1. Adhesi (Perlengketan usus) dapat disebabkan oleh riwayat operasi intraabdomen sebelumnya, atau proses
inflamasi intraabdomen. Kasus ileus obstruksi lebih banyak ditemukan pada wanita mengingat
banyaknya tindakan operasi yang dilakukan pada kasus obstetrik.
2. Herniasi terjadi kira-kira 25% dari kasus obstruksi. Adhesi merupakan penyebab ekstrinsik, sama halnya
dengan hernia dan penyebab ekstrinsik lainnya adalah berupa lilitan kongenital, volvulus atau karsinoma
di luarusus.
3. Sisanya 25% obstruksi usus halus disebabkan oleh lesi intrinsik yaitu lesi inflamasi, intususepsi,
neoplasma, korpus alienum atau atresia dan stenosis.
Perbedaan utamanya adalah :
Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan serangan kolik
abdomen dan muntah-muntah.
.... Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
3. Distensi
Palpasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar bising usus meningkat dengan nada
tinggi (metallic sound) yang menunjukkan terjadinya dilatasi usus dengan air fluid
level.
Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik bisa menurun atau tidak ada. Pada ileus
paralitik biasanya tidak ditemukan bising usus.
Radiologi
Laboratorium
Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini
biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam.
1. Neurologik - Uremia
- Pasca operasi - Komplikasi DM
- Kerusakan medula spinalis
- Keracunan timbal kolik ureter 3. Obat-Obatan
- Iritasi persarafan splanknikus - Narkotik
- Pankreatitis - Antikolinergik
- Antihistamin
2. Metabolik
- Gangguan keseimbangan 4. Infeksi
elektrolit (terutama
hipokalemia) 5. Iskemia Usus
Kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada
mungkin pula tidak ada.
Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut
kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut
kembung, tidak disertai nyeri kolik abdomen
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan
kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Dekompresi sangat penting dilakukan pada pasien dengan ileus paralitik dan ileus
obstruksi. Pemasangan NGT memperbaiki distensi abdomen.
Keduanya berbeda dalam hal gejala terutama nyeri perut yang ditimbulkan, pemeriksaan
abdomen khususnya kelainan peristaltik usus, pemeriksaan rectal toucher, dan
pemeriksaan radiologi xray abdomen. Perbedaan ini dapat mempermudah untuk
menegakkan diagnosis jenis ileus sehingga dapat diberikan terapi yang tepat.
KESIMPULAN . . .
THANK YOU