


darah.

2) Siapkan sphygmomanometer dan stetoskop serta alat tulis.

3) Anjurkan klien untuk menghindari kafein dan merokok 30 menit


sebelum pengukuran.

4) Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.

5) Posisikan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan


menghadap keatas.

6) Gulung lengan baju bagian atas lengan.

7) Palpasi arteri radialis dan letakkan manset 2,5 cm diatas nadi


brakialis, selanjutnya dengan manset masih kempis pasang manset
dengan rata dan pas sekeliling lengan atas.

8) Pastikan manometer diposisikan secara vartical sejajar mata dan


pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1meter.
21

9) Letakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi


jelas, tidak redup (muffled).

10) Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma
chestpice diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju
klien.

11) Tutup katup balon tekanan searah jarum jam sampai kencang.

12) Gembungkan manset 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang


dipalpasi kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air
raksa turun dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.

13) Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.

14) Lanjutkan mengempiskan manset dan catat titik dimana bunyi


redup timbul.

15) Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada manometer


sampai 2 mmHg terdekat/ saat bunyi tersebut hilang.

16) Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset dari
lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

17) Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan rapikan
kembali lengan atas serta beritahu hasil pengukuran pda klien.
Beberapa hal yang harus diingat dalam pengukuran tekanan darah,
diantaranya :
1) Ukurlah tekanan darah sebelum makan atau 30 menit sesudah
makan, merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun kafein (lili dan
Tantan, 2007).

2) Ukurlah tekanan darah sebelum dan setelah berolahraga atau


ukurlah tekanan darah segera sesudah latihan (Lili dan Tantan,
2007; Mahler et al, 1995).
22

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan
data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data dari sumber primer (pasien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan, dan analisis data) sebagai dasar untuk
melakukan diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005).
a. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
penanggung jawab, status kawin, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
23

Biasanya pasien yang mengalami Hipertensi akan mengeluh sakit


kepala terutama pada bagian tengkuk, tidak bisa tidur, dan
mengeluh pusing.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian
tengkuk, mata berkunang-kunang, susah tidur serta pemeriksaan
fisik diperoleh tekanan darah lebih dari normal.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit hipertensi ini adalah penyakit dari genetik yang menahun
dan sudah lama dialami oleh pasien atau anggota keluarga lainnya
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adakah penyakit yang diderita anggota keluarga yang memiliki
penyakit hipertensi.
5) Riwayat psikososial-spiritual
a) Psikososial : Perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah
cemas/sedih ?
b) Sosial : Bagaiman hubungan klien dengan orang lain maupun
orang terdekat klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan
di rumah sakit ?
c) Spiritual : Apakah klien tetap menjalankan ibadah selama
perawatan di rumah sakit ?
c. Data Dasar Pengkajian pada Pasien Hipertensi, meliputi (Doengoes
2010 & Aspiani 2016):
1) Nutrisi
Makanan yang biasa dikonsumsi mencakup makanan tinggi natrium
seperti makanan awitan, tinggi lemak, tinggi kolestrol, perubahan
berat badan (meningkat).
2) Eliminasi
Biasanya pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan
pada pola eleminasi kecuali hipertensi yang diderita sudah
24

menyerang target organ seperti ginjal dan akan mengakibatkan


gangguan pada proses eliminasi urin.
3) Personal Hygiene
Pada pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan
pada proses personal hygiennya, dalam beberapa kasus pada pasien
dengan hipertensi berat dengan komplikasi mengakibatkan pasien
mengalami gangguan dalam pemenuhan personal hygiennya,
contohnya pada pasien dengan stroke yang menyerang organ otak
mengakibatkan pasien mengalami kelumpuhan sehingga pasien tidak
dapat melakukan pola aktivitas personal hygien dengan mandiri.
4) Istirahat tidur
Aktivitas istirahat pada pasien hipertensi terjadi gangguan pola tidur,
seperti; susah tidur, sering terbangun pada saat malam hari, gelisah
karena pusing, akibatnya aktivitas pasien terganggu, pada kasus
Hipertensi berat terjadinya kelelahan fisik, lemah, letih, resiko jatuh,
nafas pendek, gaya hidup monoton dengan frekuensi jantung
meningkat, perubahan trauma jantung dan takipnea.

d. Review of system (Doenges, 2010)

1) Pemeriksaan fisik umum

Pada pasien dengan Hipertensi biasanya memiliki berat badan yang


normal atau melebihi indeks masa tubuh, berat badan normal, tekan
darah >160/90 mmHg (pada lansia), nadi >100 x/menit, frekuensi
nafas 16-24x/menit pada Hipertensi berat terjadi pernafasan
takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal, suhu tubuh 36,5-
37,50C pada Hipertensi berat suhu tubuh dapat menurun dan
mengakibatkan pasien hipotermi, keadaan umum pasien
25

composmentis pada kasus hipertensi berat dengan komplikasi dapat


mengakibatkan pasien mengalami gangguan kesadaran dan sampai
pada koma, contohnya stroke hemorogik.

2) Sistem penglihatan

Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem penglihatan yang


baik, pada kasus hipertensi berat pasien mengalami penglihatan
kabur dan terjadinya anemis pada konjungtiva.

3) Sistem pendengaran

Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami gangguan pada fungsi


pendengaran dan fungsi keseimbangan.
4) Sistem wicara
Pada kasus hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada sistem
wicara. Pada kasus Hipertensi berat terjadinya gangguan pola / isi
dan orientasi bicara
5) Sistem pernafasan
Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-24x/menit dengan
irama teratur, pada kasus hipertenssi tertentu seperti Hipertensi berat
pasien mengalami gangguan sistem pernafasan seperti takipnea,
dyspnea, dan orthopnea, adanya distress pernafasan / penggunaan
otot-otot pernafasan pada hipertensi berat, frekuensi pernafasan
>24x/menit dengan irama pernafasan tidak teratur, kedalaman nafas
cepat dan dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk
pasien sehingga mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat
bunyi mengi.
6) Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
Secara umum keadaan sirkulasi perifer pada pasien dengan
Hipertensi ringan dalam keadaan normal dengan frekuensi nadi
60-100x/menit, irama teratur. Pada kasus hipertensi berat
26

frekuensi nadi pasien dapat mencapai >100 x/menit, irama tidak


teratur dan lemah, TD >160/90 mmHg, terjadinya distensi vena
jugularis dan pasien mengalami hipotermi, warna kulit pucat
(sianosis).
b. Sirkulasi jantung
Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung, dalam keadaan
normal dengan kecepatan denyut jantung apikal teratur dan
terdapt bunyi jantung tanbahan (S3), adanya nyeri dada paa
kasus hipertensi sekunder dengan komplikasi kelainan jantung.
7) Sistem hematologi
Pasien mengalami ganguan hematologi pada hipertensi berat yang
ditandai dengan keadaan umum pucat, perdarahan yang
mengakibatkan stroke dikarenakan obstruksi dan pecahnya
pembuluh darah.
8) Sistem syaraf pusat
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepla dan
tengkuk, kesadaran composmetis, pada Hipertensi berat kesadaran
dapat menurun menjadi koma, refleks fisiologis meliputi refleks
biceps fleksi dan triceps ekstensi, serta refleks patologis negatif.
9) Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada
kasus hipertensi berat dengan komplikasi menyerang organ pada
abdomen mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada daerah
abdomen.
10) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada
sistem endokrin.
11) Sistem urogenital
Terjadinya perubahan pola kemih pada hipertensi sekunder yang
menyerang organ ginjal sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
pola berkemih yang sering terjadi pada malam hari.
27

12) Sistem integument


Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya edema pada
hipertensi sekunder didaerah ekstremitas.
13) Sistem muskuloskeletal
Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami gangguan pada
sistem muskuloskeletal, tetapi pada hipertensi berat pasien
mengalami kesulitan dalam bergerak dan kelemahan otot.

e. Pengkajian Kemandirian
Terlampir.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah
(Carpenito, 2000).
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien Hipertensi
berdasarkan respon pasien (Doengoes, 2006) yang disesuaikan dengan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (2016) yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Infeksi,
iskemia, neoplasma)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri * 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
28

Subjektif Objektif
1. Tekanan darah meningkat
(tidak tersedia)
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Pross berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesit

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Perubahan irama jantung 1. Perubahan irama jantung
1) Palpitasi 1) Bradikardi/takikardi
2) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2. Perubahan Preolad
2. Perubahan Preload 1) Edema
1) Lelah 2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure
(CVP) meningkat /
menurun
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
3. Perubahan afterload meningkat / menurun
1) Dispnea 2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capilary refill time > 3
detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan /
atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan / atau S4
2) Ejection fraction (EF)
4. Perubahan kontraktilitas menurun
1) Paroxymal nocturnal
dyspnea (PND)
2) Orthopnea
3) Batuk
29

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Perubahan preload 1. Perubahan preload
(tidak tersedia) 1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
pressur (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
2. Perubahan afterload
(tidak tersedia) resistance ( PVR )
meningkat / menurun
2) Systemic vacular reitence
(SPR) meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
3. Perubahan kontraktilitas menurun
(tidak tersedia) 2) Left ventricural stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index (SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional
(tidak tersedia)

4. Perilaku emosional
1) Cemas
2) Gelisah

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Dispnea setelah kelelahan 1. Tekanan darah berubah >20%
2. Merasa idak nyamn setelah
dari kondisi istirahat
30

beraktivitas 2. Gambaran EKG menunjukkan


aritmia
3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis

4. Gangguan Pola tidur berhubungan dengan tekanan intrakranial ke otak


Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga (tidak tersedia)
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidu berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh menurunnya (tidak ada)
kemampuan beraktivitas

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk yang


menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan
terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan.
Perencanaan yang digunakan untuk kasus pada lansia dengan
hipertensi menggunakan teori Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan
NIC-NOC. Perencanaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut :
31

Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan


Intervensi
Diagnosa Rasional
Noc Nic
1. Setelah dilakukan tindakan Asuhan NIC : Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Keperawatan ...x... jam di harapkan 1. Monitor tandan-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum pasien
dengan agen : seperti Tekanan Darah, Nadi,
pencedera fisiologis NOC : Tingkatan Nyeri Suhu, dan Pernafasan
(mis. Infeksi, Di tingkatkan ke level 5 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Mengetahui perkembangan nyeri,
iskemia, neoplasma) 1. Berat komprehensif yang meliputi tingkat nyeri, dimana lokasi nyeri,
DS : 2. Cukup berat lokasi, karakteristik, onset/durasi, dan tanda-tanda nyeri sehingga
1) Mengungkapkan 3. Sedang frekuensi, kualitas, intensitas atau dapat menentukan intervensi
secara verbal atau 4. Ringan beratnya nyeri dan faktor selanjutnya
melaporkan nyeri 5. Tidak ada pencetus
DO : Dengan kriteria hasil : 3. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Mengetahui respon klien terhadap
1) Posisi untuk 1. Nyeri yang dilaporkan ketidaknyamanan nyeri
menghindari 2. Panjangnya episode nyeri 4. Gunakan teknik komunikasi 4. Menumbuhkan sikap saling
nyeri 3. Mengerang dan menangis terpeutik untuk mengetahui percaya
2) Respon otonomik 4. Frekuensi nyeri wajah pengalaman nyeri klien
misalnya, 5. Tidak bisa beristirahat 5. Ajarkan tentang teknik non 5. Mpernafasan dalam meningkatkan
perubahan farmakologi dengan cara asupan O2 sehingga kan
tekanan darah, relaksasi pernafasan dalam da menurunkan nyeri sekunder dari
pernafasan ajarkan teknik distraksi pada saat iskemia jaringan dan distraksi
3) Perubahan selera nyeri (pengalihan penglihatan) dapat
makan menurunkan stimulus internal
4) Perilaku distraksi denga mekanisma peningkatan
(misalnya, produksi endorfin dan enkefalin
mondar – mandir, yang dapat memblok reseptor
mencari orang nyeri untuk tidak dikimkan ke
dan atau aktivitas korteks serebri, sehingga
lain, aktivitas menurunkan presepsi nyeri.
32

berulang) 6. Mengetahui sejauh mana


5) Perilaku 6. Gali pengetahuan dan pengetahuan pasien tentang nyeri
ekspirassif kepercayaan pasien mengenai 7. Mengurangi rasa nyeri yang
(misalnya, nyeri dirasakan pasien
gelisah, merintih, 7. Atur posisi pasien senyaman 8. Pasien merasa tidak nyaman jika
menangis, dan mungkin bertentangan dengan budayanya
menghela nafas 8. Perimbangkan pengaruh budaya
panjang) terhadap respon nyeri 9. Memberikan pasien kenyamanan
6) Bukti nyeri yang 9. Tentukan akibat dari pengalaman dan menaggulangi nyeri
dapat diamati nyeri terhadap kualitas hidup
7) Gangguan tidur (mislnya; tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan, hubungan,
performa, kerja dan tanggung
jawab peran) 10. Menentukan tindakan apa yang
10. Gali bersama pasien faktor-faktor sesuai bagi pasien
yang dapat menurunkan atau
memberatkan nyeri 11. Istiraha membuat pasien lebih
11. Dukung istirahat/tidur yang nyaman dalam menggulangi nyeri
adekuat untuk penurunan nyeri 12. Mengetahui obat/tindakan apa
12. Kolaborasi degan pasien, orang yang sesuai dengan kebutuhan
terdekat dan tim kesehatan pasien
lainnya ntuk memilih dan
mengimplmentasikan tindakan
penurunan nyeri non farmakologi,
sesuai kebutuhan
2. Setelah dilakukan tindakan Asuhan NIC : Monitor Tanda-Tanda Vital
Penurunan curah Keperawatan ...x... jam 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, 1. Mengetahui keadaan umum klien
jantung berhubungan diharapkan : dan status pernafasan dengan cepat
dengan perubaha NOC : Keefektifan Pompa Jantung 2. Catat adanya disritmia jantung 2. Frekuensi dan irama jantung
afterload Ditingkatkan ke level 5 berespon terhadap obat dan
DO : 1. Deviasi berat dari kisaran aktivitas sesuai dengan terjadinya
33

1) Kulit dingin dan normal komplikasi/disritmia yang


berkeringat 2. Deviasi yang cukup berat dari mempengaruhi fungsi jantung
2) Denyut perifer kisaran normal atau meningkatkan kerusakan
menurun 3. Deviasi sedang dari kisaran iskemia.
3) Dispnea normal 3. Catat adanya tanda dan gejala 3. Munculnya tanda dan gejala
4) Peningkatan atau 4. Deviasi ringan dari kisaran penurunan cardiac output penurunan cardiac output
penurunan normal menunjukkan perlunya intervensi
tahanan vaskuler 5. Tidak ada deviasi dari kisaran segera
5) Peningkatan atau normal 4. Monitor status kardiovaskuler 4. Perubahan status kardiovaskuler
penurunan atau Dengan kriteria hasil : menunjukkan adanya resiko
tahanan vaskuler 1. Tekanan darah sistol penurunan curah jantung
sistemik 2. Tekanan darah distol 5. Monitor status pernafasan yang 5. Gagal nafas menunjukka
6) Oliguria 3. Denyut jantung apikal menandakan gagal jantung harusnya pemberian intervensi
7) Pengisisan ulang 4. Denyut nadi perifer lebih lanjut
kapiler 5. Keseimbangan intake dan 6. Monitor adanya perubahan tekanan 6. Hipotensi dapat terjadi
memanjang output dalam 24 jam darah sehubungan dengan disfungsi
8) Perubahan warna ventrikel
kulit 7. Monitor adanya dispnea, fatique, 7. Gangguan pola nafas
9) Variasi pada hasil takipnea dan ortopnea menandakan kurangnya jumlah
pemeriksaan sediaan oksigen
tekanan darah 8. Monitor tekana darah saat pasien 8. Tekanan darah pada posisi yang
berbaring, duduk, dan berdiri berbeda akan berbeda pula
sebelum dan sesudah perubahan hasilnya asalkan masih dalam
posisi batas normal
9. Monitor tekanan darah setelah pasien 9. Setelah minum obat tekanan
minum obat bila memungkinkan darah pasien tidak meningkat
10.Auskultasi tekanan darah di kedua (dalam batas normal)
lengan dan bandingkan 10. Tekanan darah pada kedua lengan
akan berbeda hasilnya asalkan
masih dalam batas normal
11.Monitor tekanan darah, denyut nadi, 11. Kelebihan latihan
34

dan pernafasan sebelum, selama, dan memepengaruhi fungsi miokard,


setelah beraktivitas dengan tepat nadi yang inadekuat merujuk
pada ketidakefektifan sirkulasi
12.Monitor irama dan tekanan jantung 12. Irama dan tekanan jantung
melihatkan kondisi klien
13.Monitor terkait dengan adanya tiga 13. Menandakan penurunan curah
tanda cushing reflex (misalnya jantung
tekanan nadi melebar, bradikardi,
dan peningkatan tekanan darah
sistolik)
14.Identifikasi kemungkinan penyebab 14. Tanda-tanda vital mengalami
perubahan tanda-tanda vital perubahan adanya gangguan pada
kondisi pasien
15.Anjurkan untuk menurunkan stress 15. Menurunkan kerja pompa
jantung
16.Catat adanya fluktasi tekanan darah 16. Hipertensi dapat terjadi
sehubungan dengan nyeri
17.Periksa secara berkala keakuratan 17. Instrumen yang akurat maka akan
instrumen yang digunakan untuk didapatkan data yang benar
perolehan data
3. Setelah dilakukan tindakan Asuhan NIC : Terapi Aktivitas
Intoleransi aktivitas Keperawatan ...x... jam 1. Memperimbangkan kamampuan 1. Pertimbangkan kemampuan
behubungan dengan diharapkan : lien dalam berpartisipasi melalui pasien dalam melakuakn
kelemahan NOC : Toleransi terhadap aktivitas aktivitas spesifik aktivitas
DS : Ditingkatkan ke level 5 2. Pertimbangkan komitmen klien 2. Memberi kesempatan pasien
1) Ketidaknyamana 1. Sangat terganggu untuk meningktkan frekuensi dan untuk menentukan aktivitas apa
n atau dispnea 2. Banyak terganggu jarak aktivitas yang ingin ia lakukan
saat beraktivitas 3. Cukup terganggu 3. Bantu klien untuk 3. Memberi kesempatan bagi
2) Melaporkan 4. Sedikit terganggu mengeksplorasikan tujuan pasien untu menentukan
keletihan atau 5. Tidak terganggu personal dari aktivitas-aktivitas aktivitas apa yang ingin ia
kelemahan secara Degan kriteria hasil : yang bisa dilakukan (misalnya; lakukan
35

verbal 1. Status oksigen ketika bekerja) dan aktivitas-aktivitas


DO : beraktivitas yang disukai 4. Membuat pasien lupa akan
1) Frekuensi jantung 2. Frekuensi nadi ketika 4. Bantu klien untuk fokus pada kelemahannya sehingga
atau tekanan beraktivitas kekuatan (yang dimilikinya) memberi paien energi untuk
darah tidak 3. Frekuensi pernafasan ketika dibandingkan dengan kelemahan beraktivitas
normal sebagai beraktivitas (yang dimilikinya)
respon terhaap 4. Kemudahan bernafas ketika 5. Bantu klien untuk 5. Membantu pasien untuk lebih
aktivitas beraktivitas mengidentifikasi dan memperoleh semangat untuk beraktivitas
2) Perubahan EKG 5. Kecepatan berjalan sumber-sumber yang diperlukan
yang untuk aktivitas-aktivitas yang
menunjukkan diinginkan
aritmia atau 6. Bantu klien untuk 6. Membantu pasien untuk memilih
iskemia mengidntifikasikan aktivitas yang aktivitas yang diinginkannya
diinginkan 7. Membantu pasien untuk
7. Bantu klien untuk melakukan aktivitas yang tidak
mengidentifikasikan aktivitas sia-sia
yang bermakna
8. Bantu klien untuk 8. Membantu klien untuk tidak
mengidentifikasi kelemahan melakukan aktivitas yang dapat
dalam level aktivitas tertentu menyebabkan kelemahannya
meningkat
9. Identifikasi strategi untuk 9. Membantu pasien untuk lebih
meningkatkan partisipasi terkait berpartisipasi dalam melakukan
dengan aktifitas yang diinginkan aktivitas
10. Berkolaborasi dengan (ahli) 10. Mengetahui tindakan apa yang
terapi fisik, okupasi, dan terapis sesuai untuk pasien
rekreasional dalam perencanaan
dan pemantauan program
aktivitas, jika memang
diperlukan.
36

4. Setelah dilakuakn tindakan Asuhan NIC :


Gangguan pola tidur Keperawatan ... x ... jam 1. Diskusikan perbedaan individual 1. Rekomendasi yang umum untuk
berhubungan dengan diharapkan : dalam kebutuhan tidur berdasarkan tidur 8 jam tiap malam nyatanya
tekanan intrakranial NOC : Tidur hal usia, tingkat aktivitas, gaya hidup yang dapat rileks dan istirahat
ke otak Ditingkatkan ke level 5 tingkat stress dengan mudah memerlukan sedikit
DS : 1. Sangat terganggu tidur untuk merasa segar kembali
1) Ketidaksesuaian 2. Banyak terganggu dengan bertambahnya usia, waktu
kognitif 3. Cukup terganggu tidur, total secara umum menurun,
2) Ketidaksesuaian 4. Sedikit terganggu khususnya tidur tahap IV dan
lingkungan Tidak terganggu waktu tahap meningkat
DO : Dengan Kriteria hasil : 2. Tingkatkan relaksasi, berikan 2. Tidur akan sulit dicapai sampai
1) Terlampau atau 1. Jam tidur lingkungan yang gelap dan terang, tercapai relaksasi, lingkungan
kurang waspada 2. Pola tidur berikan kesempatan untuk memilih rumah sakit dapat mengganggu
2) Mudah distraksi 3. Kualitas tidur penggunaan bantal, linen, selimut, relaksasi
4. Tidur dari awal sampai habis di berikan ritual waktu tidur yang 3. Tidur berguna untuk
malam hari secara konsisten menyenangkan bila perlu pastikan mengembalikan energi
5. Efisiensi tidur ventilasi ruangan baik, tutup pintu 4. Lingkungan yang nyaman bisa
rungan bila klien menginginkan menjadi faktor predisposisi daari
3. Jelaskan pentingnya tidur yang tidur
adekuat 5. Obat tidur di berikan untuk pasien
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman yang mengalami susah tidur
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
37
38

4. Implementasi Keperawatan (Potter & Perry, 2005)


Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada pasien dan mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat
serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari pasien. Implementasi meluangkan rencana
asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana di kembangkan, sesuai
dengan kebutuhan dan prioritas pasien, perawat melakukan intervensi
keperawatan spesifik, yang mencakup tindakan perawat dan tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan (Alimul, 2012)


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Dalam hal ini evaluasi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1) Evaluai formatif
Dimana evaluasi ini dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera.
2) Evaluasi sumatif
Merupakan Rekapitulasi dari hasil oservasi dan analisa
situasi pasien opada waktu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perncanaan, disamping itu
evaluasi menjadi alat ukur atas tujuan yang mempunyai
kritria tertentu utuk membuktikan yaitu :
I. Tercapai : Perilaku pasien sesuai
pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan ditujuan.
II. Tercapai sebagian : Pasien menunjukkan
perilaku tetapi tidak baik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
39

III. Belum tercapai : Pasien tidak mampu sama


sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.
Dalam hal ini ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat
digunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien
antara lain :
a. SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien
S : Subjektif  Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objektig  Data yang diobservasi oleh perawata atau keluarga
A : Analisys  Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning  Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
b. SOAPIER
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada
yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan
S : Subjektif  Pernyataan atau keluhan dari pasien
O : Objektig  Data yang diobservasi
A : Analisys  Kesimpulan dari objektif dan subjektif
P : Planning  Apa yang dilakukan terhadap masalah
I : Implementatio  Bagaimana dilakukan
E : Evaluation  Respon pasien terhadap tindakan
keperawatan
R : Revise  Apakah rencana keperawatan akan
Dirubah

c. D.A.R
Format dokumentasi D.A.R membantu perawat untuk mengatur
pemikirannya dan memberikan struktur yang dapat meningkatkan
pemecahan masalah yang kreatif. Komunikasi yang terstruktur akan
mempermudah konsistensi penyelesaian masalah di antara tim
kesehatan.
D : Data  Data objektif dan subjektif yng mendukung masalah
A : Action  Tindakan yang segera harus dilakukan untuk mengatasi
masalah
R : Respon  Respon pasien terhadap tindakan perawat sekaligus
melihat tindakan yang telah dilakukan berhasil/tidak.
40

6. Dokumentasi (Hutahaean, 2010)


Dokumentasi merupakan suatu catatan yang asli yang dapat
dijadikan bukti hukum, jika suatu saat ditemukan masalah yang
berhubungan dengan kejadian yang terdapat dalam catatan
tersebut.Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan
dan pelaporan perawat yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat
dan timkesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi
kasus untuk eksplorasi masalah pada kasus asuhan keprawatan pada lansia
dengan gangguan hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu tahun. Pendekatan yang digunakan adalah pendakatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencaaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan hipertensi di Panti Sosial
Tresna Werdha Pagar Dewa Bengkulu adalah individu yang menderita
dengan gangguan atau penyakit hipertensi. Adapun subyek penelitian yang
41

akan diteliti berjumlah satu orang dengan satu kasus dengan masalah
keperawatan dengan gangguan hipertensi.

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)


1. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau tahap kegiatan dalam
praktik keperawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan ini di
lakukkan dalam rangka memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
penerima asuhan keperawatan (pasien) yang tahapnya terdiri dari
pegkajian, diagnosa keperawatan, peencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Pasien adalah orang yang menerima perawatan di satu asuhan
keperawatan yang dipenuhi kebutuhannya dengan tahap asuhan
keperawatan.

3. Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten,
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar
Dewa Bengkulu. Studi kasus ini dilakukan pada September 2018-Februari
2019.

E. Prosedur Penenelitian
Penelitian ini diawali dengan penyusunan usulan penelitian atau
proposal dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan teoritis
asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Gangguan Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu tahun 2019. Setelah disetujui oleh penguji proposal maka
penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data penelitian
berupa hasil pengukuran, observasi, dan wawancara terhadap pasien yang
42

dijadikan subjek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan pengkajian,


penegakan diagnosa, menentukan rencana keperawatan apa yang sesuai
dengan pasien hipertensi, melakukan tindakan yang sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan, dan melakukan dokumentasi sebagai bukti telah melakuakn
tindan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Hipertensi.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi tentang
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-
keluarga, riwayat psikologis, pola-pola fungsi kesehatan). (Sumber
bisa dari pasien, keluarga, perawat lainnya).
2. Observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum,
pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan
dada, pemeriksaan kstremitas, pemeriksaan neorologis (dengan
pendekatan inspeksi, palpasi, erkusi, dan auskultasi) pada sistem
tubuh pasien. Data fokus yang harus didapatkan adalah Tekanan
Darah pasien.
3. Instrumen Pemgumpulan Data
Alat instrumen pengupulan data menggunakan format pengkajian
Asuhan Keperawatan Lansia sesuai dengan ketentuan yang ada di
Prodi DIII Keperawatan Bengkulu.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara
mengumpulkan data secara langsung pada pasien denggan menggunakan
format pengkajian yang baku dari kampus, yang dilakukan sesuai dengan
jadwal dinas perawata di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa
Bengkulu. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat catatan
medis/status pasien, baik kepada pasien langsung, keluarga, dokter dan
tenaga medis lainnya agar mendapat data yang valid. Di samping itu,
43

untuk menjaga validasi dan keabsahan data, peneliti melakukan abservasi


dan pengumpulan ulang data-data pasien yang meragukan yang ditemukan
melalui datasekunder.

H. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menyajikan hasil pengkajian
yang dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Selanjutnya hasil pengumpulan data pengkajian di analisis dengan
membandingkan dengan teori yang telah disusun pada bab sebelumnya
(bab 2) untuk mendapatkan masalah keperawatan yang digunakan untuk
menyusun tujuan dan intervensi. Selanjutnya intervensi dilaksanakn
kepada pasien sesuai rencana-rencana yang telah disusun (implementasi).
Hasil implementasi dianalisis untuk mengevaluasi kondisi
pasien apakah masalah sudah teratasi, teratasi sebagian, dimodifikasi atau
diganti dengan masalah keperawatan yang lebih relevan. Hasil pengkajian,
penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi dituangkan
dalam bentuk narasi pada bab pembahaan, yang dibandingkan dengan
teori-teori yang sudah disusun sebelumnya untuk menjawab tujuan
penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi yang
menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti
dibandingkang teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta
: salemba Medika
44

Anonim. 2009. Pengertian Hipertensi, availabe from: https://www.majalah-


farmacia.com (cited 2018 Sep 20)
Anonim, 2010. Perubahan Pada Tekanan Darah Manusia. Available from:
www.wikipedia.co.id/tekanan_darah (Cited, 2018 Sep 22)
Aspiani, dkk 2016. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kardiovaskuler. Jakarta. EGC
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Sensus Kependudukan Provinsi Bengkulu.
https://bps.go.id/. 20 Sep 2018. (20.55)
Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Bengkulu. Data Pasien
Hipertensi Periode Tahun 2018. Bengkulu: Balai Pelayanan dan
Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Bengkulu.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2010. Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2010.
Dinkes Provinsi Kota Bengkulu
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2011. Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2011.
Dinkes Provinsi Kota Bengkulu
Doengoes, M.E., Moohause, M.K., Dan Geissier, A.C,. 2006. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan Pendokumentasian. Edisi
10. Jakarta : EGC.
Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi:Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Guyton. 2001. Fisiologis Manusia. Edisi 9. EGC. Jakarta
Notoadmojo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Ggerontik dan Geriatrik. Edisi 3. EGC. Jakarta
Potter, P. A, dan A. g. Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keprawatan. EGC.
Jakarta
Pudjiastuti, R. D. 2013. Penykit – Penyakit Mematikan. Nuha Medika. Yogyakarta
Riset Kesehatan Dasar,2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta.
R. Boedhi Darmojo,H. Hadimartono. (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usi Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit.
Sugiharto, Arif. 2008. Faktor-faktor Resiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat.
Thesis. Universitas Diponerogo.
Suwarsa. (2006). Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung : MQS Publishing.
World health Organization. Global Recommendations on Physical Activity for
Health. Switzerland, 2010.
WHO. 2014. RAISE Blood Pressure Situasion and
Trendas.https://www.who.int/ghorisk_factors/blood_pressure_prevalence
_text/en/ (20 September 2018).
WHO. (2012).World health satistice. France: World Health Organization.
45

Yogiantoro, M. (2006). Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Jilid I, Ed IV. Jakarta: FK UI.
Yugiantoro. (2006). Hipertensi. http://id.novertis.com. Diakses 20 Sep 2018 Jam
09.18 WIB.

Pengkajian Kemandirian

Modifikasi Dari Indeks Barthel


DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi 3 x/hari
Jumlah 1
Jenis porsi/setengah
porsi
Nasi + Lauk
Pasien sudah
lama tidak
makan
sayuran dan
buahan
2 Minum 5 10 Frekuensi 4-5 x/hari
Jumlah 700 cc
Jenis Air
putih,teh,kopi
3 Berpindah 5-10 15 Mandiri, pasien tidak
dari kursi menggunakan kursi
roda ke roda/tongkat/pasien tidak bias
tempat tidur, berpindah/memerlukan bantuan
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi 2 -3x/hari
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk 5 10 Mencuci pakaian dbantu oleh
toilet pengurus BPPLU/ pakaian
(mencuci sepenuh nya di cuci oleh
pakaian, pengurus BPPLU
menyeka
46

tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi 2 /3x/hari
7 Jalan di 0 5 Mandiri/dibantu
permukaan
datar
8 Naik turun 5 10 Tanpa bantuan / dengan bantuan
tangga untuk mengambil makan di
dapur umum BPPLU
9 Mengenakan 5 10 Mandiri / dibantu
pakaian
10 Control bowel 5 10 Frekuensi Rutin
(BAB) 1x/hari/1x/2
hari
Konsistensi

Padat,cair
11 Kontrol 5 10 Frekuensi 4-5 x/hari
bladder Warna Kuning
(BAK) jernih,keruh
12 Olahraga/latih 5 10 Frekuensi Jarang /tidak
an Jenis pernah
-
13 Rekreasi/pem 5 10 Frekuensi 1 x/tahun
anfaatan Jenis Wisata
waktu luang
Total skor adalah
Keterangan:
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total
47

MMSE (Mini Mental Status Exam)


Identifikasi Aspek Kognitif dari Fungsi Mental

Tabel.2.2MMSE (Mini Mental Status Exam)


ASPEK
NILAI NILAI
NO KOGNITI KRITERIA
MAKSIMAL PASIEN
F
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun : 2018
 Musim : kemarau
 Tanggal : -
 Hari : rabu
 Bulan : oktober
Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
 Negara Indonesia
 Propinsi Bengkulu
 Kota Bengkulu
 Panti BPPLU
 Wisma Cempaka
2. Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada pasien ketiga obyek tadi .
(untuk disebutkan)
 Pensil
 Pulpen
 Pengaris
3. Perhatian 5 Minta pasien untuk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali/tingkat
 93
 86
 79
 72
 65
4. Mengingat 3 Minta pasien mengulangi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 point untuk
masing-masing obyek.
48

5. Bahasa 9 Tunjukkan pada pasien suatu


benda dan tanyakan namanya
pada pasien.
 (misalnya jam tangan)
 (misalnya pensil)

Minta pasien untuk mengulangi


kata berikut : “tak ada jika, dan,
atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1
point.
 Pernyataan benar 2 buah: tak
ada, tetapi

Minta pasien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari
3 langkah :
: ambil kertas di tangan anda,
lipat dan taruh di lantai”.
 Ambil kertas di tangan anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai

Perintahkan pada pasien untuk


hal berikut :
(bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
 “tutup mata anda”
Perintahkan pada pasien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Total nilai
Interpretasi hasil :
 24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
 18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
 0 – 17 : Gangguan kognitif ringan
49

INVENTARIS DEPRESI BECK


(UntukMengetahui Tingkat DepresiLansia Dari Beck dan Deck)
Tabel.2.3 Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanyalah
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah olah sangat buruk dan tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
50

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri


1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek dan tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan bekerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari sebelumnya
0 Saya tidak merasa lelah dari yang biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu maksn saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada/minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
>16 Depresi berat
51

Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)


Identifikasi Tingkat Kerusakan Intelektual
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
Tabel.2.4Identifikasi Tingkat Kerusakan Intelektual (SPMSQ)
Benar Salah No Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?(minimal tahun lahir)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Score total salah:

Interpretasi hasil:
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat.

APGAR Keluarga Dengan Lansia


52

Skrining untuk melengkapi pengkajian fungsi sosial


Suatu Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi
Sosial Lansia.
Tabel.2.5 APGAR Keluarga Dengan Lansia
No Uraian Fungsi Skor
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu Adaptation
sesuatu menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan Partneship
mengungkapkan masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
menerima dan mendukung keinginan saya untuk Growth
melakukan aktivitas atau arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap Affection
emosi-emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya Resolve
menyediakan waktu bersama-sama
Keterangan: Total
Selalu = ,
Kadang-kadang =
Hampir tidak pernah =
Keterangan :
- Total nilai kurang dari 3 menandakan disfungsi keluarga yang sangat
tinggi
- Total nilai antara 4-6 menandakan disfungsi keluarga sedang
- Total nilai 7-10 menandakan tidak ada disfungsi keluarga

Anda mungkin juga menyukai