Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS PERBEDAAN SOSIAL

DAN LATAR BELAKANG (CULTURE DIVERSITY)


SERTA KEYAKINAN
KELOMPOK 2
MIWI YULIANTI 2011316007
SYAMILA ADINA 2011316008
RAHMI ZIKRI 2011316009
MELINDA NOPIYA S.U.P. 2011316010
AFIFAH A. DIVA PUTRI 2011316011
MUHAMMAD REZKY A. 2011316012

S1 KEPERAWATAN PROGRAM B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari
kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti “membuat sama” (to make common).

komunikasi merupakan sebuah proses sosial dimana terjadi perpindahan


pesan dari pengirim ke penerima yang melibatkan proses penafsiran
makna dengan tujuan tertentu

Terbagi menjadi 2 :
a. Verbal
b. Non Verbal
KOMUNIKASI DALAM KONTEKS PERBEDAAN SOSIAL DAN LATAR BELAKANG
(CULTURE DIVERSITY) SERTA KEYAKINAN

Kelompok Sosial dan Agama


Sebagai kelompok sosial, kelompok agama oleh Cooley dikelompokkan
sebagai kelompok primer (primary group).
Dimana terdapat interaksi sosial yang lebih intensi dan lebih erat
antara anggotanya dan masing-masing diikat oleh hubungan batin yang
murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal

Budaya
Raymond Williams (1962) secara ringkas-tegas mendefinisikan budaya
sebagai “suatu cara hidup tertentu” yang dibentuk oleh nilai, tradisi,
kepercayaan, objek material, dan wilayah (territory).
KOMUNIKASI DALAM KONTEKS PERBEDAAN SOSIAL DAN LATAR BELAKANG
(CULTURE DIVERSITY) SERTA KEYAKINAN

Komunikasi Antar Budaya

Unsur-unsur:
 Komunikator
 Komunikan  Media
 Pesan/simbol  Umpan balik
 Gangguan Prinsip:
1. Relativitas Bahasa
2. Bahasa Sebagai Cermin
3. Mengurangi ketidak-pastian
4. Kesadaran diri akan Perbedaan
5. Interaksi awal
6. Memaksimalkan hasil interaksi
STUDI KASUS

Seorang pasien yang bernama Ny.A berumur 60 tahun dirawat di ruang interne wanita RSUP
Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosa Diabetes Melitus dan terdapat luka gangren pada kaki
sebelah kiri. Pada hari rawatan pertama perawat hendak melakukan pengkajian keperawatan
pada Ny.A, Ny.A tampak sendirian dan ketika ditanya mengenai keluarga atau kondisinya Ny.A
tampak tidak memahami pertanyaan yang dimaksud perawat. Ny.A menggunakan bahasa
daerah yang tidak dapat dipahami oleh perawat. Ny.A tampak sering minum teh manis dan
pada hari rawatan kedua ketika ada anak Ny.A perawat memberitahu anak Ny.A untuk
mengurangi konsumsi gula, namun anak Ny.A menolak anjuran perawat dan mengatakan
bahwa minum teh manis pada pagi hari dan sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan rutin Ny.A
dan jika tidak minum teh manis Ny.A mengatakan perutnya terasa tidak nyaman.
STUDI KASUS

Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model"

1. Faktor teknologi (tecnological factors)


2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
6. Faktor ekonomi (economical factors)
7. Faktor pendidikan (educational factors)
STUDI KASUS

Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam


asuhan keperawatan transkultural yaitu :

 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.


 Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
 Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.
STUDI KASUS

PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan


pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
(Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
1. mempertahankan budaya yang dimiliki klien
2. mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
3. merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
• Evaluasi asuhan keperawatan transkultural
dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
EVALUASI mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai